Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Mata Kuliah

Bab 7 & 8 (Teori Akuntansi Positif)


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi
Dosen : Sutrisno T., SE., M.Si., Dr., Ak., Prof

Disusun oleh :
Elok Hendiono 125020307111050
Kelas CG

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MALANG
2015
Asal Mula Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif mulai dikenal pada pertengahan tahun 1960-an yang tertuang dalam
Journal Accounting Review. Publikasi dengan teori akuntansi positif pun mulai terkenal sejak
diterbitkannya tulisan Ball dan Brown (1968) di Journal Accounting Research. Pergeseran ini terjadi
karena mulai berkembangnya komputer dan perubahan sekolah bisnis di US sehingga
menyebabkan penelitian empiris menjadi lebih mudah. Hipotesis pertama yang berkembang adalah
Efficient Market Hypothesis. Hipotesis ini memandang harga sekuritas merefleksikan informasi
akuntansi yang yang tersedia untuk publik dan kemudian pasar pun akan secara efisien
mengevaluasi informasi tersebut. Pasar merupakan tempat berkompetisi untuk informasi tentang arus
kas masa depan dakan sangat cepat merespon perubahan atas informasi baru yang diterbitkan.
Manager pun harus memilih metode akuntansi yang mempengaruhi arus kas serta memberikan
pengungkapan yang benar. Sehingga, pada hipotesis ini tidak mengharap adanya regulasi.
Regulasi/intervensi pemerintah dapat melarang penggunaan metode akuntansi tertentu yang dapat
mengakibatkan inefisiensi.
Namun, menurut penelitian Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) akan terjadi
abnormal return yang disebabkan adanya informasi yang tidak diekspektasi. Abnormal return tersebut
didefinisikan sebagai perbedaan antara expected return dan pengembalian aktual. Selain itu,
dalam EMH, dapat diperhatikan bahwa pada dasarnya pemilihan metode akuntansi tidak memiliki
pengaruh terhadap reaksi pasar karena pasar akan mengetahui perubahan itu dengan baik. Namun,
pemilihan metode akuntansi menjadi berpengaruh karena adanya agency theory yang
memberikan dampak pada informasi yang asimetris. Agency theory merupakan konflik
kepentingan antara manager (agen) dan pemilik (prinsipal). Adanya konflik agen ini menimbulkan
biaya transaksi dan informasi.

Pengertian
Teori Akuntansi Positif adalah teori yang memprediksi tindakan-tindakan pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer merespon terhadap usulan standar
akuntansi yang baru.
PAT mempunyai pandangan bahwa perusahaan mengorganisir diri mereka sendiri dalam cara
yang paling efisien, seperti untuk memaksimalkan prospek mereka untuk terus bertahan hidup sehingga
sejumlah perusahaan akan lebih terdesentralisir ketimbang perusahaan lain, sejumlah perusahaan
menjalankan aktivitas didalam sedangkan perusahaan lainnya mengontrakkan aktivitas yang sama pada
pihak luar, sejumlah perusahaan melakukan pembiayaan lebih banyak dengan hutang ketimbang
perusahaan lainnya, dan seterusnya
Perbedaan Teori Positif dibandingkan dengan teori-teori normative adalah Sebuah teori positif
berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu sedangkan Teori normatif cara
bagaimana praktek tertentu harus dilakukan yaitu, cara berangkat dari pratek yang ada.
Berkaitan dengan Teori Akuntansi Positif menjelaskan praktik akuntansi. Hal ini dirancang
untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan akan dan mana perusahaan tidak akan menggunakan
metode tertentu tetapi mengatakan apa-apa untuk metode dimana perusahaan harus menggunakan.
"(Watts dan Zimmerman 1986)
Teori Akuntansi Positif Berfokus pada hubungan antara berbagai individu dan bagaimana
akuntansi digunakan untuk membantu fungsi hubungan ini. Contoh hubungan pemilik dan manajer,
manajer dan penyedia utang perusahaan
Asumsi yang mendasari Teori Akuntansi Positif yaitu Aksi Semua individu didorong oleh
kepentingan pribadi dan individu akan bertindak secara oportunistik sejauh tindakan akan
meningkatkan kekayaan mereka, tidak memasukkan gagasan loyalitas atau moralitas.
Pada akhirnya, tujuan dari teori ini adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan
akuntansi antar perusahaan yang berbeda. Jadi, PAT tidak berusaha untuk menceritakan pada
individu atau unsur-unsurnya apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal ini
disebut teori normatif.

Peran Akuntan dalam Meminimalkan Biaya Transaksi Organisasi


Dalam teori agensi, perusahaan dianggap berada dalam nexus of contracts. Kontrak ini berisi
bahwa semua golongan yang mempunyai klaim atas output tidak akan melakukan tindakan lain yang
merugikan. Hal ini disebabkan asumsi mekanisme internal yaitu menguntungkan individu =
menguntungkan organisasi serta asumsi adanya mekanisme pasar,
Perspektif oportunistik merupakan tindakan ex post (apa yang dilakukan sesudah). Perspektif
ini ditunjukkan dengan manajer yang memilih metode tertentu karena adanya bonus berdasar kontrak.
Prinsipal mengantisipasi dengan meminta manajer menggunakan metode akuntansi tertentu yang
dapat mengurangi agency cost.

Biaya agen
 Biaya pemantauan adalah Biaya perilaku monitoring agen, misalnya laporan keuangan audit

• Biaya Bondingadalah biaya yang terlibat dalam agen ikatan perilaku mereka dengan harapan
kepala sekolah, misalnya penyusunan laporan keuangan
• Kerugian residual: terlalu mahal untuk menghapus semua perilaku oportunistik
Accounting Based Agreements dengan Kelompok Tertentu Memberikan Insentif pada
Manajer untuk Memanipulasi Angka Akuntansi
Watts and Zimmerman (1990) mengeluarkan The Accounting Review yang berisi :
a. Owner/manager contracting
Dengan adanya kemungkinan konflik agensi, maka pemilik pun membuat suatu kontrak yang berisi
tentang skema bonus untuk manajer. Bonus tersebut bisa tergantung pada laba ataupun nilai
perusahaan yang tercermin dari nilai sekuritas. Laba mengukur secara pasti kinerja manajer. Pemilik
pun berpikir (jangka pendek) manajer tidak bertindak oportunistik karena dapat merubah arus kas
yang berakibat berubahnya nilai perusahaan dan berdampak pada perubahan insentif manajer. Untuk
menjembatani manipulasi yang mungkin terjadi, Cheng (2004) pun menyarankan untuk memberi
insentif pada output akuntansi yang mungkin dimanipulasi.
b. Debt contracting
Kontrak hutang ini muncul karena adanya divergent behaviour yaitu perilaku menghindar dari
membayar hutang (ex : membayar deviden yang besar, terlibat dalam proyek berisiko tinggi)
yang menimbulkan agency cost of debt. Cotter (1998) mengemukakan bahwa debtholders
kemudian mengantisipasi dengan menyusun kontrak hutang demi mengurangi agency cost of debt
dengan mengenakan bunga lebih tinggi serta membatasi, biasanya, dalam hal : 1) Revaluasi.
Perusahaan diharuskan tidak sering melakukan revaluasi serta mengeluarkan nilai revaluasi dari
perhitungan rasio debt to asset, 2) menjaga rasio-rasio tertentu seperti rasio hutang terhadao aset
berwujud, current ratio dan interest coverage.
c. Political Costs
Perusahaan menyadari bahwa ia adalah political scrutiny. Hal ini berarti perusahaan
yang memiliki laba besar dianggap tidak membayar bagian komunitas lain secara adil.
Perusahaan kemudian cenderung melaporkan laba yang rendah untuk mengurangi atensi
media yang dapat membuat perusahaan sebagai sasaran politik pemerintah dan
komunitas lain. Laba yang kecil ini juga dapat membuat masyarakat tidak membongkar
metode akuntansi yang digunakan (rationality uninform) karena biaya yang tinggi kecuali
pada kelompok berkepentingan yang dapat membagi biaya yang besar tersebut. Salah
satu cara untuk menjembatani adalah dengan mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosial yang juga dapat meminimalkan terjadinya cash outflow dari
perusahaan.
Kritik Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif
1. TAP tidak memberikan ‘resep’ yang berarti tidak menyediakan alat untuk meningkatkan praktek
akuntansi
2. TAP tidak bebas nilai. Dalam TAP tidak ada panduan bagaimana apa yang seharusnya
seseorang lakukan. TAP hanya menyediakan informasi efek dari tindakan tertentu dan
menyerahkan kepada torang lain tindakan apa yang akan dilakukan.
3. Asumsi bahwa setiap orang bertindak hanya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi
dianggap terlalu negatif dan terlalu menyederhanakan ditinjau dari sudut pandang kemanusiaan.
4. Tidak ada perkembangan yang berarti sejak tahun 1070-an dengan tiga hipotesis kunci (debt
hypothesis, bonus hypothesis, dan political hypothesis)
5. TAP dianggap cacat secara ilmiah. Hipotesis yang dikemukakan TAP dianggap tidak berdasar
sehingga harus ditolak.
6. Peneliti TAP mengabaikan banyak hubungan organisasi-hubungan khusus dan informasi yang
digunakan hanya informasi yang dianggap peneliti relevan.

Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif

Prediksi yang dibuat oleh PAT sebagian besar diorganisir di area tiga hipotesis yang
diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Berikut hipotesis dalam bentuk
“oportunistiknya” :
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap
seimbang/sama, maka manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih besar
kemungkinannya untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang.
2. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap
sama/tidak berubah, maka semakin dekat perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang yang
berbasis akuntansi, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk memilih
prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang dilaporkan dari periode
mendatang ke periode sekarang.
3. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis). Jika semua hal lain dianggap sama/tidak
berubah, maka semakin besar biaya politik yang dihadapi suatu perusahaan, maka semakin
besar kemungkinan manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan
earning/penghasilan yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang.
Membedakan Teori Akuntansi Posistif (PAT) versi Oportunistik dan Kontrak Efisien

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketiga hipotesis PAT telah dinyatakan dalam bentuk
oportunistik, dimana mereka berasumsi bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
memaksimalkan utilitas yang diharapkan dari mereka relatif terhadap remunerasi, kontrak hutang
serta biaya politik. Ketiga hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk “efisiensi”, atas
asumsi bahwa sistem pengendalian internal, termasuk monitoring oleh dewan komisaris, membatasi
oportunisme, dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat
meminimalkan biaya pengadaan kontrak. Seringkali, dua bentuk format PAT ini membuat prediksi
yang serupa sehingga sulit untuk mengatakan apakah pilihan kebijakan akuntansi dari perusahaan
yang diamati didorong/digerakkan oleh oportunisme atau oleh efisiensi. Penelitian PAT membahas
ini. Merujuk pada studi Mian dan Smith yang melaporkan temuan bahwa perusahaan membuat
keputusan yang efisien dengan merujuk pada penyiapan laporan keuangan konsolidasi.
Chistie dan Zimmerman (1994) juga menyelidiki kondisi pilihan akuntansi yang dapat
meningkatkan income dalam perusahaan sampel yang telah menjadi target pengambilalihan. Dasar
pemikiran mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunistik terjadi, maka
hal itu akan merajalela dalam perusahaan yang selanjutnya diambil alih, ketika manajemen
perusahaan yang ada berjuang untuk mempertahankan pekerjaan dan reputasi mereka dengan
memaksimalkan income bersih yang dilaporkan dan posisi keuangannya. Christie dan Zimmerman
menemukan bahwa, bahkan dalam sampel itu, pengaruh dari pilihan akuntansi yang dapat
meningkatkan income dalam populasi perusahaan masih terbilang kecil.
Sweeney (1994) menemukan bahwa manajer berhati-hati terhadap masalah biaya dan manfaat
dari perubahan kebijakan akuntansi, dan cenderung mengubah kebijakan akuntansi ketika
menghadapi masalah perjanjian hutang hanya ketika hal itu efektif dalam hal biaya. Jika hanya
versi oportunistik dari hipotesis perjanjian hutang yang dipegang, maka manajer akan kurang
memperhatikan biaya dalam usahanya untuk mengatasi masalah perjanjian hutang tersebut.
Penelitian Dechow (1994) juga berhubungan dengan dua versi PAT. Dia berpendapat bahwa jika
akrual sebagian besar adalah hasil dari manipulasi oportunistik terhadap earning/pendapatan yang
dilaporkan, maka pasar yang efisien akan menolak mereka karena mereka memilih arus kas,
dimana arus kas akan sangat berhubungan dengan return saham ketimbang income bersih.
Alternatifnya, jika akrual merefleksikan pengadaan kontrak yang efisien, maka income bersih
harus lebih banyak berhubungan dengan return saham ketimbang arus kas. Uji empirik yang
dilakukan Dechow menemukan bahwa income bersih lebih banyak berhubungan dengan return
saham ketimbang arus kas. Dechow juga berpendapat bahwa ketika akrual relatif besar.Uji
empiriknya menemukan bukti seperti itu, sehingga menambah dukungan lebih lanjut pada
pengadaan kontrak yang efisien.
Studi oleh Subramanyam (1996) juga mendukung pengadaan kontrak yang efisien dan
menemukan bahwa pilihan akrual diskresioner dari manajer digunakan untuk memperbaiki
kemampuan earning saat ini (current earning) untuk memprediksi kinerja perusahaan dimasa
depan, dan untuk meningkatkan manajemen earning. Berdasarkan hal itu, model Jones juga
digunakan oleh Subramanyam untuk mengestimasi porsi diskresioner dari total akrual, dan
berdasarkan efisiensi pasar sekuritas yang ada, sulit untuk mengamati respon pasar yang positif jika
akrual dipilih secara oportunistik. Hal ini menyatakan bahwa versi pengadaan kontrak yang efisien
dari PAT-lah yang menonjol.

Anda mungkin juga menyukai