Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH SGD

KEPERAWATAN PERKEMIHAN I

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Urinary Tract Cancer : Cancer of Kidney

Fasilitator :
Lailatun Ni’mah., S.Kep., Ns., M. Kep

Oleh :
Kelompok 1
A1/2015
Meidina Dewati 131511133003
Riris Medawati 131511133005
Tyas Dwi Rahmadhani 131511133019
Achmad Fachri Ali 131511133023
Elma Karamy 131511133026
Itsnaini Lina K. 131511133029
Talia Puspita Adianti 131511133118
Najla Khairunnisa 131511133120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho , dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Urinary Tract Cancer : Kanker
Ginjal” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan pembimbing kepada
penulis. Dalam menyelesaikan makalah ini , penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada :

1. Lailatun Ni’mah., S.Kep., Ns., M. Kep selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan
Perkemihan I yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan
mengarahkan penulis.
2. Teman-teman, selaku pendorong motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah ini jauh dari kata
sempurna . Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari penulis. Akhir kata semoga ilmu dalam
makalah ini dapat bermanfaat dan diterapkan secara efektif . Terimakasih

Surabaya, 25 Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ................................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
2. 1 Anatomi dan Fisiologis ginjal ............................................................................. 3
2. 2 Definisi Kanker ginjal......................................................................................... 5
2. 3 Klasifikasi Kanker ginjal .................................................................................... 5
2. 4 Etiologi Kanker ginjal......................................................................................... 7
2. 5 Patofisiologi Kanker ginjal ................................................................................. 8
2. 6 WOC Kanker ginjal ............................................................................................ 9
2. 7 Manifestasi Klinis Kanker ginjal ........................................................................ 11
2. 8 Penatalaksanaan Kanker ginjal ........................................................................... 11
2. 9 Pemeriksaan Penunjang Kanker ginjal ............................................................... 13
2. 10 Komplikasi Kanker ginjal .................................................................................. 14
2. 11 Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker ginjal ................................. 16
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 22
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 33
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 34

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang vital fungsinya bagi keseluruhan
sistem tubuh manusia. Ginjal adalah organ utama sistem ekskresi manusia, yang
mengatur pembuangan zat-zat sisa yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Selain itu,
ginjal juga berperan dalam menjaga homeostasis cairan dalam tubuh. Seperti organ tubuh
lainnya, ginjal juga bisa mengalami kanker.
Jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma, renal cell carcinoma), yang berasal dari sel-sel
yang melapisi tubulus renalis ginjal. Bahayanya, kanker ginjal ini biasanya ditemukan
pada saat kanker ini telah mengalami metastasis dan sudah menyebar ke organ tubuh
lainnya, karena pada stadium dini kanker ini jarang sekali menunjukkan gejalanya.
Gejalanya baru mulai terasa pada stadium lanjut, yaitu terjadi hematuria (terdapat darah
pada air seni). Penyakit kanker ginjal merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh
beberapa orang karena tidak menunjukkan gejalanya. Sehingga ketika terdeteksi ternyata
sudah menyebar ke organ yang lain dan sulit untuk disembuhkan.
Insidensi kanker ini semakin meningkat, kemungkinan akibat paparan karsinogen
lingkungan dan juga semakin meningkatnya umur seseorang. Walaupun demikian,
kanker ginjal hanya mencakup sekitar 2% dari kanker yang menyerang dewasa
(Williams & Willkins, 2011).
Tenaga kesehatan (perawat) memiliki peranan penting dalam penanganan klien
dengan kanker ginjal, oleh karena itu perawat perlu memahami teori dan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kanker ginjal?
2. Bagaimana klasifikasi dari kanker ginjal?
3. Apa etiologi dari kanker ginjal?
4. Bagaimana patofisiologi dari Kanker ginjal?
5. Bagaimana WOC dari kanker ginjal?
6. Apa manifestasi klinis dari kanker ginjal?
1
7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan kanker ginjal?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker ginjal?
9. Apa komplikasi dari kanker ginjal?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker ginjal?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan I
diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan pada
klien dengan kanker ginjal menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi kanker ginjal
b. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi kanker ginjal
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi kanker ginjal
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker ginjal
e. Mahasiswa mampu memahami Web of Caution kanker ginjal
f. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis kanker ginjal
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan kanker ginjal
h. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kanker ginjal
i. Mahasiswa memahami komplikasi dari kanker ginjal
j. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan klien dengan kanker ginjal

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal


a. Anatomi Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa
dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju saluran kemih untuk
dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum sehingga disebut organ
retroperitoneal (Snell, 2006).
Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri kolumna
vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter terletak sedikit lebih
rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar. Masing-masing ginjal
memiliki fasies anterior, fasies inferior, margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior
dan ekstremitas inferior (Moore, 2002).
Bagian luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan
corpus adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat
gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna
coklat lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis yang masing-
masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis renalis terdapat
kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis (Snell, 2006).

Gambar 1. Ginjal dan nefron (Sumber: Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh, 2009)
3
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa darah
dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara khas, di dekat
hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang arteri segmentalis yang melintas ke
segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan darah dari ren dan bersatu membentuk pola
yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis terletak ventral terhadap
arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-
masing vena renalis bermuara ke vena cava inferior (Moore, 2002). Arteri lobaris merupakan
arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana masing-masing arteri lobaris berada pada
setiap piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris
yang berjalan menuju korteks di antara piramis renalis. Pada perbatasan korteks dan medula
renalis, arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arkuata yang kemudian menyusuri
lengkungan piramis renalis. Arteri arkuata mempercabangkan arteri interlobularis yang
kemudian menjadi arteriol aferen (Snell, 2006).
b. Fisiologi Ginjal
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang masing-
masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Ginjal tidak dapat
membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada trauma, penyakit ginjal, atau penuaan ginjal
normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah
nefron biasanya menurun setiap 10 tahun. Berkurangnya fungsi ini seharusnya tidak
mengancam jiwa karena adanya proses adaptif tubuh terhadap penurunan fungsi faal ginjal
(Sherwood, 2001).

Gambar 2. Ginjal dan nefron (Sumber: Fisiologi Ginjal & Cairan Tubuh, 2009).
4
Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus. Glomerulus
(kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah sedangkan tubulus
merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah difiltrasi menjadi urin dan
dialirkan menuju keluar ginjal. Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler glomerulus
bercabang dan beranastomosis yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira
60mmHg), dibandingkan dengan jaringan kapiler lain.

2.2 Definisi
Tumor ginjal merupakan suatu pertumbuhan massa maupun lesi abnormal dalam ginjal.
Tumor ini bisa jinak (non kanker) ataupun ganas (kanker). Namun penelitian menunjukkan
bahwa 80% tumor jinak dapat berkembang menjadi tumor ganas (kanker) seiring berjalannya
waktu. (American Urological Association, april 2014).
Kanker ginjal digunakan sebagai bentuk penyakit keganasan dari ginjal yang berarti
sepasang organ retroperitoneal yang terletak pada dinding abdomen posterior dalam region
lumbalis, dimana fungsi ginjal ini berhubungan dengan homeostasis, produksi urin, dan
ekskresi limbah seperti ureum, serta mengendalikan keseimbangan elektrolit dan pH.
(Cristina Brooker, 2012).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi kanker ginjal antara lain :
1. Renal Adenokarsinoma
Tipe kanker ini adalah kanker yang paling umum dari kanker ginjal yang terjadi
pada orang dewasa. Ada 4 stadium dalam jenis ini yaitu (Robson, 2007):
A. Stadium I
a. T1, N0, M0
- Ukuran diameter tumor 7 cm atau kurang (lebih kecil)
- Terbatas pada ginjal
- Tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening atau metastatis ke organ
jauh
B. Stadium II
a. T2, N0, M0
- Ukuran diameter tumor >7 cm
- Terbatas pada ginjal
5
- Tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening atau metastatis ke organ
jauh
C. Stadium III
a. T3, N0, M0
- Tumor menginvasi vena (vena renalis atau vena cava) atau jaringan
sekitar ginjal
- Tidak melibatkan kelenjar adrenal atau melampaui Gerota’s fascia
- Tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening atau metastatis ke organ
jauh
b. T1-T3, N1, M0
- Tidak melibatkan kelenjar adrenal atau melampaui Gerota’s fascia
- Melibatkan kelenjar getah bening namun tidak metastatis ke organ jauh
D. Stadium IV metastasis ke organ lain (misalnya: usus)
a. T4, any N, M0
- Tumor tumbuh melampaui Gerota’s fascia dan kemungkinan mencapai
kelenjar adrenal
- Melibatkan kelenjar getah bening terdekat namun tidak metastatis ke
organ jauh
b. Any T, any N, M1
- Ukuran tumor sampai dengan luar ginjal
- Dapat melibatkan kelenjar getah bening baik yang dekat maupun yang
jauh
- Terdapat tanda metastase ke organ jauh

6
2. Transitional cell carcinoma
Tipe ini mempengaruhi renal pelvis, renal pelvis serupa dengan kanker kandung
kemih.
3. Nefroblastoma (tumor wilms)
Tipe kanker ini adalah kanker yang paling umum dari kanker ginjal yang terjadi
pada anak-anak.

2.4 Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan
genetik yang menjadi predisposisi terbentuknya karsinoma sel ginjal, meliputi hal-hal
sebagai berikut (Robson, 2007):
1. Merokok
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium, dimana cadmium
bersifat karsinogenik yang apabila masuk dalam aliran darah akan berikatan
dengan natrium atau garam sehingga konsentrasi darah menjadi meningkat. Hal
ini berdampak pada kerja ginjal jika terjadi dalam waktu yang lama.
2. Obesitas.
3. Hipertensi.
Hipertensi meningkatkan produksi renin yang memicu respon angiotensin
aldosteron, hal ini mengakibatkan reabsorbsi natrium dan air oleh tubulus renal,
sehingga laju filtrasi glomerulus menurun. Jika hal ini berlangsung lama, dapat
menyebabkan gagal ginjal dan akan mengubah sel yang normal.
4. Penyakit kistik ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka panjang.
Dialisis yang lebih dari 5 tahun pada gagal ginjal kronik. Dialisis ini berperan
dalam proses metastase sel kanker
5. Transplantasi ginjal. Predisposisi pada penerima transplantasi ginjal
6. Penyakit sindrom Von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan terkait
dengan karsinoma ginjal
Von Hippel-Lindau (VHL) merupakan kumpulan beberapa gejala yang
disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker) dalam
tubuh, sehingga mengakibatkan perubahan sel yang normal

7
2.5 Patofisiologi
Menurut (Williams, Lippincott et all. 2011) Penyebab pasti terjadinya kanker
ginjal hingga saat ini idiopatik, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya kanker ginjal seperti rokok, faktor keturunan, obesitas, hipertensi, von
helper-lindau syndrome, dialysis >5th pada pasien gagal ginjal kronik, analgesik
penasetin.
Untuk rokok (kandungan cadmium dalam rokok) masuk ke dalam tubuh
melalui air liur hingga masuk ke dalam pembuluh darah menyebabkan vasokontriksi
arteriol aferen dimana cadmium sendiri saling berikatan dengan protein yang
mengakibatkan konsentrasi dalam darah meningkat menyebabkan penurunan LFG
(Laju filtrasi glomerulus) apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama menimbulkan
obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat
vasoaktiv intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan
bersifat merusak.
Jika faktor keturunan dan von helper-lindau syndrome terkait masalah genetic
yang menyebabkan tidak berfungsinya gen pengekang tumor (VHL) sehingga
menyebabkan peningkatan HIF yang merangsang peningkatan angiogenesis dan
menghasilkan produksi vascular-endotel growth homon & platelet-derived growth
hormone Peningkatan jumlah platelet dan hormone eritropoetin Meningkatkan
pembentukan sel darah baru dalam tubuh Mengakibatkan produksi sitokin bertambah
Menghasilkan GM-CSF (granulocyte monocyte-citokinin stimulating hormone)
Merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.
Hipertensi disebabkan karena adanya peningkatan produksi renin oleh
apparatus jugstakglomerulus yang memicu respon angiotensinaldosteron yang
meningkatkan reabsorbsi natrium serta air dalam tubulus renal tekanan pada saat
jantung memompa sehingga resistensi pembuluh darah arteri menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah arteri sehinga darah yang masuk ke ginjal berkurang dan
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus apabila hal ini terjadi dalam waktu
yang lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu
pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang
abnormal dan bersifat merusak.
Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang dapat
dilarutkan sehingga meningkatkan kinerja ginjal, terhambatnya proses filtrasi
8
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang
lama menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal memicu
pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal memicu pelepasan zat-zat
vasoaktif intrarenal yang merangsang pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan
bersifat merusak.

9
2.6 WOC

Rokok Analgesik penachetin Hypertensi Von Hellper-Lindau Syndrome

Kandungan cadmium Phenacetin yg bersifat Peningkatan Disfungsi von helper-lindau


dalam rokok masuk padat dan sukar untuk produksi renin oleh (sel pengekang kanker)
dalam system peredaran dilarutkan masuk dalam apparatus
darah system peredaran darah jugstakglomerulus
ginjal
Menyebabkan peningkatan
hypoxia-inducble faktor
Cadmium mengikat Memicu respon (HIF)
kandungan protein Menghambat proses angiotensinaldosteron
dalam darah filrasi, reabsorbsi
dan eksresi dalam Memicu produksi vascular-
ginjal endotel growth hormon &
Kontraksi pembuluh
darah arteri platelet-derived growth
hormon

Peningkatan jumlah
platelet dan hormon
Penurunan laju filtrasi eritroprotein
glomerulus (LFG)

Pembentukan sel darah


Peningkatan kerja baru meningkat
ginjal

Produksi sitokinin
Menimbulkan obstruksi atau bertambah
kerusakan lumen tubular

Menghasilkan GM-CSF
(Granulocyte monocyte-
Memicu pelepasan zat-zat
citokinin stimulating
vasoakticv intrarenal
factor)

KANKER GINJAL

10
KANKER GINJAL

Merangsang pertumbuhan sel


endotel yang abnormal dan
bersifat merusak

Pembesaran tumor/masa Mengambil nutrisi dari


pada ginjal sel

Hipermetabolisme sel
Obstruksi Kegagalan fungsi Sel ginjal tertekan
pada ginjal ginjal oleh jaringan
tumor/fibrosa
Gg. Pd fungsi
Produksi hormon
glomerulus Obstruksi pada
eritroprotein
ginjal

Hematuria
Masa umur Penekanan saraf otonom
eritrosis , eritrosit Poliferasi sel epitel
pada ginjal
cepat hancur ginjal

Pembuluh darah pecah Mempengaruhi kerja


gastrointestinal
Inflamasi
HB Mual dan muntah

MK : NYERI Merangsang Nafsu makan


Anemia
AKUT hipotalamus

Suplai O2 ke MK :
jaringan Mengganggu setpoint KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
Peningkatan suhu
MK : tubuh
2.7
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER MK : HIPERTERMI

11
2.7 Manifestasi Klinis
Seringkali kanker ginjal tidak bergejala dan tidak teraba sampai stadium lanjut
penyakit. Umumnya diketahui secara tidak sengaja dengan pemeriksaan pencitraan untuk
keluhan yang tidak ada kaitannya dengan keluhan ataupun penyakit. Ikatan Ahli Urologi
Indonesia (2012) menyatakan bahwa tanda dan gejala pada penderita kanker ginjal yaitu
sebagai berikut:
1) Gejala trias nyeri pinggang, gross hematuria dan teraba massa di abdomen
2) Sindroma paraneoplastik ditemukan pada sekitar 30% penderita RCC (Renal Cell
Carcinoma) simptomatik. Gejala paraneoplastik yang sering timbul adalah hipertensi,
penurunan berat badan, demam, neuro-miopati, amiloidosis, peningkatan laju endap
darah, anemia, gangguan fungsi hati, hiperkalsemia, polisitemia, dan lain-lain.
3) Gejala yang disebabkan metastasis berupa nyeri tulang atau batuk yang menetap.
4) Penemuan massa abdomen, limfadenopati leher, varikokel khususnya sebelah kanan
dan edema kedua tungkai menunjukan adanya keterlibatan vena.

2.8 Penatalaksanaan
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2012) menyatakan bahwa penatalaksanaan pada
penderita kanker ginjal ada dua, yaitu terapi pembedahan dan terapi sistemik.
1) Terapi pembedahan
Pembedahan pada kasus RCC memiliki beberapa tujuan yaitu kuratif, paliatif dan
reseksi lesi metastasis. Nefrektomi radikal merupakan terapi “baku emas” pada
pasien dengan penyakit terlokalisir. Berikut merupakan pilihan terapi primer
berdasarkan stadium:

12
Keterangan:
 Nefrektomi radikal adalah pengangkatan perifasial ginjal dan lemak perirenal.
 Parsial nefrektomi (nephron-sparing surgery) diindikasikan pada T1, ginjal
soliter, gangguan fungsi ginjal kontralateral, RCC sinkronus bilateral dan
sindroma VHL.
Perawatan pasca pembedahan perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada luka dan menjaga stabilitas selang drainase. Berikut merupakan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca pembedahan
nefrostomy (Muttaqin, 2008):
1. Kaji kemungkinan timbulnya komplikasi.
a. Perdarahan pada lokasi nefrostomi (komplikasi utama)
b. Pembentukan fistula
c. Infeksi
2. Pastikan drainase tidak tersumbat pada selang nefrostomi atau kateter.
Obstuksi menimbulkan rasa nyeri, trauma, tekanan, infeksi, serta regangan
pada garis jahitan.
3. Jika selang tercabut segera lapor kedokter (selanga kan mengembalikan
selang agar luka nefrostomi tidak berkontraksi).
4. Selang tidak boleh di klem, hal ini akan menimbulkan pieloneritis.
5. Selang nefrostomi tidak boleh diirigasi (dokter akan melakukannya biladi
perlukan).
6. Anjurkan asupan cairan untuk meningkatkan pembilasan selang dan ginjal
secara alami.
7. Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari nefrostomi.
8. Usahakan diuresis yang cukup.
9. Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
10. Bila ada, boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu 2x.
11. Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi untuk
jangka lama pertimbangkan memakai kateter silikon.
12. Pelepasan kateter sesuai indikasi.
13. Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan
kateter/produksinya< 20 cc/24 jam.
14. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi.
13
2) Terapi sistemik
Indikasi terapi sistemik adalah penderita relaps setelah terapi nefrektomi radikal,
stadium IV pasca nefrektomi sitoreduktif atau tidak resektabel. Berdasarkan risiko
penyakit dan terapi sebelumnya, direkomendasikan sebagai berikut :
 Pilihan terapi pada clear cell

 Pilihan terapi pada non clear cell

2.9 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita dengan kanker ginjal yaitu
(IAUI, 2012):
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah urinalisis, kadar hemoglobin, laju
endap darah, fosfatase alkali, kalsium serum, LDH, fungsi ginjal, fungsi hati dan
fungsi koagulasi. Split Glomerular Filtration Rate (GFR) sebaiknya diperiksa pada
kasus ginjal soliter atau tumor ginjal bilateral bila fasilitas tersedia. Bila ditemukan
keluhan hematuri, maka work-up hematuria seperti sitologi sebaiknya dilakukan.

14
2. Pencitraan
Deteksi dan penilaian karakteristik tumor ginjal menggunakan ultrasonografi, CT
scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Adanya peningkatan penyangatan
pada pemeriksaan USG, CT maupun MRI merupakan tanda adanya massa padat.
Untuk menilai trombus tumor dapat juga digunakan ultrasonografi Doppler.
Umumnya tumor ginjal dapat didiagnosis secara akurat dengan pencitraan.
Pencitraan dapat membedakan tumor padat atau kistik. Pemeriksaan foto toraks
atau CT toraks digunakan untuk menilai adanya metastasis. Apabila hasil CT scan
tidak jelas maka dianjurkan MRI untuk mendapatkan informasi tambahan berkaitan
dengan pertumbuhan lokal, adanya trombus vena cava dan penyangatan pada
massa. Pada indikasi tertentu dapat dilakukan pemeriksaan MRI kepala dan Bone
scan / bone survey.
3. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal bertujuan untuk menentukan adanya keganasan, jenis dan derajat
tumor ginjal yang sedang dinilai. Biopsi perkutan tidak direkomendasikan pada
tumor ginjal yang akan dinefrektomi. Nilai prediksi positif dari pencitraan sangat
tinggi sehingga hasil biopsi yang negatif tidak akan merubah tindakan. Biopsi
diindikasikan pada penderita metastatik RCC sebelum memulai terapi sistemik,
walaupun tidak bisa sepenuhnya memastikan subtipe tumor.

2.10 Komplikasi
Ada beberapa kecenderungan komplikasi yang mungkin bisa terjadi yakni (Robson,
2007):
1. Thrombus maligna
2. Metastase sel kanker
a. Metastasis kelenjar getah bening regionalMetastase kelenjar getah bening
regional adalah penyebaran sel-selkanker melalui system getah bening ke suatu
simpul getah bening yang berdekatan.
b. Metastasis jauh (penyebaran ke organ lain)
- Paru-paru
Penyebaran sel kanker pada paru-paru yang ditemukan lebih dari satu simpul
getah bening yang berdekatan atau kanker telah menyebar ke tempat dalam
tubuh lainnya.
15
- Kelenjar adrenal
Penyebaran sel kanker pada kelenjar adrenal melalui simpul getah bening dalam
jaringan berserabut
- Colon

16
2.12 Asuhan Keperawatan Umum
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, no registrasi. Kanker ginjal
mengenai dua kali lebih banyak pada pria daripada wanita. Faktor resiko termasuk
penggunaan tembakau, pemajanan terhadap kimia industri ditempat kerja, dan
obesitas (Brunner&Suddarth, 2000).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kencing disertai warna kemerahan menjadi perhatian pertama pada saat masih
stadium-stadium awal. Pada stadium lanjut nyeri pada bagian pinggang biasanya
menjadi keluhan utama pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan keluhan hematuria tanyakan dengan pertanyaan seperti sejak
kapan, apakah nyeri saat beremih, sering atau tidak.
c. Riwayat penyakit dahulu
Iritasi akibat batu ginjal berulang, hipertensi, gagal ginjal kronis, dialisis.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai kelurga yang menderita kanker mempunyai resiko lebih besar
menderita kanker ginjal
e. Riwayat konsumsi obat-obatan
Kaji riwayat konsumsi obat-obatan klien yang dapat bersifat nefrogenik.
f. Riwayat kesehatan klien
Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi klien serta hospitalisasi
klien meliputi terapi sampai operasi yang pernah dilakukan klien.
g. Riwayat diet klien
Kaji perubahan status nutrisi klien meliputi penurunan BB, pola makan serta
adanya mual muntah yang mungkin terjadi pada klien
h. Status sosial ekonomi
Pengkajian difokuskan pada pola kualitas pengolahan pendapatan.
1. Bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan yang sehat dan bergizi.
2. Bagaimana akses klien dalam menperoleh layanan kesehatan.

17
i. Gaya hidup
Merokok, konsumsi makanan yang tidak terkontrol hingga mengalami obesitas.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Breathing/ B1
Pada pasien dengan metastase pada paru-paru akan mengalami dypsneu atau
sesak nafas, tampak otot bantu nafas, nafas dalam dan dangkal serta batuk darah.
b. Blood/B2
Pasien mengalami anemia
c. Brain/B3
Kesadaran pasien compos mentis. Pada pasien dengan metastase ke otak maka
akan muncul kerusakan-kerusakan syaraf
d. Bladder/B4
Pasien mengalami hematuria, nyeri pada pinggang.
e. Bowel/B5
Pasien tampak mual dan muntah post kemoterapi.
f. Bone/B6
Pasien tampak lemah, malaise
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
a. Hb menurun karena kehilangan darah, infeksi, hematuria. Dapat ditemukan
polisitemia yang menandakan adanya gangguan kontrol ginjal pada
hematopoiesis (Corwin, 2008). Polisitemia terjadi akibat menurunnya aliran darah
ke JGA yang menyebabkan meningkatnya renin dan eritropoietin (Grace &
Borley, 2006).
b. SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (inflamasi)
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang proses
penyakit (suplai O2 menurun)
3. Hipertermi b.d agens farmaseutikal (inflamasi  peningkatan suhu tubuh)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
makan (mual, muntah)
18
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Nyeri akut b.d agens cedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1400
biologis (inflamasi) keperawatan, diharapkan
1. Berikan penggunaan
nyeri klien dapat teratasi,
tehnik non farmakologi
dengan kriteria hasil:
(relaksasi, terapi musik,
Kontrol nyeri 1605 dll)
2. Kendalikan faktor
- Melaporkan gejala yang
lingkungan yang dapat
tidak terkontrol pada
mempengaruhi repon
profesional kesehatan
pasien terhadap
- Menggunakan analgesik
ketidaknyamanan
yang direkomendasikan
Pemberian analgesik 2210
Tingkat nyeri 2102
1. Tentukan kualitas dan
- Nyeri yang dilaporkan
keparahan nyeri
berkurang
2. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
(dokter) pemberian
analgesik sesuai dosis
yang dibutuhkan
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Pengaturan hemodinamik
jaringan perifer b.d kurang keperawatan, diharapkan 4150
pengetahuan tentang proses perfusi jaringan perifer 1. Lakukan penilaian
penyakit (suplai O2 kembali normal, dengan hemodinamik status
menurun) kriteria hasil: secara komprehensif
Perfusi jaringan perifer (cek tekanan darah, HR,
0407 kekuatan denyut nadi,
1. CRT < 2 detik dll)
2. SaO2 (95-100%) 2. Monitor tanda dan

19
3. TD dalam rentang yang gejala masalah status
normal perfusi (ekstremitas
(N: 60-100x/menit, RR: dingin, kenaikan kadar
20x/menit, S: 36.5-37.5 kreatinin, dan BUN)
C) 3. Auskultasi suara jantung
4. Monitor denyut nadi
perifer, CRT,
temperature, dan warna
ekstremitas
5. Monitor level elektrolit
6. Pertahankan
keseimbangan cairan
dengan pemberian
cairan IV, jika
diperlukan.
Hipertermi b.d agens Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam 3740
farmaseutikal (inflamasi  keperawatan, diharapkan 1. Pantau suhu dan tanda
peningkatan suhu tubuh) suhu tubuh klien kembali tanda vital lainnya
normal dengan kriteria (lakukan TTV)
hasil: 2. Monitor asupan dan
Termoregulasi 0800 keluaran, sadari
- (klien tidak mengalami) perubahan kehilangan
Dehidrasi cairan yang tak
Tanda-tanda Vital 0802 dirasakan
- Suhu tubuh (kembali Manajemen cairan 4120
normal: 36.5-37.5 C) 1. Jaga intake/asupan yang
akurat dan catat output
klien (berikan cairan
1500-2000 cc, lalu
pantau output)
2. Monitor reaksi klien
terhadap terapi elektrolit

20
yang diresepkan

Manajemen pengobatan
2380
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk
menentukan obat apa
yang diperlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protocol
2. Monitor efektifitas
pemberian obat

Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1100


kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan, diharapkan 1. Kaji adanya alergi
b.d ketidakmampuan makan nutrisi klien terpenuhi makanan
(mual, muntah). dengan kriteria hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Status Nutrisi 1004
jumlah kalori dan nutrisi
- Asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien
terpenuhi 3. Yakinkan diet yang
- Klien tidak mengalami dimakan mengandung
mual, dan muntah tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
5. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
6. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Monitor nutrisi 1325

21
1. Monitor adanya
penurunan BB
2. Monitor turgor kulit
3. Monitor mual dan
muntah
4. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
5. Monitor kalori dan intake
nutrisi

3.4 Evaluasi
1. Nyeri akut teratasi
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer teratasi
3. Hipertermi teratasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

22
BAB 3
PEMBAHASAN
Kasus
Tn. M usia 54 tahun yang merupakan warga Mulyorejo dibawa ke RS UNAIR karena
mengeluhkan nyeri pinggang yang sejak 2 bulan yang lalu bertambah parah. Selain itu, Tn. M
berkata bahwa kencingnya bercampur dengan darah dan merasa ada benjolan diperutnya. Tn
M mengatakan lemah, memiliki riwayat hipertensi, dan saat muda dulu adalah perokok berat.
Hasil pemeriksaan TTV didapatkan suhu : 36,50C, nadi : 70x/menit, RR : 20x/menit, dan TD:
140/80 mmHg, CRT 3 detik. Pada pemeriksaan laboratorium Hb: 10g/dl. Setelah dilakukan
pemeriksaan CT abdomen ditemukan adanya massa padat pada bagian sekitar renal. Tn. M
didiagnosa medis Clear cell Renal Cell Carcinoma (cRCC) . Setelah mengetahui penyakitnya
Tn. M merasa sedih dan takut karena merasa bahwa penyakit yang dideritanya akan
membuatnya cepat meninggal. Tn. M terlihat murung dan kadang sering melamun. Bahkan
Tn. M tidak mau untuk makan, mual(+), dan berat badan Tn. M menurun dari 70kg sekarang
65kg dengan tinggi 168cm.

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mulyorejo
b) Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang
P: Nyeri akibat adanya massa pada pinggang
Q: Klien merasa nyeri seperti dipukul benda tumpul dan nyeri saat berkemih
R: Pinggang
S: Klien mengatakan skala nyeri 7
T: Nyeri dirasakan setiap waktu dan bertambah parah sejak 2 bulan yang lalu
c) Riwayat penyakit sekarang
Tn. M dibawa ke RS UNAIR karena mengeluh nyeri pinggang sejak 2 bulan yang
lalu bertambah parah. Klien mengatakan bahwa kencingnya bercampur dengan
darah dan merasa ada benjolan diperutnya.

23
d) Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi
e) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
f) Riwayat psikososial
Tn. M merasa sedih dan takut karena merasa bahwa penyakit yang dideritanya
akan membuatnya cepat meninggal.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Breath (B1)
Pernapasan klien normal yaitu 20x/menit
b) Blood (B2)
Suhu: 36,50C, N: 70x/menit, RR: 20x/menit, Hb: 10g/dl, dan TD: 140/80mmHg
c) Brain (B3)
Tidak terjadi gangguan pada sistem persyarafan, persyarafan normal
d) Bladder (B4)
Nyeri pada saat berkemih dan kencing bercampur dengan darah.
e) Bowel (B5)
Adanya benjolan pada bagian perut.
f) Bone (B6)
Tidak terjadi gangguan pada sistem integumen, tulang dan otot normal.

3. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: Pembesaran tumor/masa Nyeri akut


- Klien mengeluh nyeri pada ginjal

pinggang
DO: Sel ginjal tertekan oleh
- P: Nyeri akibat adanya jaringan tumor/fibrosa
massa pada pinggang
Q: Klien merasa nyeri
Obstruksi pada ginjal
seperti dipukul benda
tumpul dan nyeri

24
saat berkemih Pembuluh darah pecah
R: Pinggang
S: Klien mengatakan skala
Inflamasi
nyeri 7
T: Nyeri dirasakan setiap
waktu dan bertambah Nyeri akut
parah sejak 2 bulan yang
lalu

DS: Pembesaran tumor/masa Ketidakseimbangan nutrisi


pada ginjal kurang dari kebutuhan
- Klien mengatakan tidak
tubuh
mau makan dan mual.
Penekanan saraf otonom
DO: pada ginjal

- Barat badan klien


menurun sebanyak 5kg
Mempengaruhi kerja
- A: TB 168, BB 65 kg, gastrointestinal
IMT = 23
B: Gula darah sewaktu
358 mg/dl, HB 10, Mual & muntah

hematokrit 28,4 %.
C: Badan tampak kurus
Nafsu makan menurun
tidak nafsu makan,
konjungtiva anemis
D: Sebelum masuk RS Ketidakseimbangan nutrisi
tidak menerapkan program kurang dari kebutuhan
diet, dan setelah masuk RS tubuh
makan sesuai yang
disediakan RS

DS: Obstruksi pada ginjal Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer
- Klien mengatakan lemah.
Gg. pada fungsi glomerulus
25
DO:

- CRT 3 detik Hematuria

- Hasil pemeriksaan
laboratorium Hb: 10g/dl HB turun
- TTV:
Suhu: 36.5 C
Nadi: 70 x/ menit Anemia

RR: 20x/menit
- TD: 140/80 mmHg Suplai O2 ke jaringan
- Akral dingin menurun
- SaO2 95%

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

DS: Kanker ginjal Ansietas

- Tn. M merasa sedih dan


khawatir bahwa penyakit Takut pada kematian
yang dideritanya akan
membuatnya cepat
Ansietas
meninggal.
- Klien merasa kebingungan
karena penyakitnya
DO:
- Klien mengalami
kegelisahan
- Wajah tegang
- TTV:
Suhu: 36.5 C
Nadi: 70 x/ menit
RR: 20x/menit
TD: 140/80 mmHg

26
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (inflamasi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan makan (mual
dan muntah)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan O2 ke perifer
4. Ansietas b.d ancaman pada status terkini

27
3.3 Intervensi
N Hari/Tgl Diagnosa NOC NIC Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Pa
O
Keperawatan raf

1 Senin, Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Tentukan 08.00 1. Mengobservasi 14.00 S:
. 28 agens cedera tindakan keperawatan kualitas dan keluhan nyeri
- Klien
Februari biologis selama 1 x 24 jam, keparahan nyeri klien
mengatakan
2018 (inflamasi) diharapkan nyeri klien 2. Berikan Respon:
nyeri seperti
dapat teratasi, dengan penggunaan Klien
dipukul di
kriteria hasil: tehnik non memperlihatkan
pinggang
farmakologi wajah meringis
- Melaporkan berkurang
(relaksasi, terapi kesakitan
gejala yang tidak 08.05 - Klien
musik, dll) 2. Menanyakan
terkontrol pada mengatakan
3. Kendalikan tingkat
profesional periode nyeri
faktor keparahan nyeri
kesehatan berkurang
lingkungan yang klien dengan
- Menggunakan
dapat Wong Baker
tindakan
mempengaruhi Scale O:
pengurangan
repon pasien Respon:
nyeri tanpa - Skala nyeri: 5
terhadap Skala nyeri : 7
analgesik - Ekspresi
ketidaknyamanan 3. Mengajarkan
- Menggunakan wajah
28
analgesik yang 4. Kolaborasi 08.10 klien teknik meringis
direkomendasikan dengan tenaga relaksasi nafas kesakitan
- Nyeri yang kesehatan lain dalam namun bisa
dilaporkan (dokter) Respon : menahan
berkurang pemberian Klien - Klien
- Panjangnya analgesik sesuai mengikuti diberikan
episode nyeri dosis yang teknik nafas analgesik
berkurang dibutuhkan dalam dan berupa....
melakukannya - Klien
secara rutin menggunakan
4. Menjaga teknik nafas
08.20
lingkungan dalam untuk
sekitar klien menahan
agar tetap nyeri
tenang dengan
mengurangi
A:
kebisingan
Respon: Masalah belum
Klien terlihat teratasi
tenang dengan
lingkungannya
29
5. Memberikan P:
analgesic
Intervensi
Antrain melalui
dilanjutkan no
08.30 IV
1,2,3,4
Respon :
Nyeri
berkurang

2 Senin, Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Monitor mual 09.00 1. Memberikan 12.00 S:


. 28 nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan dan muntah obat anti mual
- Klien
Februari kebutuhan tubuh selama 1x24 jam, 2. Berikan obat anti berupa
mengatakan
2018 b.d diharapkan nutrisi mual, bila perlu Ranitidin inj
mual muntah
ketidakmampuan klien terpenuhi 3. Kolaborasi 500 mg/ 2ml
berkurang
makan (mual, dengan kriteria hasil: dengan ahli gizi Amp melalui
- Klien
muntah). untuk bolus sebelum
- Asupan nutrisi mengatakan
menentukan makan
terpenuhi tidak nafsu
jumlah kalori dan Respon:
- Rasio berat badan makan
nutrisi yang Tidak mual
dan tinggi badan O:
dibutuhkan 2. Memberikan
normal (IMT : 11.30
pasien diet rendah - BB= 65 kg
21-23)
4. Yakinkan diet garam sesuai TB = 168cm
- Frekuensi mual
30
dan muntah yang dimakan yang IMT = 23,04
berkurang atau mengandung dikonsulkan (Normal)
tidak ada tinggi serat untuk oleh ahli gizi - Albumin:
- Serum albumin mencegah Respon: Klien 4,1gr/dL
normal (3,4 – 5,4 konstipasi hanya makan ¼ Ht : 35%
g/dL) 5. Berikan makanan porsi Hb: 11
- Hematokrit yang terpilih 12.00 3. Mengobservasi GDS : 275
normal (38,8 – (sudah berat badan g/dL
50%) dikonsultasikan klien - Klien terlihat
- Hemoglobin dengan ahli gizi) Respon: lemas,
normal (14-18 6. Monitor jumlah BB= 65kg konjungtiva
12.15
gr/dL) nutrisi dan 4. Mengobservasi anemis,
- Gula darah kandungan kalori turgor kulit turgor kulit
sewaktu normal 7. Berikan Respon : menurun
(<200 gr/dL) informasi tentang Kurang baik, > - Diet rendah
kebutuhan nutrisi 2 detik garam
8. Monitor adanya 5. Melakukan - Diet tinggi
12.50
penurunan BB pemeriksaan kalori rendah
9. Monitor turgor darah meliputi protein
kulit albumin, (TKRP)
10. Monitor kadar hematokrit,
31
albumin, total hemoglobin dan
protein, Hb, dan GDS
A:
kadar Ht Respon:
11. Monitor kalori Albumin: Masalah belum
dan intake nutrisi 4,1gr/dL teratasi
Ht : 35%
Hb: 11
GDS : 275 g/dL P:
13.00
6. Memberikan
Intervensi
edukasi kepada
dilanjutkan no
klien dan
1,2,3,7,8,9,10,11
keluarga untuk
meningkatkan
intake makanan
agar tidak
terjadi
malnutrisi
Respon:
Klien mematuhi
diet yang telah
direkomendasik
32
an untuknya

3 Senin, Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Lakukan 13.10 1. Mengobservasi 13.00 S:


. 28 perfusi jaringan tindakan keperawatan penilaian keadaan umum
- Klien
Februari perifer b.d kurang selama 1x24 jam, hemodinamik klien
menagatakan
2018 pengetahuan diharapkan perfusi status secara Respon:
badannya
tentang proses jaringan perifer komprehensif Wajah terlihat
masih terasa
penyakit (suplai O2 kembali normal, (cek tekanan sedikit pucat,
lemas
menurun) dengan kriteria hasil: darah, HR, 13.15 tidak sesak
- CRT < 2 detik kekuatan denyut 2. Memeriksa
- SaO2 (95- nadi, dll) tanda-tanda O:
100%) 2. Monitor tanda vital pasien
- CRT = 3
- TTV dalam dan gejala Respon:
detik
rentang masalah status TD : 140/80
- Hasil
normal perfusi mmHg
pemeriksaan
TD:120/70mm (ekstremitas N : 70x/menit
TTV:
Hg dingin, kenaikan S : 36,5
TD :
N: 60- kadar kreatinin, RR : 20x/menit
140/70mmHg
100x/menit, dan BUN) 3. Melakukan
13.20 N: 90x/menit
RR: 20x/menit 3. Monitor denyut pemeriksaan
S: 36,9oC
S: 36.5-37.5 C nadi perifer, CRT dengan
RR:
33
- Akral teraba CRT, menekan jari 20x/menit
hangat temperature, dan tangan dan kaki - SaO2 95%
- Wajah tidak warna Respon: - Akral dingin
pucat ekstremitas CRT = 3 detik - Wajah sedikit
4. Tentukan status 4. Monitor kadar pucat
13.25
perifer (terasa kreatinin dan A:
dingin atau BUN
Masalah belum
hangat) Respon:
teratasi
5. Pertahankan Kreatinin:
keseimbangan 0,8mg/dL
cairan dengan BUN:35 mg/dL
13.30 P:
pemberian cairan 5. Meraba akral
IV, jika klien Intervensi
diperlukan. Respon: Akral dilanjutkan no
dingin 1,2,3,4,5
13.35 6. Mengobservasi
balance cairan
Respon :
Input= 600ml
Output = 350ml
BC= 150ml
34
(Imbalance)

4 Senin, Ansietas b.d Selama dilakukan 1. Gunakan 13.30 1. Mengobservasi 14.00 S:


. 28 ancaman pada tindakan keperawatan pendekatan yang TTV klien
- Klien tidak
Februari status terkini 1x12 jam, ansietas tenang dan Respon:
mengalami
2018 dapat teratasi dengan menenangkan TD : 140/80
kebingungan
kriteria hasil : 2. Berikan mmHg
- Klien tidak
- Klien tidak informasi faktual N : 70x/menit
merasa
mengalami terkait diagnosis, S : 36,5
khawatir
kegelisahan perawatan dan RR : 20x/menit
13.35 dengan
- Wajah tidak prognosis 2. Mendampingi
kondisinya
menunjukkan 3. Berada di sisi klien dan
O:
tegang klien untuk menanyai
- Rasa cemas meningkatkan tentang - Klien tidak
yang rasa aman dan keadaannya mengalami
disampaikan mengurangi saat ini kegelisahan
secara lisan ketakutan Respon: - Wajah klien
berkurang 4. Dorong keluarga Klien benyak tidak tegang
- TTV normal untuk bertanya - Klien tidak
TD: 120/70 mendampingi mengenai cemas
mmHg klien dengan cara kondisinya - Hasil

35
N : 60- yang tepat 13.40 3. Memberikan pemeriksaan
100x/menit 5. Lakukan usapan ketenangan TTV:
S : 36-37,2 C pada punggung kepada klien TD :
RR : 16- dengan cara yang dengan 140/70mmHg
20x/menit tepat memberikan N: 90x/menit
6. Puji/ kuatkan sentuhan S: 36,9oC
perilaku yang lembut RR:
baik secara tepat Respon: 20x/menit
7. Dorong Klien merasa
A:
verbalisasi lebih tenang
perasaan, 4. Memberikan Masalah teratasi
13.45
persepsi dan edukasi kepada
ketakutan klien dan
8. Berikan aktivitas keluarga terkait P:
pengganti untuk dengan
Intervensi
mengurangi penyakit klien
dihentikan, masalah
kecemasan untuk
keperawatan teratasi
9. Instruksikkan menurunkan
klien untuk kecemasan
menggunakan klien terhadap
teknik relaksasi penyakitnya
36
10. Atur penggunaan Respon:
obat-obatan Klein
untuk memahami dan
mengurangi menerima atas
kecemasan keadaannya
secara tepat, jika saat ini
diperlukan 13.50 5. Memberikan
11. Kaji tanda verbal edukasi kepada
dan nonverbal keluarga untuk
kecemasan tetap
memberikan
semangat dan
dukungan
kepada klien
Respon:
Keluarga selalu
memberikan
dukungan
positif kepada
klien
6. Menganjurkan
37
14.00 klien untuk
melakukan
aktifitas seperti
membaca dan
mendengarkan
musik
Respon:
Klien selalu
membaca buku
setiap pagi dan
malam hari

38
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seiring dengan meningkatnya jumlah penderita kanker ginjal, meskipun hanya 2%
yang menyerang pada dewasa, perawat memiliki peranan penting dalam penanganan
klien dengan kanker ginjal. Pemberian health education pada masyarakat bertujuan
untuk waspada dini terhadap kanker ginjal. Oleh karena itu, perawat perlu memahami
teori dan asuhan keperawatan dengan baik dan benar

39
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth


Edition. UK: NANDA International, Inc

Bulechek, Gloria M., etc. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Kidlington, Oxford: Mosby, an imprint of Elsevier Inc.

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2012. Panduan Penanganan Kanker Ginjal. Bandung :
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).

Muriyati, Ika Dewi. 2015. Asuhan Keperawatan Renal Cell Carcinoma (Kanker Ginjal).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya

Moorhead, Sue., etc. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Kidlington, Oxford: Mosby, an imprint of Elsevier Inc.

Richard S. Snell, MD, PHD 2006. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta. EGC
Penerbit Buku Kedokteran

40

Anda mungkin juga menyukai