A. Pendahuluan
Etika berasal dari kata etik yang berarti aturan, tata susila, sikap atau
akhlak. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, etik merupakan kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan kewajiban moral (akhlak).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka seorang guru harus memiliki
etika terhadap anak didik, karena seorang guru memiliki tangung jawab yang
besar, tanggung jawab pendidik terjadi karena adanya sifat tergantung dari anak,
akan membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Maka etika terhadap
anak didik sangat perlu agar antara pendidik dengan anak didik tidak terjadi
kesetimbangan.
Fungsi guru sebagai seorang pemimpin dan contoh teladan bagi anak,
maka ia harus memiliki tingkah laku yang utama (kepribadian utama), seorang
guru tidak hanya menunjukkan kata-kata “itulah” beginilah norma-norma” dan
sebagainya. Akan tetapi, guru harus mempraktekkannya (guru itu menjadikan
sifat-sifat terpuji sebagai keseluruhan dari kepribadiannya).[1]
Hubungan guru dengan siswa / anak didik di dalam proses belajar-
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya
bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang
dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan
yang tidak harmonis, maka dapay menciptakan suatu yang tidak diinginkan.
Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik,
karena anak membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat
tergantung ini dijumpai dalam hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau
dengan yang bertanggungjawab atas perkembangannya.[2] Oleh karena itu,
pendidik harus mengetahui perkembangan kejiwaan anak tersebut agar lebih
mudah dilaksanakan pendidikan. Di samping itu perlu dikembangka sikap
demokratis dan terbuka dari para guru, perlu ada keaktifan dari pihak siswa, guru
harus bersikap ramah sebaliknya siswa juga harus bersifat sopan, saling hormat
menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, masing-masing pihak bilamana perlu
mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.
Apabila hal-hal tersebut dapat dipenuhi maka akan tercipta suatu
komunikasi yang selaras antara guru dan siswa, memang untuk itu ada beberapa
persyaratan yang perlu diperhatikan :
1. perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran
akan fungsinya sebagai pemompong bagi anak didiknya.
2. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama sikap pengajar dan
pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan baik antara guru dan
siswa.
3. Sistem pendidik dan kurikulum yang mantap.
4. Adanya fasilitas ruangan yang memadai bagi para guru untuk mencukupi
kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa.
5. Rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan
didikan dan hubungan secara baik.
6. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memandai sehingga guru tidak
terpaksa harus mencari hasil sampingan.[3]
1. Niat ikhlas
2. Kasih sayang
Hendaklah seorang guru merasa diri sebagai orang tua yang memandang
murid-muridnya seolah-olah sebagai anaknya sendiri.
)ﻋﻠﻴﻪ ﻤﺘﻔﻖ( ﺍﷲ ﻻﻳﺭﺣﻣﻪ ﺱ ﺍﻠﻨﺎ ﻴﺭﺣﻢ ﻻ ﻤﻥ
Artinya :”Siapa yang tidak mempunyai rasa kasih sayang kepada manusia niscaya tidak pula
dikasihi oleh Allah”.
Kode etik yang mempedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat
diperlukan, karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan
akan terus bertambah baik
C. Kesimpulan
Fungsi guru sebagai seorang pemimpin dan contoh teladan bagi anak,
maka ia harus memiliki tingkah laku yang utama (kepribadian utama), seorang
guru tidak hanya menunjukkan kata-kata “itulah” beginilah norma-norma”.
Sehubungan dengan itu maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun
kode etik guru terhadap anak didik adalah :
1. Niat ikhlas
2. Kasih sayang
3. Hikmah kebijaksanaan
4. Memiliki waktu yang tepat
5. Memberi teladan.