Anda di halaman 1dari 20

Konservasi Tumbuhan Pangan Hutan

ETNOBOTANI PANGAN MASYRAKAT LOKAL DI BIAK PADA


PULAU NUMFOR KABUPATEN BIAK NUMFOR
Disusun oleh :
Muh.Rezzafiqrullah R E351150121

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang mendasar
bagi setiap manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus
selalu terjamin. Dewasa ini daya dukung lingkungan semakin menurun
sehingga ketersediaan bahan pangan juga turut berkurang. Hal tersebut
dapat terlihat dari banyaknya kasus kelaparan dan gizi buruk yang terjadi
di berbagai belahan dunia, khususnya di negara berkembang termasuk
Indonesia. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil menjadi negara yang
berswasembada beras. Akan tetapi, dengan terus bertambahnya jumlah
penduduk dan makin sempitnya lahan untuk pertanian terutama untuk
tanaman pangan menyebabkan menurunnya jumlah produksi total beras.
Hal ini menyebabkan pada saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor
beras terbesar di dunia dengan rata-rata impor beras yang dilakukan
adalah 1,4 juta ton per tahun (Yudohusodho dalam Prakoso, 2006). Maka
dari itu, perlu dilakukan diversifikasi pangan yaitu mencari bahan pangan
alternatif pengganti beras yang nilai gizinya hampir sama atau bahkan
melebihi beras.
Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin
ketahanan pangan bagi penduduknya. Program penganekaragaman
pangan oleh pemerintah berbahan non beras sangat penting dilakukan
agar masyarakat dibiasakan mengkonsumsi beranekaragam makanan
pokok selain beras. Upaya peningkatan hasil pertanian sebagai salah satu
bidang penyedia bahan makanan pun terus dilakukan. Tetapi, sumber
pangan tersebut tidak mencukupi kebutuhan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut yaitu perlu dilakukan upaya
diversifikasi bahan pangan pokok yaitu dengan memanfaatkan bahan
pangan alternatif antara lain Pokem, jagung, sorghum, kentang,
singkong, ubi jalar, gandum dan lain-lain.
Papua merupakan wilayah yang memiliki keberagaman hayati yang
cukup lengkap. Keberagaman ini menyebabkan berlimpahnya sumber
makanan yang ada. Walaupun kebanyakan orang awam hanya mengenal
sagu sebagai makanan pokok kelompok-kelompok etnis di Papua, tetapi
banyak pula variasi sumber makanan untuk pemenuhan karbohidrat yang
belum teridentifikasi dengan baik. Kelompok etnis yang mengkonsumsi
jenis umbi-umbian lokal atau jenis sumber makanan lain misalnya, orang
Karon, salah satu kelompok etnis di kepala burung Papua yang
mengkonsumsi jenis-jenis pisang asli yang hanya tumbuh di hutan-hutan
ulayat mereka sebagai makanan pokok. Sebagian orang pun menganggap
bahwa unsur budaya di Papua yang berkaitan dengan sistem mata
pencaharian hidup adalah berburu dan meramu (food gathering) padahal
banyak pula kelompok etnis di Papua yang mengusahakan lahan mereka
dengan membudidayakan tanaman lokal dengan sistem teknologi,
pengetahuan lokal, dan bentuk-bentuk pembagian tenaga kerja yang
cukup menarik bila dikaji lebih jauh.
Sumber pangan spesifik lokal Papua seperti ubi jalar, talas, gembili,
sagu, dan Pokem telah dibudidayakan oleh masyarakat asli Papua secara
turun temurun. Komoditas tersebut telah menjadi sumber bahan makanan
utama bagi masyarakat Papua. Husain (2004) dalam Rauf dan Lestari
(2009) menyatakan, pangan lokal adalah pangan yang diproduksi
setempat (suatu wilayah/ daerah tertentu) untuk tujuan ekonomi dan
atau konsumsi. Dengan demikian, pangan lokal Papua adalah pangan
yang diproduksi di Papua dengan tujuan ekonomi atau produksi. Kondisi
agroekosistem Papua sangat mendukung pengembangan komoditas
pertanian, terutama komoditas pangan spesifik lokal. Namun,
pengembangan komoditas tersebut tidak merata di dataran Papua,
kecuali ubi jalar yang dapat dijumpai di berbagai wilayah, baik pada
dataran rendah maupun dataran tinggi, terutama pada wilayah
pegunungan tengah. Selain ubi jalar, sagu juga merupakan bahan
makanan pokok bagi masyarakat Papua, terutama yang berdomisili di
dataran rendah atau di pesisir pantai atau danau. Sagu tumbuh baik pada
daerah rawa, meskipun dapat pula tumbuh di daerah kering. Papua
merupakan salah satu wilayah yang memiliki hutan sagu terluas di
Indonesia. Widjono et al. (2000) menemukan 61 aksesi sagu melalui
survei yang dilakukan di daerah Jayapura, Manokwari, Sorong, dan
Merauke. Jumlah aksesi tersebut masih memungkinkan bertambah
karena survei baru dilakukan di sebagian wilayah potensial sagu di Papua.
Sumber pangan alternatif yang beragam di Papua, mulai dari umbi-
umbian, serealia, buah-buahan, dan bahkan tanaman obat dapat
menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat setempat sehingga
terhindar dari kekurangan gizi (malnutrition) atau kelaparan. Namun,
sosialisasi pemanfaatan sumber pangan alternatif tersebut belum
dilakukan secara bijak dan berkelanjutan. Selain itu, masyarakat mulai
bergantung pada sumber pangan beras karena selain enak juga mudah
diperoleh. Hal tersebut merupakan salah satu dampak kebijakan
pemerintah yang hanya terfokus pada terjaminnya ketersediaan beras.
Kebijakan tersebut tanpa disadari telah mengubah menu karbohidrat
masyarakat dari nonberas ke beras, terutama pada daerah yang secara
tradisional mengonsumsi pangan bukan beras, seperti kawasan timur
Indonesia (Suharno et al 2015). Pada waktu tertentu, terutama di daerah
terpencil, untuk memperoleh beras sangat sulit karena terbatasnya sarana
transportasi. Pada kondisi yang demikian, pemanfaatan pangan lokal
sangat diperlukan sebagai salah satu penyangga ketahanan pangan pada
tingkat rumah tangga. Pemanfaatan sumber pangan lokal di Papua masih
dilakukan secara tradisional, baik dari aspek budi daya maupun
pengelolaan pascapanen. Dengan demikian diperlukan percepatan adopsi
teknologi pemanfaatan sumber pangan lokal yang diharapkan dapat
menjadi salah satu penyangga ketahanan pangan di daerah.
Pokem “gandum” Papua merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal
(endemik) di Papua khususnya di Kabupaten Biak Numfor (Rauf dan
Lestari, 2009). Pokem merupakan salah satu jenis tanaman yang
termasuk kelompok dari genus Setaria dengan nama spesies Setaria
italica (L.) Beauv (Hubbard, 1915). Biji pokem oleh sebagian besar
masyarakat lokal dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok khususnya
bubur untuk bayi, anak balita dan berbagai olahan bahan makanan bagi
orang dewasa. Sekitar 67% dari jumlah penduduk lokal di Pulau Numfor
yang mencapai 21.000 jiwa masih menggantungkan hidupnya dari
produksi tanaman ini, baik untuk pemenuhan kebutuhan sehari–hari
maupun acara adat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pulau Numfor dan Masyrakat Etnis Numfor


Pulau Numfor merupakan sebuah pulau yang terletak pada sebelah
utara Pulau Irian. Secara administratif, Pulau Numfor termasuk wilayah
Kabupaten Biak Numfor. Pulau ini terletak di utara Papua. Terletak di
Teluk Cendrawasih yang berjarak lima puluh kilometer sebelah barat Biak
dan Supiori dan 70 km sebelah timur dari kota pelabuhan Manokwari.
Bentuk pulau ini hampir oval dan memiliki luas wilayah 335 kilometer
persegi. Hal ini terutama dikelilingi terumbu karang , kecuali untuk
beberapa titik di pantai tenggara Pulau Numfor karena ada yang bertebing
curam. Bagian terbesar dari pulau ini adalah hutan hujan tropis.
Ketinggian pulau ini mencapai 204 meter, tetapi tidak ada puncak
menonjol dan relatif datar secara keseluruhan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kawasan Pulau Numfor
mempunyai jenis tanah hasil pelapukan yang berasal dari batuan kapur.
Profil tanah menunjukkan bahwa lapisan atas hanya berkisar antara 10–
50 cm sedangkan lapisan bagian bawah merupakan batuan induk berupa
kapur. Data iklim yang diukur saat penelitian menunjukkan bahwa suhu
rata–rata di daerah ini berkisar antara 30–36oC pada siang hari. Suhu di
pagi, sore dan malam hari dapat turun menjadi 27oC. Kisaran suhu dari
pagi hingga malam hari antara 27oC hingga 37oC. Di beberapa kampung
ditemukan tumbuhan pokem berada pada ketinggian antara 12 hingga 55
m di atas permukaan laut, daerah Pulau Numfor merupakan kawasan
dataran dengan perbukitan rendah mencapai 204 m dpl suhu rata–rata
tahunan adalah 28oC, kelembaban udara 86,3 %, sedangkan curah hujan
adalah 287,5 mm. Penduduk yang ada di Pulau Numfor adalah etnis Biak
dengan beberapa keret (marga) dari Pulau Biak serta keret yang berasal
dari Pulau Numfor, disebut oleh penduduk lokal dengan Numfor tulen atau
asli (Wawancara; Hans Mandowen, Baruki, September 2013 dalam Assa
et al 2015). Keret-keret tersebut adalah;
 Kamer
 Yewun
 Sorbu
 Rumbrawer
 Rumadas
 Kawyan
 Meyak (tidak pernah diketahui lagi keberadaannya, atau hanya mitos
penduduk lokal, yaitu manusia gaib atau penunggu hutan)
 Mananbief
 Rumbruren
Masyarakat pulau Numfor kebanyakan bekerja sebagai nelayan atau
berladang sebagai mata pencahariannya. Kontur pulau Numfor yang
berbukit, memiliki celah-celah yang tanahnya cukup subur untuk
dimanfaatkan dalam bercocok tanam. Dalam berladang, mereka
berpindah secara berkala dalam tempo 8 bulan, dengan membuka lahan
dari hutan. Di sektor perikanan, wilayah perairan pulau Numfor
merupakan wilayah air dalam yang dasarnya didominasi oleh batu karang,
sehingga usaha yang berkembang di sana adalah usaha perikanan air
dalam dan perikanan perairan karang dangkal (Assa et al 2015).

Etnobotani Pangan Masyrakat Etnis Numfor


Tanaman utama yang diusahakan oleh masyarakat setempat adalah
pokem (Setaria italica) dan kacang hijau (Vigna radiata). Selain kedua
tanaman tersebut, masih ada jenis tanaman lain seperti ubi kayu (Manihot
esculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas), jagung (Zea mays), pepaya
(Carica papaya), dan Talas (Colocasia esculenta). Hal ini disebabkan
karena keadaan numfor yang memliki jenis tanah dari pelapukan kapur
dan suhu yang cukup panas sehingga hanya beberapa tanaman saja yang
dapat tumbuh di daerah ini (Suharno et al 2015). Tanaman pangan yang
tumbuh di numfor lebih banyak berhabitus herba dibandingkan dengan
pohon dan semua jenis tumbuhan pangan ini tumbuh di ladang maupun
dihutan.

Habitus Tumbuhan Pangan

43% herba
57% pohon

Gambar 1. Habitus tumbuhan Pangan


Masyarakat numfor melakukan pemanfaatan lebih cenderung pada bagian
biji dan umbi dari jenis tanaman pangan yang tumbuh di daerahnya,
karena jenis tumbuhan pangan yang tumbuh di pulau numfor bagian yang
disukai untuk di konsumsi adalah umbi, biji dan buah dengan
pemanfaatan bagian biji dan umbi yang lebih banyak dimanfaatakan
untuk kebutuhan pangan.
BAGIAN TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN

biji
43% 43%
buah
umbi

14%

Gambar 2. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan

Selain itu juga cara pemanfaatan yang dilakukan oleh masyrakat


numfor masih sederhana walaupun dari beberapa tumbuhan pangan yang
ada cara pemanfaatanya adalah dengan diolah dan sebagian kecil
langsung dimakan.
Cara Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Oleh
Masyarkaat Etnis Numfor
Dimakan
Langsung
14%
dimakan langsung
Diolah diolah
86%

Gambar 3. Cara Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Oleh Masyarkaat Etnis


Numfor
diolahnya pun masih sangat tradisional seperti ubi jalar, ubi kayu, talas,
pokem, kacang hijau dan jagung diolah dengan cara di rebus ataupun
untuk ubi jalar, ubi kayu dan jagung bisa juga diolah dengan cara dibakar.
Untuk pokem masyarakat etnis numfor mengolahnya dengan cara di
tumbuk lalu direbus hingga menjadi bubur atau bisa juga diolah seperti
nasi. Untuk pepaya masyarakat numfor langsung memakan buahnya.
Tumbuhan Pokem dan Masyrakat Etnis Numfor
Tumbuhan pangaan yang tumbuh di numfor ada satu jenis yang
sangak erat dengan masyarakat numfor yaitu Pokem atau “gandum”
papua. Pokem (Setaria italica) atau millet adalah sejenis sereal berbiji kecil
yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan
Tenggara sebelum mereka bercocok tanam tumbuhan serealia lainnya.
Pokem termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai
kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi,
jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman
pokem sendiri adalah tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian.
Sebagaian besar masyarakat belum mengenal pokem sebagai sumber
pangan sehingga selama ini tanaman pokem hanya dijadikan sebagai
pakan burung. Padahal tanaman ini dapat diolah menjadi sumber
makanan oleh masyarakat guna mendukung ketahanan pangan dan
mengantisipasi masalah kelaparan (Marlin, 2009 dalam Hildayanti 2012).
Tanaman pokem adalah tanaman semusim seperti rumput, yang
ketinggiannya dapat mencapai 2 m, mempunyai malai yang rapat dan
berambut sehingga orang menamakannya dengan tanaman ekor rubah.
Bulirnya yang kecil, diameternya hanya sekitar 3 mm, bahkan masih ada
yang lebih kecil. Warna bulirnya beraneka ragam, mulai dari hitam, ungu,
merah sampai jingga hingga kecoklatan.
Menurut masyarakat Biak Numfor dalam Rumbrawer (2003), ada
lima jenis Pokem yang dijumpai di Biak Numfor, yaitu pokem vesyek
(Pokem cokelat), pokem verik (Pokem merah), pokem vepyoper (Pokem
putih), pokem vepaisem (Pokem hitam), dan pokem venanyar (Pokem
kuning). Salah satu jenis Pokem yang dibudidayakan petani pada lahan
kering Biak Numfor disajikan pada Bagi penduduk Biak Numfor, Pokem
telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok dan komoditas
adat. Rumbrawer (2003) menyatakan bahwa orang Numfor telah
berabad-abad menggantungkan hidupnya pada budi daya Pokem sebagai
pangan pokok selain umbi-umbian dan kacang hijau. Selanjutnya
dinyatakan bahwa orang Numfor adalah penanam, penghasil, distributor,
dan konsumen Pokem maupun kacang hijau sejak dahulu kala.

Gambar 4. Jenis - jenis Pokem


Pokem memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif
rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman
ini termasuk hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga
bawah steril sedangkan bunga atas hermaprodit. Biji bulat telur lebar,
melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat
hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Leonard dan Martin, 1988). Biji
pokem masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang
memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya
memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji pokem
terdiri dari perikarp, dan embrio. Biji bulat telur, melekat pada sekam
kelopak dan sekam mahkota. Klasifikasi pokem adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae Gambar 5.
Genus : Setaria Pokem (Setaria
Spesies : Setaria italica italica)

Pokem termasuk tanaman serealia ekonomi keempat setelah padi,


gandum, dan jagung. Biji pokem mudah dijumpai di kios maupun di pasar-
pasar burung. Biji pokem mengandung karbohidrat dan protein yang tidak
kalah dengan beras, bahkan tepung pokem unggul dari kandungan
kalsium jagung (Widyaningsih dan Mutholib, 1999). Pokem menempati
urutan ke-enam sebagai biji-bijian paling utama dan dikonsumsi sepertiga
penduduk dunia. Salah satu sumber utama penyedia energi, protein,
vitamin dan mineral, kaya vitamin B terutama niacin, B6 dan folacin juga
asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, fenilalanin dan treonin serta
mengandung senyawa nitrilosida yang sangat berperan menghambat
perkembangan sel kanker (anti kanker), juga menurunkan resiko
mengidap penyakit jantung (artheriosclerosis, serangan jantung, stroke
dan hipertensi). Sehubungan dengan perubahan pemanfaatan pokem dari
cara tradisional untuk pangan (bubur, dodol, bajet) ke bahan baku pakan
dan industri, maka pokem lokal berpeluang terdesak oleh jenis impor
sehingga menjadi punah. Oleh sebab itu upaya menyelamatan sumber
daya genetik masa datang perlu dilakukan. pokem lokal jenis foxtail
maupun pokem impor yang ada di pulau Lombok perlu segera
dilestarikan. Tiga jenis pokem yang populer yaitu jenis brownstop, Pearl
millet, dan jenis proso atau Italian millet (Hildayanti 2012).
Menurut Budi (2003) kandungan gizi pokem lebih tinggi dari
kandungan gizi yang ada pada gandum. Jika melihat kandungan gizi yang
ada peluang untuk dkembangkan sebagai subsitusi beras, terigu.
Kebijakan pemerintah dalam pengembangannya untuk memperkaya
sumberdaya pangan alternatif sangat diperlukan.
Gambar 6. Perbandingan Gizi Pokem Dengan Gandum
Pokem atau gandum Papua memiliki keunggulan dibandingkan
dengan jenis gandum lainnya. Pokem mengandung karbohidrat lebih
tinggi, yakni 74,16% dibanding gandum (Triticum spp.) yaitu 69%. Ini
menunjukkan bahwa Pokem berpotensi sebagai sumber pangan
fungsional, terutama sebagai sumber energi (Suharno et al 2015). Pokem
berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memperkuat ketahanan
pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Pokem memiliki
keunggulan dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lain,
seperti dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah
kurang subur, tahan kekeringan, mudah dibudidayakan, umur panen
pendek, dan kegunaannya beragam. Petani umumnya menanam Pokem
dengan sistem hambur benih secara langsung setelah lahan dibakar.
Simanjuntak dan Ondikleuw (2004) dalam Suharno et al (2015)
melaporkan, hasil Pokem dengan cara tanam hambur benih secara
langsung tanpa pemupukan lebih rendah dibandingkan dengan cara
tanam pindah atau hambur benih secara larikan. Biji pokem oleh sebagian
besar masyarakat lokal dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok
khususnya bubur untuk bayi, anak balita dan berbagai olahan bahan
makanan bagi orang dewasa. Sekitar 67% dari jumlah penduduk lokal di
Pulau Numfor yang mencapai 21.000 jiwa masih menggantungkan
hidupnya dari produksi tanaman ini, baik untuk pemenuhan kebutuhan
sehari–hari maupun acara adat.
Tumbuhan pokem telah dikenal oleh masyarakat di Pulau Numfor
sejak lama. Banyak masyarakat mengungkapkan bahwa tumbuhan
tersebut telah ada di pulau sejak nenek moyang mereka. Tidak diketahui
sejak kapan tumbuhan ini mulai dikembangkan (domestifikasi) sebagai
bahan makanan pokok bagi masyarakat lokal. Di Pulau Numfor
masyarakatnya mengusahakan budidaya pokem, kecuali di Distrik Numfor
Timur. Sebagian besar petani pokem terkonsentrasi di Distrik Numfor
Barat, dan sebagian kecil di Distrik Bruyadori dan Poiru. Hampir di setiap
kampung yang ada di Distrik Numfor Barat membudidayakan tanaman ini.
Beberapa lokasi yang mempunyai kebun dalam skala luas yakni berukuran
lebih dari 30 x 30 m ditemukan di Kampung Kameri, Warido, Baruki,
Serbin, Namber, Manggunsi, Orkeri, dan Sandow, sedangkan beberapa
kampung lain diketahui dalam luasan yang lebih kecil. Tidak adanya
masyarakat yang membudidayakan pokem di Distrik Numfor Timur
kemungkinan karena masyarakatnya beralih profesi dari petani pokem ke
kegiatan lain. Sebagian lagi, petani di distrik ini lebih mengutamakan
untuk menanam kacang hijau.
Cara budidaya pokem menurut orang Numfor jaman dulu
mempunyai kebisaaan yang disebut aukaker pokem, artinya rencana kerja
ladang pokem. Kemudian wosayai yafbabo yaitu upacara pembukaan
lahan baru. Upacara ini selalu dilaksanakan sebelum pengerjaan ladang
pokem Menurut Rumbrawer, kedua upacara ini memiliki makna agar
Tuhan atau Mankundi (Manggundi: Kamma) menyelamatkan para pekerja
agar terhindar dari bahaya dan hasil panen pokem bisa berlimpah. Dalam
mempertahankan pemenuhan pangannya orang numfor ini mempunyai
adat – adat tertentu pada saat melakukan budidaya pokem ini. Sistem
bercocok tanam masyarakat di Pulau Numfor adalah ladang berpindah.
Jumlah penduduk lokal yang masih sedikit belum menjadi masalah bagi
penggunaan lahan dalam membuat ladang (kebun) di masing–masing
kampung. Setiap warga (keluarga) mempunyai hak yang sama untuk
membuka ladang di hutan.
Sistem bertani ladang berpindah masyarakat Numfor agak berbeda
dengan daerah Papua lainnya. Menurut Suharno (2001) sebagian besar
masyarakat di pegunungan memilih membuka ladang mereka dengan
berbagai pertimbangan, seperti berdekatan dengan sungai (kali) kecil,
tanah yang akan dibuka diperkirakan subur, dan pengerjaannya mudah
diakses. Akan tetapi, untuk wilayah Numfor pertimbangan ini tidak selalu
dilakukan kecuali untuk kemudahan dalam akses menuju lokasi. Hal ini
kemungkinan karena hampir semua lokasi lahan yang ada di sekitar
kampung mempunyai jenis tanah yang berkapur. Dalam setahun,
biasanya dapat dilakukan tiga (3) kali masa tanam. Menurut Rumbruren
(2014) dalam Suharno et al (2015) masa tanam untuk pokem biasanya
sekitar bulan Februari, Agustus, dan Nopember.
Masyarakat lebih memilih lokasi ladang yang akan dibuka dekat
dengan akses jalan. Pengalaman dari membuka lahan disekitar lahan
“lama” menjadi pilihan agar lebih mudah dalam pengerjaannya. Tidak ada
pertimbangan apakah lahan yang akan dibuka subur atau tidak, karena
menurut mereka sebagian besar lahan mereka hampir sama kondisi
tanahnya Lahan yang akan dimanfaatkan untuk kebun pokem dibuka
dengan cara membersihkan rumput, ranting dan pohon – pohon kecil dan
pohon – pohon besar, setelah itu dilakukan pembakaran. Jika telah
dilakukan pembakaran, aktivitas selanjutnya adalah membuat batasan–
batasan sekitar 4 x 2 meter, yang disebut “ario”. Tujuan dibuatnya
kakaruk dan ario adalah untuk mempermudah proses penebaran benih
dan pemantauan terhadap keberhasilan perkecambahan biji pokem di
lahan budidaya. Menurut kepercayaan adat, hanya orang tertentu yang
dipercaya tetua adat yang ditunjuk untuk dapat menebar benih.
Benih ditebar dengan cara menyebar benih di dalam Ario. Beberapa
hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses ini adalah
penebaran yang merata di dalam sekat–sekat ario, tidak terjadi
penumpukkan benih, dan dipastikan setiap ario telah ditebar benih. Sekat
ario akan mempermudah dalam mamantau tingkat keberhasilan
penanaman. Penebaran benih dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
cara maju dan cara mundur. Namun, sebagian besar dilakukan dengan
cara mundur dengan jarak tebar sekitar 2,5 hingga 3,0 meter. Pada
kondisi seperti ini, setelah penebaran benih tidak seorang pun boleh
masuk di wilayah ini termasuk pemilik lahan. Oleh karena itu, secara adat
setelah penebaran benih sisa–sisa tangkai buah biasanya diletakkan di
sudut–sudut lahan yang mudah terlihat oleh masyarakat umum. Hal ini
menandakan bahwa lahan tersebut baru saja ditebar benih. Pemliharaan
dilakukan pada saat tanaman pokem mengalami gangguan hama dan
penyakit. Masyarakat numfor saat ini sudah menggunakan pestisida
dalam menghalau hama dan penyakit di peneleitian lain menyebutkan
dalam meghalau hama dan penyakit masyrakat numfor menggunakan
tumbuhan yang di tnaman di sekitar ladang Suharno et al (2015).
Pemanenan dilakukan setelah buah pokem telah matang yang
ditandai dengan perubahan warna bulir buah dari warna kehijauan
menjadi cokelat hingga cokelat kehitaman. Keberadaan sistem siobawes
menyebabkan proses panen dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
dilakukan pada buah dengan ukuran bulir yang lebih panjang, sedangkan
pada tahap kedua, dilakukan pada sisa bulir hasil panen pertama. Pada
panen kedua, biasanya ukuran panjang bulir lebih pendek. Istilah
masyarakat setempat untuk panen kedua ini adalah kroro. Sistem
pemanenan dengan dua tahap ini juga berfungsi untuk memilih produk
berkualitas dan kesempatan dalam memilih “benih bermutu” baik sebagai
sumber benih untuk masa tanam berikutnya. Petani menyimpan sebagian
hasil panen mereka untuk benih pada masa tanam berikutnya. Benih–
benih ini hanya dimasukkan ke dalam karung, dan tidak diletakkan di atas
“loteng” tungku api seperti halnya perlakuan mereka terhadap benih
jagung dan kacang hijau. Penyimpanan benih masih dalam bentuk bulir
bertangkai karena dianggap mampu bertahan lama. Menurut masyarakat
dalam bentuk seperti itu, benih mampu bertahan hingga 2–3 tahun,
sedangkan jika sudah dalam bentuk biji, hanya mampu bertahan antara
1 hingga 2 tahun saja Suharno et al (2015).
Fungsi Pokem sebagai Tradisi Lokal Etnis Numfor
Pokem sebagai tanaman yang perlu dilestarikan adalah tradisi dan
bagian dari budaya yang merupakan bentuk kearifan lokal penduduk
terhadap sumber daya alam serta pengetahuan lokal yang dimiliki. Karena
itu, pokem memiliki beberapa fungsi, selain hanya sekedar tanaman untuk
dijadikan bahan pangan masyarakat.
Fungsi Sosial
 Menjadikan satu ciri atau identitas dari masyarakat numfor sebagai
tradisi dengan menanam pokem, menjadikan tradisi ini melekat pada
masyarakat etnis Numfor sehingga mempererat interaksi sosial antar
penduduk kampung di Numfor karena suatu lahan yang akan dibuka
untuk menanam pokem membutuhkan keterlibatan sejumlah orang.
Demikian pula saat memanen, sehingga pihak keluarga dan kerabat
bahkan masyarakat kampung turut serta mengambil bagian.
 Menjaga keseimbangan antara hidup manusia dengan alam sekitarnya,
yang keduanya saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
 Menguatkan kembali pengetahuan lokal masyarakat terhadap
pentingnya tradisi menanam pokem sebagai bagian dari budaya turun
temurun yang di dalamnya memiliki fungsi-fungsi bermasyarakat
karena ada upacara atau ritual yang dilakukan secara bersama (Assa et
al 2015).
Fungsi Ekonomi
Saat ini, masyarakat berkerjsama dengan pemerintah dan pihak
terkait, mulai mengadkan kegiatan sebagai bentuk kepedulian terhadap
pokem dan bahan pangan yang bisa dihasilkannya. Melalui kegiatan PKK
serta posyandu, masyarakat diajak memakai pokem sebagai bahan dasar
membuat pangan bergizi. Selain itu pihak pertanian (meskipun tidak
efisien) mengadakan kegiatan untuk menggiatkan penanaman pokem
agar hasil yang diperoleh lebih banyak dan bermutu. Melalui kegiatan-
kegiatan tersebut, pokem dapat dimanfaatkan secara ekonomis karena
memiliki nilai jual dan nilai pakai. Untuk sekaleng sedang dan beratnya
sekitar 800 gram, dapat dihargai Rp. 100.000. Memang cukup mahal
dibanding hanya membeli sekilo beras yang harganya sekitar Rp. 8.000 –
Rp. 15.000/kg. Karena itu pokem dapat dijadikan juga sebagai bahan
dasar pembuatan kue kering dan cake (kue basah), bubur dan pengganti
nasi atau karbohidrat lainnya
Fungsi Pendidikan (Edukasi)
Fungsi pendidikan adalah dengan melestarikan tradisi menanam
pokem sebagai salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat berarti
masyarakat belajar memanfaatkan sumber daya alam lokal yang telah
diwarisi oleh generasi sebelumnya untuk diteruskan kepada generasi
selanjutnya. Pengetahuan lokal yang telah mereka miliki tersebut berguna
sepanjang hidup mereka, masyarakat diajar hidup berdampingan dengan
alam, serta memperlakukan alam dengan bijaksana. Selain itu,
pembelajaran mengenai hukum sebab akibat melalui tradisi ini diperoleh,
bahwa hasil yang didapatkan saat ini adalah perbuatan mereka
sebelumnya. Bila ingin mendapat hasil melimpah,, perlakukanlah alam
dengan bijaksana. Menjaga lingkungan alam akan membawa manfaat
sepanjang hidup
 anak cucu kelak (Assa et al 2015).
Di samping fungsi pendidikan secara non formal tersebut, mungkin
dapat diperoleh fungsi pendidikan secara formal di bangku-bangku
sekolah tentang tradisi pokem ini. Anak sekolah, khususnya di bangku
Sekolah Dasar ada kurikulum yang berisi muatan lokal tentang
ketrampilan, seni dan budaya. Tradisi mengenai pelestarian tanaman
pokem dapat menjadi bahan ajar yang memperkenalkan siswa akan
pentingnya pelestarian sumber daya alam melalui kearifan lokal yang
dimiliki suku bangsanya, sehingga timbul minat serta rasa cinta terhadap
tradisi dan budaya lokal.
Fungsi Agama
Dalam tradisi masyarakat menanam dan memanen pokem,
bisaanya diadakan upacara-upacara dan ritual tertentu oleh beberapa
orang yang telah ditentukan atau yang dipercaya. Dalam upacara
tertentu, masyarakat atau pihak penyelenggara yang ikut terlibat akan
mengadakan doa bersama yang dilakukan sesuai kepercayaan, yaitu
Kristen yang merupakan mayoritas agama yang diyakini sebagian besar
etnis Biak yang ada di pulau Numfor. Doa bersama yang dipimpin pendeta
atau majelis gereja dilakukan sebagai tanda syukur serta permohonan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar proses pembukaan dan penanaman
lahan dapat berjalan dengan baik serta terhindar dari kejadian-kejadian
yang tak diinginkan. Memohon agar setiap proses yang dilakukan
mendatangkan berkat (rejeki) dan memberi keuntungan bila tiba masa
panen. Agar setiap orang yang terlibat terhindar dari bencana, kecelakaan
(seperti dipagut ular, sakit, dan lain-lain) dan diberi kesehatan serta
kekuatan dalam menyelesaikan lahan kebun pokemnya.
Nilai-nilai dalam Pokem
Fungsi-fungsi yang telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa
tradisi lokal berkaitan dengan tanaman pokem mempunyai makna dan
tugas yang penting dalam kehidupan masyarakat etnis Biak di pulau
Numfor. Meskipun fungsi-fungsi tersebut mulai berkurang dan bergeser,
namun ada nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Setiap tradisi lokal
yang merupakan bagian dari budaya suatu kolektif masyarakat tentu
memiliki nilai yang dapat ditampilkan atau dihasilkan.
Nilai Sosial
Sebagai tanaman, pokem selain bermanfaat ekonomis pokem
memiliki nilai sosial yang berperan penting. Hal ini dapat dianalisis karena
melalui tradisi menanam pokem secara turun temurun dan dilakukan
dengan cara-cara tradisional, keterlibatan masyarakat lokal dalam
melakukan berbagai upacara serta segala bentuk aktifitasnya
menyebabkan terjadinya interaksi antar individu yang satu dengan yang
lain dalam masyarakat. Bahkan dalam kelompok-kelompok tertentu
aktifitas dilakukan demi menjalin kebersamaan serta saling
ketergantungan demi mencapai tujuan tertentu. Tujuan untuk
mendapatkan hasil yang baik sesuai keinginan diwujudkan dalam
beberapa tradisi dalam upacara dan aktifitas bersama. Hal ini
menghasilkan nilai sosial baik secara langsung maupun tidak langsung
yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokal pemegang tradisi.
Pokem memiliki nilai sosial yang cukup penting bagi orang Biak Numfor.
Bisa menjadi social capital atau modal sosial bagi penduduk Numfor.
Bentuk-bentuk kebersamaan marga dalam menanam pokem dapat
menjadi perekat sosial dalam masyarakat yang semakin individualistik.
 Pokem tidak sekedar dipandang sebagai kekayaan kuliner bagi orang
Numfor saja tetapi banyak aspek sosial yang bila dipandang secara
holistik seperti nilai-nilai gotong royong, etos kerja, pembagian kerja
atau peran dalam klen dan pemahaman tentang local knowledge
masyarakat tersebut. Hal ini dapat kita rujuk dalam kajian yang pernah
dilakukan oleh Clifford Geertz dalam penelitiannya tentang involusi
pertanian. Dengan masuknya nilai dan sistem baru dalam pertanian
akan banyak mengubah aspek sosial dalam masyarakat. Tidak dapat
dipungkiri, pokem tidak hanya dipandang sebagai tanaman yang dapat
memenuhi sumber pemenuhan pangan bagi orang Numfor, tetapi juga
ikut menjaga keutuhan nilai-nilai sosial budaya bagi orang Numfor(Assa
et al 2015).
Nilai Budaya
 Nilai budaya dalam alam pikiran masyarakat tertentu mendorong
perlakuan mereka terhadap hidup dan kehidupannya dengan alam
sekitar. Menurut (Koentjaraningrat, 1991) bahwa tiap sistem nilai
budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam
kehidupan manusia. Kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia
yang menjadi landasan bagi variasi sistem nilai budaya adalah, masalah
mengenai hakekat dari hidup manusia, karya manusia, kedudukan
manusia dalam ruang dan waktu, manusia dengan alam sekitar, serta
manusia dengan sesama. Dalam kearifan lokal masyarakat mengenai
tanaman pokem ini, manusia sebagai masyarakat memiliki norma-
norma yang mengatur mereka untuk menjaga keseimbangan alam
demi kelangsungan hidup mereka generasi demi generasi. Dalam
menerapkan aturan tersebut, masyarakat diajak menghargai alam dan
memahami konsekwensi yang diperhadapkan bila mereka melanggar
aturan atau norma-norma yang ada (Assa et al 2015).
KESIMPULAN
Tumbuhan pangan yang ada di masyarakat numfor hanya terdapat
6 jenis, salah satunya adalah pokem. Potensi tanaman pokem (Setaria
italica) sebagai bagian dari ketahanan pangan lokal di Pulau Numfor masih
dilakukan oleh masyarakat. Teknik budidaya yang dilakukan oleh
masyarakat masih berpola pada sistem ladang berpindah dan tradisional.
Nilai gizi yang tinggi pada biji tanaman dapat dijadikan sebagai dasar
untuk mengembangkan bahan pangan lokal ini sebagai bahan pangan
alternatif nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Assa VR, Apituley PM, Mandowen M, Rumbiak A. 2015. Tanaman Pokem
dalam Tradisi Lokal Etnis Biak di Pulau Numfor Kabupaten Biak Numfor.
Jakarta (ID). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Budi, I. Made. 2003. Pemanfaatan Gandum Papua (Pokem) Sebagai
Sumber Pangan Alternatif Untuk Menunjang Ketahanan Pangan
Masyarakat Papua. Lokakarya Pangan Spesifik Lokal di Provinsi Papua.
Hubbard FT. 1915. A Taxonomic Study of Setaria italica and Its Immediate
Allies. American Journal of Botany, 2(4):169–198.
Hildayanti. 2012. Studi Pembuatan Flakes Jewawut (Setaria italica).
Makassar.[skripsi]. Universitas Hassanudin Makassar.
Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta
(ID). Gramedia Pustaka Utama.
Loenard, W. H. dan J. H. Martin, 1988. Cereal Crops. New York (USA).
Macmillan Publishing Co., Inc.
Malik, A. 2008. Pokem (Setaria italica) Sumber Pangan Alternatif di Papua.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua. Jayapura.
Rauf AW, Lestari MS. 2009. Pemanfaatan komoditas pangan lokal sebagai
sumber pangan alternatif di papua. Jurnal Litbang Pertanian Vol 28(2):
54-62.
Rumbrawer F. 2003. Pokem Terigu Unggul Masa Depan. Jurnal
Antropologi Papua. 2(5):18–41.
Suharno, 2001. Sistem Bercocok Tanam (Pertanian) Masyarakat Danau
Bira, Kecamatan Mamberamo Tengah, Kabupaten Jayapura. Sains
1(1):19–25.
Suharno, Sufaati S, Agustini V, Tanjung RHR. 2015. Usaha Domestifikasi
Tumbuhan Pokem (Setaria italica L.) Masyarakat Lokal Pulau Numfor,
Kabupaten Biak Numfor Sebagai Upaya Menunjang Ketahanan Pangan
Nasional. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 22(1): 73-83.
Widjono AY. Mokay, Amisnaipa H. Lakuy A. Rouw A. Resubun, Wihyawari
P. 2000. Jenis-jenis Sagu Beberapa Daerah Papua. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Widyaningsih dan A. Mutholib. 1999. Pakan Burung. Jakarta (ID). Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai