Anda di halaman 1dari 10

ALAT DAN BAHAN

a. Alat
Tabung reaksi Cawan porselen
Kaca asbes Bunsen
Pipet tetes Lakmus
Kaki tiga Gelas kimia 100 ml
Gelas ukur 10 ml Penjepit tabung
Rak tabung reaksi Pengaduk
Sendok Neraca digital
Gelas beaker 50 ml Serbet
Korek api

b. Bahan
Indikator universal Larutan sabun
Minyak kelapa sawit Akuades
Kristal KHSO4 anhidros Gliserol
Asam palmitat Benedict
H2O2 FeCl3
Kolesterol padat Kloroform
H2SO4 pekat Eter
Lemak cair Lemak sapi
Mentega Margarin
Minyak ikan Susu sapi
Susu kedelai HCl 2N
Na2CO3 1% Alkohol dingin
Alkohol panas Protelium eter
Aseton dingin Aseton panas
Premium Minyak kacang tanah
Minyak zaitun Lemak padat/ lemak sapi
Minyak jelantah Santan/ kara
Kuning telur Minyak goreng

UJI KELARUTAN

ANALISIS DATA
Minyak ikan dan susu kedelai
Menurut percobaan yang telah kami lakukan menunjukkan hasil pada data
pengamatan bahwa larutan dengan bahan minyak ikan dan susu kedelai diperoleh
tidak adanya kelarutan lipid pada uji air, HCl 2N, Na2CO3 1%, alkohol dingin, dan
aseton dingin. Selanjutnya pada hasil yang diperoleh dengan adanya kelarutan
lipid terjadi pada alkohol panas, petroleum eter, aseton panas, eter dan premium.

PEMBAHASAN
Minyak ikan dan susu kedelai
Percobaan uji kelarutan, tujuan yang ingin kita ketahui yaitu kelarutan
lipid pada beberapa pelarut. Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah
minyak ikan dan susu kedelai. Bahan yang digunakan untuk uji kelarutan antara
lain air, HCl 2N, Na2CO3 1%, alkohol dingin, alkohol panas, petroleum eter,
aseton dingin, aseton panas, eter, dan premiuim. Hasil yang diperoleh dengan
tidak adanya kelarutan lipid pada uji ini terdapat pada bahan air, HCl 2N, Na2CO3
1%, alkohol dingin, dan aseton dingin. Kejadian tidak larutnya lemak pada
beberapa pelarut organic ini disebabkan karena pelarut tersebut telah terkontainasi
dengan bahan-bahan kimia yang lain atau pelarut tersebut sudah lama sehingga
keaktifannya untuk melarutkan lemak juga sudah rendah atau bahkan hilang.
Menurut teori Hala (2009) derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat dengan
pengamatan yang tergantung dari bahan pelarut yang digunakan. Selanjutnya
pada hasil yang diperoleh dengan adanya kelarutan lipid pada uji kelarutan ini
terdapat bahan yaitu alkohol panas, petroleum eter, aseton panas, eter dan
premium. Hal ini sesuai dengan pendapat dari (Sukma, 2010) karena bahan-bahan
tersebut (alkohol panas, petroleum eter, aseton panas, eter dan premium.)
merupakan pelarut nonpolar.

KESIMPULAN
Hasil dari uji kelarutan pada bahan minyak ikan dan susu kedelai dengan bahan
air, HCl 2N, Na2CO3 1%, alkohol dingin, dan aseton dingin dihasilkan tidak dapat
larut, sedangkan dengan bahan alkohol panas, petroleum eter, aseton panas, eter
dan premium didapatkan hasil dapat larut dalam minyak ikan dan susu kedelai

UJI EMULSI
ANALISIS DATA
Larutan sabun
Menurut percobaan yang telah kami lakukan menunjukkan hasil pada data
pengamatan bahwa larutan dengan bahan minyak jagung, mentega, minyak kelapa
sawit, minyak ikan, susu kedelai, minyak jelantah, santan, lemak padat, kuning
telur dan minyak zaitun dapat beremulsi dengan larutan sabun. Selanjutnya pada
bahan susu sapi, tidak dapat larut beremulsi dengan larutan sabun. Minyak wijen
memiliki perubahan warna menjadi kuning gading sedangkan pada santan
memiliki perubahan yaitu terdapatnya buih dan pada minyak zaitun juga memiliki
perubahan bentuk yaitu terdapatanya endapan dipermukaan atas.

Air
Menurut percobaan yang telah kami lakukan menunjukkan hasil pada data
pengamatan bahwa larutan dengan bahan minyak jagung, susu sapi, mentega,
minyak kelapa sawit, minyak ikan, susu kedelai, minyak wijen, minyak goreng,
lemak padat dan minyak zaitu tidak dapat beremulsi dengan air. Selanjutnya pada
bahan minyak jelantah, santan dan kuning telur dapat larut dan beremulsi dengan
larutan air. Minyak jelantah pada saati diuji dengan emulsi air memiliki endapan
dipermukaan atasnya dan larut, selanjutnya minyak goreng tidak dapat larut
karena minyak berada di permukaan atas air. Santan dapat larut dalam emulsi air
dan memiliki sedikit buih, dan pada minyak zaitun tidak dapat larut dalam emulsi
air dan minyak berada di permukaan atas.

Air + Na2CO3
Menurut percobaan yang telah kami lakukan menunjukkan hasil pada data
pengamatan bahwa larutan dengan minyak jagung, mentega, minyak kelapa sawit,
minyak ikan, dan susu kedelai tidak dapat beremulsi dengan air dan Na2CO3
Selanjutnya pada bahan susu sapi, minyak jelantah, minyak wijen, minyak goreng,
santan, lemak padat, kuning telur dan minyak zaitun dapat larut dan beremulsi
dengan larutan air. Minyak jelantah pada saat diuji dengan air dan Na2CO3
didapatkan adanya endapan di permukaan atas, minyak wijen juga memiliki
endapan berwaran kuning pada permukaan atas dan pada bagian bawah terdapat
endapan berwarna putih. Minyak goreng dan minyak zaitun juga memiliki
endapan di permukaan atasnya, sedangkan pada santan tidak terdapat adanya buih.

PEMBAHASAN
a. Larutan sabun
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol.
Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti ester, aseton,
kloroform, dan benzena. Larutan polar merupakan larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik sedangkan larutan nonpolar merupakan larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik (Fessenden, 1990).
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur
atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang
menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan
sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak
saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antara kedua fase cairan (Sutresna, 2009).
Percobaan dengan menggunakan uji emulsi ini ada tiga larutan uji yang
digunakan yaitu larutan uji dengan larutan sabun, air, dan air + Na2CO3. Prosedur
kerja pada uji emulsi ini yaitu pertama mengambil larutan sabun, air, dan air +
Na2CO3 sebanyak 3 ml pada tabung reaksi, selanjutnya ditambahkan 10 tetes
bahan yang akan diujikan (minyak jagung, susu sapi, mentega, minyak kelapa
sawit, susu kedelai, minyak ikan, minyak jelantah, minyak wijen, minyak goreng,
santan, lemak padat, kuning telur dan minyak zaitun) setelah itu kocok tabung
reaksi dengan kuat dan dapat dilihat hasilnya.
Menurut percobaan pertama yang telah kami lakukan pada bahan pertama
menunjukkan hasil bahwa pada bahan minyak jagung dan susu sapi dengan
menggunakan larutan uji larutan sabun telah diketahui yaitu minyak jagung dapat
larut dalam larutan sabun dan berwarna putih yang telah terjadi emulsi karena
sabun dapat mengemulsikan lemak. Hal ini didasarkan oleh pendapat (Poedjiadi,
1994), yang menyatakan bahwa sabun digunakan sebagai bahan pembersih
kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun dapat
mengemulsikan lemak atau minyak. (Hart et al, 2003) menambahkan bahwa
lemak mempunyai sifat tidak larut dan teremulsi dalam air. Selanjutnya, pada
bahan susu sapi diketahui bahwa tidak terjadi emulsi dan tidak dapat larut dalam
larutan sabun dan memiliki endapan diatas hal ini bertentangan dengan pendapat
(Muchtadi dan Sugiyono, 1992) bahwa susu adalah emulsi lemak dalam air
dengan pH 6.5-6.6, berat jenis 1,027-1,035 pada suhu ± 27°C, memiliki titik didih
± 100, 17°C, titik beku -0,5 sampai -0,61°C, dan kekentalan 1,005 centipoise
secara kimia.
Bahan selanjutnya yaitu dengan menggunakan mentega dan minyak kelapa
sawit. Kedua bahan ini memiliki hasil yaitu larut dalam uji larutan sabun. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Rahardjo, 2008) yang menyatakan bahwa air sabun akan
membentuk emulsi, dikarenakan air sabun memecah molekul minyak kelapa dan
susu sapi sehingga susunanya akan rusak.
Bahan ketiga yaitu menggunakan susu kedelai dan minyak ikan. Kedua
bahan ini juga memiliki hasil yaitu larut dalam larutan sabun. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari (Poedjiadi, 1994) bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena
sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Pada hasil ini juga ditemukan
bahwa pada larutan susu kedelai ditemukan endapan putih di dasar dan pada
larutan minyak ikan juga ditemukan yaitu endapan yang ada pada bagian atas.
Percobaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan bahan minyak jelantah
dan minyak wijen. Menurut hasil pengamatan telah ditemukan hasil bahwa pada
bahan minyak jelantah dan minyak wijen ditemukan adanya larutan yang
mengandung lemak dengan menggnakan uji emulsi. Hal ini berkaitan dengan
pendapat dari (Sutresna, 2009) bahwa larutan mengalami emulsi stabil (larut)
dikarenakan adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil.
Pendapat ini juga disesuaikan dengan hasil dari pengamatan bahwa pada kedua
bahan ini (minyak jelantah dan minyak wijen) terdapat endapan dan memiliki
endapan yang berwarna kuning.
Bahan minyak goreng dan santan pada percobaan selanjutnya telah
ditemukan hasil dengan menggunakan uji larutan sabun yaitu sama-sama larut
(stabil) pada uji emulsi. Hal ini juga berkaitan dengan pendapat dari (Rahardjo,
2008) yang menyatakan bahwa air sabun akan membentuk emulsi, dikarenakan air
sabun memecah molekul minyak kelapa dan susu sapi sehingga susunanya akan
rusak. Pada bahan minyak goreng dan santan juga ditemukan adanya endapan
pada bagian atas.
Bahan terakhir yang digunakan yaitu lemak padat, kuning telur dan minyak
zaitun. Pada hasil percobaan kemarin ditemukan hasil bahwa ketiga bahan
tersebut dapat larut dalam uji emulsi hal ini juga berkaitan dengan pendapat dari
(Yuntus, 2001) yang menyatakan bahwa jika air dan lemak dikocokan akan terjadi
emulsi. Hal ini diperjelas dengan pernyataan (Ansell, 2001) yang menyatakan
bahwa lipid merupakan asam lemak, biasanya zat tersebut tidak larut dalam air
akan tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah eter, chloroform,
benzena karbon tetraklorida, alkohol panas dan aseton. Emulsi dapat terbentuk
jika emulsinya stabil atau dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut
(tidak menyatu), larutan mengalami emulsi stabil dikarenakan adanya emulsigator
pada reagen uji sehingga kondisinya stabil (Sutresna, 2009).

b. Air
Percobaan kedua yaitu dengan menggunakan larutan uji air pada bahan
minyak jagung dan susu sapi yaitu didapatkan hasil bahwa minyak jagung dan
susu sapi tidak dapat larut dalam emulsi air, hal ini juga sesuai dengan pendapat
dari (Ansell, 2001) yaitu minyak jagung dan susu sapi tidak menunjukkan adanya
emulsi dan tidak bercampur karena minyak tidak larut dalam aquades dan karena
berat jenis lemak cair (0.915-0,940) lebih rendah dari berat jenis air (1) sehingga
lemak terapung. Menurut pendapat lain mengemukakan bahawa minyak jagung
dan susu sapi itu terjadi emulsi dan ternyata larut sehingga akan kembali kepada
keadaan semula setelah didiamkan sejenak. Dan hal ini diperjelas dengan
pernyataan (Yuntus, 2001) yang menyatakan bahwa lipid merupakan asam lemak,
biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut lemak.
Pelarut lemak adalah eter, chloroform, benzena karbon tetraklorida, alkohol panas
dan aseton.
Bahan selanjutnya yaitu menggunakan mentega, minyak kelapa sawit,
minyak ikan, susu kedelai, minyak wijen, minyak goreng, lemak padat, dan
minyak zaitun ditemukan hasil bahwa beberapa bahan tersebut tidak larut dalam
emulsi air. Hal ini berkaitan dengan pendapat dari (Yazid, 2006) bahwa kelima
bahan ini akan membentuk emulsi tidak stabil karena mentega, minyak kelapa
sawit, minyak ikan, susu kedelai, minyak wijen, minyak goreng, lemak padat dan
inyak zaitun bersifat nonpolar dan air bersifat polar. Larutan yang bersifat polar
tidak dapat larut dalam larutan nonpolar sehingga kedua lapisan tersebut memisah.
Sedangkan pada bahan percobaan lain yaitu minyak jelantah dan kuning telur
telah diidentifikasi adanya lemak dengan menggunakan uji emulsi ini yaitu
adanya endapan diatas. Hal ini sesuai dengan teori (Hala, 2009) yang mengatakan
bahwa lemak atau minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk
emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator.

c. Air + Na2CO3
Percobaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan larutan uji air + Na2CO3
pada bahan minyak jagung dan susu sapi yaitu didapatkan hasil bahwa minyak
jagung, mentega, minyak kelapa sawit, minyak ikan, dan susu kedelai itu tidak
dapat larut dalam larutan uji air + Na2CO3 hal ini sesuai dengan pendapat (Hart et
al, 2003) bahwa bahan tersebut mempunyai sifat tidak larut dan teremulsi dalam
air. Percobaan emulsi saat pelarutnya berupa Na2CO3 yang dicampur dengan air
juga menunjukkan adanya sedikit endapan. (Hart et al, 2003) juga menambahkan
bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan
mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukkan dengan adanya endapan
(emulsi).
Selanjutnya, pada bahan susu sapi, minyak jelantah, minyak wijen, minyak
goreng, santan, lemak padat, kuning telur dan minyak zaitun diketahui bahwa
didapatkan hasil larut dalam uji dengan menggunakan larutan uji air + Na2CO3 hal
ini sesuai dengan (Lehninger, 2005) bahwa seharusnya dengan penambahan
Na2CO3 akan membentuk emulsi stabil, tetapi pendapat lain dari (Gilvery, 1996)
menyatakan bahwa susu sapi jika ditambahkan dengan larutan uji air + Na2CO3
akan terbentuk emulsi tidak stabil dikarenakan terdapat air pada campuran
tersebut.

KESIMPULAN

Larutan sabun
Hasil dari uji emulsi pada bahan minyak jagung, mentega, minyak kelapa sawit,
minyak ikan, susu kedelai, minyak jelantah, santan, lemak padat, kuning telur dan
minyak zaitun ditemukannya semua larutan tersebut dapat beremulsi dengan
larutan sabun. Selanjutnya pada bahan susu sapi, tidak dapat larut dan beremulsi
dengan larutan sabun

Air
Hasil dari uji emulsi pada bahan minyak jagung, susu sapi, mentega, minyak
kelapa sawit, minyak ikan, susu kedelai, minyak wijen, minyak goreng, lemak
padat dan minyak zaitunditemukannya semua larutan tersebut tidak dapat
beremulsi dengan air. Selanjutnya pada bahan minyak jelantah, santan, dan kuning
telur dapat larut dan beremulsi dengan air

Air + Na2CO3
Hasil dari uji emulsi pada bahan minyak jagung, mentega, minyak kelapa sawit,
minyak ikan, susu kedelai, dan lemak padat ditemukannya semua larutan tersebut
tidak dapat beremulsi dengan air + Na2CO3 Selanjutnya pada susu sapi, minyak
jelantah, minyak wijen dan minyak goreng dapat larut dan beremulsi dengan air.
DAFTAR RUJUKAN

Ansell. 2001. Langkah Pertama Dalam Kimia. Erlangga. Jakarta.

Hala, Yusminah. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia Dasar. Jurusan Kimia


FMIPA UNM. Makassar

Hart et al. 2003. Kimia Organik (terjemahan Achmadi S) Edisi 11. Erlangga.
Jakarta, 199, 205, 206, 263

Lehninger. 2005. Dasar – Dasar Biokimia 1. Jakarta: Erlangga

Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.


Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3.
Airlangga University Press: Surabaya

Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: PAU
IPB.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 1. Solo : PT Tiga


Serangkai Pustaka Mandiri.

Sukma, Nurul, dkk. 2010. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol.1 No.1. Hal 66-
67 Bandung

Sutresna, Nana. 2009. Kimia. Bandung: Grafindo.

Yazid, Estien & Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Yuntus. 2001. Pengantar Praktikum Kimia organik. Depdikbud Dirjen Pendidikan


Tinggi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai