Anda di halaman 1dari 18

VARIASI INTRA POPULASI

Oleh :
Nama : Ine Nurmala
NIM : B1J010032
Rombongan : VI
Kelompok : 4
Asisten : Rido Junalian

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode tradisional yang digunakan dalam taksonomi klasik adalah


pengelompokan individu yang diperoleh dari suatu lokasi hanya berdasarkan
persamaan dan perbedaan morfologi yang dimiliki oleh masing-masing individu
tersebut. Sesungguhnya populasi dari kebanyakan hewan terdiri atas beberapa
phena yang berbeda, sebagai hasil dari beberapa proses seperti variasi umur,
variasi seksual, variasi musiman, polimorfisme dan sebagainya. Kegagalan
mengenai variasi ini akan berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu
species dan kategori tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai variasi
yang terjadi pada populasi hewan sangat penting dalam taksonomi (Zug, 1997).
Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara,
sekitar, setelah), morphe` (bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis
merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan
yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kadal,
kupu-kupu dan serangga. Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air
dan hewan darat. Oleh karena itu, awal dari kehidupannya dimulai di perairan
kemudian pindah ke daratan. Habitat katak sangat bervariasi dari rawa sampai
ke pegunungan. Kebanyakan hidup di daerah yang berhutan karena katak
membutuhkan tempat yang lembab untuk melindungi diri dari kekeringan.
Terdapat jenis katak yang sepanjang hidupnya selalu di air dan juga yang hidup
di daratan serta di pohon yang tinggi. Katak yang hidup di luar air biasanya pada
periode tertentu akan berkunjung ke perairan untuk melakukan
perkembangbiakan. Tingkatan taksonomi pada katak dapat dikertahiui dengan
memperlihatkan karakter morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan
determinasi (Kurniati, 2003).
Kadal merupakan organisme reptil yang berjalan dengan melata, memiliki
dua pasang kaki dan biasanya dapat kita temui di persawahan ataupun di area
perkebunan. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat
tanduk dipermukaannya tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir. Warna pada kadal
dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri.
Kadal (Mabouya multifasciata) hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuh
kadal terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata,
lubang hidung dan telingga. Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga
kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat
meruncing ke ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas
anterior) dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing
terdiri atas lima jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan
naik ke pohon. Kadal dipilih sebagai preparat praktikum karena ukuran kadal
yang relatif sedang. Struktur anatominya mudah diamati dan dipelajari bagian-
bagiannya. Selain itu kadal juga mudah didapat dan harganya relatif terjangkau.

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara variasi intra populasi adalah sebagai berikut:


1. Mengenali berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme dan
sebagainya) pada suatu populasi hewan.
2. Menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi (umur, seksual,
musiman, polimorfisme dan sebagainya), yang terdapat pada suatu populasi
hewan.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Materi yang diamati adalah berudu, percil, katak dewasa, kadal jantan
dan kadal betina. Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, buku gambar
dan alat tulis.

B. Metode

Cara kerja praktikum variasi intra populasi adalah sebagai berikut:


1. Percil, berudu dan katak dewasa digambar dan diberi keterangan tentang
jenis variasi yang terjadi.
2. Kadal jantan dan kadal betina dibedah dan digambar perbedaan sek
primernya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Metamorfosis Katak (Feejervarya cancrivora)

Gambar 2. Anatomi Kadal (Mabouya multifasciata)


Gambar 3. Alat Reproduksi Kadal
B. Pembahasan

Praktikum variasi intra populasi menggunakan preparat kadal (Mabouya


multifasciata) jantan dan betina, berudu, percil, dan katak dewasa. Hasil
pengamatan didapatkan bahwa katak mengalami metamorfosis, terjadi
perubahan morfologi sesuai dengan perkembangan usianya. Saat masih telur,
kemudian berudu bernafas dengan insang dan ususnya panjang melingkar,
tumbuh kaki belakang dan menjadi berudu berkaki, lalu tumbuh kaki depan
menjadi katak berekor, setelah itu ekor mulai memendek dan berubah menjadi
katak muda sampai berkembang menjadi dewasa, pada saat itu katak bernafas
dengan paru-paru dan ususnya memendek. Katak temasuk kedalam jenis variasi
non genetik yaitu variasi umur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saunders
(1982), yang menyatakan bahwa ketika dalam tahap larva dalam kitaran hidup,
seekor berudu bernafas dengan insang. Berudu mempunyai ekor bersirip yang
digunakan untuk berenang melalui alunan sisian / aliran air, seperti kebanyakan
ikan.
Berdasarakan hasil pengamatan, kadal termasuk dalam jenis variasi
genetik yaitu variasi karena adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan sek
primer dan sek sekunder yang dimilikinya. Kadal merupakan hewan berkaki
empat yang banyak hidup di alam bebas. Umumnya memiliki warna antara
kuning hingga coklat, warna ini sesuai dengan umur dan juga pengaruh
lingkungan. Tubuh kadal tebagi menjadi caput, truscus, cauda, ekstrimitas
anterior dan ekstrimitas posterior. Sistem genitalia kadal jantan yaitu mempunyai
testis, epididymis, vas deferent dan ureter. Sisitem genitalia kadal betina yaitu
mempunyai ovarium, oviduct. Hal ini sesuai dengan penyataan Djuhanda (1984)
yang menyatakan bahwa kadal merupakan reptil yang berkaki empat, dengan
panjang berkisar antara 5-40 cm. Kebanyakan hidup di pepohonan. Umumnya
berkulit mengkilap dan mempunyai warna kehijauan sampai coklat.
Variasi intra populasi adalah keragaman suatu individu didalam suatu
populasi. Secara garis besar, ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu faktor
non genetik dan genetik. Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi
umur, variasi musiman pada suatu individu, variasi musiman pada beberapa
keturunan, variasi sosial, variasi habitat, variasi karena induksi kondisi iklim
temporer, variasi yang ditentukan oleh inang, variasi tergantung kepadatan,
variasi alometrik, variasi neurogenik, variasi traumatik dan variasi induksi parasit
serta perubahan pasca kematian. Variasi genetik terjadi karena adanya seksual
mdimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder, gynadromorfi dan
intersek, strain seksual dan uniparental serta variasi diskontinyu dan variasi
kontinyu (Tenzer, 2003).
Variasi antara usia dan jenis kelamin banyak terdapat dalam populasi
katak, variasi usia terjadi akibat dari perubahan yang berkaitan dengan ukuran
atau pengembangan, sedangkan variasi berdasarkan jenis kelamin dapat
dihasilkan dari perbedaan morfologi atau perbedaan dalam perilaku yang terkait
dengan reproduksi. Namun, ada juga jenis variasi dalam populasi yang tidak
dapat dikaitkan dengan seks atau usia yang disebut'' spesialisasi individu''
Sebagai contoh, individu-individu dari Finch Cocos, Pinaroloxias inornata (Araujo
et al, 2007).
1. Katak (Fejervarya cancrivora)
Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air dan hewan darat.
Oleh karena itu, awal dari kehidupannya dimulai di perairan kemudian pindah ke
daratan. Habitat katak sangat bervariasi dari rawa sampai ke pegunungan.
Kebanyakan hidup di daerah yang berhutan karena katak membutuhkan tempat
yang lembab untuk melindungi diri dari kekeringan. Terdapat jenis katak yang
sepanjang hidupnya selalu di air dan juga yang hidup di daratan serta di pohon
yang tinggi. Katak yang hidup di luar air biasanya pada periode tertentu akan
berkunjung ke perairan untuk melakukan perkembangbiakan. Tingkatan
taksonomi pada katak dapat diketahui dengan memperlihatkan karakter
morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan determinasi (Kurniati, 2003).
Katak dewasa apabila diamati dengan teliti, akan terlihat jelas adanya
keragaman variasi atara spesies yang satu dengan yang lainnya katak
mempunyai badan yang lebar dilengkapi dengan dua pasang anggota gerak.
Anggota gerak bagian depan lebih pendek dan kecil, serta mempunyai 4 jari,
sedangkan bagian belakang jauh lebih besar dan panjang. Hal ini sesuai dengan
fungsinya yaitu untuk melompat. Anggota gerak ini biasanya juga dilengkapi
dengan selaput renang untuk memudahkan katak berenang (Mahardono, 1980).
Menurut Radiopoetro (1986), klasifikasi katak adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Metamorfosis pada Amphibi merupakan salah satu variasi yang ada pada
spesies katak. Pengertian metamorfosis sendiri adalah perkembangan yang
merubah secara keseluruhan bentuk, fisiologis maupun biokimiawi individu,
sedangkan pada beberapa insekta, metamorfosis hanya bersifat melengkapi
bentuk larva dengan perlengkapan-perlengkapan untuk menjadi bentuk
dewasanya. Perubahan-perubahan metamorfik benar-benar merubah seluruh
jaringan dan organ. Contoh hewan lain yang mengalami variasi seperti katak
misalnya pada kupu-kupu (Lepidoptera) yang juga mengalami metamorfosis
(Mahardono,1980).
Menurut Kurniati (2003), metamorfosis amphibi banyak sekali mengalami
perubahan baik secara morfologi. Metamorfosis amphibi, umumnya digabungkan
dengan perubahan persiapan yang mana dari organisme aquatik untuk menjadi
organisme daratan. Perubahan pada urodela (salamander), perubahan ini
meliputi berkurangnya ekor dan rusaknya insang bagian dalam dan berubahnya
struktur kulit. Perubahan pada anura, perubahan metamorfosis berlangsung
secara dramatis dan kebanyakan organ-organnya telah termodifikasi. Perubaan
ini meliputi hilangnya gigi dan insang internal pada anak katak, seperti hilangnya
ekor, kemudian akan terjadi proses pembentukan seperti berkembangnya
anggota tubuh dan morfogenesis kelenjar dermoid. Perubahan lokomosi terjadi
dari pergerakan ekor menjadi terbentuknya lengan depan dan lengan belakang.
Gigi yang digunakan untuk mencabik tanaman hilang dan digantikan dengan
perubahan bentuk baru dari mulut dan rahangnya, otot dari lidah juga
berkembang, insang mengalami degenerasi, paru-paru membesar, otot dan
tulang rawan berkembang untuk memompa udara masuk dan keluar pada paru-
paru. Mata dan telinga berdiferensiasi. Telinga bangian tengah berkembang dan
membran timfani terletak pada bagian telinga luar.
2. Kadal (Mabouya multifasciata)
Kadal memiliki karakteristik yaitu badannya tertutup oleh squamae yang
menanduk dan tidak berlendir. Kadal mempunyai dua pasang kaki dengan tiga
digiti yang berfalculer. Kadal memiliki kulit yang kering, tertutup oleh sisik-sisik
atau papan epidermal. Tubuh kadal berbentuk memanjang tertekan lateral. Kadal
memiliki kaki yang biasanya digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di
bagian anterior, tulang pterigoid berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata
dapat digerakkan, sabuk pektoral berkembang dengan baik. Tubuh kadal terdiri
atas caput, cervix, truncus dan caudal. Caput berbentuk tegak piramidal,
meruncing ke arah postral dan memipih dalam arah dorsoventral. Sisik pada
daeah perut warnanya kekuning-kuningan, sisik pada daerah punggung
berwarna antara kuning sampai coklat tua. Warna tubuh ini tergantung pada
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan keadaan fisiologis tubuhnya
(Kurniati, 2003).
Kadal termasuk hewan berdarah dingin dan mempunyai sisik-sisik yang
beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Terdiri tak kurang dari 40
suku, kadal memiliki pola warna, bentuk dan ukuran yang sangat beragam.
Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau
seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal
tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak.
Kebanyakan kadal bertelur (ovipar), meskipun ada pula yang melahirkan anak
(vivipar). Juga, umumnya kadal dapat menumbuhkan kembali ekor atau bahkan
tungkai yang terputus. Beberapa spesies kadal tak berkaki, seperti ular kaca
misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski
tak ada tungkainya. Meski bentuknya mirip, kadal-kadal ini bisa dibedakan dari
ular sejati karena memiliki pelupuk mata yang dapat digerakkan, lubang telinga
luar, dan dapat memutuskan ekornya dalam keadaan bahaya; ciri-ciri yang tak
dimiliki oleh ular (Kurniati, 2003).
Banyak jenis kadal yang merupakan pemanjat pohon yang baik atau
pelari cepat. Beberapa di antaranya bahkan dapat berlari di atas dua kaki
dengan amat cepatnya, seperti halnya kadal tercepat di dunia: iguana berekor
duri dari marga Ctenosaura. Kadal-kadal tertentu, misalnya bunglon, dapat
berganti warna sesuai kondisi lingkungan atau suasana hati. Meski kebanyakan
hidup di daratan, umumnya kadal dapat berenang dengan baik. Beberapa
jenisnya, seperti biawak, bahkan beradaptasi dengan baik di lingkungan perairan
(Kurniati, 2003).
Variasi pada populasi hewan kadal dapat terjadi karena adanya seksual
dimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder yang dimilikinya. Ciri
sek primer sendiri adalah merupakan organ yang berhubungan langsung dengan
reproduksi yaitu testis dan salurannya pada kadal jantan dan ovarium dan
salurannya pada kadal betina. Sedangkan sek sekunder berguna untuk
membedakan jenis kadal berdasarkan tanda-tanda dari luar tubuh kadal. Ciri-ciri
sek sekunder terdiri dari dua jenis:
1. Tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan,
misalnya bentuk morfologi dari organ reprodusinya yaitu testis lebih kecil di
bandingkan ovarium.
2. Alat bantu/organ tambahan waktu reproduksi misalnya organ Gonopodium
pada ikan seribu, Myxopterygium (clasper) merupakan modifikasi sirip perut
pada ikan dan Ovipositor berfungsi sebagai alat penyalur telur ke bivalvia dari
ikan Rhodes amarus dan Careoroctus betina. Contoh hewan lain yang
memiliki variasi sek primer dan sek sekunder adalah ikan (Zug, 1997).
Menurut Radiopoetro (1986), klasifikasi kadal adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Scincidae
Genus : Mabouya
Species : Mabouya multifasciata

Gambar Sistem genitalia pada kadal jantan dan kadal betina


 Sistem Genitalia Jantan
Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Untuk kadal dan ular, salah
satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar
saat musim kawin (Zug, 1997).
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat
testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus
aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis.
Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil,
duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang,
yaitu sinus urogenital yang pendek (Zug, 1997).
 Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian
permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna
vertebralis. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di
kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur (Zug, 1997).
Variasi dapat dibagi menjadi variasi yang bersifat kuantitatif dan variasi
yang bersifat kualitatif. Variasi yang bersifat kuantitatif contohnya adalah tinggi
badan, berat badan, dan sebagainya. Variasi yang bersifat kualitatif contohnya
adalah golongan darah, warna kulit, dan sebagainya. Secara teoritis,
berdasarkan penyebabnya, variasi dalam sistem biologi dibagi dua yaitu variasi
genetik dan variasi non genetik. Variasi genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh
faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun
dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan
berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal sebagai
pembawa. Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu variasi yang
ditentukan oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH
tanah, dan lain-lain (Suryati, 2008).
Menurut Indarmawan (2010), variasi non genetik juga dapat terjadi karena
adanya:
1. Variasi umur
Variasi umur merupakan variasi berdasarkan umur suatu hewan.
Misalnya, hewan yang melewati fase juvenil atau larva yang sangat berbeda
dari fase dewasa. Contohnya pada bentuk immature ikan yang sangat
berbeda sehingga diklasifikasikan kedalam genus bahkan family yang
berbeda. Larva ikan sidat (Anguilla) awalnya dideskripsikan sebagai
Leptochepalus brevirostris.
2. Variasi musiman pada suatu individu
Hewan yang hidupnya pada beberapa musim dapat memperlihatkan
variasi individu, contohnya pada burung. Burung akan memiliki warna yang
cerah pada musim kawin dan pucat pada beberapa spesies. Perubahan
warna bulu hanya terjadi pada individu jantan.
3. Variasi Ekologi (Habitat)
Bivalvia tertentu yang hidup di daerah hulu dan hilir di suatu sungai akan
menunjukan perbedaan morfologi cangkangnya. Kondisi ini merupakan variasi
lokal.
4. Variasi sosial
Variasi ini terdapat pada hewan yang hidupnya berkoloni, contohnya
pada rayap. Rayap menunjukan adanya kasta pekerja, tentara dan ratu yang
memiliki perbedaan morfologi.
5. Variasi jenis inang
Parasit akan memperlihatkan perbedaan morfologi jika inangnya
berbeda. Contohnya adalah Laconium cornii yang hidup pada inang Prunus
dan Laconium cornii yang hidup pada inang Photinia. Laconium cornii yang
hidup dalam inang Prunus akan memperlihatkan tubuh yang lebih besar
dengan alat gerak yang lebih pendek. Laconium cornii yang hidup pada inang
Photinia akan memperlihatkan tubuh yang lebih kecil dengan alat gerak yang
lebih panjang.
6. Variasi allometrik
Suatu jenis ikan menunjukan adanya perbedaan sifat tumbuh yaitu
allometrik dengan pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan bobotnya
atau dengan kata lain pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan
panjang.
7. Variasi karena kepadatan
Hewan tertentu akan memperlihatkan perbedaan morfologi berdasarkan
kepadatannya. Belalang yang hidup berkoloni akan memperlihatkan morfologi
yang berbeda berdasarkan tiga fase yang berbeda, yaitu bersifat soliter jika
jarang, bersifat transisi jika agak padat dan bersifat koloni jika padat.
8. Variasi Neurogenik
Variasi ini muncul karena adanya respon terhadap perubahan
lingkungan yang berupa penyebaran atau berkumpulnya kromatofora (pigmen
warna pada hewan). Contohnya pada bunglon.
9. Variasi Traumatik
Variasi ini pada umumnya terjadi karena adanya induksi parasit.
Contohnya pada Stylopirosi andrena jantan dan Stylopirosi andrena betina.
Stylopirosi andrena jantan yang pernah terinduksi parasit akan
memperlihatkan adanya perubahan bulu dan antena menjadi lebih panjang
dan ukuran genitalia yang tereduksi. Stylopirosi andrena betina yang pernah
terinduksi parasit akan memperlihatkan organ pengumpul nektar yang
tereduksi, panjang segmen antena berubah danorgan aksesori tereduksi.
Spesies simpatrik merupakan spesies yang mengalami spesiasi simpatrik.
Spesiasi simpatrik disebabkan karena adanya perubahan kromosom (pada
tumbuhan) dan perkawinan tidak acak (pada hewan), yang mengubah aliran gen.
Populasi simpatrik akhirnya terisolasi secara genetik meskipun daerah tinggalnya
saling tumpang tindih (Campbell, et al., 2003).
Contoh dari spesies simpatrik ditemukan pada hewan serangga yang
menjadi ketergantungan pada tanaman inang (host) yang berbeda di daerah
sama. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon
tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan
genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang
berbeda akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari
populasi tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih
lanjut. Suatu polimorfisme seimbang dengan perkawinan asortatif dapat
menghasilkan spesies simpatrik Contoh dari spesies simpatrik lainnya adalah
pada Cichlids di danau Nabugabo di Afrika Timur, yang diperkirakan karena
seleksi seksual (Campbell, et al., 2003).
Spesies allopatrik merupakan spesies yang mengalami spesiasi
allopatrik. Spesiasi allopatrik merupakan spesiasi melalui isolasi geografi,
misalnya melalui fragmentasi habitat dan migrasi. Adanya penghalang geografi
ini memisahkan sebuah populasi dari populasi induknya, yang berarti memotong
aliran gen antar kedua pupulasi tersebut. Seleksi di bawah kondisi demikian
dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada penampilan dan
perilaku organisme. Seleksi dan hanyutan pada spesiasi allopatrik bekerja secara
bebas pada populasi yang terisolasi. Hal ini menyebabkan pemisahan pada
spesies allopatrik yang pada akhirnya akan menghasilkan organisme yang tidak
akan dapat berkawin campur (Putra dan Taher, 2011).
Contoh dari spesies allopatrik adalah pada tupai di Grand Canyon. Kedua
spesies tupai antelope ini menempati sisi tebing yang berlawanan di Gran
Canyon. Tupai antelope Harris (Ammospermophilus harrisi) hidup di tebing
selatan. Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai antelope
berekor putih (Ammospermophilus leucurus) yang berukuran sedikit lebih kecil
dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya.
Kedua spesies ini tidak dapat bertemu satu sama lain, sehingga tidak akan
terjadi perkawinan dan aliran gen diantara keduanya (Putra dan Taher, 2011).
Interseks adalah sebutan lain dari 'hermafrodit'. Interseks merupakan
sekelompok kondisi atau keadaan yang menunjukkan perbedaan antara organ
genital eksternal dan organ genital internal (testis dan ovarium). Kondisi ini bisa
juga disebut sebagai gangguan perkembangan seks, DSDs, dan
psedohermaphroditism. Interseks dibagi menjadi empat kategori berbeda, yaitu:
1. 46, interseks XX, yaitu memiliki kromosom betina serta ovarium, tapi alat
kelamin eksternal yang muncul adalah jantan.
2. 46, intersek XY, memiliki kromosom jantan, tetapi alat kelamin eksternal
yag terbentuk tidak lengkap atau ambigu seperti betina.
3. Right gonad intersex, yaitu memiliki ovarium dan testis, atau
kemungkinan memiliki satu ovarium dan satu testis. Hal ini karena
memiliki kromosom XX, XY atau keduanya.
4. Gangguan perkembangan seksual kompleks atau interseks yang belum
ditentukan. Gangguan ini kemungkinan akibat konfigurasi kromosom yang
berbeda, seperti 45, XO (hanya satu kromosom X) atau 47 kromosom
dengan kombinasi XXX atau XXY (Sorensen, 1979).
Interseks pada hewan salah satunya terjadi pada cacing Caenorhabditis
elegans. Jenis kelamin C. elegans dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan
bentuk ekornya. Jantan memiliki ujung ekor yang membulat, sedangkan betina
memiliki ujung ekor yang runcing mirip cambuk dan telurnya dapat dengan
mudah dilihat di dekat ujung ekornya. Caenorhabditis elegans yang mengalami
interseks memiliki kedua karakteristik, dengan ujung membulat seperti jantan
namun sering membawa telur seperti betina. C. elegans betina benar-benar
menghasilkan sperma yang digunakan untuk membuahi telur mereka sendiri,
sehingga mereka biasanya disebut hermafrodit daripada betina (Sorensen,
1979).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Katak (Fejervarya cancrivora) memiliki variasi umur, yaitu dengan adanya
metamorfosis pada katak. Pengertian metamorfosis sendiri adalah
perkembangan yang merubah secara keseluruhan bentuk, fisiologis maupun
biokimiawi individu.
2. Variasi pada populasi kadal (Mabouya multifasciata) dapat terjadi karena
adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder
yang dimilikinya.

B. Saran

Kadal yang akan dibedah sebaiknya jangan yang memiliki ukuran tubuh
terlalu kecil, agar mudah dalam mengamati bagian sek primernya.
DAFTAR REFERENSI

Araujo, M. S., S. F. Dos Reis, A. A. Giaretta, G. Machado, And D. I. Bolnick.


2007. Intrapopulation Diet Variation in Four Frogs (Leptodactylidae) of
the Brazilian Savannah. Copeia. (4):855–865.

Campbell, N. A, Reece, J. B, Mitchell, L. G. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.


Erlangga, Jakarta.

Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico,


Bandung.

Indarmawan, dkk. 2010. Lecture’s Note Mata Kuliah BIO 214 Taksonomi Hewan.
Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto.

Kurniati, H. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun Nation Park West
Java Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). An Illustrated Guide Bokk.
Researc Center For Biology-LIPI, Bogor.

Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Intermasa, Jakarta.

Putra, E. P. Dan Taher, T. 2011. Spesiasi. Makalah Pendidikan Biologi PPS UM,
Malang.

Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Saunders, J. W. 1982. Developmental Biology. Randona House, New York.

Sorensen. 1979. Animal Reproduction. Principles and Practise, McGraw-Hill,


New York.

Suryati, D. 2008. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Lab. Agronomi Universitas


Bengkulu. Bengkulu.

Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan
Biologi UM.

Zug, G. R. 1997. Herpetology : An Introduction Biology of Amphibian and


Reptiles. Academic press, Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai