Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III),
yang merujuk dari Diagnostis and Statistical Manual of Mental DisorderS IV (DSM-IV), pada aksis V mengenai Penilaian Fungsi secara Global (Global Assessment of Functioning), seseorang dikategorikan dalam skala 40-31 apabila:
“Apabila menimbulkan beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi”
Dalam pengkategoriannya, yang dimaksud dengan menimbulkan disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi adalah gejala (berkaitan dengaan Gangguan Jiwa yang dialami pasien) pada pasien menimbulkan ketidakmampuan egonya untuk membedakan apa yang timbul dari dalam pikirannya dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi di sekitarnya, dan akan berakibat pada gangguan dalam kemampuan berkomunikasi. Ada banyak jenis gangguan dalam kemampuan berkomunikasi yang dapat terjadi, baik itu dalam kuantitas ataupun kualitasnya misalnya bicara yang irasional, tidak jelas, maupun irelevan. Contohnya seseorang dengan skizofrenia paranoid, gejala seperti halusinasi (auditorik, visual, dll.) timbul karena ketidakmampuannya dalam membedakan hal-hal yang diciptakan oleh alam pikirannya (suara bisikan, sosok tidak nyata, bau busuk) dengan kenyataan yang terjadi sebenarnya, sehingga pasien akan menanggapi dan mempercayai secara nyata setiap hal yang muncul dari alam pikirannya (bicara dan suka berteriak sendiri, tertawa sendiri). Tidak jarang juga pasien datang dengan mengamuk. Gejala tersebut pada akhirnya akan menimbulkan beberapa disabilitas berat dalam fungsi globalnya seperti terganggunya interaksi sosial, proses berfikir, mood, pekerjaan, merawat diri, dan banyak lagi. Contohnya menghindari teman-temannya, mengabaikan keluarganya, tidak dapat bekerja di lingkungkan kerja atau sekolah, melakukan bullying terhadap orang yang lebih lemah, sulit diatur saat di rumah.