Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKOLOGI

“KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM


PERAIRAN”

Disusun oleh :
1. Ananda Putri Andrina
2. Arina Da Selva
3. Bunga Dewi Arum Sari
4. Ibnu Akil
5. Julfyani matasari

Kelompok 7
1 D - IV A

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2017/2018Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan karena
izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Keanekaragaman Hayati. Tak
lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal, Nabi
Muhammad SAW. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam
makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk kita
semua.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta


interaksi diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati
atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang
berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan
ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun
berevolusi.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan
Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat
kaya dan khas.

Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan
keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di
muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang
mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga
ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit.

Disekeliling tempat tinggal kita terdapat banyak sekali mahluk hidup yang berbeda jenis
menempati suatu tempat baik itu didarat dan di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun,
sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai
dari makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar seperti
burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah
dan menarik.

Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik
meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk
hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat kita lihat secaralangsung. Komponen abiotik
meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain
faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan
mineral.

Tentunya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa factor
biotik dan abiotik. Faktor biotic meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang
termasuk faktor abiotik adalah iklim, cuaca, suhu, air, tanah, udara, kelembaban, dan salintas.
Faktor biotic dan faktor abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu ekosistem yang merupakan
kesatuan dari faktor biotik dan faktor abiotik pun bervariasi.

Kombinasi antara kedua komponen tersebutlah yang mengakibatkan terbentuknya sebuah


ekosistem. Sebagai contoh ekosistem air tawar. Dimana contoh ekosistem air tawar ini
berekosistem sungai, di dalam sungai terdiri dari berbagai mahluk hidup, seperti ikan, serangga
sungai, tumbuhan seperti tumbuhan kangkung, lumut yang semua komponen tersebut melakukan
interaksi.

Semua ekosistem ini memberikan hidup bagi semua mahluk hidup yang menempatinya. Oleh
karena itu kelestariannya patut kita jaga agar dapat memberikan manfaat kepada manusia.
Kerusakan yang terjadi tersebut juga dilakukan oleh manusia yang telah mengambil manfaat dari
ekosistem yang mereka rusak. Oleh karena itu dalam makalah ini akda diulas tentang
keanekaragaman hayati tingkat ekosistem dalam hal ini ekosistem air tawar dan pelestariannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Keanekaragaman hayati?


2. Bagaimana keanekaragaman populasi di air tawar,laut dan estuaria ?
3. Bagaimana kenakaragaman Spesies di air tawar,laut dan estuaria ?
4. Bagaimana keanekaragaman ekosistem di air tawar,laut dan estuaria ?
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta


interaksi diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati
atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang
berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan
ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun
berevolusi.

2.2. Keanekaragaman ekosistem di perairan

A. Keanekaragaman hayati tingkat Ekosistem.

Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk
hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Makhluk hidup dalam kehidupan selalu melakukan interaksi dengan
lingkungannya, baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Bentuk interaksi
tersebut akan membentuk suatu sistem yang dikenal dengan isitilah ekosistem. Keanekaragam
Tingkat ekosistem adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara
ekosistem.Lingkungan abiotik sangat mempengaruhi keberadaan jenis dan jumlah komponen
biotik (makhluk hidu). Wilayah dengan kondisi abiotik berbeda umumnya mengandung
komposisi makhluk hidup yang berbeda. Variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi ini akan
menghasilkan keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekaragaman Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah
jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Tumbuhan bersel satu yang hidup di air tawar mempunyai dinding sel kuat misalnya beberapa
alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar.

Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, mengatasi perbedaan tekanan osmosis dengan melakukan osmoregulasi
untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, clan
pencernaan.

Organisme dalam air dapat digolongkan berdasarkan aliran energi dan cara hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan) dan fagotrof,
yaitu karnivor predator, parasit, dan saproba atau organisme yang memakan sisa-sisa
organisme.
2. Berdasarkan cara hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; melayang-layang (bergerak
pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau berada
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau
benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan.
Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air
tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luas. Di danau terdapat
pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya
matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya
matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan suhu yang drastis,
disebut terrnoklirt. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di
dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a. Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air
yang hangat berdekatan dengan tepi danau. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar
dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis,
serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik, angsa,
dan mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar
matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan cyanobakteri.
Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan
musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil pemangsa
fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang
lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kurakura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme
lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh
dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme
mati

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organiknya, yaitu sebagai berikut.

a) Danau oligotrofik
Oligotrofik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b) Danau eutrofik
Eutrofik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan
makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat
bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
c) Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi
organik dan endapan yang masuk. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas
manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang
memperkaya danau dengan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan
populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan
yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Peristiwa seperti ini
disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan
mengurangi nilai keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak
mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tumbuhan berakar,
sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai
sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai
besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya
dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner.
Misalnya bertubuh pipih dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari
pusaran air.

2. Keanekaragam Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.Tetapi kami hanya
menjelaskan tentang ekosistem laut dan estuari.

1. Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl- mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan
air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan
laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.

Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentulazya rantai makanan.

Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara
horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

a)Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

b) Neritik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar,
dalamnya ± 300 meter.

c) Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2.500 meter.

d) Abisal merupakan daerah yang lebih jauh clan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m). Lihat
Gambar 10.19.

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut, laut dibedakan
sebagai berikut.

a) Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.

b) Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m.


Hewannya misalnya ikan hiu.

c) Batiopelagik merupakan daerah jereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang
hidup di daerah ini misalnya gurita.

d) Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m; tidak terdapat


tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah iii. e) Hadal
pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini
biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produser di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama
dengan tekanan osmosis air laut.

Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengao cara banyak minum air, pengeluaran urinsedikit, clan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan
melalui insang secara aktif.

1. Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Lihat Gambar 10.22.

Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya
daerah estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri
dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh
karena itu ekosistem estuary sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan
karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap
lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap
pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi
bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme
pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk
ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.

Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh
komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman
komponen biotic dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang
cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak cukup
dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau disosialisasikan, padahal
ekosistem estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.

Pembagian dan Macam-Macam Tipe Estuari

Estuari sebagai sebuah ekosistem memiliki macam-macam tipe dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

1. Perbedaan salinitas di wilayah estuari mengakibatkan terjadinya proses pergerakan massa


air. Air asin yang memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar menyebabkan
air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar ke permukaan menuju
laut. Sistem sirkulasi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya proses up-welling. Yaitu
prosespergerakan antar massa air laut dan tawar yang menyebabkan terjadinya stratifikasi atau
tingkatan-tingkatan salinitas. Sehingga terbentuklah beberapa tipe estuari, yaitu:

a. Estuari positif (baji garam)

Estuari tipe ini memiliki ciri khas yaitu gradien salinitas di permukaan lebih rendah
dibandingkan dengan salinitas pada bagian dalam atau dasar perairan. Rendahnya salinitas di
permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang memiliki berat jenis lebih ringan
dibanding air laut akan bergerak ke atas dan terjadi percampuran setelah beberapa saat
kemudian. Kondisi ini, juga dapat disebabkan pula oleh rendahnya proses penguapan akibat
sedikitnya intensitas matahari yang masuk pada wilayah estuari. Tipe estuari ini dapat ditemukan
di wilayah sub tropis yang mana terjadinya penguapan rendah dan volume air tawar yang relatif
banyak. Sedangkan untuk wilayah tropis sendiri, dapat pula ditemukan tipe ini apabila terjadi
musim penghujan. Yang mana intensitas cahaya matahari pada musim tersebut sedikit dan massa
air tawar yang masuk lebih besar(Knox, 1986).

b. Estuari negatif

Estuaria tipe ini biasanya ditemukan di daerah dengan sumber air tawar yang sangat sedikit dan
penguapan sangat tinggi seperti di daerah iklim gurun pasir. Keadaan dari estuari tipe ini
dikarenakan oleh air laut yang masuk ke daerah muara sungai melewati permukaan sehingga
mengalami sedikit pengenceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas jumlahnya.
Lalu tingginya intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat sehingga air
permukaan hipersalin (banyak mengandung garam) (Knox, 1986).

c. Estuari sempurna

Percampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical dari permukaan sampai
ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini kondisinya sangat tergantung dari
beberapa faktor antara lain: volume percampuran masa air, pasang surut, musim, tipe mulut
muara dan berbagai kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna kadang terjadi atau
ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan aliran air tawar yang masuk
ke daerah muara seimbang dengan pasang air laut serta ditunjang dengan mulut muara yang lebar
dan dalam (Knox, 1986).

2. Berdasarkan geomorfologi, iklim, dan sejarah geologinya estuari dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:

a. Estuari dataran pesisir

Estuari ini terbentuk pada akhir jaman es, ketika permukaan laut menggenangi lembah sungai
yang letaknya lebih rendah dibanding dengan permukaan laut itu sendiri.

b. Estuari tektonik

Terjadi karena turunnya permukaaan daratan sehingga daerah tertentu khususnya didekat pantai
digenangi air.

c. Estuari semi-tertutup (gobah)


Terbentuk karena adanya gumuk pasir yang sejajar dengan garis pantai dan sebagian wilayahnya
memisahkan perairan yang terdapat dibelakang gumuk dengan air laut. Keadaan ini
menyebabkan terbentuknya gumuk yang merupakan tempat penampungan bagi air tawar dari
daratan. Salinitas yang terdapat dalam gobah bervariasi tergantung keadaan iklim, ada tidaknya
aliran sungai yang masuk, dan luas wilayah gumuk pasir membatasi masuknya aliran air laut
yang masuk.

B. Keanekaragaman hayati tingkat spesies / jenis.

Keanekaragaman jenis adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup antar jenis
atau antar spesies. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok
sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies
(keanekaragaman gen).

Kita dapat mengenal makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Misalnya,
melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah
laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati.
Keanekaragaman tingkat spesies (jenis) adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara
organisme yang tergolong dalam jenis yang berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili
maupun tidak.

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi)
yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan
makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi

C. Keanekaragaman hayati tingkat populasi.

1. Air Tawar

Binatang Air Tawar :

Ikan mas, ikan mujair, ikan nila, ikan bandeng, ikan cupang, ikan cere, ikan betok, ikan sepat,
yuyu, katak, dan lain sebagainya.
Flora ekosistem air tawar:

Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan tingkat tinggi
(Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).

Fauna ekosistem air tawar:

Hampir semua filum dari dunia hewan terdapat pada ekosistem air tawar, misalnya protozoa,
spans, cacing, molluska, serangga, ikan, amfibi, reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu
hidup di air, ada pula yang
ke air bila mencari makanan saja.

Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut :

-Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa
alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri.
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar
sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

-Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya
ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

2. Air Laut

Binatang Air Laut :


– Ikan tenggiri, ikan teri, cumi-cumi, sotong, gurita, teripang, kuda laut, kepiting, kerang hijau,
dan banyak lagi lainnya.

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan
air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan
laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan
air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.

2. Estuaria.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap
mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan
pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup
di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya
antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut
dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu
unggas air.
Daftar Pustaka

https://id.m.wikipedia.org

ikadekrestamo.blogspot.com

diversitaspisang.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai