Laporan Praktikum Senyawa Organik
Laporan Praktikum Senyawa Organik
MIFTAHUL JANNAH
H041171307
Disusun oleh
MIFTAHUL JANNAH
H041171307
Asisten
KHOLIA NINGSIH
NIM : H311 15 029
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa organik dan reaksinya telah dipakai orang sejak zaman dulu. Jika
daun atau kulit kayu atau akar tumbuhan dicampur dengan air untuk dibuat obat,
sebetulnya disini suatu campuran rumit dari bahan alam organik diestraksi untuk
contoh reaksi bahan organik. Pembakaran minyak atau lemak hewan untuk
mendapatkan bahan dan penerangan adalah suatu pengubahan kimia organik yang
dapat disamakan dengan analisis pembakaran modern yang begitu berguna dalam
struktur atom dan molekul serta pengertian mengenai ikatan dalam senyawa
kimia. Kimia modern dapat dikatakan dimulai pada awal abad 19 dengan
Pada tahun 1832 Wohler dan Liebig memakai konsepsi radikal organik
senyawa organik dengan cara mencampurkan senyawa organik pada pelarut air
dan dietil eter, serta menentukan beberapa reaksi senyawa organik dengan
TINJAUAN PUSTAKA
ruang dua dimensi. Meski pun aspek tiga dimensi juga dipertimbangkan untuk
struktur molekul, perluasan dari gagasan itu untuk molekul organik rupa-rupanya
beranggapan bahwa masalah tata letak atom dalam ruang merupakan salah satu
masalah besar dalam kimia yang barangkali tak akan dapat dipecahkan(Pine dkk,
1988).
pendekatan masalah dengan cara berbeda, mengusulkan bahwa untuk ikatan pada
atom karbon, sebuah model tetrahedon tiga dimensi dapat menjelaskan banyak
senyawa organik sekarang telah ditetapkan. Meski pun mekanika kuantum dari
awal abad 20 dan instrumentasi modern serta cara komputasi telah memberi kita
terdahulu masih banyak memberikan dasar kepada teori struktur sekarang (Pine
dkk, 1988).
Kalau kita lihat kembali perkembangan kimia organik, sering sukar untuk
menghargai kecerdasan para kimiawan zaman dulu. Setelah satu abad atau lebih
dipergunakan dan diperbaiki, kita anggap gagasan mengenai struktur adalah hal-
hal biasa. Perkembangan struktur molekul secara terperinci dengan hanya melalui
penalaran induktif merupakan suatu prestasi besar dari daya pikir manusia (Pine
dkk, 1988).
Sudah terang bahwa kimia senyawa organik jauh lebih rumit daripada
senyawa yang tergolong anorganik (atau mineral). Karena semua senyawa organik
yang dikenal pada awal abad 19 berasal dari bahan kehidupan baik hewan maupun
kekuatan hidup khusus. Dikemukakan bahwa hal inilah yang merupakan kunci
perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. Pada waktu itu, kebanyakan
kimiawan percaya bahwa senyawa yang memiliki kekuatan hidup tak dapat
disintesis dari bahan anorganik dari bahan laboratorium (Pine dkk, 1988).
Etanol disebut juga etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai
kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada
heksana dan akhiran ana- berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal
senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air
seperti, bahan kimia dalam obat-obatan dan sebagai pelarut untuk vinil dan akrilik
rsin, lak, cat alkid, tinta, kosmetik dan pernis. Hal ini juga digunakan dalam
penyusunan kertas pelapis, perekat, dan juga digunakan sebagai bahan awal dalam
sintesis banyak senyawa. Aseton dapat diproduksi industri melalui dua tahap,
yang pertama adalah oksidasi kumena hidroperoksida dan yang kedua adalah
METODOLOGI PERCOBAAN
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu dietil eter,
kloroform, n-heksana, etanol dan etil asetat, aseton, glukosa, fruktosa, vitamin C,
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi,
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian pada
tabung 1 diisi dengan 0,5 mL air, dan pada tabung 2 diisi dengan 0,5 mL dietil
eter. Kedalam tabung 1 dan tabung 2, ditambahkan setetes demi setetes (kurang
Disiapkan enam buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian
alkohol (2), aseton (3), kloroform (4), glukosa (5), dan vitamin C (6). Untuk
tabung (1), (2), dan (3) ditambahkan dengan larutan KMnO4. Untuk tabung (4) di
tambahkan dengan NaI dengan aseton, kemudian tabung reaksi dikocok. Untuk
tabung (5) di tambahkan dengan Fehling A+B, dipanaskan. Untuk tabung (6) di
tambahkan dengan I2 atau betadin. Diamati perubahan yang terjadi pada setiap
tabung.
BAB IV
Bening Tidak
Kloroform X X X
(warna tidak bereaksi
berubah)
Glukosa X X Orange X Bereaksi
Tidak
Vitamin C X X X Orange
bereaksi
4.2 Reaksi
C6H14+ KMnO4
C2H5OH+ KMnO4
C3H6O + KMnO4
C6H12O6 +
Berdasarkan dari teori, senyawa organik hanya larut pada pelarut yang
sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik yang bersifat polar
hanya dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik non polar hanya dapat
larut pada pelarut non polar pula. Sehingga campuran bersifat homogen yaitu
hanya terdapat satu fase dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat
dibedakan lagi.
membandingkan antara kelarutan n-heksana dalam aquades dan dietil eter. Dari
percobaan ini diperoleh n-heksana yang dicampur dengan aquades memiliki dua
fase, dimana fase diatas adalah n-heksana dan fase dibawah adalah aquadesnya.
Hal ini dikarenakan massa jenis aquades lebih besar dari massa jenis n-heksana.
Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase,
dimana n-heksana dan dietil eter dapat bercampur (homogen). Hal ini
menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa non polar karena dapat larut
antara kelarutan kloroform dalam aquades dan dietil eter. Dari percobaan ini dapat
diperoleh kloroform yang dicampur dengan aquades memiliki dua fase. Dimana
fase diatas adalah fase kloroform dan fase dibawah adalah fase aquades. Sama
dengan uji coba pertama, uji coba kedua juga dikarenakan massa jenis dari
aquades lebih besar dari massa jenis kloroform. Sedangkan kloroform yang
dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, terlihat dari menyatunya kedua
larutan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk senyawa non polar
sebab dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar.
membandingkan antara kelarutan etanol dalam aquades dan dietil eter. Dalam
percobaan ini diperoleh etanol yang dihomogenkan dengan aquades maupun dietil
eter sama-sama menghasilkan satu fase. Hal ini dikarenakan etanol yang memiliki
sifat semi polar, tetapi dalam teorinya etanol cenderung bersifat polar karena
adanya gugus hidroksil pada etanol yang menyebabkan penyebaran yang tidak
antara lain kondisi bahan yang sudah tidak murni lagi karena kesalahan
pemakaian pipet tetes dalam mengambil bahan dan kurangnya keterampilan pada
praktikan.
dalam aquades dan dietil eter. Sama dengan uji coba yang pertama dan kedua, uji
coba yang keempat juga menghasilkan dua fase dalam mencampurkan etil asetat
dengan aquades dan menghasilkan satu fase dalam mencampur etil asetat dengan
dietil eter. Hal ini menunjukkan bahwa etil asetat bersifat non polar dikarenakan
massa jenis aquades yang lebih besar dibanding massa jenis etil asetat.
heksana, alkohol, dan aseton dengan KMnO4 diperoleh ketiga campuran tersebut
dapat bereaksi. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang terjadi pada ketiga
campuran dan adanya endapan pada campuran alkohol maupun aseton dengan
KMnO4. Akan tetapi dalam teorinya, n-heksana tidak dapat bereaksi dengan
KMnO4. Penyimpangan yang terjadi dikarenakan faktor dari kondisi bahan yang
diperoleh campuran tersebut tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan tidak terdapat
perubahan warna, tidak adanya endapan, dan karena gugus Cl pada kloroform
diperoleh adanya reaksi (bereaksi). Hal ini dikarenakan adanya perubahan warna
I2/betadin diperoleh bahwa tidak terjadinya reaksi. Hal ini dikarenakan tidak
adanya perubahan warna. Akan tetapi, pada teorinya vitamin C dengan I2/betadin
diikat oleh I2 membentuk dua molekul HI. Penyimpangan yang terjadi disebabkan
karena kondisi bahan yang sudah tidak baik lagi dan kurangnya keterampilan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan nonpolar. Kelarutan
larut dalam senyawa polar. Senyawa polar antara lain etanol, aseton, dan
eter.
2. Senyawa organik seperti alkohol dan aseton dapat mengalami reaksi oksidasi
reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan vitamin C dapat mengalami reaksi
5.2 Saran
Saran saya untuk laboratorium agar bisa lebih memperbanyak alat agar
proses parktikum bisa berjalan lebih cepat dan masing-masing praktikan bisa
Saran untuk asisten adalah pertahankan sikap ramah dan tanggung jawab
kepada praktikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Munawaroh, S., Handayani, P., A., 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
(Citrus Hystrix D. C.) dengan Pelarut Etanol dan N-heksana, Jurnal
Kompensasi Teknik, 2 (1): 73-78.
Pine, S., H., Hendrickson, J., B., Cram, D., J., Hammond, G., S., 1988, Kimia
Organik Jilid 1, Bandung, ITB.
Said, A., E., A., El-Wahab, M., M., M., A., Goda, M., N., 2016, Selective
Synthesis of Aceton from isopropyl Alcohol Over Active and Stable CuO-
NiO Nanocomposites at Relatively Low-Temperature, Journal of Basic and
Applied Sciences, 1 (1): 1-9.
. Konsepsiradikalkimiainitidaklahbarusebab Gay
Lussactelahmemperkenalkannya