METODOLOGI ASWAJA
Disusun oleh :
Kelompok 2
FALKUTAS TEKNIK
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
.sholawat dan salam kita sampaikan kepada nabi kita Muhammad SAW . Atas limpahan rahmat
dan kasih sayang Allah SWT , kami kelompok 5 sebagai penyusun makalah ini dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul METOLOGI ASWAJA . Penyusunan
makalah tersebut merupakan salah satu tugas yang di berikan dalam mata kuliah Aswaja dan ke
Nu an UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
Mengingat akan kemampuan yang penyusunan miliki , dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun materi . Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak baik yang bersangkutan akan sangat membantu dalam penyempurnaan makalah ini .
Dalam penyusunan makalah ini kami dari kelompok 2 menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada pihak-pihak yang banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini ,khususnya kepada Dosen kami Asharul Mutaqin . Mpd I .yang telah memberikan
tugas da arahan kepada kami ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan .. 8
3.2 Saran 9
ii
BAB 1
PENDAHULIUAN
Teologi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan ke-Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta,
terutama hubungannya dengan manusia. Perbedaan pandangan mengenai telogi menurut banyak aliran
dikarenakan banyaknya pandangan-pandangan tentang Iman dan Kufur, tentang perbuatan tuahan dan Manusia,
tentang Akal dan Wahyu.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada
Nya Malaiakat-Malaikat-Nya, Kitab-kitab yang diturunkan oleh-Nya kepada para Rosul-rosul-
Nya untuk disampaikan kepada semua makhluk-NYa.
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari Makalah ini adalah untuk memberikan pengertian serta penjelasan :
1.3.1 Untuk memahami teologi ASWAJA .
1.3.2 Untuk mengetahui dasar ASWAJA dan posisi akal .
1.3.2 Untuk memahami ASWAJA dalam menyingkapi masalah aqidah .
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang teologi, prinsip prinsip dasar
dan aqidah ASWAJA .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Aswaja tanpa terasa telah memberikan arah dan model keberagamaan yang bervariasi
bagi masyarakat muslim sesuai dengan hasil pendekatan tafsir para imam yang di ikutinya.
Namun demikian, terma aswaja tidak sedikit menyisakan problematika di kalangan internal
ummat islam itu sendiri, utamanya dalam hal yang berkaitan dengan masalah teologis. Banyak
kalangan yang mengatakan, akar dari permasalahan tersebut bersumber dari kepentingan politis
yang bermuara pada simbol-simbol teologis dan hajat keagamaan lainnya.
Pada awalnya Nahdhatul Ulama (NU) adalah sebuah identitas kultural keagamaan yang
di anut oleh mayoritas ummat Islam Nusantara. Keberadaan Nahdhatul Ulama (NU) antara lain
sebagai reaksi terhadap gerakan puritanisme (pemurnian Islam) dari bidah, tahayyul, dan
khurafat. Di mana gerakan puritanisme ini adalah gerakan yang gemar menuding pihak lain yang
sering melakukan bidah dan sesat. Bagi paham Nahdiyyin perbedaan tafsir, mazhab, atau aliran
dalam tiap-tiap agama adalah sebuah anugerah.
Yang menjadi pokok persoalan, akhir-akhir ini banyak klaim yang dengan lantang
mengatakan kalau golongan ini adalah ahli bidah dan golongan itu juga ahli bidah. Sehingga
akhirnya yang terjadi adalah ada golongan yang merasa paling benar bahkan sampai
memvonisnya sebagai yang paling benar. Padahal hal tersebut tidak perlu terjadi, sehingga
adanya perbedaan tidak membuat perselisihan dan saling mempertahankan pemikiran, baik
dalam aliran keagamaan, individu, sampai pertentangan keyakinan amaliah agama sekalipun,
sehingga yang paling di utamakan adalah kemaslahatan ummat.
3
2.2 Memahami dasar ASWAJA dan posisi akal
Prinsip dasar Ahlussunnah wal Jama'ah, yang bersumber kepada al-Qur'an, sunnah, ijma',
dan qiyas ini telah menjadi paradigma sosial-kemasyarakatan warga NU yang terus
dikembangkan sesuai dengan konteks perkembangan masyarakat Islam dan pemikirannya.
Prinsip-prinsip dasar ini meliputi :
1. TAWASSUTH
Tawassuth merupakan sikap pertengahan , tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Hal ini
disarikan dari firman Allah SWT :
><
Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan)
agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan
supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.
(QS al-Baqarah: 143).
Artinya Warga Nahdliyin selalu bersikap seimbang dalam setiap menghadapi dan mensikapi
berbagai macam persoalan.
2. TAWAZUN
Tawazun merupakan sikap seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil aqli
(dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Quran dan
Hadits). Firman Allah SWT :
Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)
Artinya Warga Nahdliyin dalam mensikapi berbagai macam persoalan disikapinya dg pola yg
terukur , terarah, terkonsep dan dan tersusun dengan metodologi yg bisa dipertanggung
jawabkan.
4
3. ITIDAL
Itidal merupakan sikap tegak lurus atau bersikap adil. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak
membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan
janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah
karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)
Artinya Warga Nahdliyin dalam mensikapi berbagai macam harus berani mengatakan yg haq itu
adalah haq, dan yang bathil itu adalah bathil walaupun terhadap org lain yg berbeda agama , ras,
suku dan kebangsaannya.
4. TASAMUH
Tasamuh merupakan sikap toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang
yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman
Allah SWT :
Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Firaun)
dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)
Artinya Warga Nahdliyin dapat hidup berdampingan dengan warga ataupun komunitas lain
walaupun berbeda agama , ras, suku dan kebangsaannya.
Aswaja menekankan bahwa pilar utama ke-Imanan manusia adalah Tauhid, sebuah
keyakinan yang teguh dan murni yang ada dalam hati setiap Muslim bahwa Allah-lah yang
Menciptakan, Memelihara dan Mematikan kehidupan semesta alam. Ia Esa, tidak terbilang dan
tidak memiliki sekutu.
Pilar yang kedua adalah Nubuwwat, yaitu dengan meyakini bahwa Allah telah menurunkan
wahyu kepada para Nabi dan Rosul sebagai utusannya. Sebuah wahyu yang dijadikan sebagai
petunjuk dan juga acuan ummat manusia dalam menjalani kehidupan menuju jalan kebahagiaan
dunia dan akhirat, serta jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Dalam doktrin Nubuwwat ini,
ummat manusia harus meyakini dengan sepenuhnya bahwa Muhammad SAW adalah utusan
Allah SWT, yang membawa risalah (wahyu) untuk umat manusia. Dia adalah Rasul terakhir,
yang harus diikuti oleh setiap manusia.
Pilar yang ketiga adalah Al-Maad, sebuah keyakinan bahwa nantinya manusia akan
dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan setiap manusia akan mendapat imbalan sesuai
amal dan perbuatannya (yaumul jaza). Dan mereka semua akan dihitung (hisab) seluruh amal
perbuatan mereka selama hidup di dunia. Mereka yang banyak beramal baik akan masuk surga
dan mereka yang banyak beramal buruk akan masuk neraka.
7
BAB 111
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Prinsip dasar yang menjadi rujukan bagi tingkah laku sosial dan pemahaman keagamaan warga
NU yang bersumber kepada al-Qur'an, sunnah, ijma', dan qiyas meliputi :
1. Tawassuth
2. Tawazun
3. Itidal
4. Tasamuh
Dalam hubungan dengan upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi
antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran dalam al-
Quran dan Sunnah Rosul.
2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui
maksut-maksut yang tercakup dalam al-Quran dan Sunnah Rosul.
3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dari dalam al-Quran dan
Sunnah Rosul.
4. Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan dalam al-Quran dan Sunnah.
Aswaja menekankan bahwa pilar utama ke-Imanan manusia adalah Tauhid dan seterusnya yang
berkaitan dengan kewajiban sebagai muslim.
8
3.2 Saran
Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat tentang
Metologi aswaja terutama di bidang teknik sipil.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. http://abasawatawalla01.blogspot.co.id/2013/06/pemikiran-teologi-ahl-al-sunnah-wa-
al.html
2. https://almanhaj.or.id/4063-kedudukan-akal-dalam-islam.html
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam
4. https://www.kompasiana.com/adasucimakbullah/rekonstruksi-teologi-ahlussunnah-wal-
jama-ah-dari-teosentris-menuju-an
10