Anda di halaman 1dari 16

PENENTUAN DAN PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

POKOK BAHASAN 4:

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Biaya overhead pabrik.
1.2. Perbedaan biaya overhead pabrik normal dengan sesungguhnya.
1.3. Penaksiran tingkat produksi.
1.4. Penaksiran biaya overhead pabrik.
1.5. Penentuan tarif biaya overhead pabrik.
1.6. Pembebanan biaya overhead pabrik.
1.7. Biaya overhead pabrik sesungguhnya.
1.8. Selisih biaya overhead pabrik.
1.9. Alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen produksi.

MATERI KULIAH:

1.1. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) biaya
overhead pabrik variabel, (2) biaya overhead pabrik tetap, dan (3) biaya overhead pabrik
campuran. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang jumlah
totalnya akan berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya
overhead pabrik variabel adalah biaya bahan penolong. Biaya overhead pabrik tetap adalah
biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya (dalam kisaran tertentu) tidak berubah walaupun
terjadi perubahan volume kegiatan. Contoh biaya overhead pabrik tetap adalah pajak bumi
dan bangunan, biaya penyusutan aktiva tetap, dan biaya sewa gedung pabrik. Biaya
overhead pabrik campuran dapat dibedakan menjadi biaya overhead pabrik semivariabel,
misalnya biaya listrik pabrik dan biaya telepon pabrik, dan biaya overhead pabrik bertahap,
misalnya gaji supervisor dan gaji inspektur.

1.2. Perbedaan Biaya Overhead Pabrik Normal dengan Sesungguhnya


Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dapat berupa biaya overhead pabrik
sesungguhnya atau biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka. Jika biaya overhead pabrik
dibebankan sebesar biaya sesungguhnya maka harga pokok produk baru dapat ditentukan setelah
semua biaya overhead pabrik sesungguhnya telah terkumpul. Padahal penentuan harga pokok produk
diperlukan pada saat barang selesai diproses. Untuk itu, perlu ditetapkan biaya overhead pabrik yang
ditentukan di muka atas dasar kapasitas normal.

1.3. Penaksiran Tingkat Produksi


Biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka dihitung dengan penyebut/pembagi kapasitas
produksi. Tingkat kapasitas produksi yang dapat digunakan sebagai penyebut adalah (1) kapasitas
produksi teoritis atau ideal, (2) kapasitas produksi praktis atau realistis, (3) kapasitas produksi normal
atau jangka panjang, dan (4) kapasitas produksi yang diharapkan atau jangka pendek.
Kapasitas produksi teoritis atau ideal adalah kapasitas produksi maksimum yang dapat diproduksi
oleh perusahaan tanpa hambatan intern maupun hambatan ekstern. Hambatan intern misalnya setup
time, reparasi dan pemeliharaan mesin, libur nasional, dan libur mingguan. Hambatan ekstern
misalnya kekosongan pesanan penjualan. Pada tingkat kapasitas ini, pabrik dianggap bekerja 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, 52 minggu setahun tanpa henti sehingga tercapai kapasitas produksi 100%.
Kapasitas produksi praktis atau realistis adalah kapasitas kapasitas produksi maksimum yang dapat
dicapai oleh perusahaan dengan mempertimbangkan hambatan intern. Pada kapasitas ini dianggap
hambatan-hambatan esktern tidak ada.
Kapasitas produksi normal atau jangka panjang adalah kapasitas produksi yang didasarkan pada
kapasitas produksi praktis dengan mempertimbangkan permintaan terhadap produk. Pada kapasitas ini
sudah dipertimbangkan baik hambatan intern maupun hambatan ekstern jangka panjang, umumnya
dalam jangka waktu 5 tahun,
Kapasitas produksi yang diharapkan atau jangka pendek adalah kapasitas produksi yang
didasarkan atas taksiran produksi periode yang akan datang. Dalam satu periode, kapasitas produksi
yang diharapkan dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari pada kapasitas produksi normal. Dalam
jangka panjang, total kapasitas produksi yang diharapkan harus sama dengan total kapasitas produksi
normal.

1.4. Penaksiran Biaya Overhead Pabrik


Dalam menaksir biaya overhead pabrik, harus ditaksir total biaya overhead pabrik selama periode
tertentu. Taksiran total biaya overhead pabrik ini biasanya ditetapkan pada tingkat kapasitas produksi
normal. Taksiran total biaya overhead pabrik dirinci ke dalam biaya overhead pabrik variabel dan
biaya overhead pabrik tetap.

1.5. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik


Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan membagi taksiran total biaya overhead pabrik dengan
tingkat kapasitas produksi tertentu. Kapasitas produksi yang digunakan dapat berupa (1) unit produksi,
(2) biaya bahan baku, (3) biaya tenaga kerja, (4) jam kerja langsung, (5) jam mesin. Tarif biaya
overhead pabrik dapat ditentukan berupa (1) tarif tunggal atau (2) tarif departemenisasi. Tarif biaya
overhead pabrik dapat dirinci menjadi tarif biaya overhead pabrik variabel dan tarif biaya overhead
pabrik tetap.

Contoh

Berikut ini adalah taksiran unit produksi pada kapasitas normal, taksiran jam kerja langsung pada
kapasitas normal, taksiran total biaya variabel, dan taksiran total biaya tetap untuk tahun 2000 pada PT
Jambusari.

Taksiran unit produksi pada kapasitas normal.................................. 250.000 unit

Taksiran jam kerja langsung pada kapasitas normal ......................... 500.000 jam

Taksiran total biaya variabel:


Biaya bahan penolong ............................................................ Rp125.000,00
Biaya tenaga kerja tidak langsung............................................ 75.000,00
Biaya bahan bakar..................................................................... 450.000,00
Total biaya variabel................................................................. Rp650.000,00
Taksiran total biaya tetap:

Biaya sewa pabrik................................................................... Rp300.000,00

Biaya penyusutan mesin pabrik............................................... 50.000,00


Total biaya overhead pabrik tetap........................................... Rp350.000,00

................. Taksiran total biaya overhead pabrik......................................... Rp1.000.000,00

Pertanyaan:
Hitunglah tarif biaya overhead pabrik jika kapasitas produksi yang digunakan adalah:
1. unit produksi, yaitu 250.000 unit.
2. biaya bahan baku, yaitu Rp500.000,00.
3. biaya tenaga kerja langsung, yaitu Rp2.000.000,00.
4. jam kerja langsung, yaitu 500.000 jam.
5. jam mesin, yaitu 12.500 jam.
1.6. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik adalah penetapan biaya overhead pabrik yang diperhitungkan
ke dalam harga pokok produk. Pembebanan ini dihitung dengan mengalikan tarif biaya overhead
pabrik dengan kapasitas produksi sesungguhnya.

Contoh
Dalam contoh di atas (penentuan tarif biaya overhead pabrik), PT Jambusari menetapkan pembebanan
biaya overhead pabrik atas dasar jam kerja langsung. Jam kerja langsung yang sesungguhnya terjadi
adalah 400.000 jam.
Pertanyaan:
1. Hitunglah jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik.
1.7. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat secara harian sesuai dengan waktu
terjadinya. Biaya overhead ini dikumpulkan dalam rekening tersendiri yaitu rekening Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya. Rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dapat dibuat untuk setiap
departemen produksi dan jika diperlukan dapat dibuat rekening pembantunya. Pada akhir periode,
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dengan Biaya Overhead Pabrik Dibebankan
diperbandingkan.

Contoh
Berikut ini adalah informasi tentang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi pada PT
Jambusari.
Total biaya variabel:
Biaya bahan penolong ............................................................ Rp100.000,00
Biaya tenaga kerja tidak langsung............................................ 60.000,00
Biaya bahan bakar..................................................................... 360.000,00
Total biaya overhead variabel................................................. Rp520.000,00
Total biaya tetap:

Biaya sewa pabrik................................................................... Rp300.000,00

Biaya penyusutan mesin pabrik............................................... 50.000,00


Total biaya overhead pabrik tetap........................................... Rp350.000,00
Pertanyaan:
Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam periode
tersebut di atas.

1.8. Selisih Biaya Overhead Pabrik


Perbandingan antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik
dibebankan dapat menimbulkan selisih. Selisih biaya overhead pabrik dapat berupa selisih
menguntungkan (laba/favorable) atau selisih tidak menguntungkan (rugi/ unfavorable). Selisih
menguntungkan (hemat) terjadi jika biaya overhead sesungguhnya lebih kecil dari pada biaya
overhead dibebankan, sedang selisih tidak menguntungkan (boros) jika terjadi hal yang sebaliknya.
Selisih biaya overhead pabrik dapat digolongkan lebih rinci menjadi (1) selisih harga, (2) selisih
efisiensi, (3) selisih volume produksi. Selisih ini selanjutnya dapat dialokasikan ke (1) persediaan
barang dalam proses, (2) persediaan barang jadi, dan (3) harga pokok penjualan.

Contoh
Pertanyaan:
Atas dasar data PT Jambusari tersebut di atas:
1. Buatlah jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat alokasi selisih biaya overhead pabrik jika diketahui barang jadi yang
terjual adalah 180.000 unit, persediaan barang jadi 20.000 unit, dan persediaan barang dalam proses 0
unit.

1.9. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa ke Departemen Produksi.


Jika perusahaan mempunyai departemen jasa, maka biaya departemen jasa harus dialokasikan
terlebih dahulu ke departemen lain yang menikmati jasanya. Biaya yang terjadi di departemen jasa jika
dialokasikan ke departemen produksi akan menambah biaya overhead pabrik departemen produksi
yang menerima alokasi tersebut. Metode alokasi yang dapat digunakan adalah (1) metode langsung,
(2) metode bertahap, dan (3) metode aljabar. Alokasi ini dilakukan baik terhadap biaya overhead
pabrik yang ditentukan di muka maupun biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Contoh

PT Jayaraya menetapkan budget biaya overhead pabrik departemen produksi dan biaya
departemen pembantu untuk tahun 1999 sebagai berikut.
Departemen Pembantu:
Departemen X............................................ Rp10.000,00
Departemen Y................................................... 7.500,00
Departemen Produksi:
Departemen A............................................ Rp36.500,00
Departemen B.................................................. 44.600,00
Taksiran jam kerja langsung, luas lantai, dan total jam kerja adalah sebagai berikut.
Departemen Taksiran Jam Taksiran Luas Taksiran Jumlah
Kerja Langsung Lantai Jam Kerja
2
X - 700 m 1.000
- 500 m2 700
2
Y 1.800 1.000 m 2.800
A 950 3.000 m2 1.200
B
2.750 5.200 m2 5.700

Biaya overhead pabrik departemen produksi dan biaya departemen pembantu yang sesungguhnya
terjadi selama tahun 1999 adalah sebagai berikut.
Departemen Pembantu:
Departemen X.............................................. Rp11.000,00
Departemen Y..................................................... 7.900,00
Departemen Produksi:
Departemen A.............................................. Rp38.400,00
Departemen B.................................................. 43.700,00
Berikut ini adalah jam kerja langsung, luas lantai, dan total jam kerja yang sesungguhnya.
Departemen Jam Kerja Luas Lantai Jumlah Jam Kerja
Langsung
X - 650 m2 1.400
- 550 m2 900
2
Y 1.700 1.300 m 3.000
A 1.000 2.600 m2 1.500
B
2.700 5.100 m2 6.800

Biaya Departemen X dialokasikan atas dasar luas lantai, sedang biaya Departemen Y
dialokasikan atas dasar jumlah jam kerja.
Pertanyaan:
1. Lakukan alokasi budget biaya departemen pembantu ke departemen produksi, hitunglah jumlah
biaya overhead pabrik departemen produksi setelah alokasi jika metode alokasi yang digunakan (a)
metode langsung, (b) metode bertahap, dan (c) metode aljabar, dan hitunglah tarif biaya overhead
pabrik departemen produksi jika digunakan dasar jam kerja langsung.
2. Lakukan alokasi biaya departemen pembantu sesungguhnya ke departemen produksi dan hitunglah
jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya departemen produksi setelah alokasi jika metode alokasi
yang digunakan (a metode) langsung, (b) metode bertahap, dan (c) metode aljabar.
3. Jika digunakan metode langsung dalam melakukan alokasi biaya di departemen pembantu, buatlah
jurnal untuk mencatat (a) pembebanan biaya overhead pabrik di departemen produksi, (b) biaya
overhead pabrik sesungguhnya di departemen pembantu dan departemen produksi, (c) alokasi biaya di
departemen pembantu, dan (d) pentupan rekening-rekening biaya overhead pabrik.

Catatan:
Dalam alokasi dengan menggunakan metode bertahap, biasanya yang dialokasikan terlebih dahulu
adalah biaya departemen pembantu yang terbesar.

1.a. Metode Langsung:


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0
Tarif biaya overhead pabrik - -

1.b. Metode Bertahap:


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0
Tarif biaya overhead pabrik - -
1.c. Metode Aljabar:
Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0
Tarif biaya overhead pabrik - -

2.a. Metode Langsung:


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0

2.b. Metode Bertahap:


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0

2.c. Metode Aljabar:


Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen X Departemen Y Departemen A Departemen B
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. X
Alokasi biaya Dep. Y
Total biaya setelah alokasi 0 0

Latihan
PT Maju Lancar mempunyai dua departemen jasa (Departemen A dan B) dan dua departemen
produksi (Departemen 1 dan 2). Berikut ini adalah informasi tentang budget biaya pada keempat
departemen tersebut dan jasa yang diberikan oleh departemen jasa:
Departemen Budget Biaya Jasa yang Diberikan Oleh
Departemen A Departemen B
Departemen A Rp10.000,00 - 20%
Departemen B 20.000,00 35% -
Departemen 1 14.000,00 15% 45%
Departemen 2 6.000,00 50% 35%
Rp50.000,00 100% 100%
Jam kerja langsung di Departemen 1 ditetapkan 10.000 jam, sedang di Departemen 2 adalah 5.000
jam.
Pertanyaan:
Lakukan alokasi budget biaya departemen pembantu ke departemen produksi, hitunglah jumlah biaya
overhead pabrik departemen produksi setelah alokasi, dan hitunglah tarif biaya overhead pabrik
departemen produksi jika metode alokasi yang digunakan:
1. langsung,
2. bertahap, dan
3. aljabar.

1. Metode langsung:
Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen A Departemen B Departemen 1 Departemen 2
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. A
Alokasi biaya Dep. B
Total biaya setelah alokasi
Tarif biaya overhead pabrik

2. Metode bertahap:
Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen A Departemen B Departemen 1 Departemen 2
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. A
Alokasi biaya Dep. B
Total biaya setelah alokasi
Tarif biaya overhead pabrik
3. Metode Aljabar:
Departemen Pembantu Departemen Produksi
Departemen A Departemen B Departemen 1 Departemen 2
Total biaya sebelum alokasi
Alokasi biaya Dep. A
Alokasi biaya Dep. B
Total biaya setelah alokasi
Tarif biaya overhead pabrik

http://ekonomiuh.blogspot.com/2013/01/penentuan-dan-pengendalian-biaya.html

PENGENDALIAN BIAYA PABRIKASE: OVERHEAD PABRIK

SIFAT OVERHEAD PABRIK


Biaya overhead atau biaya produksi tidak langsung telah makin banyak bertambah begitu perusahaan
menjadi semakin rumit, dan telah semakin banyak dipergunakan mesin dan peralatan yang canggih.
Oleh karena telah bertambahnya investasi dalam mesin yang dikendalikan melalui computer, yang
dapat menaikan produktivitas dan mengurangi jam kerja tenaga langsung, maka pengendalian biaya
penyusutan, biaya penggunaan tenaga listrik dan sebagainya, perbaikan dan pemeliharaan mesin, dan
lain-lainnya yang sejenis telah mendapat perhatian yang lebih besar dari manajemen.

Overhead pabrikase mempunyai beberapa karakteristik yang membedakannya dengam biaya produksi
langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan upah langsung. Biaya overhead ini mencakup
bermacam-macam jenis biaya seperti penyusutan, pajak kekayaan, asuransi, upah tidak langsung,
bahan perlengkapan pabrik, listrik dan kegunaan umum lainnya seperti air, biaya ketatausahaan,
perbaikan dan pemeliharaan, dan biaya-biaya lain yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung
dengan suatu produk, proses atau job tertentu. Jenis-jenis biaya ini mempunyai perilaku yang berbeda
dari baiya langsung dengan adanya volume produksi. Sebagian biaya-biaya ini berfluktuasi sebanding
dengan kenaikan atau penurunan produksi, dan yang lain akan tetap dan tidak akan sensitive terhadap
perubahan dalam banyaknya unit produksi. Dapat dilihat juga bahwa sebagian biaya yang lain bersifat
semivariabel dan untuk sesuatu tingakat volume tertentu adalah tetap (konstan) akan tetapi akan
berubah secara kurang proposional dengan adanya perubahan volume dan dapat dipisahkan menjadi
komponen-komponen yang tetap dan yang variabel.

Pengendalian biaya overhead terletak di tangan banyak orang yang terlibat dalam proses produksi.
Berbagai biaya seperti perbaikan dan pemeliharaan dikendalikan oleh kepala departemen
pemeliharaan. Bahan perkengkapan pengolahan dikendalikan oleh kepala masing-masing departemen
yang menggunakannya. Biaya-biaya lain dapat diputuskan oleh manajemen dan ditugaskan kepada
seseorang manager untuk dikendalikan olehnya, misalnya penyusutan, pajak, asuransi, dan lain-lain.
Pengendalian biaya produksi tidak langsung banyak variasinya dan merupakan tantangan bagi
controller.

MASALAH AKUNTANSI DAN PENGENDALIAN OVERHEAD PABRIK

Sifat dasar dari biaya overhead pabrik telah menimbilkan berbagai masalah yang perlu diperhatikan,
dan ini terutama menjadi tanggung jawab fungsional dari controller. Keputusan-keputusan yang
diambil mempengaruhi pengendalian biaya, penilaian persediaan dan penetapan harga. Beberapa
pertimbnagan yang terkihat dalam mengambil keputusan-keputusan ini adalah sebagai berikut:

1. Metode yang akan dipergunakan dalam menetapkan pusat biaya atau departemen untuk
mengakumulasikan biaya yang sesungguhnya (actual cost) untuk membandingkannya dengan
standar atau budget dan untuk menetapka penyimpangan atau biaya-biaya yang berlebihan.
2. Basis untuk mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung terhadap produk, departemen, proses,
atau job untuk menetapkan harga pokok.
3. Penetapan tingkat kegiatan yang akan dipergunakan dalam mengukur hubungan biaya volume
dan dalam menetapkan standar.
4. Pengalokasian biaya produksi terhadap operasi berjalan.

PENDEKATAN DALAM PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Banyaknya jenis biaya overhead dan tanggung jawab yang terbagi-bagi dapat mempermudah
terjadinya biaya-biaya yang berlebihan.selanjutnya, kenyataan bahwa banyaknya unsur biaya dengan
jumlah yang kecil-kecil dan tidak penting dalam hubungannya dengan pemakaian/konsumsi atau biaya
per unit sering memperbesar kelalaian mengadakan pengendalian yang semestinya. Bantuan
ketatausahaan harus dinaikkan dengan sendirinya pada saat volume meningkat, tetapi terdapat
keengganan, dan biasanya penundaan, untuk mengahpuskan bantuan seperti itu pada saat tidak
diperlukan lagi. Pengurangan kebutuhan perlu diperkirakan dan diantisipasikan serta diambil tindakan
yang sesuai tepat pada waktunya. Terdapat banyak jenis biaya yang walau harga pokok per unitnya
kecil, tetapi secara keseluruhan dapat membuat perusahaan kurang mampu untuk bersaing. Beberapa
contohnya adalah jam kerja manusia untuk kegiatan pemeliharaan, pencetakan formulir-formulir atau
penggunaan perlengkapan khusus padahal cukup dengan menggunakan formulir atau perlengkapan
yang standar, penggunaan perlengkapan untuk tujuan prive, pengunaan fasilitas-fasilitas komunikasi
dan photocopy secara serampangan. Semua jenis biaya produksi tidak langsung perlu dievaluasi dan
dikendalikan untuk mencapai pengurangan biaya kapan saja mungkin.
Meskipun factor-faktor ini dapat agak menyulitkan pengendalian biaya overhead, tetapi cara
pendekatan dasar bagi pengendalian ini pada pokoknya adalah sama seperti yang diterapkan terhadap
biaya-biaya langsung, yaitu: penetapan standar, pengukuran prestasi pelaksanaan yang sebenarnya
terhadap standar, dan pengambilan tindakan perbaikan bila mereka yang bertanggung jawab untuk
memenuhi standar telah berulang kali gagal mencapai tujuannya. Standar-standar dapat berubah pada
tingkat volume yang berbeda-beda; atau dengan cara lain, standar-standar itu harus cukup fleksibel
untuk menyesuaikan dengan tingkat operasi yang sedang berjalan. Dalam hal ini penetapan da
pengaplikasian standar biaya overhead dapat berbeda dari prosedur yang dipergunkan dalam
pengendalian biaya bahan dan upah langsung. Tingkat kemulusan dan luasnya aplikasi akan berbeda
menurut jenis biaya yang bersangkutan. Controller harus melakukan semua usaha utnuk menerapkan
standar-standar yang layak. Dia tidak boleh salah berfikir, bahwa hanya sedikit yang diperlukan atau
bahwa tidak ada apapun yang dapat dicapai dengan standar.

DEPARTEMENTALISASI BIAYA PRODUKSI TIDAK LANGSUNG

Salah satu persyaratan terpenting baik untuk pengendalian biaya ataupun untuk penetapan harga pokok
yang akurat adalah pengklasifikasian perkiraan-perkiraan secara wajar. Pengendalian perlu dilakukan
pada sumber/titik asalnya dan oleh karena biaya dikendalikan oleh individu-individu, maka klasifikasi
utama dar perkiraan harus dilakukan menurut tanggung jawab dari masing-masing indvidu, yaitu
dengan mengeterapkan prinsip “responsibility accounting”. Ini pada umumnya mengharuskan adanya
suatu pemisahan biaya per departemen, baik departemen produktif maupun departemen jasa/pelayanan
seperti misalnya departemen pemeliharaan, dan lain-lain. Akan tetapi, kadang-kadang peril
membagikan klasifikasi biaya secara lebih terperinci untuk mendapatkan pengendalian atau
perhitungan harga pokok produk secara wajar untuk menentukan biaya yang sebenarnya dan biaya
standar per pusat biaya (cost center). Keputusan mengenai tingakt keterincian yang diperlukan
sebagian besar akan tergantung pada apakah akan timbul harga pokok produk yang lebih baik atau
apakah dapat dicapai pengendalian biaya secara lebih baik.

Suatu pusat biaya (cost center), yang biasanya adalah devisi biaya yang paling kecil,ditentukan dari
salah satu basis-basis sebagai berikut:

1. Satu atau lebih mesin (mesin-mesin) yang serupa atau yang identik.
2. Prestasi pelaksanaan suatu operasi atau golongan operasi-operasi yang serupa atau yang
berhubungan dalam proses produksi.

Pemisah operasi-operasi ata fungsi-fungsi merupakan hal yang hakiki karena seseorang mandor
munkin mempumyai lebih dari satu jenis mesin atau operasi dalam departemennya yang semuanya
mempengaruhi biaya. Suatu jenis produk mungkin memerlukan penggunaan mesin yang lebih mahal
dalam sebuah departemen, sedangkan yang lain mungkin memerlukan hanya pengolahan tangan yang
sederhana. Pemisahan per pusat biaya akan menunjukkan perbedaan biaya seperti ini. Tariff-tarif biya
overhead yang berbeda perlu dipergunakan mengingat adanya perbedaan dalam penggunaan jasa atau
mesin.

BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL

Langkah lain yang penting dalam pengendalian biaya overhead adalah pemisahan biaya menjadi dua
golongan, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yang sebenarnya kan menaik atau
menurun secara proposional dengan volume pekerjaan. Pengendalian dilaksanakan dengan
mengendalikan biaya dalam batas-batas yang telah ditetapkan untuk tingkat kegiatan tertentu. Biaya
tetap (fixed cost) tidak berubah menurut kegiatan tetapi tinggal tetap selama satu periode waktu yang
relative singkat. Pengendalian terhadap jenis biaya ini sebagian besar tergantung pada pimpinan
umum/tertinggi yang menetapkan kebijaksanaan sehubungan dengan investasi, tingkat persediaan dan
besarnya organisasi. Dapat diamati bahwa kegagalan untuk membedakan kedua jenis biaya tersebut
dapat mengakibatkan kegagalan dalam mengendalikan biaya overhead. Mengapa? Karena dengan
demikian tidak dapat dipastikan, apakah kenaikan diakibatkan oleh biaya tetap per unit yang lebih
tinggi karena volume pekerjaan yang terlalu rendah, atau diakibatkan oleh adanya kegagalan untuk
mengendalikan biaya variabel dalam batas-batas yang semestinya.

Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel ini memungkinkan dipergunakan “flexible budget” yaitu
suatu budget yang memberikan perhitungan yang berbeda sesuai dengan kegiatan dari departemen
yang bersangkutan. Yang berlawanan dengan jenis budget ini adalah”fixed budget” yang direncanakan
untuk sesuatu tingkat kegiatan tertentu. Sebenarnya kegiatan jarang persis pada suatu tingkat atau pada
tingkat yang diantisipasikan. Oleh karena itu, kecuali jika diberikan kelonggaran atau perhitungan bagi
adanya perubahan kegiatan, maka budget kecil artinya sebagai suatu alat pengendalian bila volume
yang dicapai adalah pada tingkat yang berlainan.

Kadang-kadang dikenal adanya suatu klasifikasi yang terpisah dari biaya produksi yaitu biaya semi
variabel. Biaya-biaya ini berubah mengikuti perubahan volume produksi, tetapi tidak dalam proporsi
yang langsung. Untuk mengendalikan biaya-biaya seperti ini terdapat dua teknik tersendiri. Metode
yang satu menetapkan semua biaya semivariabel pada setiap departemen,berapakah biaya semi
variabel untuk setiap tingkat kegiatan. Sebagai contoh jika rentang yang diharapkan adalah diantara
60% s/d. 90% kapasitas biaya-biaya harus dianggarkan untuk setiap 5%-6%, dan seterusnya. Budget
yang berlaku pada tingkat volume yang sebenarnya akan diseleksi akan diinterpolasikan antara rentang
5%, jika dianggap perlu, lalu biaya-biaya yang sesungguhnya akan dibandingkan secara periodic
dengan anggaran dan diambil tindakan perbaikan.

Metode lain untuk mengeterapkan pengendalian anggaran terhadap biaya semi variabel adalah dengan
memecahkan biaya-biaya ini menjadi bagian-bagian yang tetap dan yang variabel dan
memperlakukannya secara terpisah. Porsi yang tepat dapat dianggap sebagai biaya yang diperlukan
pada tingkat terendah dari volume yang diperkirakan, dan perbedaan diantara ini dengan tingkat yang
tertinggi dan dianggap sebagai variabel.

PENETAPAN KOMPONEN BIAYA TETAP DAN VARIABEL

Tujuan disini adalah untuk menetapkan jumlah biaya tetap untuk pertanggung jawaban plus standar
biaya variabel per unit yang akan diterapkan pada tingkat kegiatan yang dicapai. Jika kedua-duanya
telah diketahui, maka biaya standar dapat ditentukan. Sebagai titik tolak yang baik adalah sebagai
tinjauan terhadap pengalaman yang lalu. Penelaahan ini ini harus mencakup tidak saja mengenai biaya
total tetapi juga berbagai ukuran kegiatan, perlu ditetapkan seberapa besar biaya bervariasi dan juga
alat atau factor terbaik untuk mengukur kegiatan. Sebagai contoh, kegiatan di masa lalu dapat
dihubungkan dengan standar jam kerja tenaga langsung, jam kerja tenaga langsung yang sebenarnya,
jam mesin, unit produksi dan sebagainya.

Pertimbangan lain adalah tingkat keterincian yang diperlukan. Jika biaya-biaya telah dipisahkan
menurut tanggung jawab sebagaimana mestinya, mungkin peninjauan atau penelaahan hanya perlu
sampai pada biaya total departemen saja dan tidak sampai mengenai setiap unsur biaya. Atas dasar ini,
dapatlah ditetapkan fixed budget sebesar Rp. 3.200.000 per bulan dan satu tariff biaya variabel sebesar
Rp. 4.200 per jam kerja standar untuk departemen pengolahan. Menurut cara pendekatan ini, maka
mengenai cara yang pasti bagaimana seorang pengawas akan menggunakan anggaran biaya
bergantung pada pertimbangannya sendiri.

Dalam keadaan lain mungkin perlu untuk menganalisa setiap jenis biaya dalam satu departemen. Ini
sering akan mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai keperilakuan

biaya dalam departemen itu dan memungkinkan pengembangan anggaran yang lebih baik. Semua
biaya-biaya ini dapat dijumlahkan sehingga mencapai suatu tolok ukur yang menyeluruh untuk
departemen, atau dapat diterapkan secara individu.

Tinjauan ulang terhadap pengalaman yang lalu perlu dilengkapi dengan pertimbangan yang baik
dalam mengaplikasikan data terhadap periode-periode yang akan datang. Sebagai contoh, perubahan-
perubahan dalam tariff-tarif upah, biaya bahan. Staf pengawas, dan sebagainya, perlu dipertimbangkan
dalam mengubah/menyesuaikan data untuk tujuan-tujuan penetapan standar.

Suatu analisa yang sederhana terhadap data biaya overhead yang telah ditabulasikan, dan suatu
pengetahuan mengenai kondisi operasi biasanya akan memungkinkan ditarik beberapa kesimpulan
langsung mengenai apakah suatu biaya bersifat tetap atau bersifat variabel. Biaya-biaya tetap harus
diklasifikasikan menjadi biaya-biaya yang tetap karena keputusan-keputusan manajer tertinggi dan
biaya-biaya yang sekarang ini tetap sebagai akibat dari keputusan-keputusan yang diambil oleh para
eksekutif produksi. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
1.Tetap karena keputusan-keputusan manajemen tertinggi/pimpinan umum:

1. Penyusutan bangunan dan mesin.


2. Pajak kekayaan atas bangunan, peralatan dan persediaan.
3. Asuransi.
4. Gaji para eksekutif produksi.
5. Pensiun.
6. Amortisasi paten

2.Tetap karena keputusan-keputusan para eksekutif produksi:

1. Gaji para staf pengawas pabrik.


2. Biaya administrasi pabrik.
3. Biaya kesejahteraan.

Suatu biaya dapat dianggap tetap apabila penelitian dan analisa terhadapnya menunjukkan, bahwa
jumlah biaya tersebut adalah sama untuk setiap bulan atau periode operasi. Biaya-biaya lain mungkin
bersifat variabel atau semi variabel. Apabila terjadinya sesuatu jenis biaya mempunyai hubungan
langsung dengan suatu factor variabilitas, seperti banyaknya unit yang

dihasilkan, maka jenis biaya seperti itu digolongkan sebagai biaya variabel. Contoh-contoh yang khas
dari biaya produksi tidak langsung yang variabel adalah sebagai berikut

Royalties (atas unit-unit yang dihasilkan)

Biaya alat-alat kecil

Listrik

Perlengkapan

Biaya percobaan

Sedgkan contoh-contoh dari biaya semivariabel yang berisi kompoen-komponen yang tetap dan yang
variabel, adalah sebagai berikut:

Perbaikan dan pemeliharaan

Gaji dan biaya kantor pabrik

Pajak upah dan asuransi

Beberapa jenis kegunaan umum.

ANGGGARAN FLEKSIBEL LAINNYA

Beberapa perusahaan mungkin menemukan, bahwa dalam penggunaan metode-metode pengendalian


anggaran adalah lebih cocok ontuk menyatakan budget allowancenya sebagai suatu jumlah tetap, plus
suatu tariff variabel per factor variabilitas. Perusahaan-perusahaan tersebut agaknya lebih menyukai
menetapkan budget total untuk setiap tingkat kegiatan dalam batas-batas yang mungkin.

ASPEK-ASPEK LAIN DALAM MENERAPKAN ANGGARAN

Dalam mengaplikasikan pengendalian budgeter terhadap biaya pabrikase, seseorang controller yang
berhati-hati akan mengahsilkan gagasan-gagasan mengenai bagaimana membuat laporan anggaran
lebih berguna kepada manager yang menggunakannya. Dapat ditemukan banyak teknik; akan tetapi,
bagaimanapun diperlukan komunikasi yang baik. Biasanya para akuntan akan menyusun anggaran
dalam satuan uang atau nilai. Kadang-kadang para manager produksi tidak dapat menghubungkan
operasi mereka dengan satuan moneter. Pada umumnya mereka berpikir dan mengelola dalam satuan
jam kerja. Jika ini lebih dapat dimengerti, maka anggaran dapat lebih mudah dinyatakan dalam satuan
jam kerja per jam kerja standar atau per factor-faktor lain. Anggaran untuk biaya-biaya lain dapat
dinyatakan dalam satuan-satuan seperti liter (minyak), ton (batu bara), dan lain-lain.

Salah satu tujuan pengendalian budgeter adalah mempertahankan biaya-biaya dalam batas-batas
penghasilan. Untuk ,mencapai tujuan ini, factor variabilitas yang umum adalah jam kerja standar jam
kerja manusia atau standar jam kerja mesin yaitu basis-basis yang dipengaruhi oleh kuantitas produksi
yang telah disetujui. Jika terdapat kesulitan-kesulitan pengolahan, maka jumlah anggaran dari semua
departemen berdasarkan basis seperti itu akan dikurangi. Sebagai contoh, controller mungkin
mendengar banyak argumentasi dari mandor pemeliharaan, bahwa dia tidak pantas dihukum dalam
anggarannya oleh karena produksi tidak efisien atau apabila rencana-rencana telah ditetapkan, itu tidak
dapat diubah terus menerus oleh karena produksi tidak dapat mencapai apa yang diharapkan. Keadaan
seperti itu dapat dipecahkan menurut salah satu dari kedua cara sebagai berikut: (1) jam kerja standar
yang dianggarkan dapat dipergunakan sebagai basis untuk anggaran biaya variabel, atau (2) mador
pemeliharaan dapat diberitahukan secara teratur bahwa produksi, dan oleh karenanya juga jumlah
standar budget allowance, akan berada dibawah apa yang diantisipasikan. Cara pertama sedikit
menyimpang dari sumber daya penghasil pendapatan, tetapi memungkinkan suatu perhitunhan jumlah
budget (budget allowance) dalam batas-batas pendapatan dan tidak memerlukan perubahan yang terus
menerus dari tenaga kerja untuk periode yang sangat singkat. Cara kedua menambah lebih banyak
koordinasi diantara berbagu departemen meskipun sedikit terdapat unsur ketidakstabilan.

Pengeluaran-pengeluaran yang luar biasa atau tidak dapat diantisipasikan yang bersifat biaya produksi
tidak langsung sering perlu dilakukan. Pemgeluaran-pengeluaran ini dapat dilakukan diluar anggaran
biasa, walaupun kondisi kumulasi tahunan perlu dipertimbangkan. Dalam keadaan seperti itu dan jika
pengeluaran dianggap perlu dan pantas, maka dapat dibuat anggaran khusus diatas anggaran biasa.

Hal lain yang tidak bileh diabaikan oleh staf akuntansi ialah, bahwa pertimbangan yang penting
bukanlah bagaimana fleksibilitas itu dimasukkan dalam budget atau standar, melainkan bahwa
fleksibilitas itu telah diinjeksikan. Apakah akan diperhgunakan bagan atau tabel untuk menetapkan
anggaran yang diperkenankan atas suatu basis yang kurang bersifat otomatis atau apakah budget akan
disesuaikan per bulan atau per kwartal atas dasar penelaahan khus dalam hubungan volume, adalah
tindakan terlalu pokok, karena metode yagn manapun dapat dipergunakan secara berhasil.
Pertimbnagan utama adalah untuk memperoleh suatu tolok ukur yang juga dapat mengendalikan
biaya-biaya pada tingkat yang wajar dalam hubungannya dengan aktivitas atau pendapatan.

REVISI ANGGARAN OVERHEAD PABRIK

Seperti juga anggaran lainnya, anggaran biaya pabrikase disusun berdasarkan criteria, asumsi – asumsi
dan standar – standar. Dengan demikian jika terjadi perubahan – perubahan penting dalam organisasi
atau dalam metode – metode pengolahan atau produksi, maka jelas anggaran perlu dinilai kembali dan
disesuaikan. Anggaran harus selalu realistis agar menjadi alat pengendalian yang efektif.

AKTIVITAS NORMAL

Umumnya terdapat tiga tingkat berdasarkan mana dapat ditetapkan standar biaya overhead, yaitu:

1. Volume penjualan yang diharapkam untuk tahun berjalan atau periode lain pada saat mana
standar akan diterapkan.
2. Kapasitas praktis, yang menggambarkan volume produksi yang dapat dicapai oleh perusahaan
bila tidak terdapat kekurangan order/pesanan.
3. Volume penjualan normal atau rata – rata, yang didefinisikan sebagai kapasitas normal.

Apabila dipergunakan yang pertama (expected sales volume), maka semua biaya akan disesuaikan dari
tahun ke tahun, sehingga sulit dilakukan berbagai perbandingan biaya. Sebagai akibatnya akan sukar
melakukan berbagau perbandingan biaya tertentu. Selain itu laporan – laporan yang dihasilkan tidak
dapat memberikan kepada manajer informasu yang dianggap paling berguna mengenai biaya volume
(volume cost). Biaya – biaya standar bisa lebih tinggi dalam tahun – tahun dimana volumenya rendah,
yaitu pada saat harga yang lebih rendah duperlukan untuk mendapatkan lebuh banyak transaksi; dan
biaya – biaya standar akan lebih rendah dimana volume tinggi, pada saat kenaikan permintaan akan
dianggap menuju pada harga – harga yang lebih tinggi. Kelemahan lain adalah bahwa estimasi
penjualan yang digunakan sebagai dasar sering tidak akurat.

Tingkat kedua (kapasitas praktis atau practical capacity) cenderung menghasilkan biaya yang serendah
– rendahnya. Ini dapat menyesatkan karena volume penjualan rata – rata tidak akan berkisar di sekitar
tingkat ini. Pada umumnya selalu terdapat varians yang tidak menguntungkan, yang biaya yang tidak
diserap.

Tingkat ketiga (kapasitas normal atau normal capacity) telah didefinisikan sebagai penggunaan
fasilitas produksi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan penjualan rata – rata selama suatu
masa siklus konjuktur (business cycle) atau setidak – tidaknya selama suatu periode yang cukup lama
untuk dapat meratakan pengaruh – pengaruh siklis dan musiman. Basis ini memungkinkan adanya
stabilisasi biaya – biaya dan turut dipertimbangkan perkembangan jangka panjang dalam penjualan.
Setiap basis mempunyai keuntungan san kekurangan – kekurangannya, tetapi kapasitas normal
kelihatannya merupakan basis yang paling dilehendaki dalam kondisi yang biasa

Jika perusahaan menghasilkan hanya satu jenis produk, maka kapasitas normal dapat dinyatakan
dalam kuantitas produk tersebut. Tetapi jika perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk, maka
biasanya perlu untuk diperoleh suatu unit umum. Dalam hal ini jam produktif merupakan ukuran yang
praktis. Jika jam produktif normal untuk semua departemen (atau bagian – bagian yang lebih kecil)
telah diketahui, maka penjumlahannya akan menunjukkan jam produtif total dari perusahaan. Jumlah
biaya tetap yang dibagi oleh jumlah jam produktif pada kapasitas normal akan menghasilkan standar
biaya tetap per jam produktif.

ALOKASI BIAYA PABRIKASE

Faktor lain yang akan dipertimbangkan adalah bagaimana mengalokasikan atau mendistribusikan
biaya – biaya dari fungsi yang tidak langsung atau jasa/pelayanan terhadap sasaran biaya, produk, atau
proses akhir. Oleh karena biaya tidak langsung departemen (indirect departemental cost) merupakan
suatu bagian yang besar dari biaya overhead, maka pemilihan basis atau basis – basis yang layak
merupakan hal yang penting dalam hubungannya dengan penetapan biaya, pengendalian biaya dan
penetapan harga jual

Merupakan hal yang pokok bahwa perlu ada hubungan yang proporsional di antara basis – basis yang
dipergunakan untuk alokasi dengan biaya – biaya tidak langsung. Dengan perkataan lain
pengalokasian atau pendistribusian biaya yang dihasilkan mesti merupakan suatu ukuran yang wajar
dari manfaat yang diterima atau dari jasa – jasa yang diberikan. Pada umumnya terdapat suatu basis
yang nyata atau logid untuk mengalokasikan berbagai jenis biaya, sedangkan pada kesempatan –
lesempatan lain mungkin perlu digunakan suatu basis yang sebarang (arbitrary). Biaya penyusutan,
asuransi, sewa, dan biaya bangunan lain dapat dialokasikan berdasarkan meter persegi. Biaya – biaya
dari fungsi kepegawaian dapat dialokasikan berdasarkan berdasarkan jumlah upah. Sebaliknya biaya –
biaya yang berhubungan dengan akuntansi pabrik, atau perencanaan dan penjadwalan dapat

didistribusikan secara sebarang berdasarkan berbagai basis menyeluruh seperti jam total atau biya
total.

Dapat dimengerti bahwa metode penerapan biaya overhead sangat penting jika manajemen ingin
memperoleh harga pokok produk, penilaian persediaan, dan data penetapan harga yang cermat.
Beberapa metode pengalokasian yang umum dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Jam mesin
2. Jam kerja langsung
3. Jumlah upah langsung
4. Jumlah bahan langsung
5. Jumlah biaya utama (prime costs)
6. Banyaknya unit produksi

Ditinjau dari segi pandangan praktis adalah lebih disukai suatu metode sederhana yang dapat
duperoleh dengan mudah dan cepat disertai tingkat kecermatan tertentu. Apabila biaya – biaya itu
cukup penting/besar, maka dapat dipergunakan basis – basis yang berbeda untuk mengalokasikan
biaya tetap dan biaya variable. Biaya – biaya tetap dapat dialokasikan berdasarkan suatu basis aktivitas
normal atau standar, sedangkan biaya – biaya variable akan didistribusikan berdasarkan aktivitas yang
sebenarnya.

Tentu saja tujuan utamanya adalah untuk memperoleh biaya yang paling baik. Dengan demikian tugas
controller adalah metode yang dapat mencerminkan biaya dengan paling cermat. Telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa metode untuk mengalokasikan biaya departemen jasa/pelayanan mempunyai
pengaruh langsung pada pengendalian biaya. Ini berhubungan apakah dengan biaya sebenarnya atau
dengan biaya standar yang didistribusikan kepada departemen – departemen yang menggunakan jasa.
Ditinjau dari segi pengendalian, kepala departemen jasa/pelayanan harus bertanggung jawab atas
setiap biaya yang melebihi anggarannya. Departemen – departemen yang menggunakan jasa – jasa
tersebut harus dibebani menurut dasar tariff standar untuk jasa – jasa yang sesungguhnya
dipergunakan, tentunya dengan membedakan biaya tetap dan biaya variable. Dalam hal ini departemen
pemakai dapat diminta bertanggung jawab penuh atas biaya – biaya jasa yang berlebihan pada
departemen tersebut, karena ketidakefisienan atau pemborosan pada departemen jasa/pelayanan yang
dibebankan terhadap departemen produktif. Ditinjau dari segi pengendalian, pengawasan departemen
jasa bertanggungjawab untuk menjalankan

departemen pemakai secara efisien pada tingkat jasa apapun yang diperlukan oleh departemen –
departemen pemakai dan sebagaimana diukur dengan flexible budget yang diterapkan pada

tingkat kegiatan yang bersangkutan. Sebaliknya para atasan departemen – departemen produktif harus
bertanggung jawab untuk kuantitas jasa yang dikonsumsi.

Dalam penetapan harga pokok adalah perlu untuk mengalokasikan varians yang timbul pada
departemen – departemen jasa mungkin sebanding dengan biaya – biaya standar yang telah
didistribusikan. Meskipun ini dapat dilakukan untuk tujuan – tujuan manajemen tertinggi, tetepi
penyimpangan tidak boleh tercermin dalam laporan – laporan yang dipergunakan untuk tujuan –
tujuan pengendalian.

PERANAN DEPARTEMEN AKUNTANSI

Tugas menyusun anggaran biasanya didelegasikan pada controller dan para stafnya. Pengalaman yang
lalu merupakan faktor yang penting dalam penetapan anggaran biaya. Diperlukan suatu analisa
mengenai biaya – biaya dan perilakunya dalam hubungan dengan volume, dan sumber informasi yang
pokok adalah catatan – catatan akuntansi. Para akuntan adalah orang yang paling memenuhi syarat
untuk melakukan analisa – analisa mengenai informasi historis ini. Juga, staf akuntansi biasanya
memiliki kualifikasi – kualifikasi teknis yang diperlukan untuk mengorganisasikan data ke dalam
bentuk yang diinginkan. Selanjutnya disebabkan cara pendekatannya harus objektif, maka posisi
departemen akuntansi yang independen membuatnya cocok untuk ditugaskan menyusun standar atau
anggaran yang wajar.

Pengendalian biaya yang berhasil memerlukan kerjasama dari para kepala departemen operasi yang
dibebani dengan tanggung jawab untuk memenuhi anggaran – anggaran mereka. Antara lain oleh
karena ini, maka setiap kepala departemen harus menyetujui anggarannya sebelum anggaran tersebut
dberilakukan. Selanjutnya pengalaman dan pengetahuan setiap kepala mengenai kondisi – kondisi
operasi harus dipergunakan dalam penyusunan anggaran. Controller dan para stafnya akan bertindak
sebagai coordinator dalam menjaga agar pekerjaan dilaksanakan dengan baik dicapai tepat pada
waktunya.

MEMPEROLEH PENGENDALIAN TERHADAP BIAYA OVERHEAD

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa cara pendekatan dasar dalam pengendalian biaya
overhead adalah dengan menetapkan standar – standar pelaksanaan dan beroperasi dalam batas – batas
standar ini. Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini, yaitu: Cara pendekatan pra
perencanaan atau preventif, dan cara pendekatan sesudah kejadian (after the fact).

Pra perencanaan (preplanning) dapat dilaksanakan pada banyak jenis biaya overhead menurut bentuk
yang agak sama dengan biaya upah langsung. Sebagai contoh, jumlah buruh tidak langsung dapat
direncanakan persis serupa dengan buruh langsung. Cara pendekatan ini akan berguna bilaman
menyangkut biaya upah dalam jumlah besar untuk pembelian perlengkapan atau bahan
perbaikan/pemeliharaan. Mungkin perlu untuk menyelenggarakan catatan mengenai perjanjian –
perjanjian pembelian, menurut pertanggungjawaban, untuk perkiraan – perkiraan ini. Sebagaui contoh
setiap bon permintaan pembelian, perlu disetujui oleh departemen anggaran. Jika batas anggaran telah
tercapai maka tidak ada pembelian lebih lanjut yang dibolehkan kecuali dengan persetujuan dari
manajemen yang lebih tinggi. Juga, bilamana bon permintaan barang atau bahan merupakan sumber
pembebanan, maka kepala departemen dapat diberitahu secara periodic mengenai biaya per bulan
kumulatif, dan dapat diambil langkah – langkah untuk menolak pengeluaran – pengeluaran berikutnya
(kecuali untuk keperluan – keperluan mendadak), jika batas anggaran hamper dicapai. Controller akan
sanggup mencari jalan dan cara untuk membantu para eksekutif operasi memelihara biaya – biaya
dalam batas – batas anggaran dengan menyediakan bagi mereka jenis informasi ini.

Cara pendekatan setelah kejadian adalah pelaporan tendensi – tendensi dan pelaksanaan yang tidak
memuaskan. Ini meliputi analisa varians. Di sini masalahnya agak berbeda dengan upah langsung atau
bahan oleh karena adanya faktor tingkat kegiatan yang berbeda – beda. Penyimpangan (variances)
overhead dapat dikelompokkan menurut klasifikasi yang berikut:

Yang dapat dikendalikan oleh pimpinan departemen.

- Varians tariff atau pembelanjaan (rate or spending variance)

- Varians efisiensi (efficiency variance)

Yang menjadi tanggung jawab manajemen tertinggi

- Varians volume.

Tentunya adalah penting untuk mengetahui sebab – sebab terjadinya varians ini, apabila ingin diambil
tindakan perbaikan. Karena ini maka varians yang diakibatkan oleh volume penjualan perlu
diisolasikan sari varians yang dapat dikendalikan oleh para kepala departemen.

ANALISA VARIANS BIAYA

Metode yang tepat dan tingkat kecanggihan yang diperlukan dalam menganaliasa variances akan
tergantung pada keinginan manajemen dan pendapat akuntan tentang kebutuhan – kebutuhan. Akan
tetapi, volume variance, tidak perduli apapun sebabnya, perlu di pisahkan dari controllable variances
(varians yang dapat dikendalikan). Volime variance dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
biaya yang dianggarkan untuk kegiatan berjalan dan biaya standar untuk tingkat kegiatan yang sama.
Perbedaan itu terjadi karena produksi yang sebenarnya dicapai berada diatas atau dibawah kegiatan
normal, dan terutama berhubungan dengan biaya – biaya tetap perusahaan. Varians itu dapat dianalisa
secara lebih terperinci, apakah diakibatkan oleh faktor musiman, banyaknya hari dalam bulan
kalender, atau sebab- sebab lain.

Controllable variances dapat didefinissikan sebagai perbedaan diantara biaya yang dianggarkan untuk
tingkat kegiatan berjalan dengan biaya sesungguhnya. Perbedaan- perbedaan tersebut pula perlu
ditetapkan untuk setiap cost center dan dianalisa sedemikian terperinci sehingga atasan mengetahui
dengan pasti apa sebabnya. Setidak- tidaknya ada dua jenis umum yang dikenal. Pertama adalah rate
atau spending variance. Varians ini terjadi karena telah dikeluarkan biaya yang lebih banyak atau lebih
sedikit dibandingkan dengan anggaran untuk setiap jam mesin, setiap jam kerja, atau jam standar.
Perbedaan ini perlu diisolasikan untuk setiap unsure biaya produksi. Sebagai contoh, suatu analisa
terhadap adanya varians terhadap upah tidak langsung, dapat menunjukkan berapakah kelebihan biaya
yang disebabkan oleh: 1. Kerja lembur, 2. Pemakaian orang yang terlalu banyak, 3. Pemakaian tenaga
kerja dengan tarif yang lebih tinggi daripada standar. Analisa tersebut dapat silanjutkan untuk
mengetahui kelebihan biaya per regu kerja. Sebagai contoh lain, pemakaian bahan- bahan
perlengkapan dapat dianalisa untuk menunjukkan sebab- sebab terjadinya varians, misalnya karena: 1.
Jumlah pemakaian yang terlalu besar, 2. Perbedaan dalam jenis atau kualitas bahan yang
dipergunakan, atau 3. Harga yang lebih tinggi daripada yang diantisipasikan.

Jenis lain yang unum dari controllable variance adalah “ production “ atau “ efficiency variance “.
Varians ini menunjukkan perbedaan diantara jumlah jam kerja yang sebenarnya dipakai dalam operasi
dengan jumlah jam standar yang diperkenankan untuk volume yang sama. Disini juga controller harus
menganalisa sebab- sebabnya, biasanya dibantu oleh tenaga dibidang produksi. Sebab- sebabnya
antara lain: kesalahan mekanis, bahan yang buruk, tenaga kerja yang tidak efisien, atau kekurangan
bahan. Analisa seperti itu menunjukkan kelemahan- kelemahan dan dapat melicinkan jalan untuk
tindakan perbaikan oleh para eksekutif lini.

Staf akuntansi harus siap untuk menganalisa varians biaya overhead dengan cepat dan cermat, untuk
selalu dapat memberi informasi kepada para supervisor dan pimpinan. Analisa varians harus
berhubungan dengan overhead yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan untuk mana
supervisor unit bertanggungjawab, termasuk antara lain ciri- ciri sebagai berikut:

1. Expenditure atau rate variance untuk setiap unsure biaya sebagai kelebihan diatas atau
kekurangan dibawah kondisi anggaran, untuk masa laporan dan untuk masa dari awal tahun
sampai dengan sekarang. Jumlah yang dianggarkan untuk biaya- biaya yang dapat
dikendalikan dapat dihitung dengan mengalihkan jam kerja dengan tarif standar per unsure
biaya dan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya.
2. Departemental variance yang berhubungan dengan tingkat produksi.
3. Jumlah biaya tetap, walaupun supervisornya mungkin tidak bertanggungjawab atas
kejadiannya.
4. Komentar- komentar interpretative mengenai bidang- bidang yang memerlukan tindakan
perbaikan, tendensi dan sebab- sebab terjadinya untuk setiap varians yang negatif.

BERBAGAI INSENTIF UNTUK MENGURANGI BIAYA

Telah berulangkali dikemukakan, bahwa biaya – biaya dikendalikan oleh para individu. Dalam
pengendalian biaya tidak langsung, sama halnya seperti pengendalian upah langsung dan bahan, suatu
faktor yang paling penting adalah supervise lini pertama. Sebagai wakil dari manajemen yang berada
pada tempat untuk mengawasi produksi, para supervise lini pertama dapat menemukan secara
langsung kondisi – kondisi yang kurang baik, dan mengambil tindakan atau mempengaruhi pemakaian
sumber daya. Laporan – laporan yang menunjukkan prestasi pelaksanaan kerja golongan ini besar
kegunaannya. Akan tetapi, pengalaman banyak perusahaan menunjukkan, bahwa standar – standar
biaya atau anggaran yang mencakup biaya – biaya tidak langsung dapat merupakan alat manajemen
yang lebih efektif, jika dihubungkan dengan berbagai jenis insentif atau imbalan finansial. Biasanya
insentif ini berbentuk sekian

persen dari penghematan atau didasarkan pada pencapaian prestasi di atas berbagai standar yang
ditetapkan terlebih dahulu. Jelas bila seseorang supervisor mengetahui dia akan mendapatkan imbalan
dengan adanya penghematan, maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai efisiensi
maksimum. Oleh karena varians akan berfluktuasi, dari bulan ke bulan, adalah pantas untuk supervise
atas dasar prestasi kumulatif per tahun atau per kwartal.

TARIF PEMBEBANAN OVERHEAD: PER DEPARTEMEN VS. MENYELURUH

Pertanyaan selanjutnya mengenai biaya overhead adalah sampai sejauh mana biaya ini dibagi – bagi.
Apabila biaya dipecah semakin terperinci, maka semakin mahal pula biaya administrasinya. Tetapi
karena penghitungan harga pokok yang layak merupakan kebutuhan utama, maka pada beberapa kasus
tariff secara menyeluruh dianggap tidak memuaskan. Suatu tariff tunggal atau menyeluruh lazimnya
dapat diterapkan dalam keadaan – keadaan sebagai berikut:

1. Hanya satu jenis produk saja yang dihasilkan.


2. Berbagai jenis produk dihasilkan, tetapi setiap produk berjalan melalui departemen –
departemen yang sama dan memakai jumlah waktu yang sama.

Bilamana tidak dijumpai keadaan – keadaan seperti di atas, maka tariff menyeluruh dapat
mengakibatkan pembebanan yang berlebihan pada beberapa jenis produk dan pembebanan yang
terlalu kecil pada jenis – jenis produksi yang lain.

http://elfiraworotitjan.wordpress.com/2010/09/19/pengendalian-biaya-pabrikase-overhead-pabrik/

Anda mungkin juga menyukai