Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya


untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh,
pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari
lingkungan. Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian
rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan
dikembangkan. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada
pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan
oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah
lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi
Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan
relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu)
dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya. Obat tradisional (herbal) telah diterima
secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut World Health
Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin
menggunakan obat tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor
pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat tradisional di negara maju
adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit
kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit

1
tertentu diantaranya kanker, serta semakin luas akses informasi mengenai obat
tradisional di seluruh dunia.
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini menunjukan
dukungan WHO untuk back to nature yang dalam hal yang lebih menguntungkan.
Untuk meningkatkan keselektifan pengobatan dan mengurangi pengaruh musim
dan tempat asal tanaman terhadap efek, serta lebih dalam memudahkan
standarisasi bahan obat maka zat aktif diekstraksi lalu dimurnikan sampai
diperoleh zat murni. Di Indonesia dari tahun ke tahun terjadi peningkatan
produksi obat tradisional. Menurut data Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(POM), sampai tahun 2007 terdapat 1.012 industri obat tradisional yang memiliki
izin usaha industri yang terdiri dari 105 industri berskala besar dan 907 industri
berskala kecil. Karena banyaknya variasi sediaan bahan alam, maka untuk
memudahkan pengawasan dan perizinan, maka badan POM mengelompokan
dalam sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan fitofarmaka.
Persyaratan ketiga sediaan berbeda yaitu untuk jamu pemakaiannya secara
empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal terstandar bahan bakunya harus
distandarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimental, sedangkan
sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern bahan bakunya harus
distandarisasi dan harus melalui uji klinik.
Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa : Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
Menurut penelitian masa kini, meskipun obat-obatan tradisional yang
pengolahannya masih sederhana (tradisional) dan digunakan secara turun-temurun
berdasarkan resep nenek moyang adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan

2
setempat, memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan
penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa
dicerna oleh tubuh. Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang
dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan
adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang
banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam survey ini adalah bagaimana pengetahuan
dan sikap masyarakat Makassar terhadap pengobatan herbal atau tradisional.
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya survey ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengetahuan
dan sikap masyarakat Makassar terhadap pengobatan herbal atau tradisiona

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Polling
Polling merupakan ekspresi sekaligus metode untuk mengetahui pendapat
umum terhadap suatu isu/masalah tertentu. Polling sering didefinisikan sebagai
suatu penelitian (survey) dengan menanyakan kepada masyarakat mengenai
pendapatnya terhadap suatu isu/masalah tertentu. Polling secara metodologis
adalah sebuah teknik untuk menyelidiki apa yang dipikirkan orang terhadap
isu/masalah yang muncul. Polling dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pendapat yang berkembang dalam masyarakat terhadap suatu isu.
Polling merupakan suatu kerja pengumpulan pendapat umum dengan
menggunakan teknik dan prosedur ilmiah. Hal ini untuk membedakan dengan
kerja pengumpulan pendapat umum lain tidak menggunakan penelitian ilmiah
seperti mendengarkan obrolan di warung kopi, wawancara dengan orang di jalan,
seminar, protes, pengerahan massa dan sebagainya. Metode yang dipakai untuk
mengenali pendapat itu adalah survei yakni suatu metode di mana objek adalah
orang/individu dan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mendapatkan
data/informasi.
Ada beberapa defenisi kunci yang dapat dicatat dari karakteristik polling.
Polling adalah metode dengan memakai sampel untuk menggambarkan
sikap/pendapat populasi. Meskipun memakai sampel, hasilnya dimaksudkan
untuk dapat digeneralisasikan pada populasi yang luas. Karena itu dalam
penerapan sampel, sangat disarankan untuk memakai prinsip probabilitas
sehingga hasil sampel adalah representasi dari populasi sesungguhnya.
Polling hanya bisa digunakan untuk menggambarkan sikap/perilaku. Ia
adalah metode yang tepat untuk mengetahui apa yang publik pikirkan, apa yang

4
publik rasakan terhadap suatu isu/masalah. Ia dapat mengukur pendapat orang
mengenai aborsi setuju atau tidak setuju apabila aborsi dilakukan
menggambarkan preferensi atau intensitas terhadap pilihan pendapat, tetapi hanya
berhenti sampai disana. Ia tidak dapat menjelaskan kepada seseorang melakukan
aborsi, apa yang menyebakan seorang wanita membunuh janin yang ada dalam
kandungannya. Polling hanya bisa mengukur apa yang dirasakan orang terhadap
film kekerasan di televisi misalnya apakah menurut publik film kekerasan dapat
menyebabkan perilaku destruktif, apakah film kekerasn perlu bagi remaja, apakah
film kekerasn harus dihentikan dan sebagainya tetapi polling tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan apakah dengan demikian film kekerasan itu
menyebabkan perilaku kekerasan.
Polling digunakan untuk menggambarkan secara sistematis fakta atau
karakteristik secara akurat. Akumulasi data yang diperoleh semata-mata untuk
deskripsi ia tidak berusaha untuk menguji hipotesis atau menguji suatu konsep
tertentu. Polling digunakan untuk mendapatkan informasi tentang satu fenomena,
dalam hal ini yang ingin didapat dari polling adalah bagaimana sikap, pandangan,
keyakinan masyarakat terhadap isu-isu yang berkembang. Karena itu dapat juga
dikatakan bahwa polling adalah penerapan praktis dari metode survei
pemakaian metode sruvei untuk mengukur pendapat publik terhadap isu-isu sosial
politik. Pengertian ini untuk membandingkan dengan penerapan praktis dari
metode survei untuk keperluan lain misalnya penelitian pasar.
Meskipun prinsip dan metode yang dipakai adalah survei, tetapi dalam
prakteknya polling lebih sederhana daripada survei akademik. Perbedaan terutama
karena sifat dari polling itu sendiri. Sifat kesederhanaan itu karena polling
menuntut hasil yang cepat, agar hasilnya secepatnya dapat dipublikasikan.
Pertanyaan yang diajukan kepada publik juga tidak banyak biasanya tidak lebih
dari 20 pertanyaan. Masalah yang ditanyakan polling juga hal-hal yang praktis:
misalnya apa yang akan anda pilih dalam pemilu nanti, atau apakah anda memilih
dalam pemilu nanti. Seperti dikatakan oleh Cillinda C. Lake berikut ini :

5
Polling adalah cara sistematis, ilmiah dan terpercaya, mengumpulkan
informasi dari sampel orang yang digunakan untuk mengeneralisasikan pada
kelompok atau populasi yang lebih luas darimana sampel itu diambil. Polling
tidak didesain untuk menyelidiki atau mengindentifikasi individu untuk
keperluan ini, lebih murah dan efesien dengan cara lain seperti penyelidikan
telepon. Kesalahan menentukan tujuan polling ini dapat mengakibatkan bias
informasi yang anda dapat. Polling juga tidak dimaksudkan untuk
menggambarkan banyak individu secara mendalam. Untuk keperluan ini, studi
kasus lebih murah dan efesien. Polling tidak bermaksud untuk menggambarkan
individu atau masalah secara mendalam studi kasus adalah cara yang lebih
efesien untuk itu. Polling adalah suatu pengukuran pada satu waktu untuk
mengetahui sikap, perilaku, kepercayaan dan hubungan diantara semua parameter.
Lewat generalisasi, hasilnya kemudian dapat diterapkan untuk masyarakat lebih
luas.

B. Tujuan Polling
Tujuan polling adalah untuk mengukur preferensi atau intensitas sikap
masyarakat, dan tidak berpretensi untuk mengetahui lebih dalam penjelasan atas
pilihan-pilihan itu. Misalnya isu tentang pembangunan PLTN Muria. Polling
digunakan untuk mengetahui preferensi atau intensitas sikap masyarakat apakah
masyarakat setuju atau tidak setuju dengan pembangunan PLTN Muria tersebut.
Dalam penelitian survei akademik, seorang peneliti tidak hanya berhenti sampai di
situ. Ia ingin menjelaskan misalnya masalah perilaku pemilih (vote behavior),
sosialisasi politik, kesadaran politik masyarakat dan sebgainya. Penelitian tidak
cukup puas berbicara mengenai pilihan partai politik yang dipilih seseorang tetapi
juga ingin mengetahui bagaimana sosialisasi politik atau pengaruh keluarga terhadap
sikap politik, atau menguji hubungan pendidikan politik seseorang dengan sikap
politik. Intinya survei akademik menjelaskan hubungan sosial yang kompleks.

6
Karena itu penelitian ini biasanya membutuhkan waktu yang lebih panjang dan
penguasaan konsep teoretik yang matang.

C. Karakteristik Polling
Karakteristik utama polling adalah dalam hal publikasi hasil penelitian.
1. waktu penyelenggaraan dan publikasi polling terbatas/pendek. Jawaban seseorang
adalah pada saat wawancara dilakukan. Ketika Gerakan Cinta Rupiah
diluncurkan, kita perlu tahu apakah masyarakat setuju atau tidak setuju terhadap
program ini. Kalau waktu wawancara tidak cepat, maka isu akan hilang.
Sementara dalam survei penelitian mempunyai waktu yang lebih panjang.
Peneliti misalnya tidak tertarik mempelajari pendapat terhadap Gerakan Cinta
Rupiah, tetapi meneliti mengenai penerimaan masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah. Dalam penelitian survei akademik waktu tidak menjadi masalah.
Survei akademik mengenai penerimaan terhadap kebijakan pemerintah bisa
diduplikasikan bulan ini, tahun ini, dua tahun depan, lima tahun depan dan
seterusnya. Sebab mutu survei akademik tidak diukur dari aspek kebaruan konsep
atau penjelasan yang dipakai.
2. polling hanya menangkap fakta. Polling seperti seorang kamerawan yang
menangkap gambar-gambar snapshot. Menurut Burns W. Roper, polling
mempunyai sifat khusus karena ia hanya mampu menangkap fakta pendapat
orang pada saat polling dilakukan. Roper menyebut polling sebagai snapshot in-
time untuk menggambarkan bahwa polling hanya menunjukkan pendapat
masyarakat pada saat polling dilakukan. Karena itu yang menjadi kunci dari
polling adalah gambar dan bukan detail. Ketika muncul isu UULL, polling hanya
menangkap apakah masyarakat menerima/menentang UULL tersebut. Untuk
tujuan itu polling tidak membutuhkan waktu lama. Sebaliknya dalam survei
akademik yang dipentingkan adalah penjelasan dari masalah. Peneliti bukan
hanya berhenti pada fakta masyarakat setuju atau tidak setuju dengan suatu
program, tetapi juga menyelidiki hubungan sosial yang rumit. Karena sifatnya itu,
survei akademik menggunakan sampel yang tidak besar. Sementara dalam polling

7
tujuan utamanya adalah menggambarkan pendapat masyarakat. Menurut Cellinda
C. Lake, agar presisi/tepat, sampel yang dipakai dalam polling ukurannya besar
dan terutama sekali memakai metode acak supaya hasil polling dapat
digeneralisasikan untuk menggambarkan populasi.
D. Gambaran Obat Herbal dan Obat Tradisional
Obat Herbal
Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan
alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar.
Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesis tumbuhan yang diketahui di dunia
adalah berasal dari kawasan tropika. Di Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis
spesies tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional
(Dharmaraj, 1998). Kaum Melayu misalnya sering menggunakan akar susun
kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum sambac), bunga
raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha arundinacea) untuk
rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari
bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau
campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah
digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah
digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas
sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang
cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan
pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan

8
pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional
yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu
obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan
pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk
bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Dirjen
POM, 1994)
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh
serta khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang
digunakan sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM,
1999).

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Survei
Survei ini merupakan Survey Polling
B. Waktu dan Lokasi Survei
Survei ini dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2012 hingga 10 Desember
2012 dan mengambil lokasi di kota Makassar
C. Populasi dan Sampel Survei
Populasi
Populasi dalam survey ini yaitu seluruh warga kota Makassar
Sampel
Penentuan jumlah sampel menggunakan metode Accidental Time Sampling
yang ditetapkan dari rentang waktu 5 Desember 2012 hingga 10 Desember
2012. Adapun responden yang berhasil didapatkan hingga renatng waktu
tersebut yaitu sebanyak 148 orang.
D. Instrumen Survei
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner
yang berisi 20 pertanyaan, 13 pertanyaan mengenai pengetahuan masyarakat
Makassar terhadap pengobatan herbal dan radisional dan 7 pernyataan mengenai
sikap masyarakat Makassar terhadap pengobatan herbal dan tradisional.
E. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Saat pengumpulan data telah selesai dilakukan maka langkah selanjutnya
yang harus ditempuh yaitu pengolahan data, analisis, dan penyajian data yang
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan computer, agar
hasilnya lebih cepat dan akurat.

10
F. Hambatan Survei
Adapun hambatan-hambatan yang ditemui peneliti pada saat penelitian
berlangsung yaitu:
Tanggapan yang kurang ramah dari masyarakat
Sulitnya menemukan responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner
di kota Makassar
Peneliti juga sedang mengerjakan beberapa tugas dari mata kuliah lain
sehingga sulit untuk berfokus pada penelitian ini. Hal ini menyebabkan
pengerjaan laporan cukup tersendat.
Jadwal kuliah yang cukup padat sehingga peneliti sulit untuk melakukan
penelitian (pembagian kuesioner)
Sebagian besar peneliti berdomisili di Gowa sehingga terlampau jarak
yang cukup jauh untuk mengadakan pembagian kuesioner di kota
Makassar
Cuaca yang kurang mendukung juga menjadi salah satu hambatan

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1
Tahu tentang pengobatan herbal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 138 93.2 93.2 93.2

tidak 10 6.8 6.8 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan tabel frekuensi diatas dapat dilihat bahwa 138 responden (93,2 %)
di kota Makassar tahu tentang obat herbal sedangkan 10 responden (6,8 %) yang
tidak tahu apa yang dimaksud tentang obat herbal.

Tabel 2
Tahu tentang pengobatan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 143 96.6 96.6 96.6

tidak 5 3.4 3.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan tabel frekuensi diatas dapat dilihat bahwa 143 responden (96,6 %)
di kota Makassar tahu tentang obat Tradisional, 5 responden (3,4 %) yang tidak tahu
apa yang dimaksud tentang obat Tradisional.

12
Tabel 3
Pengetahuan tentang pengobatan herbal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tahu 10 6.8 6.8 6.8

berasal dari tumbuhan dan 77 52.0 52.0 58.8


bahan alami

berasal dari tumbuhan dan 61 41.2 41.2 100.0


alami dan dibuat secara
modern

Total 148 100.0 100.0

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui, bahwa sebanyak 10 responden (6,8
%) yang tidak tahu tentang pengobatan herbal, sebanyak 77 responden ( 52,0 %) yang
mendeskripsikan bahwa pengobatan herbal adalah pengobatan yang berasal dari
tumbuhan dan bahan alami, dan sebanyak 61 responden (41,2 %) yang
mendeskripsikan bahwa pengobatan herbal adalah pengobatan yang berasal dari
tumbuhan dan bahan alami dan dibuat secara modern.

Tabel 4
Pengetahuan tentang pengobatan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tahu 5 3.4 3.4 3.4

pengobatan dgn 72 48.6 48.6 52.0


menggunakan tata cara yang
sudah menjadi tradisi dlm
keluarga secara turun
temurun

pengobatan dengan bahan- 71 48.0 48.0 100.0


bahan tradisional

13
Pengetahuan tentang pengobatan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tahu 5 3.4 3.4 3.4

pengobatan dgn 72 48.6 48.6 52.0


menggunakan tata cara yang
sudah menjadi tradisi dlm
keluarga secara turun
temurun

pengobatan dengan bahan- 71 48.0 48.0 100.0


bahan tradisional

Total 148 100.0 100.0

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden (3,4 %)
yang tidak tahu mengenai pengobatan tradisional, sebanyak 72 responden ( 48.6 %)
yang mendeskripsikan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan dengan
menggunakan tata cara yang sudah menjadi tradisi dalam keluarga secara turun-
temurun, dan di peroleh responden bahwa sebanyak 71 responden (48,0 %) yang
mendeskripsikan pengobatan tradisional adalah pengobatan dengan bahan-bahan
tradisional.

Tabel 5
Informasi mengenai pengobatan herbal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Ada 1 .7 .7 .7

Tenakes 6 4.1 4.1 4.7

Rekan dan Keluarga 53 35.8 35.8 40.5

Media Informasi 83 56.1 56.1 96.6

Lebih dari 1 jawaban 5 3.4 3.4 100.0

14
Informasi mengenai pengobatan herbal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Ada 1 .7 .7 .7

Tenakes 6 4.1 4.1 4.7

Rekan dan Keluarga 53 35.8 35.8 40.5

Media Informasi 83 56.1 56.1 96.6

Lebih dari 1 jawaban 5 3.4 3.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 1 responden (7%)
yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pengobatan herbal, sebanyak 6
responden ( 4,1 %) , sebanyak 53 responden mendapatkan informasi dari rekan dan
keluarga, yang dapat informasi mengenai pengobatan herbal dari Tenaga Kesehatan,
di peroleh responden sebanyak 83 responden (56,1 %) yang dapat informasi
mengenai pengobatan herbal dari Media Informasi dan di peroleh responden
sebanyak 5 responden (3,4 %) yang dapat informasi dari lebih dari satu pilihan yang
tersedia.

Tabel 6
Informasi mengenai pengobatan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dukun 5 3.4 3.4 3.4

Rekan dan Keluarga 80 54.1 54.1 57.4

Media Informasi 61 41.2 41.2 98.6

Lain-lain 2 1.4 1.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

15
Dari tabel frekuensi diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden (3,4%)
yang dapat informasi dari Dukun mengenai pengobatan Tradisional, sebanyak 80
responden (54,1 %) yang dapat informasi mengenai obat trdisional dari rekan dan
keluarga, sebanyak 61 responden ( 41,2 %) yang dapat informasi mengenai
pengobatan tradisional dari Media Informasi, dan di peroleh responden bahwa
sebanyak 2 responden (1,4 %) yang dapat informasi mengenai pengobatan tradisional
dari lebih dari satu pilihan jawaban yang tersedia.
Tabel 7
Penggunaan obat herbal dan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pernah 130 87.8 87.8 87.8

tidak 18 12.2 12.2 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan table frekuensi di atas dapat diketahui bahwa responden yang


pernah menggunakan obat herbal dan tradisional sebanyak 130 responden (87,8 %)
dan yang tidak pernah menggunakan obat herbal dan tradisional sebanyak 18
responden (12,2 %).

Tabel 8
Kebiasaan mengkonsumsi obat herbal dan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sering 15 10.1 10.1 10.1

kadang-kadang 122 82.4 82.4 92.6

Tidak pernah 11 7.4 7.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan table distribusi di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden


yang sering mengkomsumsi obat herbal dan tradisional sebanyak 15 responden (10,1

16
%), yang kadang-kadang mengkomsusmsi obat herbal dan tradisional sebanyak 122
responden (82,4 %), dan yang tidak pernah mengkomsumsi obat herbal dan
tradisional sebanyak 11 responden (7,4 %).

Tabel 9
jenis obat herbal/tradisional yang sering dikonsumsi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pernah 2 1.4 1.4 1.4

Jamu Tradisional 61 41.2 41.2 42.6

Obat berbahan alami yang 58 39.2 39.2 81.8


diolah secara modern

Jamu instan 16 10.8 10.8 92.6

lebih dari 1 jawaban 11 7.4 7.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan table frekuensi jenis obat herbal dan tradisional yang sering
dikonsumsi didapatkan data dari total responden yaitu 148 orang yang menunjukkan
bahwa 61 responden (41,2 %) mengkonsumsi jenis jamu tradisional, sebanyak 58
responden (39,2 %)mengkonsumsi jenis obat berbahan alami yang diolah secara
modern, sebanyak 16 responden (10,8%) mengkonsumsi jamu instan. Yang
menjawab lebih dari satu jawaban sebanyak 11 responden (7,4 %) dan yang tidak
pernah mengkonsumsi obat herbal dan tradisional sebanyak 2 reponden (1,4%).

Tabel 10
Cara memperoleh obat herbal/tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pernah 1 .7 .7 .7

Membeli 106 71.6 71.6 72.3

Membuat sendiri 30 20.3 20.3 92.6

17
Lebih dari 1 jawaban 11 7.4 7.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi cara memperoleh obat herbal dan


tradisional didapatkan data dari total responden yaitu 148 orang yang menunjukkan
bahwa responden yang memperoleh obat herbal dan tradisional dengan membeli
sebanyak 106 responden (71,6 %), yang memperoleh dengan membuat sendiri
sebanyak 30 responden (20,3 %), yang menjawab lebih dari satu pilihan jawaban
yang tersedia sebanyak 11 responden (7,4 %), dan yang tidak pernah mengkonsumsi
obat herbal dan tradisional sebanyak 1 reponden (0.7 %)
Tabel 11
Alasan mengkonsumsi obat herbal/tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pernah 3 2.0 2.0 2.0

alami dan aman 90 60.8 60.8 62.8

ekonomis 18 12.2 12.2 75.0

mudah diperoleh 14 9.5 9.5 84.5

tradisi turun temurun 12 8.1 8.1 92.6

Lebih dari 1 jawaban 11 7.4 7.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi alasan mengkonsumsi obat herbal dan


tradisional didapatkan data dari total responden yaitu 148 orang yang menunjukkan
bahwa alami dan aman merupakan alasan untuk memngkonsumsi obat herbal dan
tradisional sebanyak 90 responden (60,8 %), dengan alasan ekonomis untuk
mengkonsumsi obat herbal dan tradisional sebanyak 18 responden (12,2 %), dengan
alsan mudah diperoleh sebanyak 14 responden (9,5%). Dengan 18las an turun-
temurun sebanyak 12 responden (8,1 %). Yang tidak menjawab sebanyak 11

18
responden (7,4 %). Dan dengan yang tidak pernah mengkonsumsi obat herbal
sebanyak 3 responden (2,0 %).

Tabel 12
Anggota keluarga yang juga mengkonsumsi obat herbal/tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 130 87.8 87.8 87.8

tidak 18 12.2 12.2 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi anggota keluarga yang juga


mengkonsumsi obat herbal dapat diketahui bahwa responden terdapat anggota
keluarga yang juga mengkonsumsi obat herbal dan tradisional sebanyak 130
responden (87,8%), dan anggota keluarga yang tidak mengkonsumsi sebanyak 18
responden (12,2 %).

Tabel 13
Tipe pengobatan yang lebih dipilih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid herbal 42 28.4 28.4 28.4

tradisional 47 31.8 31.8 60.1

medis 59 39.9 39.9 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tipe yang lebih dipilih diketahui bahwa
yang lebih memilih menggunakan obat herbal sebanyak 42 responden (28,4 %),
yang lebih memilih menggunakan obat tradisional sebanyak 47 responden (31,8 %),
dan yang lebih memilih menggunakan pengobatan medis sebanyak 59 responden
(39,9%).

19
Tabel 14
Obat kimia karena lebih cepat berekasi dari obat herbal dan tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 55 37.2 37.2 37.2

kurang setuju 78 52.7 52.7 89.9

tidak setuju 15 10.1 10.1 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi obat kimia karena lebih cepat bereaksi
dari pada obat herbal dan tradisional dapat diketahui bahwa yang setuju tentang obat
kimia lebih cepat bereaksi dari obat herbal dan trdisional sebanyak 55 responden
(37,2%), yang kurang setuju sebanyak 78 responden (52,7%), dana yang tidak setuju
sebanyak 15 responden (10,1 %).

Tabel 15
Mengkonsumsi obat berbahan kimia menimbulkan efek samping

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 119 80.4 80.4 80.4

kurang setuju 27 18.2 18.2 98.6

tidak setuju 2 1.4 1.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengkonsumsi obat berbahaya kimia


menimbulkan efek samping diketahui bahwa yang setuju mengkonsumsi obat
berbahan kimia dapat menimbulkan efek samping sebanyak 119 responden (80,4 %),
yang kurang setuju diperoleh sebanyak 27 responden (18,2%), dan yang tidak setuju
sebanyak 2 responden (1,4%).

20
Tabel 16
Anda tidak mengkonsumsi obat herbal karena di perkotaan sulit diperoleh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 34 23.0 23.0 23.0

kurang setuju 86 58.1 58.1 81.1

tidak setuju 28 18.9 18.9 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengkonsumsi obat herbal karena


diperkotaan sulit diperoleh dapat diketahui bahwa yang setuju mengkonsumsi obat
herbal karena di perkotaan sulit di peroleh sebanyak 34 responden (23,0%), yang
kuramg setuju sebanyak 86 responden (58,1%), dan yang tidak setuju sebanyak 28
responden (18,9%).
Tabel 17
Penggunaan obat tradisional lebih ekonomis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Setuju 104 70.3 70.3 70.3

kurang setuju 40 27.0 27.0 97.3

tidak setuju 4 2.7 2.7 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi penggunaan obat tradisional lebih


ekonomis dapat diketahui bahwa yang setuju menggunakan obat tradisional dengan
alasan elebih ekonomis sebanyak 104 responden (70,3 %), yang kurang setuju
menggunakan obat tradisional dengan table21n lebih ekonomis sebanyak 40
responden (27,0%), dan yang tidak setuju sebanyak 4 responden (2,7%).

21
Tabel 18
Penggunaan obat herbal/tradisional cenderung ribet dibanding obat berbahan
kimia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Setuju 53 35.8 35.8 35.8

kurang setuju 69 46.6 46.6 82.4

tidak setuju 26 17.6 17.6 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi penggunaan obat herbal dan tradisional cenderung


ribet dibanding obat berbahan kimia dapat diketahui bahwa yang setuju Penggunaan
obat herbal/tradisional cenderung ribet dibanding obat berbahan kimia sebanyak
53responden (35,8 %), yang kuramg setuju diperoleh sebanyak 69 responden
(46,6%), dan yang tidak setuju sebanyak 26 responden (17,6%).

Tabel 19
Obat tradisional telah terbukti dan digunakan keluarga secara turun temurun

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 92 62.2 62.2 62.2

kurang setuju 44 29.7 29.7 91.9

tidak setuju 12 8.1 8.1 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi penggunaan obat tradisional telah terbukti dan


digunakan keluarga secara turun-temurun dapat diketahui bahwa yang setuju Obat
tradisional telah terbukti dan digunakan keluarga secara turun temurun sebanyak 92
responden (62,2 %), yang kurang setuju diperoleh sebanyak 44 responden (29,7%),
dan yang tidak setuju sebanyak 12 responden (8,1%).

22
Tabel 20
Rasa dan aroma obat herbal/tradisional kurang sedap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setuju 73 49.3 49.3 49.3

kurang setuju 67 45.3 45.3 94.6

tidak setuju 8 5.4 5.4 100.0

Total 148 100.0 100.0

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi rasa dan aroma herbal dan tradisional
kurang sedap dapat diketahui bahwa yang setuju rasa dan aroma obat herbal dan
tradisional itu kurang sedap sebanyak 73 responden (49,3 %), yang kurang setuju
dengan rasa dan aroma obat dan herbal tradisional itu kurang sedap sebanyakn 67
responden (45,3%), dan yang tidak setuju dengan rasa dan aroma obat herbal dan
tradisional itu kurang sedap sebanyak 8 responden (5,4%).

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat Makassar mengenai pengobatan herbal dan
tradisional secara umum sudah cukup baik
Pengetahuan mengenai pengobatan herbal lebih banyak diperoleh
masyarakat Makassar melalui media informasi (TV, radio, majalah,
internet,dll), sedangkan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional
lebih banyak mereka peroleh dari rekan dan keluarga.
Sebagian besar masyarakat Makassar pernah mengkonsumsi obat herbal
dan tradisional dan jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah jamu
tradisional yang diperoleh dengan dibeli.
Alami dan aman merupakan alasan masyarakat Makassar pada
umumnya untuk mengkonsumsi obat herbal atau tradisional
Walaupun pengetahuan masyarakat Makassar sudah cukup baik
mengenai pengobatan herbal dan tradisional, namun tipe pengobatan
yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Makassar adalah tipe
pengobatan medis
Masyarakat Makassar kurang setuju obat berbahan kimia lebih cepat
bereaksi daripada obat herbal atau tradisional
Masyarakat Makassar setuju mengkonsumsi obat berbahan kimia dapat
menimbulkan efek samping terhadap kesehatan
Masyarakat Makassar kurang setuju bahwa mereka tidak mengkonsumsi
obat herbal atau tradisional dengan alasan di perkotaan sulit diperoleh
Masyarakat Makassar setuju penggunaan obat tradisional lebih
ekonomis

24
Masyarakat Makassar kurang setuju penggunaan obat herbal dan obat
tradisional cenderung ribet disbanding obat berbahan kimia
Masyarakat Makassar setuju obat tradisional telah terbukti dan
digunakan keluarga secara turun temurun
Masyarakat Makassar setuju rasa dan aroma obat herbal dan obat
tradisional kurang sedap
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari penelitian ini adalah:
Kepada pemerintah agar mengawasi penggunaan obat herbal dan
tradisional yang beredar di masyarakat, terlebih pada saat ini banyak
ditemukan obat herbal atau obat tradisional yang palsu atau imitasi dan
mengandung bahan berbahaya.
Kepada masyarakat umum agar meningkatakan pengetahuannya
mengenai pengobatan herbal dan tradisional dan beralih menggunakan
pengobatan herbal atau pengobatan tradisional karena terbukti lebih
aman dan efek sampingnya tipis

25
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Husein.2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada

A.N.S. Thomas. 2000. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta. PT. Kanisius

Notoadmodjo, Soekodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT.


Rineka Cipta

Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian. Yogyakarta. PT. Rineka Cipta

Narbuko, Cholid, dkk. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara

Maheshwari H., 2002, Pemanfaatan Obat Alami : Potensi dan Prospek Pengem-
bangan,http : //rudct.tripod.com./sem2_012/hera_maheshwari.htm
Pramono S., 2002, Reformulasi Obat Tradisional, Seminar Sehari Reevaluasi dan
Reformulasi Obat Tradisional Indonesia, Majalah Obat Tradisional &
Fak.Farmasi UGM, Yogyakarta

Saptorini E., 2000, Efek Samping Tanaman Obat, Sisipan (Mudah, Murah, Manjur)
SENIOR, No.58 (11-17 Agustus 2000)

26

Anda mungkin juga menyukai