Kasus Dermatitis Seboroik
Kasus Dermatitis Seboroik
DERMATITIS SEBOROIK
PEMBIMBING
dr.Endang, Sp. KK
PENYUSUN
Ardi Rizal Hidayat
01.210.6085
1
BAB I
I. PENDAHULUAN
2
BAB II
I. DEFINISI
II. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi
penyakit ini diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi
setidaknya 2 sampai 5 persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang
bayi ataupun pada orang dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada
umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik
dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-
kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi
sampai 85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti
observasi dari seluruh dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat
seperti epilepsi dan penyakit Parkinson juga tampak rentan terhadap
pengembangan dermatitis seboroik.1, 4, 5
III. ETIOPATOGENESIS
3
glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir,
kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon
androgen dari ibu berhenti. Kematangan kelenjar sebasea rupanya
merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik.Walaupun peningkatan
produksi sebum tidak selalu ditemukan pada pasien dengan dermatitis
seboroik. Seborrhea adalah faktor predisposisi untuk dermatitis seboroik,
tetapi dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit dari glandula sebasea.
Pada masa kecil, produksi sebum dan dermatitis seboroik memang
berhubungan tetapi pada masa dewasa tidak. 1, 4
D.S dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat
seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi sitotastik
dapat memperbaikinya. pada orang yang telah memiliki faktor predisposisi,
timbulnya D.S dapat disebabkan oleh faktor diantaranya faktor kelelahan,
stres, emosional, infeksi, atau imun defisiensi.
A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada
kulit manusia) - Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale
mungkin memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini
ditemukan dalam kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik.
Komposisi lipid pada kulit pasien ditemukan berbeda dalam proporsi
peningkatan kolesterol, trigliserida dan parafin. Kelainan pada lipid
permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif dan / atau aktivitas
lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam lemak
inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau
metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui
respons yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans
dan kaskade komplemen. 5, 6
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini
dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan flora
normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang
4
masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi
dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak
terbukti bahwa mikroorganisme iniliah yang menyebabkan dermatitis
seboroik. 1,
D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat
seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostatik dapat memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin
mempengaruhi seseorang untuk terkena dermatitis seboroik.5Dermatitis
seboroik sering terkait dengan variasi kelainan neurologi, contohnya
postensefalitis parkinson, trauma supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma
unilateral gangglion Gasser, poliomielitis, siringomelia, qudriplegia. Stress
emotional tampaknya memperburuk penyakit ini. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti kuat belum
untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8.
Variasi musim dan temperatur
kelembapan juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan
yang rendah akan memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim
dingin dan awal musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas.
4,8
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai
rasa gatal walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang
kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus
dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff).
Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai
eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1, 9
5
Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)
6
Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis
7
disertai gatal ataupun tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat
menyebabkan peradangan, infeksi ringan atau perdarahan. 5
8
Gambar 4 : Leiner’s Disease
Gambar 5 : Leiner’s Disease
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
VI. DIAGNOSIS
Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak
dan kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1
A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata
dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai
dengan Auspitz sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama
yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama
pada psoriasis jika dicoba dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama
pada dermatitis seboroik dengan sangat mudah dilepas. Tempat
predileksinya pun berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp, perbatasan
skalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di :
skalp, dahi, pipi, hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar,
lipatan nasolabial, daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame
10
pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital.
Psoriasis biasanya melibatkan kuku, disamping menimbulkan kelainan pada
kulit, psoriasis dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi walaupun
jarang. Pada dermatitis seboroik rasa gatal akan muncul jika sudah berat
sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12
11
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis
kandidosis intertriginosa. 1
12
Gambar 10 : Rosasea
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan Sistemik
13
empat minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari
selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol
penyakitnya.1
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow
band UVB (TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3
x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami
perbaikan.1
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis
seboroik terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale
yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama
1 – 3 minggu. Selain itu oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per
hari selama 1 minggu tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik
menyebar secara luas, tahan terhadap preparat topikal, atau ketika
mempengaruhi masalah psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien.
Efek anti peradangan dan aktivitas antifungi terhadap Malassezia
menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini
pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol
adalah anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak
memiliki potensi yang sama untuk menyebabkan hepatotoksisitas sebagai
ketokonazol dan mungkin, karena itu, menjadi alternatif yang lebih aman
untuk pasien yang memerlukan pengobatan oral,walaupun begitu harus
dipertimbangkan dengan cermat dalam merencanakan pengobatan untuk
kondisi kronis seperti dermatitis seboroik.1, 12, 14
B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)
14
dengan topikal steroids. Dan mungkin menjadi alternatif yang tepat untuk
untuk dermatitis seboroik dengan kortikosteroid karena tidak memiliki efek
samping jangka panjang. 5, 10
2. Keratolitik
3. Antijamur Topikal
4. Kortikosteroid Topikal
15
5. Preparat Selenium Sulfida
Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 – 3 kali pada kulit
kepala dikeramasi selama 5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sulfide
(selsun). 1, 12
Obat topikal lain yang dapat dipakai :
16
IX. PROGNOSIS
17
BAB III
Laporan Kasus Dermatitis Seboroik
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. N
2. Umur : 65 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Kedung dowo 1/5 kudus
6. Pekerjaan : Pensiunan
7. No. Cm :
8. Tanggal periksa : 8 Mei 2015
B. Keluhan Utama
Gatal
18
3. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
4. Riwayat hipertensi : disangkal
Status Dermatologi :
- Lokasi : Kepala, dada dan punggung
- UKK :
Kepala : skuama yang halus
Dada : eritema dengan skuama tipis berbatas tegas dan terdapat papul
Punggung : tepi yang eritem dengan skuama berbatas tegas
19
20
H. Usulan Pemeriksaan Penunjang
1. Histopatologi
I. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Kandidiosis
3. Rosasea
J. Diagnosis Kerja
1. Dermatitis seboroik
K. Rencana Terapi
1. Nonmedikamentosa
a. Memanagement stres, dan jangan terlalu kelelahan.
b. Minum obat teratur.
2. Medikamentosa
a. Pengobatan topikal
R/Vaselin album 20gr
Hidrocortison 2,5% 10gr
Mf unguentum
Sue 2x1
b. Terapi Sistemik
21
R/ Cetirizin dihidroklorida 10mg no : XV
S2dd1
R/ Prednison 20mg no : VII
S1.dd1 pc
L. Prognosis
· Ad vitam : ad bonam
· Ad functionam : ad bonam
· Ad sanationam : Dubia ad bonam
· Ad cosmeticam : Dubia ad bonam
22
DAFTAR PUSTAKA
23
:http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on 3 june 2012.
12.Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med
2009;360;368;387-96
13.L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the
traetment of seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association od
Dermatologist 2011;21:102-105
14.Sheffield RC, Crawford P. What’s the best treatment for cradle
cap. THE JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 · Vol. 56,
No. 3: 232 -233.
15.Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984.
Accesed on 15 may 2012.
16.Leiner’s Disease. Available at
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-and-failure-to-thrive.html .
Accesed on 15 may 2012.
17.No name. Dermatitis and failure to thrive. Available at
http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446. Accesed on 15 may 2012.
18.Kusmayoni WM. Kandidosis intergluteal. Available
athttp://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg. Accesed on 15 may 2012.
19.Simatupang MM. Kandidosis. Available
athttp://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s1600/
blog+5.jpg. Accesed on 15 may 2012.
20.Alai NN, Cole GW, Shiel WC. Rosasea. Available
athttp://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html. Accesed on 15 may
2012.
24