Pada prinsipnya, cross match dilakukan untuk mendeteksi ketidakcocokan antara darah donor
dan darah resipien yang tidak dapat ditemukan pada proses penggolongan darah sebelumnya.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai jenis, metode, prosedur/cara kerja, dan interpretasi
hasil cross match untuk melengkapi pembahasan pada artikel sebelumnya.
Ada dua jenis cross match yang biasa dilakukan, yaitu mayor cross match dan minor cross
match. Menurut Dhurba Giri (2015), mayor cross match adalah pengujian antara serum pasien
dengan sel-sel donor untuk mengetahui apakah pasien memiliki antibodi yang dapat
menyebabkan reaksi transfusi hemolisis atau penurunan ketahanan sel-sel donor. Sementara,
minor cross match adalah pengujian antara sel-sel pasien dengan plasma donor untuk
mengetahui apakah terdapat antibodi di dalam plasma donor yang berfungsi melawan antigen
yang terdapat di dalam sel pasien. Sementara, menurut Syarifah (nd), mayor cross match
adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan minor cross match adalah serum donor
dicampur dengan sel penerima. Selain mayor cross match dan minor cross match,
sebagaimana yang tertera pada Standard Operating Procedure For Blood Transfusion dari
WHO dan BANBCT (2013), jenis cross match juga terdiri dari saline cross match dan
antiglobulin cross match. Keduanya sama-sama digunakan untuk mendeteksi ketidakcocokan
antara darah donor dan darah pasien. Namun, antiglobulin cross match digunakan untuk
mendeteksi ketidakcocokan yang diakibatkan oleh antibodi yang aktif pada suhu 37⁰C sehingga
memiliki tahapan yang dilakukan pada suhu tersebut, sementara saline cross match dilakukan
sesuai suhu ruangan.
Pemeriksaan cross match dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua jenis
metode, yaitu antara metode gel atau metode tabung. Namun, saat ini metode pemeriksaan
cross matchyang digunakan oleh UTD dan BDRS adalah metode gel dalam cup kecil. Sebab,
metode gel lebih mudah dan praktis untuk digunakan. Meskipun sebenarnya metode tabung
saat ini menggunakan teknik yang lebih ketat, yaitu dengan menggunakan beberapa fase dan
medium pemeriksaan seperti bovine lbumin, serum coombs, dan inkubasi pada suhu 37⁰C,
yang dapat menambah sensitivitas pemeriksaan cross match.
Prosedur/Cara Kerja cross match dengan metode Diamed Gel Tet yang selama ini digunakan
oleh UTD/BDRS dan digunakan oleh RS PKU Muhammadiyah Gombong terdiri dari:
2. Ambil liss/Coombs Card, tandai dengan identitas Pasien/Donor, buka penutup alumunium
dengan bantuan mikropipet, kemudian masukkan:
Masukkan kartu ke inkubator. Inkubasi 37⁰C, 15 menit (tekan tombol timer 1/2/3)
3. Kemudian untuk Direct Coombs Test (DCT) cara kerjanya terdiri dari:
Baca reaksi
Interpretasi hasil cross match yang selama ini digunakan oleh UTD/BDRS dan digunakan oleh
RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah:
(Gambar)
Keterangan:
Periksa sekali lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor, apabila sudah
sama artinya terdapat Irregular Antibody pada serum pasien. Ganti darah donor, lakukan cross
match lagi sampai mendapatkan hasil cross negatif pada mayor dan minor. Apabila tidak
ditemukan hasil cross match yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti, maka harus
dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam hal ini sampel darah
dikirim ke UTD Pembina terdekat.
Ada Irregular Antibody pada serum/plasma donor. Ganti dengan darah donor lain, lakukan
cross match lagi.
Lakukan Direct Coombs Test pada pasien. Apabila DCT = positif, hasil positif pada cross match
minor berasal dari autoantibodi. Apabila derajat postif pada minor sama atau lebih kecil dari
derajat positif pada AC/DCT, darah boleh dikeluarkan. Namun apabila derajat positif pada minor
lebih besar dibandingkan derajat positif AC/DCT, maka darah tidak boleh dikeluarkan, ganti
darah donor, lakukan cross match lagi sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih
kecil disbanding AC/DCT.
Periksa ulang golongan darah pasien maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back
typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan darah. Lakukan DCT pada pasien, apabila positif
bandingkan derajat positif DCT dengan Minor, apabila derajat positif minor sama atau lebih
rendah dari DCT, maka derajat positif pada minor diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari
autoantibodi. Sedangkan, apabila derajat positif terdapat pada mayor, maka positif tersebut
disebabkan adanya Irregular Antibody pada serum pasien. Ganti dengan darah donor baru
hingga ditemukan hasil mayor negatif.