Oleh,
KELOMPOK VI (ENAM)
1. Elvira (17177011)
2. Indri Rahmawati (17177017)
3. Nita Ella Demelia (17177023)
4. Chelsy Andani (17177042)
5. Yasminul Husna (17177035)
DOSEN :
Dr. Yuni Ahda, M.Si
A. Latar Belakang
William Bateson dan Reginald Punnett, untuk pertama kali melaporkan adanya
penyimpangan data F2 terhadap Hukum Perpaduan Bebas Mendel (Hk.Mendel II).
Penyimpangan ini terjadi karena lokus-lokus terletak pada kromosom yang sama atau
disebut berada pada grup pautan (linkage group) yang sama. Pautan seks dapat terjadi
pada hampir semua organisme, terutama hewan dan manusia. Pautan seks menyebabkan
suatu sifat warisan hanya muncul pada jenis kelamin tertentu. Pautan genetik dapat
dipatahkan oleh peristiwa pindah silang, yang terjadi pada tahap profase I dalam
meiosis. Semakin dekat posisi dua lokus, semakin rendah frekuensi pindah silangnya.
Peristiwa pindah silang menjamin terjaganya variasi maksimum pada keturunan yang
sebesar-besarnya. Usaha menentukan posisi gen atau lokus dalam kromosom disebut
pemetaan gen atau pemetaan kromosom.
Pemetaan genetik merupakan suatu cara untuk menetukan urutan gen-gen di dalam
suatu kromosom. Selain itu, pemetaan genetik juga di gunakan untuk menentukan jarak
relatif antara suatu gen dengan gen yang lain.Terdapat dua cara pemetaan kromosom
yaitu pertama secara fisik melalui observasi mikroskopik atau peta sitologi, dan yang
kedua melalui studi rekombinasi gen atau pindah silang yang disebut peta genetik. Peta
sitologi merupakan peta fisik yang nyata. Jarak yang terdapat pada peta fisik merupakan
jarak yang nyata, gen-gen akan ditampilkan melalui pita-pita kromatin. Peta genetik
merupakan peta relatif yang didasarkan pada frekuensi rekombinasi yang tercatat. Nilai
yang dihasilkan dari suatu perhitungan dapat dikoreksi oleh perhitungan lain seandainya
diperoleh data tambahan. Selain kedua cara di atas, bersamaan dengan berkembangnya
teknik molekular muncul peta-peta molekular tingkat DNA berdasarkan marka
molekuler.
B. Identifikasi Makalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pautan?
2. Bagaimana dasar sitologis pindah silang?
3. Apa yang dimaksud dengan Pemetaan kromosom pada eukariot,bakteri dan
bakteiofage?
4. Bagaimana cara membuat pemetaan kromosom?
C. Tujuan Makalah
Yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pautan
2. Mengetahui bagaimana dasar sitologis pindah silang dan dapat menentukan pola
pindah silang dari kromosom
5. Mengetahui Pemetaan kromosom pada eukariot,bakteri dan bakteiofage
6. Mengetahui cara membuat pemetaan kromosom?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pautan/Tautan
Jumlah besar gen dan jumlah kromosom yang relative kecil dalam suatu organisme
mengharuskan bahwa tiap pasang kromosom mengandung banyak lokus gen (Kimbal,
243). Gen-gen yang terletak dalam kromososm yang sama dan cendrung diwariskan
bersama-sama dalam persilangan genetik dan ini disebut dengan gen-gen tertaut (linked
genes) (Campbeel, 316). Tanda-tanda adanya pautan sebenarnya sudah terlihat pada
laporan persilangan dihibridisasi tanaman ercis (pisum sativum) yang dikemukakan oleh
w. bateson dan r.c punnet pada tahun 1906 (gardner dkk, 1991). akan tetapi hasil
percobaan persilangan itu gagal diintrepetasikan oleh mereka bahwa ada pautan. t. h
morgan dan sutton adalah yang pertama kali mengintrepetasikan hasil percobaan
persilangan itu dengan benar tentang adanya pautan (Natsir, 2013).
Diawal abad ke 20 Thomas Hunt Morgan mendirikan sebuah laboratorium genetika
di Columbia. Dilaboratorium tersebut morgan bekerja dengan lalat buah. Salah satu hal
yang paling awal mereka temukan adalah bahwa hukum mendel mengenai perpasangan
bebas tidak selalu benar. Sejumlah sifat drosopila diwariskan secara bersam-sama bukan
secara terpisah. Saat dihibrid dilakukan berdasarkan hukum mendel seluruh kombinasi
sifat-sifat yang disilangkan akan muncul pada generasi berikutnya. Namun morgan
menemukan hanya menghasilkan dua dari empat fenotip yang mungkin muncul. Sifat
yang tidak bersegregasi dengan bebas itulah yang disebut bartautan (George, 110).
Persilangan yang dilakukan bateson dan punnet (1906) mereka menyilangkan
tanaman dengan alel homozigot. Hasilnya, semua generasi F1 menghasilkan tanaman
bunga ungu dengan polen lonjong (PpLl) seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika
sesama F1 disilangkan, perbandingan fenotipe yang tidak biasa dihasilkan. Perhatikan
diagram berikut :
Berdasarkan persilangan tersebut, terlihat bahwa terdapat pautan antara gen P dengan
L dan p dengan l. Oleh karena itu, meskipun genotipe F1 adalah PpLl, gamet yang
dihasilkan tetap bergenotipe PL dan pl. Hal ini menghasilkan generasi F2 dengan
perbandingan 3:1 (bunga ungu, polen lonjong : bunga merah, polen bulat).
Pertama: morgan mengawinlan lalat Wild type galur murni dengan lalat hitam bersayap
vestigial untuk menghasilkan dihibrid F1 heterozigot (BbVb) yang semuanya
berkenampakan wild type.
Kemudian mengawinkan betina dihibrid F1 wild type dengan jantan hitam bersayap
vestigial.
Catatan: walaupun hanya betina yang ditunjukkan disini, separuh keturunan dalam
setiap kelas adalah jantan (dengan abdomen yang membulat)
B. Pengertian Pautan/Tautan(Linkage)
Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika adalah
kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas kromosom yang
sama (kromatid) untuk bersegregasi bersama-sama. Pada meiosis, dua berkas kromatid
homolog (sister chromatids) akan berpisah sewaktu anafase I. Alel-alel yang terletak
pada berkas kromatid yang sama akan sama-sama bersegregasi. Segregasi bersama-sama
ini terjadi karena adanya pautan genetik pada alel-alel tersebut.
Pautan/Tautan (linkage) adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom
yang sama, saling berkait atau berikatan, saat proses pembentukkan gamet, disebabkan
gen-gen tersebut terletak dalam kromosom yang sama.
Terjadinya pautan (gen linkage) antargen ini ternyata disebabkan oleh letak gen-
gen tersebut masih berada dalam kromosom yang sama. Oleh sebab itu, ketika
kromosom memisah sewaktu meiosis dan membentuk gamet, kedua gen tetap bersama.
(Suryo, 1994)
Pautan terjadi apabila lokus atau alel tertentu dari dua atau lebih gen diwariskan
secara bersama-sama. Hal ini terjadi karena gen-gen tersebut terletak pada kromosom
yang sama. Gen atau lokus yang terletak pada kromosom yang sama secara fisik saling
berhubungan dan cenderung untuk bersegregasi bersama-sama pada saat
meiosis. Sementara gen-gen yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpisah
secara bebas mengikuti hukum Perpaduan Bebas Mendel. Hukum Perpaduan Bebas
Mendel terjadi karena semua pasangan kromosom homolog saat meiosis akan berpisah
secara bebas ke dua kutub yang berbeda. Jadi bila gen-gen terletak pada kromosom yang
berbeda maka gen-gen tersebut akan mengikuti kebebasan hukum tersebut. Lalu
bagaimana dengan gen-gen yang terletak pada satu kromosom yang sama ?
C. Jenis-Jenis Pautan
1. Pautan sempurna
Gen-gen yang terangkai letaknya amat berdekatan, maka selama meiosis gen-gen
itu tidak mengalami perubahan letak. Sehingga, gen-gen tersebut bersama- sama
menuju gamet.
2. Pautan tidak sempurna
Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom letaknya tidak berdekatan satu
sama lainnya. Sehingga, gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang
disebabkan karena adanya perubahan segmen dari kromatid-kromatid pada
sepasang kromosom homolognya
Dalam tautan dikenal duasusunan gen yang menunjukkan lokasi alel pada
kromosom, yaitu :
1. Coupling (cis)
Gen-gen dominan terangkai pada satu kromosom, sedangkan gen-gen resesif
terangkai pada kromosom homolognya.
2. Repulsion (trans)
Gen dominan terangkai dengan gen resesif yang bukan alelnya pada satu
kromosom, sedangkan gen resesif dari sel pertama dan gen dominan dari sel
kedua terangkai pada kromosom homolognya.
Gambar. Linkage 1) coupling phase (sis), 2) Repulsion phase (trans)
2. Genom Eukariot
Organisme prokariot seperti bakteri diketahui hanya mempunyai sebuah
kromosom yang tidak dikemas di dalam suatu nukleus sejati. Kromosom ini
berbentuk lingkaran (sirkuler), dan semua gen tersusun di sepanjang lingkaran
tersebut. Oleh karena itu, genom organisme prokariot dikatakan hanya terdiri atas
sebuah kromosom tunggal. Berbeda dengan genom prokariot, genom eukariot
tersusun dari beberapa buah kromosom. Tiap kromosom membawa sederetan gen
tertentu. Selain itu, kromosom eukariot mempunyai bentuk linier. Posisi di dalam
kromosom, baik pada prokariot maupun pada eukariot, yang ditempati oleh suatu gen
disebut sebagai lokus (jamak: loki) bagi gen tersebut.
Genom eukaryot mempunyai organisasi yang lebih kompleks dibangdingkan
dengan genom prokaryot.Ukuran genom eukaryot, khususnya eukaryot tingkat tinggi,
jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran genom prokaryot. Bahan genetik utama
jasad eukaryot terletak di dalam inti sel (nucleus) dan dikemas sedemikian rupa
membentuk struktur yang disebut kromosom. Jumlah kromosom pada kelompok
jasad eukaryot sangat bervariasi, mulai dari dua buah pada khamir
Schizosaccharomyces pombe, sampai mencapai 250 buah pada sejenis kepiting
(hermit crab). Selain kromosom, beberapa sel eukaryot juga mempunyai DNA di luar
kromosom yaitu DNA pada mitokondria dan pada kloroplas (pada sel tumbuhan
hijau). (Triwibowo, 2010).
Informasi genetik pada eukaryot dapat terletak pada kedua untaian ganda DNA,
artinya masing-masing untaian DNA dapat berfungsi sebagai bagian yang mengkode
sesuatu (coding region) maupun yang tidak membawa informasi (non-coding region).
Jarak antara gen satu dengan gen lainnya yang berangkai disebut Jarak Peta.
Adapun peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer disebut Peta Relatif.
Untuk membuat peta kromosom harus menggunakan individu trihibrid yang
berangkai yang diujisilang. Umumnya pembuatan peta kromosom banyak dilakukan
pada organisme-organisme yang cepat menghasilkan keturunan, mudah dipelihara,
dan memiliki jumlah kromsom sedikit, misalnya pada lalat Drosophila melanogaster.
4. Pembuatan Peta Kromosom Autosom
Contoh pembuatan peta kromosom pada lalat Drosophila melanogaster. Pada
lalat ini terdapat gen-gen yang berangkai pada autosom yaitu : C = gen yang
menentukan sayap lurus (normal)
c = gen yang menentukan sayap berlekuk
S = gen yang menentukan tubuh tidak bergaris (normal)
s = gen yang menentukan tubuh bergaris
E = gen yang menentukan tubuh hitam
e = gen yang menentukan tubuh kelabu
Persilangannya adalah sebagai berikut :
P ♀ cse X ♂ CSE
cse CSE
(sayap berlekuk, (sayap lurus,
tubuh bergaris, tubuh tidak bergaris,
tubuh hitam) tubuh kelabu)
F1 CSE
cse
(sayap lurus, tubuh tidak bergaris,
tubuh kelabu)
F1 diujisilang
P2 ♀ CSE X ♂ cse
cse cse
2. Mencari urutan letak gen yang sebenarnya dari parental (P2), maka letak
gen-gen tipe PAR dengan PSG ditulis dan selanjutnya diperhatikan
dengan seksama apakah sudah letak gen pada tipe PAR sudah benar.
10,75 mu 9,50 mu
●———————————●————————●
c s e
I = 1 – KK
Pada contoh di atas, maka nilai KK dan I sebagai berikut :
Dari data di atas tampak bahwa ada ketidaksesuaian letak gen w antara tipe PAR
dengan tipe PSG. Gen w tersebut seharusnya letaknya ditengah jadi urutan
gennya adalah y w f atau f w y.
Jarak y – w = (y W F) + (Y w f) + (y W f) + (Y w F) x 100%
300
= 46 + 50 + 4 + 2 X 100%
300
= 34% = 34 mu
Jarak w – f = (Y W f) + (y w F) + (y W f) + (Y w F) x 100%
300
=9+4+4+2 X 100%
300
= 6,33% = 6,33 mu
34 mu 6,33 mu
●——————————————————●———————● — X
Y w F
F. Bakteri
1. Genetika Bakteri
Setiap organisme selular diklasifikasikan sebagai salah satu di antara prokariota
ataupun eukariota. Prokariota pada umumnya adalah organisme bersel tunggal yang
DNA- nya tidak berada dalam nukleus sejati. Eukariota bisa merupakan organisme
bersel tunggal maupun multiseluler, dan materi genetiknya terisolasi dari seluruh
bagian sel oleh sebuah membran sel. Semua bakteri merupakan prokariota. Ada dua
kelompok prokariota :
1. Eubacteria ( bakteri sejati) atau bacteria
2. Archaebacteria (bakteri kuno) atau archaea.
Kedua kelompok ini dibedakan atas struktur selular dan sekuens DNA.
1. Eubacteria
Terdiri atas sebagian besar organisme yang secara khas kita identifikasi sebagai
bakteri, misalnya mikroba usus besar yang umum ditemukan, yaitu Escherichia coli,
dan agen penyebab infeksi tenggorokan yaitu streptococcus pyogenes.
2. Archae terdiri atas organisme- organisme yang dihipotesiskan lebih tua secara
evolusioner atau setidaknya berbeda dari eubacteria. Misalnya metanogen (
bakteri yang menghasilkan metana).
Kebanyakan sel bakteri memiliki dinding yang mengelilingi membran
plasmanya. Dinding tersebut mengandung suatu zat kimia unik yang disebut
peptidoglikan (disebut juga murein). Ada dua tipe utama bakteri berdasarkan
struktur dindingnya, dan sebagian juga berdasarkan jumlah peptidoglikan pada
dindingnya.
1. Bakteri gram positif
Memiliki peptidoglikan yang tebal
2. Bakteri gram negatif ,
Memiliki peptidoglikan yang lebih tipis dengan sebuah membran luar ekstra.
Ketika kultur Hfr dicampur dengan kultur F-, konjugasi bisa dihentikan
kapanpun diinginkan dengan cara memajankan campuran pada blender Waring yang
memiliki kekuatan memotong. Blender Waring mampu mematahkan jembatan
konjugasi. Sampel segera didilusi dan disebar pada medium selektif, diinkubasi, dan
diitung rekombinannya. Selain penanda terseleksinya, sebuah galur Hfr juga harus
mengandung sebuah auksotrofik distal atau penanda sensitif yang mencegah
pertunbuhan sel-sel Hfr pada medium selektif dan memungkinkan hanya sel-sel
rekombinan yang muncul. Teknik tersebut dinamakan counterselection. Waktu
munculnya berbagai penanda genetik dalam sel resipien mengidentifikasikan susunan
linearnya dalam kromosom donor. Hal ini disebabkan oleh polaritas transfer kromosom
Hfr. Pada temperatur tertentu, transfer paruh pertama kromosom Hfr berlangsung pada
laju yang relatif seragam. Dengan demikian, waktu masuknya penanda-penanda yang
berbeda ke dalam sel resipien (F-) merupakan fungsi jarak fisik antara penanda-penanda
yang berbeda-beda tersebut. karena kesalahan-kesalahan yang mungkin dihasilkan oleh
manipulasi-manipulasi eksperimental, metode ini paling baik digunakan untuk penanda
yang terpisah lebih dari 2 menit.
Contoh : sebuah galur Hfr yang mengandung penanda-penanda prototrofik a+,
b+, dan c+ dicampur dengan sebuah galur F- yang mengandung alel-alel auksotrofik a,b,
dan c. Konjugasi diinterupsi setiap 5 menit sekali dan disebar pada media yang
menunjukkan keberadaan rekombinan.
5 ab+c
10 ab+c+
15 a+b+c+
Urutan gen-gen itu dalam galur donor Hfr adalah ori - b+ - c+ - a+ ; b letaknya
kurang dari 5 unit waktu dari origin (ori); c jaraknya kurang dari 5 unit waktu dari b; a
jaraknya kurang dari 5 unit waktu dari c.
c) Pemetaan Rekombinasi
Pada pemetaan ini, kemungkinan semua rekombinasi pada bakteri hanya melibatkan
transfer parsial materi genetic (meromoksis) dan bukan keseluruhan kromosom. Satu
atau beberapa gen memiliki kemungkinan untuk terintegrasi ke dalam kromosom
inang melalui konjugasi, bergantung pada panjang potongan donor yang diterima.
Eksogenot mungkin menjadi terintegrasi jika direplikasi dan didistribusikan ke
semua sel dalam suatu klona. Hanya sebuah segmen kecil DNA yang biasanya
diintegrasikan saat transformasi atau transduksi. Dengan demikian, jika sebuah sel
mengalami transformasi penanda genetic oleh potongan DNA pentransformasi yang
sama (transformasi ganda), kedua lokus tersebut akan tertaut erat. Serupa dengan itu,
jika sebuah sel mengalami transduksi secara bersamaan bagi dua gen oleh sebuah
DNA fag pentransduksi tunggal (kontransduksi), kedua penanda tersebut akan
tertaut erat. Derajat tautan antara gen-gen fungsional yang berbeda (intergenik) atau
antara mutasi-mutasi dalam gen fuungsional yang sama (intragenik) pun kemudian
bias diestimasi dari hasil penyilangan-penyilangan spesifik.
Dalam sistem-sistem merozigotik yang kontributik genetik induk donornya tidak
lengkap, diperlukan penyilangan dalam jumlah genap untuk mengintegrasikan
eksogenot ke dalam kromosom inang (endogenot).
Contoh 1.
Contoh 3.
Uji rasio bagi gen-gen fungsional yang berbeda. Misalnya kita mempunyai dua galur
mutan, a dan b. Galur donor (a+b) bisa tumbu pada medium minimal yang diberi
suplemen zat B, tetapi galur resipien (ab+) tidak bisa melakukannya.
Keterangan : pindah silang pada daerah (1) dan (2) menghasilkan rekombinan-
rekombinan prototrofik (a+b+) yang mampu tumbuh pada medium yang tidak diberi
suplemen,. Jika medium diberi suplemen zat B, maka selain prototroph, juga bisa
tumbuh rekombinan-rekombinan a+b yang muncul dari pindah silang di daerah (1)
dan (3), dengan menggunnakan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑟𝑜𝑓
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑛
Contoh 4.
Uji rasio intragenik. Misalnya ada dua mutasi intragenik, b1 dan b2, tidak mampu
tumbuh pada medium tanpa zat B. galur resipien mengandung sebuah mutasi dalam
gen lain yang berbeda secara fungsional (a), baik tertaut maupun tidak pada b. Galur
resipien tidak bisa tumbuh kecuali jika diberi suplemen zat A dan B.
Keterangan : pada medium yang tidak diberi suplemen, yang muncul hanya
prototroph yang berasal dari pinddah silang di daerah (1) dan (3). Pada medium yang
diberi suplemen zat B saja, rekombinan-rekombinan yang melibatkan daerah (1) dan
salah satu yang manapun dari ketiga daerah lainb bisa bertahan hidup, dengan
menggunakan rumus :
1 2 3 4
𝑥 𝑌
Z
Keterangan : sebuah delesi yang gagal berekombinasi dengan mutan-mutan titik
1 dan 2 namun menghasilkan wild type dengan 3 dan 4 membentang sepanjang
daerah X. sebuah delesi yang tidak menghasilkan rekombinan dengan 3 dan 4
memiliki batas-batas yang didiagramkan sebagai Y. sebuah mutan delesi yang
menghasilkan wild type hanya dengan mutan-mutan titik 1 atau 4 memiliki batas-
batas berupa Z.
G. Virus
Virus yang menginfeksi bakteri disebut bakteriofag atau cukup fag saja. Bentuk
jamak “fag-fag” (‘phages”) digunakan jika kita sedang mengacu pada spesies-spesies
yang berbeda (misalnya, fag-fag lamdba dan T4). Jika mengacu pada satu atau lebih
varion spesies yang sama, digunakan istilah fag (phage) saja; jadi, sebuah sel bakteri
bisa diinfeksi oleh satu atau lebih fag lambda. Fag-fag yang paling sering dipelajari
memiliki kapsid ikosahedral yang berbentuk kira-kira sferis dan dilekti oleh ekor.
Ekornya bisa pendek ataupun panjang, kontraktil ataupun nonkontraktil. Jenis-jenis fag
lain memiliki kepala tak berekor atau struktur filamentus. Materi genetik kebanyakan
fag adalah DNA untai ganda (ssDNA), walaupun diketahui juga ada sejumlah fag yang
memiliki DNA untai tunggal (ssDNA), RNA untai tunggal (ssRNA), maupun RNA
untai ganda (dsRNA). (“ds” adalah singkatan untuk double stranded dan “ss” adalah
single-stranded). Bentuk-bentuk beramplop jarang ditemukan. Karekteristik-
karakteristik lain yang berguna bagi klasifikasi virus mencangkup berat molekular,
komposisi basa genomik (kandungan G + C), spesifitas antigenik kapsid, dan spesies
(atau galur) sel inang yang rawan (kisaran inang). Restriksi inang adalah kemampuan
bakteriofag untuk bereplikasi hanya dalam galur-galur bakteri tertentu.
1. Siklus hidup bakteriofag
a) Siklus Litik
Langkah pertama siklus hidup fag T4 (lihat Gambar) melibatkan penjerapan atau
adsorpi tersebut akan kebal terhadap infeksi T4. Masing-masing tipe fag biasanya
hanya bisa menginfeksi satu spesies bakteri, dan dalam fag bisa melansungkan siklus
lisisnya, T4 menginjeksikan DNA-nya melalui ekornya ke dalam sel inang. Kapsid
fag yang kosong tetap berada di luar bakteri sebagai ghost (dinamakan demikian
karena penampakan kepala yang kosong pada mikrograf elektron). Fag filamentus
M13 mampu mempenetrasi dinding sel dan kemudian asam nukleatatnya dilepaskan
oleh enzim-enzim sel inang yang mendigesti protein selubung.
Begitu DNA fag telanjang telahberada di dalam sel, fag fag berbeda bisa
menggunakan strategi-strategi berbeda untuk menghasilkan partikel-partikel progeni
akan tetapi umumnya DNA fag pada awal nya di transkripsikan gen-gen fag secara
prefensial atau eksklusif. Mrna-Mrna tersebut ditranslasi menjadi protein katalitik
(enzimatik), regulatoris, dan struktual protein regulatoris fag mengontrol waktu saat
berbagai gen fag mulai aktif. Protein-protein struktual membentuk kepala, ekor, dan
bagian bagian protein dari partikel fag lengkap yang di butuh kan. Enzim-enzim fag
memerantai replikasi banyak salinan genom fag, transkripsi lebih lanjut, dan bahkan
terkadang penghancuran DNA inang.
Diketahui ada sejumlah mekanisme berbeda untuk menggemaskan DNA fag ke
dalam selubung proteinnya. Pada fag T4 E. Coli, replikasi bergulir DNA untai ganda
nya menghasilkan seri-seri genom fag panjang dan bertautan secara tandem
(Konkatemer). Diduga Kalau ujung konkatemer mamasuki kepala fag. Konkatemer
lalu dipotong pada lalu dipotong pada sebuah situs non spesifik. Karena kapasitas
DNA kepala lebih besar dari pada panjang satu genom fag (Monomer), urutan gen
pada masing pada fragment linier yang dipotong dari konkatemer akan berbeda
daerah daerah terminal akan muncul dua kali didalam masing-masing monomer
(redundasi terminal). Karena masing-masing monomer-monomer itu membentuk satu
set yang terpermutasi siklis.
Dalam fag lambda (α) genom sirkular direplikasi pada awal siklus litik untuk
meningkatkan jumlah percetakan bagi transkripsi dan replikasi lebih lanjut.
Belakangan dalam siklus tersebut replikasi bergulir menyediakan genom untuk di
kemas dalam kepala-kepala fag progeni. Genon lambda juga dipotong dari
konkatemer tapi tidak seperti fag T4 Potongan-potongan nya dibuat pada sekuens-
sekuens spesifik basa yang dikenal sebagai situs cos (singkatan dari situs kohesif).
b) Siklus Lisogenik
Ada dua tipe siklus lisogenik. Pada tipe paling umum, yaitu fag lambda yang
menyerang E.coli sebagai contoh paling mewakili DNA fag menjadi terintegrasi ke
dalam kromosom inang. Pada tipe yang satu lagi, direpresentasikan oleh fag P1 yang
menyerang E.coli, DNA fag tidak terintegrasi ke dalam kromosom inang, melainkan
bereplikasi secara bersamaan dengan kromosom inang sebagai plasmid. Baik bentuk-
bentuk fag DNA terintegrasi ataupun plasmid disebut profag.
Pembuatan sebuah profag lambda yang terintegrasi terjadi dalam empat langkah
utama:
1) DNA fag linier diinjeksikan ke dalam sel inang; DNA fag menjadi berbentuk
sirkular akibat perpasangan basa ekor-ekornya yang mengalami redundansi
terminal.
2) Sejumlah gen-gen awal fag di transkipsikan untuk menghasilkan sejumlah
molekul suatu protein resepsor dan enzim integrase. Represor kemudian
“mematikan” transkripsi gen-gen fag.
3) DNA fag biasanya diintegrasi atau diinsersi pada sebuah situs spesifik ke dalam
kromosom inang sebagai profag dengan dibantu oleh enzim integrase.
4) Bakteri bertahan hidup dan memperbanyak diri; profag direplikasi bersama-
sama kromosom inang.
Mekanisme pertukaran antara siklus litik atau lisogenik dari sel yang terinfeksi
belum dipahami dengan baik. Banyak detil siklus lisogenik bagi fag lambda yang
sudah diketahui, tapi terlalu kompleks untuk dijabarkan di sini. Akan tetapi,
tampaknya ada dua kondisi yang mendukung dimulainya siklus lisogenik pada fag
temperat: (1) habisnya nutrien dalam medium pertumbuhan dan (2) tingkat
multiplisitas infeksi (multiplisitas of infection, MOI) yang tinggi- atau dengan kata
lain banyaknya fag yang diadsorspsi per bakteri. Fag bisa melangsungkan siklus litik
hanya dalam sel-sel yang aktif melakukan metabolisme. Ketika nutrien habis, bakteri
mendegradasi mRNA dan protein-proteinnya sendiri sebelum menjadi dorman.
Ketika nutrien kembali tersedia bagi bakteri dorman yang tidak terinfeksi, bakteri
tersebut bisa melanjutkan pertumbuhannya kembali. Sebuah sel yang terinfeksi fag
dan menjadi dorman akan menginterupsi siklus litik. Sel semacam itulah biasanya
akan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan fag. Sel tersebut mati. Disisi lain,
jika bakteri tersebut bisa menjadi terlisogenisasi (mengandung profag) baik fag
maaupun baakteri bisa bertahan hidup melewati periode dorman, dan potensi
produksi fag melalui induksi akan tetap ada.
A. Kesimpulan
Kromosom adalah bagian dari sel yang membawa gen-gen itu selama meiosis
mempunyai keakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisah secara
bebas. Peristiwa terdapatnya dua atau lebih banyak gen pada sebuah kromosom
yang sama disebut berangkai (linkage) dan gen-gennya dinamakan gen-gen
terangkai.
Pautan antarlokus terjadi akibat lokus gen-gen terletak pada satu kromosom
dan berjarak dekat antara satu dengan yang lainnya.
Pindah silang adalah pertukaran segmen antara dua kromosom homolog.
Pindah silang kromosom terjadi pada meiosis, yaitu pada saat pembagian
kromosom. Pindah silang terjadi pada fase metaphase karena pada fase tersebut
kromosom saling bertumpang tindih.
Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan
sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap genyang terletak
pada kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai
pangkal, maka diberi tanda 0 (angka 0). Ada 2 aspek utama pemetaan genetik: 1.
Penentuan urutan linier lokus-lokus dalam kromosom. 2. Penentuan jarak relative
antar lokus. Dengan menghitung frekuensi antara dua lokus, kita dapat
mengetahui jarak relative antara dua lokus tersebut, 1% rekombinasi sama dengan
1 satuan peta / 1 centi morgan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aryati. 2009. Bahan Ajar Genetika 1. Universitas Negeri Gorontalo.
Bio. 2012. Hubungan Gen dengan Kromosom.
http://bioclub.multiply.com/journal/item/4
Campbell NA, dkk, 2008. Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Corebima, 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University press.
Indra, joe. 2009. Ilmu Genetika. Tersedia di http:// blogspot.com.
Kimball, john w. 1990. Biologi. Jakarta. Erlangga
Mahbubillah, M. Ainul. 2011. Pindah Silang (Crossing Over). Diakses 15 maret
2018. https://bionotes703.wordpress.com
Natsir, N. A. (2013). Fenomena Pautan Kelamin Pada Persilangan Drosophila
Melanogaster Strain N♂ Xw♀ Dan N♂ Xb♀ Beserta Resiproknya. Biosel:
Biologi Science And Education, 2(2), 159-169.
Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Yatim, Wildan 1991. Genetika. Bandung: Tarsito.