kelopak mata
5. Under the Nose (UN): tepat
di bawah hidung
6. Chin Point (CH): di anatara
dagu dan bagian bawah
bibir
b. Daerah dada:
1. Collar Bone (CB): di
ujung tempat bertemunya
tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama
2. Under the Arm (UA): dibawah ketiak sejajar dengan
puting/nipple
3. Bellow Nipple (BN): 2,5 cm di bawah puting/nipple
c. Daerah tangan:
1. Inside of Hand (IH): di bagian dalam
tangan yang berbatasan dengan telapak
tangan
2. Outside of Hand (OH): di bagian luar
tangan yang berbatasan dengan telapak
tangan
3. Thum Point (Th): Ibu jari disamping luar
bagian bawah kuku
4. Index Finger (IF): Jari telunjuk di samping
luar bagian bawah kuku (bagian yang
menghadap ibu jari)
5. Middle Finger (MF): jari tengah samping
luar bagian bawah kuku (bagian yang
menghadap ibu jari)
6. Ringer Finger (RF): Jari manis disamping
luar bagian bawah kuku (bagian yang
menghadap ibu jari)
7. Baby Finger (BF): di jari kelingking
disamping luar bagian bawah kuku
(bagian yang menghadap ibu jari)
8. Karate Chop (KC): disamping telapak tangan, bagian yang
digunakan untuk mematahkan balok
9. Gamut Spot (GS): di antar ruas tulang jari kelingking dan
jari manis
Keterangan : Khusus pada titik Gamut Spot ini, sambil men-tapping titik
tersebut dilakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9
gerakan untuk merangsang otak. Sembilan gerakan itu
adalah :
1. Menutup mata
2. Membuka mata
3. Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah
4. Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah
5. Memutar bola mata searah jarum jam
6. Memutar bola mata berlawanan jarum jam
7. Bergumam dengan berirama selama 3 detik
8. menghitung 1, 2, 3, 4, 5
9. Bergumam lagi selama 3 detik
Setelah menyelesaikan 9 Gamut Procedure, langkah terkahir adalah meng-
ulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop).
Kemudian diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan
menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur (Alhamdulillah).
B. Kunci Keberhasilan SEFT
Ada 5 hal yang harus diperhatikan agar SEFT yang dilakukan efektif.
Lima hal ini harus dilakukan selama proses terapi, mulai dari Set-Up, Tune-
In, hingga Tapping. Jika salah satu atau beberapa dari kelima hal ini
diabaikan, maka SEFT tidak akan efektif bahkan terapi yang dilakukan juga
bisa gagal. Kelima hal tersebut adalah yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah dan
syukur (Hamka, 2009).
ANALISIS PICO
Problem :
Intervention :
Comparision :
Judul : Efektivitas Terapi Spritual Emotion Freedom Technique (Seft)
Terhadap Penurunan Insomnia Pada Remaja Sebagai Residen Napza
Hasil :
Adapun hasil analisis data yang menggunakan analisis kualitatif, menunjukkan
bahwa terdapat penurunan skor skala insomnia antara subjek KE dan KK pada
saat sebelum dan sesudah perlakuan. Subjek KE cenderung mengalami
penurunan skor skala insomnia, dan hal ini bisa bertahan dari fase pretest,
posttest sampai dengan follow up. Sedangkan subjek KK tidak mengalami
penurunan keluhan insomnia, bahkan cenderung dalam kategori sangat tinggi dari
fase pretest, posttest hingga follow up.
Judul : Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT)Untuk
Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah sakit
Hasil :
Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa pasien pada kelompok kontrol dan
perlakuan sama-sama mengalami gangguan kualitas tidur. Setelah diberikan
terapi SEFT pada kelompok kontrol kualitas tidur pasien terpenuhi pada hari ke-
3. Sedangkan pada kelompok perlakuan kualitas tidur pasien sudah terpenuhi
pada hari pertama. Hasil ini membuktikan bahwa terapi SEFT meningkatkan
kualitas tidur pasien pascaoperasi sejak hari pertama.
Outcome:
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Terapi SEFT terbukti berpengaruh terhadap penurunan insomnia pada
remaja sebagai residen NAPZA. Hal tersebut dapat dilihat pada
saatpretest,posttest dan follow up. Pada gambar perbandingan skor
pretest skor insomnia pada subjek eksperimen dan kontrol mengalami
skor insomnia yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan skor insomnia pada fase pretest. Kemudian
kelompok eksperimen mengalami penurunan setelah diberikan terapi
atau fase posttest sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami
penurunan justru kenaikan skor insomnia pada fase posttest. Khusus
pada kelompok eksperimen efektivitas terapi SEFT masih tetap
bertahan pada fase follow up.
2. Peningkatan kualitas tidur subjek, walaupun subjek terkadang masih
tidur diatas jam 23.00, namun subjek mudah untuk mulai tidur, tidak
terbangun pada malam hari, dan walaupun terbangun malam hari
namun dapat dengan mudah untuk tidur kembali, saat bangun tubuh
dalam keadaan segar, tidak terganggunya kegiatan pada keesokan
harinya, serta tidak menggunakan obat tidur. Hal ini tidak terjadi pada
kelompok control yang sampai fase follow up sesekali masih
menggunakan obat tidur.