Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi)


Dosen Pengampu: Dr. Aulia Fuad Rahman, M.Si., Ak., SAS.

Oleh:
Heristiawati Sekar Widoretno (166020301111033)
Zahrotul Azizah (166020301111041)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
PELAPORAN FINANSIAL NON REGULASI: PERTIMBANGAN TEORI-TEORI
BERORIENTASI SISTEM
Dalam pembahasan ini, teori yang berorientasi pada system ada tiga jenis, yaitu teori
legitimasi, teori stakeholder dan teori institusi. Dalam cara pandang yang berorientasi pada
system, suatu entitas diasumsikan dipengaruhi dan juga mempengaruhi masyarakat.
Berdasarkan pada teori legitimasi, teori stakeholder dan teori institusi, kebijakan
pengungkapan akuntansi dipandang sebagai strategi untuk mempengaruhi hubungan organisasi
dengan pihak-pihak lain.

Teori Ekonomi Politik


Gray mendefinisikan teori ekonomi politik sebagai kerangka piker yang mengaitkan masalah
ekonomi, politik dan ekonomi. Guther dan Parker (1990) menyatakan bahwa perspektif
ekonomi politik memandang laporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik dan ekonomi.
Dengan menggunakan teori ini, peneliti dapat memperhatikan isu-isu (sosial) yang lebih
memiliki dampak pada perusahaan dan informasi apa yang harus diungkapkan.

Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)


Teori ini berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Teori ini
menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari masyarakat sehingga harus memperhatikan
norma-norma sosial masyarakat karena kesesuaian dengan norma sosial dapat membuat
perusahaan semakin legitimate. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang
mendasari teori legitimasi adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat.

Cara atau alat yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan apa yang dikemukakan
Dowling dan Pfeffer untuk melegitimasi perusahaannya adalah sebagai berikut:
1. menyesuaikan ouput, tujuan dan metode operasinya sesuai norma yang dilegitimasi
masyaraka.
2. menggunakan alat komunikasi untuk mengubah andangan masyarakat
3. mengomunikasikan maksud perusahaan agar sesuai dengan simbol-simbol legitimasi
masyarakat
4. perusahaan dapat menggunakan laporan tahunan perusahaan sebagai public disclosure.
(missal, perusahaan menyediakan informasi untuk menangkal berita negatif)
5. Hurst (1970) menyatakan bahwa salah satu fungsi akuntansi adalah untuk melegitimasi
eksistensi perusahaan. Perusahaan yang tidak sesuai dengan norma atau harapan
masyarakat akan terkena penalty. Istilah “lisensi operasi” merujuk pada “kontrak
sosial”
Uji Empiris terhadap Teori Legitimasi
Hogner (1982) mengungkapkan hasil temuannya yang meneliti corporate social
responsibility reporting dalam laporan tahunan US Steel Corporation selama 8 tahun, yaitu
luasnya social disclosure dari tahun ke tahun bervariasi dan variasi tersebut mungkin
dikarenakan harapan masyarakat yang juga berubah. Deegan dan Gordon (1996) dalam
penelitiannya untuk menginvestigasi objektifitas praktik pelaporan lingkungan perusahaan
terhadap tren pelaporan lingkungan dari waktu kewaktu. Hasil yang ditemukan adalah bahwa
ada korelasi positif antara meningkatnya pelaporan kelingkungan perusahaan dengan
meningkatnya jumlah member grup kelingkungan.
Teori Stakeholder
Teori ini menjelaskan mengenai pentingnya perusahaan untuk memuaskan keinginan para
stakeholder. Dalam hal ini, perusahaan mengungkapkan secara sukarela atas investasi
lingkungan yang telah dilakukan untuk membuktikan kepada masyarakat akan kepedulian
perusahaan tersebut dalam menjaga lingkungan dan memberikan nilai tambah serta manfaat
bagi masyarakat yang merupakan stakeholder-nya
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Ketika
stakeholder mengendalikan sumber-sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka
perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang dapat memuaskan keinginan stakeholder
a. Stakeholder etis
Teori ini menyatakan bahwa setiap stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara
baik dan adil oleh perusahaan. Stakeholder mempunyai hak intrinsic yang tidak boleh
dilanggar (misalnya gaji yang wajar)
b. Stakeholder manajemen
Semakin penting stakeholder bagi perusahaan, maka semakin banyak usaha yang harus
dikeluarkan untuk mengelola hubungannya dengan stakeholder ini. Semakin tinggi
tingkat control stakeholder terhadap sumberdaya perusahaan, maka semakin tinggi
perhatian perusahaan terhadap stakeholder ini.

Uji Empiris terhadap Teori Stakeholder


Roberts (1992) menemukan bahwa ukuran power stakeholder dan kebutuhan informasi
yang terkait dapat menjelaskan mengenai level dan tipe pelaporan CSR Neu, Warsame dan
Pedwell (1998) juga mendukung temuan bahwa kelompok stakeholder tertentu dapat menjadi
lebih efektif dari kelompok lain dalam meminta pelaporan CSR. Hasil ini mengindikasikan
bahwa perusahaan menjadi lebih responsive terhadap permintaan stakeholder financial dan
regulator (pemerintah) daripada stakeholder pemerhati lingkungan. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder saling bersaing kepentingan, maka
perusahaan akan memilih stakeholder yang paling penting.

Teori Institusi
Beberapa teori dalam akuntansi hanya membawa kita untuk melihat suatu hal dari satu cara
pandang saja. Untuk menghimpun kedua teori sebelumnya, muncullah teori institusi. Ide pokok
teori institusional adalah bahwa organisasi dibentuk oleh lingkungan institusional yang
mengitarinya (mencakup stakeholder dan masyarakat). Teori ini juga dapat menjelaskan
bagaimana mekanisme perusahaan untuk dapat berasosiasi dengan nilai-nilai culture dan sosial
(dengan tujuan untuk mendapatkan legitimasi) dan menjadikannya sebagai suatu institusi
disuatu organisasi tertentu.

Ada dua dimensi utama dalam teori institusi, yaitu isomorphisim dan decoupling.
Isomorphism merujuk pada adaptasi organisasi dalam mempraktikkan teori institusi. Ada 3
jenis, yaitu koersif (terpaksa melakukan karena adanya tekanan dari stakeholder), mimetic
(perusahaan mulai memperbaiki dan mengimprofisasi prakteknya, motifnya karena ingin
berkompetisi untuk mendapatkan legitimasi) dan normative (tekanan untuk mengadopsi
praktik dan diimplementasikan menjadi suatu norma-peraturan. Decoupling merujuk pada
keterlepasan. Artinya, perusahaan dengan secara sukarela melaporankan pertanggungjawaban
lingkungannya. Maka dari itu, image perusahaan dapat terbentuk dengan sendirinya dari
adanya pelaporan tersebut. Hal ini justru akan menambah profitabilitas dan nilai saham
perusahaan.

EXTENDED SYSTEM OF ACCOUNTING : THE INCORPORATION OF SOCIAL AND


ENVIRONMENTAL FACTORS WITHIN EXTERNAL REPORTING
Tujuan Proses Pelaporan Sosial dan Lingkungan – (Why)
Dalam menentukan tujuan pelaporan, perusahaan dapat menggunakan beberapa teori
acuan, yaitu:
1. teori legitimasi dan ditemukannya gagasan kontrak 4ocial
2. teori Stakeholder
3. model akuntansi
4. teori institusi (tekanan dari institusi terentu)
5. Reputation Risk Management
Menggunakan teori-teori sebelumnya sebagai bahan rujukan untuk membuat tujuan.
Adanya tanggung jawab bisnis, Perusahaan yang selama ini hanya berfikir laba sebagai
tanggung jawab nya kepada shareholder, ternyata memiliki tanggung jawab kepada komunitas
yang lebih luas lagi. Akhirnya, keberlangsungan untuk masa depan sudah sewajarnya menjadi
tujuan dari para pelaku bisnis. Dari yang dulu hanya “laba” sebagai tujuan utama perusahaan,
kini menjadi 3, yaitu, laba, masyarakat dan lingkungan. Konsep ini lah yang justru dapat
menjawab tujuan keberlangsungan itu sendiri. (triple bottom line).
Mengidentifikasi Stakeholder (Who)
Jika jenis perusahaan dimana konsumen cenderung memegang kekuasaan ekonomi yang
cukup besar, mereka dapat dengan mudah beralih membeli produk pesaing jika perusahaan
melakukan sesuatu yang tidak mereka senangi atau setujui. Sebaliknya untuk pemasok
monopoli barang dan jasa, konsumen yang cenderung memiliki sedikit kekuatan ekonomi
secara langsung biasanya tidak mampu menghentikankonsumsi produk atau layanan tersebut
(karena tidak ada alternative lain). Adanya isu yang sedang terjadi di masyarakat.
Implikasi praktis dari pendekatan teoritis ini kepada stakeholder prioritas adalah bahwa
organisasi dimana tanggungjawab 4ocial perusahaan dan pelaporan 4ocial dan lingkungan
dimotivasi oleh keinginan untuk meminimalkan dampak negative 4ocial dan lingkungan dari
operasinya, maka perusahaan akan memprioritaskan kebutuhan stakeholder sesuai dengan
sejauh mana operasi organisasi berdampak dalam kehidupan stakeholder tersebut
Jika perusahaan menganut teori etika, maka perusahaan akan memiliki motivasi untuk
merawat keberlangsungan 4ocial dan lingkungan, namun jika perusahaan menganut teori
manajerial, maka motivasi dari pelaporan kepada stakeholder yang memiliki power yang paling
tinggi.
Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Harapan Stakeholder (for what)
Semakin tingginya tuntutan stakeholder dan reaksinya atas informasi 4ocial dan lingkungan
merupakan suatu kebermanfaatan dari pelaporan 4ocial dan lingkungan itu sendiri. Secara
akuntabel, untuk menjawan pertanyaan “untuk apa” adalah adanya reaksi pasar saham terhadap
mengungkapan informasi 5ocial tersebut. Jika item informasi tentang suatu organisasi dapat
dikaitakn dengan perubaha harga saham tersebut, maka diasumsikan bahwa informasi penting
bagi investor
1. Ingram (1978) dan Anderson dan Frankie (1980) menemukan bahwa pasar tidak bereaksi
terhadap pengungkapan 5ocial, dan Ingram menyimpulkan reaksi menjadi fungsi, antara lain
5ocial5o yang diikuti organisasi dan jenis pengungkapan 5ocial yang dibuat.
2. Belkaoui (1976) dan Jaggi dan Freedman (1982) mempelajari reaksi investor untuk
pengungkapan polusi. Belkaoui mengamati reaksi pangsa pasar yang positif untuk perusahaan
yang memberikan bukti prosedur pengendalian polusi yang bertanggung jawab dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak bisa menunjukkan tanggung jawab
Investor bereaksi terhadap pengungkapan tanggung jawab 5ocial organisasi, karena itu,
jawaban yang luas atas pertanyaan akuntabel untuk apa adalah untuk melaporkan dampak dari
tanggungjawab 5ocial perusahaan. Pihak perusahaanpun juga harus melibatkan stakeholder
dalam mengemukakan keinginan dan harapannya dalam suatu laporan, dengan cara melakukan
komunikasi baik searah maupun dua arah
Perspektif teoritis pada Beberapa Prosedur Pelaporan Sosial dan Lingkungan (how)
Pelaporan akuntansi mengabaikan banyak ekstemalitas 5ocial dan lingkungan yang
disebabkan oleh entitas pelapor. Selain itu, ada beberapa alasan mengapa akuntansi keuangan
tradisional mungkin tidak dapat efektif dalam mencerminkan dampak 5ocial dan lingkungan
organisasi, yaitu:
a. berfokus pada kebutuhan informasi pihakk-pihak yang terlibat dalam membuat keputusan
alokasi sumber daya
b. salah satu pilar akuntansi keuangan adalah adanya gagasan tentang materialitas yang
cenderung menghalangi informasi pelaporan 5ocial dan lingkungan mengingat kesulitan yang
terkait mengukur biaya 5ocial dan lingkungan
c. mengadopsi asumsi entitas yang mengharuskan organisasi untuk diperlakukan sebagai
entitas yang trepisah dari pemiliknya, organisasi-organisasi lain dan stakeholder lainnya
d. terkendala oleh wilayah, dimana system akuntansi keuangan tradisional menghasilkan hasil
adak aneh yaitu perlakuan isin polusi yang bisa diperdagangkan
e. biaya didefinisikan sedemikian rupa untuk mengecualikan pengakuan setiap dampak pada
sumber daya yang tidak dikendalikan oleh entitas (seperti lingkungan), kecuali denda atau arus
kan lainnya yang timbul.
Laporan Triple Bottom Line
Laporan Triple bottom line mendasarkan focus utamanya pada laba ekonomi, 5ocial dan
lingkungan berkelanjutan. Asumsinya adalah, jika suatu organisasi dalam operasinya dapat
aman secara finansial, meminimalkan dampak negative terhadap lingungan dan bertindak
sesuai dengan harapan masyarakat, maka organisasi tersebut dikatakan sebagai organisasi yang
berkelanjutan.
Inisiatif pelaporan global – kerangka kerja konseptual untuk pelaporan 5ocial dan
lingkungan
Sebagai upaya untuk menyusun praktik pelaporan terbaik, beberapa badan telah aktif untuk
mengemb angkan edoman untuk pelaporan 5ocial dan lingkungan. Ialah Global Reporting
Initiative’s Sustainable Reporting Guidelines (GRI), suatu gagasan yang menyediakan
beberapa kategori untuk mengungkap informasi kinerja lingkungan bersama dengan indicator
kinerja terkait. Berdasarkan Estes (1976, p.19) kinerja 6ocial perusahaan terdiri dari 4 hal
yaitu :

1. Keterlibatan masyarakat – aktivitas yang berorientasi pada masyarakat yang cenderung


terutama untuk kepentingan 6ocial, termasuk kedermawanan/sumbangan, pendidikan,
kesehatan, tempat tinggal, dan hal yang serupa.
2. Sumber daya manusia – aktivitas internal perusahaan diarahkan untuk kesejahteraan
karyawan termasuk renumerasi, pelatihan, dan kesehatan dan keselamatan kerja
3. Sumber daya fisik dan kontribusi lingkungan – contohnya kebijakan tanggung jawab
perlindungan lingkungan
4. Kontribusi barang atau jasa – kualitas produk, tanggung jawab pelabelan, dan
pengetahuan pemasaran dan pemasaran.
Global Reporting Initiative (GRI 2000) 6ocial6or kinerja 6ocial terdiri dari 3 hal utama yaitu :

1. Ekonomi
2. Lingkungan
3. Sosial (praktik kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, masyarakat,
pertanggungjawaban produk)
Bagian isi laporan adalah bagian utama dari dokumen. Menjelaskan stidaknya lima
komponen yang mungkin ditemukan dalam laporan berkelanjutan, terdiri dari:
1. visi dan strategi, menjelaskna strategi organisasi pelaporan yang terkait dengan
keberlanjutan, termasuk pernyataan CEO
2. profil, gambaran struktur organisasi pelaporan, operasi dan lingkup pelaporan
3. system manajemen dan struktur perusahaan, menjelaskan struktur organisasi,
kebijakan dan system menejemen termasuk upaya keterlibatan stakeholder
4. daftar isi GRI, suatu table yang diseiakan oleh organisasi pelapor untuk
mengidentifikasi dimana informasi yang tercantum dalam bagian C dari GRI (report
content) yang terletak dalam laporan organisasi
5. Indikator Kinerja, ukuran dampak atau efek dari organisasi pelapor dibagi menjadi
teintegrasi, ekonomi, lingkungan dan 6ocial.
Audit Sosial (jaminan)
Dalam website ISEA (2005) menggariskan tiga prinsip utama yang mendasari audit
6ocial yang ideal harus mencakup:
a. Materialitas: Apakahlaporan berkelanjutan menyediakan perhitungan mencakup semua
bidang dari kenerja, bahwa stakeholder perlu menilai kinerja berkelanjutan organisasi?
b. Kelengkapan: apakah informasi lengkap dan cukup akurat untuk menilai dan memahami
kinerja organisasi dalam semua bidang?
c. responsifitas: apakah organisasi telah merespon secara koheren dan konsisten untuk
perhatian dan kepentingan stakeholder?

REVIEW JURNAL 1
The Legitimation Effect Of Sosial and Enviroment Disclosures – A Theoritical
Foundation
Craig Deegan
Jurnal ini ditulis untuk memberikan gambaran umum perspektif teoritikal yang
digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer memutuskan untuk mengungkapan informasi
terkait aspek umum dari kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Jurnal ini juga menyediakan
pengenalan terkait artikel lain yang mengangkat isu khusus dari Jurnal Akuntansi, Auditing,
dan Akuntabilitas yang mengindikasikan bahwa peneliti menggunakan literatur yang dikenal
dengan penelitian sosial dan lingkungan akuntansi.

1. Perkembangan penelitian akuntansi sosial dan lingkungan


Saat ini, terjadi peningkatan perhatian terkait isu penelitian akuntansi sosial dan
lingkungan. Peningkatan perhatian ini dibuktikan dengan sejumlah peneliti akademisi dalam
bidang ini, badan akuntansi profesional, industri, berbagai perusahaan yang berhubungan
dengan isu ini. Selama tahun 1990an, arah penelitian mengalami perubahan dalam berbagai
penelitian dan “lingkungan” menjadi fokus utama penelitian (Owen et al 1997; Mathew 1997).
Konsisten dengan penigkatan fokus penelitian dalam bidang ini, juga ditandai dengan
peningkatan jumlah penelitian mahasiswa terkait isu akuntansi sosial dan lingkungan.
Pemerintah, industri, dan profesi akuntansi juga menunjukkan peningkatan perhatian terkait
isu akuntansi sosial dan lingkungan, khususnya untuk bidang pelaporan eksternal. Meskipun,
Gray (2002) memperingatkan bahwa akuntansi sosial merupakan “hot-topic” pada tahun
1970an dan 1980an.
2. Ringkasan beberapa pertanyaan penelitian yang dapat di lanjutkan
Dalam bidang yang luas dari penelitian akuntansi sosial dan lingkungan, terdapat banyak
bidang dan isu yang dapat diteliti. Beberapa pertanyaan penelitian yang telah diteliti atau yang
sedang diteiti meliputi :
 Apakah dilaporkan oleh perusahaan ? penelitian awal dalam bidang ini seperti Ernst
& Ernst selama tahun 1970an, menyediakan informasi tetang berbagai
pengungkapan yang dilakukan perusahaan.
 Dapatkah praktik pengungkapan sosial dan lingkungan dapat dikaitkan dengan
kinerja seperti kinerja ekonomi atau faktor-faktor seperti anggota dalam industri,
asal negara (budaya), atau ukuran perusahaan?
 Bagaimana stakeholder bereaksi terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan?
Ingram (1978), Buzby dan Falk (1978, 1979), Anderson dan Frankle (1980),dll.
 Bagaimana perilaku akuntan terhadap akuntansi sosial dan lingkungan ?
Bebbington et al (1994), deegan et al (1996)
 Apakah korelasi antara pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan dan
kinerja aktual perusahaan? Wiseman (1982), Rockness (1985)
 Apakah peran dari instrumn pajak hubungannya dengan perlindungan lingkungan?
Baumol (1975), Lockhart (1997), O’Riodan (1997)
 Bagaimana pendidikan akuntansi mencakup bidang ini, dan apakah kendala untuk
memasukkan isu sosial dan lingkungan ke dalam program pendidikan akuntansi di
universitas dan badan akuntansi profesional? Blundell dan Booth (1988); Gray et al
(!994), Gibson (1997); Gordon (1998); Gray dan Collison (2001)
 Bagaimana seharusnya organisasi menjelaskan kinerja sosial dan lingkungannya?
Haruskah eksternalitas dihubungkan sebagai “biaya” untuk tujuan akuntansi
keuangan? C.C. Abt Associates (1972), Milne (1991) USEPA (1996), Bebington
dan Gray (1997), Mathews (2000).
 Apakah teori yang paling baik untuk menjelaskan bagaimana kita melaporkan, atau
mungkin bagaimana kita harus melaporkan informasi sosial dan lingkungan?
Ramanathan (1976), Cooper and Sherer (1984), Benston (19682, 1984), dll.
 Bagaimana seharusnya (dan mungkin, mengapa harus) sistem akuntansi
manajemen mencakup isu sosial dan lingkungan ? Stone (1995), Bennet dan James
(1997, 1998), dan Ditz et al (1998), parker (2000)
 Apakah yang memotivasi manajer untuk mengungkapkan kinerja sosial dan
lingkungan tertentu? Guthrie dan Parker (1989), Patten (1992), Roberts (!992), dll.
 Apakah peran atau bidang dari verifikasi, atestasi atau audit dari sosial dan
lingkungan (kesemuanya dapat dibentuk dari berbagai bidang)? Bauer dan Fenn
(!973), Grojrt dan Stark (1997), Brooks (1980), dll.
 Apakah tujuan praktik pelaporan sosial dan lingkunagan sangat bermanfaat bagi
masyarakat luas atau bersikap untuk melegitimasi stuktur sosial yang ada yang
bermanfaat bagi sebagaian kelompok dan beban bagi yang lainnya (Puxty (!991)
Seperti yang terlihat di atas, beberapa penelitian adalah sebuah deskripsi (mendeskripsikan
tentang “apa”) beberapa adalah normaif (mendeskripsikan tentang apa yang seharusnya), yang
lainnya merupakan positif alami (menjelaskan tentang apa). Ketika mendiskripsikan apakah
yang diungkapkan, terdapat banyak perdebatan tentang bagaimana mengukur dan
mengklasifikasikan pengungkapan sosial dan lingkungan. Ketika penjelasan terkait mengapa
pengungkapan dibuat, atau tentang bagaimana sebuah organisasi harus membuat sebuah
pengungkapan, acuan yang sering dibuat terutama adalah perspektif teoritikal (seperti teori
legitimasi, salah satu teori darti banyak teori yang mungkin digunakan, dan berfokus pada
AAAJ). Namun, kita tidak memiliki teori yang dapat “diterima” untuk akuntansi sosial dan
lingkungan, dimana terdapat berbagai variasi dalam perspektif teoritikal yang diadopsi. Upaya
untuk menjelaskan praktik pengungkapan sosial dan lingkungan, penelitian terbaru cenderung
menggunakan teori legitimasi dan terkadang menggunakan teori stakeholder (kedua teori ini
merupakan bagian dari teori ekonomi dan politik).
Audit sosial (yang dibuat oleh manajemen atau badan independen) tidak begitu terkenal,
audit sosial ini dimulai pada tahun 1970an oleh sebagian organisasi di UK seperti audit sosial
ltd (Medawar 1976). Namun audit ini bersifat sukarela dan semakin ditinggalkan pada
perengahann tahun 1990an. Dalam level yang lebih luas, audit sosial dapat diartikan sebagai
proses yang memungkinkan perusahaan untuk menilai kinerjanya berhubungan dengan
permintaan dan ekspektasi masyarakat (Elkington, 1997). Berdasarkan pada penjelasan di atas,
saat ini terlihat peningkatan “pelaporan berkelanjutan” ini terlihat terkait dengan kepentigan
dalam pelaporan yang berdasarkan “triple bottom line” (Elkington, 1997).

3. Memahami motivasi manajerial


Adanya audit sosial, perhatian terhadap pelaporan triple bottom line dan pelaporan
keberlanjutan yang meningkat, namun dalam praktiknya masih bersifat sukarela. Praktik
yang sukarela ini menyebabkan banyak peneliti yang mempertnyaan mengapa ha tersebut
terjadi. Tentunya terdapa berbagai motivasi manajer untuk melaukan pelaporan sukarela
terkait aktivitasnya, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan
lingkungan. Berikut beberapa alasan yang mungkin mendasarinya :
 Keinginan untuk mematuhi aturan resmi. Ini bukan merupakan motivasi utama bagi
negara yang tidak mewajibkan pengungkapan sosial dan lingkungan dan terkait
verifikasi (Deegan, 2000)
 Pertimbangan “rasionalitas ekonomi” – mungkin terdapat manfaat bisnis yang mncul
untuk melakukan “sesuatu yang tepat” dan merupakan motivasi kunci dibandingkan
dengan penerimaan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Frieman, 1962).
 Kepercayaan terhadap akuntabilitas atau tanggungjawab untuk melaporkan –
pandangan manajer bahwa masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan informasi
yang memuaskan (Hasnas, 1998; Donaldson dan preston 1995; Freeman dan Reed
1983) mengabaikan biaya yang terkait. Pandangan seperti ini tidak berlaku untuk
organisasi bisnis yang sebagian besar menganut sisitem kapitalis.
 Keinginan untuk patuh terhadap persyaratan pinjaman. Peningkatan pinjaman
perusahaan, sebagai bagian dari risiko kebijakan manajemen, pemberi pinjaman secara
periodik akan memberikan berbagai item informasi terkait kinerja dan kebijakan sosial
dan lingkungan.
 Kepatuhan terhadap ekspektasi masyarakat – pandangan terkait “kontrak sosial” adalah
dengan mnyediakan penjelasan yang tepat terkait kinerja sosial dan lingkungan
(Deegan, 2000).
 Sebagai hasil dari tekanan tertentu terhadap legitimasi organisasi. Contohnya pelporan
akan direspon secara negatif oleh media, terutama jika terjadi insiden sosial dan
lingkungan atau hasil dari rating yang buruk terutama yang diberikan oleh rating agensi
(Deegan et al 2000,2002; Patten 1992)
 Untuk me-manage khususnya kelompok stakeholder (yang memiliki
pengaruh/kekuasaan). (Ullman 1985, Roberts 1992, Evan dan Freeman 1988, Neu et al
1998).
 Untuk menarik investasi pendanaan. Secara internasional, “etika investasi pendaan”
menjadi bagian yang meningkat dalam pasa modal, contohnya Dow Jones Sustainabiity
Group ndex. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memperingkat organisasi
termasuk atau tidak di dalamnya informasi portofolio investasi pendanaan dari jumlah
sumber, termasuk didalamnya informasi yang di publish oleh perusahaan
 Kepatuhan terhadap persyaratan industri atau terutama kode etik. Contohnya di
Australia – industri perusahaan Mineral memiliki etika manajemen lingkungan.
Terdapat tekanan untuk patuh terhadap peraturan tersebut. Dan hal tersebut dapat
dikaitkan dengan syarat pelaporan (Deegan dan Blomquist 2001)
 Untuk memenangkan penghargaan pelaporan. Banyak perusahaan yang berupaya untuk
memenangkan penghargaan ini. Memangkan penghargaan ini mungkin akan
berdampak pada reputasi perusahaan di masyarakat (Deegan dan Carrol 1993).
Berdasarkan pada penjelasan di atas, salah satu faktor yang saat ini menjadi fokus peneliti
adalah bahwa motivasi manajer dalam melakukan pelaporan sosial dan lingkungan adalah
keinginan untuk melegitimasi operasi perusahaan. Pandangan ini masuk dalam teori legitimasi.
4. Ringkasan Teori Legitimasi
Teori legitimasi, seperti sejumlah teori seperti teori ekonomi politik dan teori stakehoder
termasuk dalam teori berorietasi sistem, berdasarkan pada Gray et al (1996, p 45) :
... pandangan yang berorientasi sistem dari organisasi dan masyarakat... mengijinkan
kiita untuk berfokus pada peran informasi dan pengungkapan hubungan antara
organisasi, negara, individu dan kelompok.
Pengetahuan ini dijelaskan dalam teori legitimasi (dan teori stakeholder), juga
dibangun oleh teori lainnya yang dikenal dengan teori ekonomi politik (Benson,1975).
“Ekonomi politik” didefinisikan oleh Gray et al (1996, .47) sebagai kerangka sosial, politik,
ekonomi yang didalam manusia berada. Teori ekonomi politik secara eksplisit diakui sebagai
kekuatan konflik yang ada dalam masyarakat dan berbagai pertentangan yang terjadi antar
kelompok dalam masyarakat. Ide “legitimasi” dapat dikaitkan langsung dengan konsep
“kontrak sosial” seperti yang dijelaskan oleh Mathew. Hal ini berarti bahwa keberlangsungan
organisasi akan terancam jika masyarakat merasa bahwa organisasi melanggar kontrak sosial
tersebut. Berdasarkan pada sifat banyak teori, gagasan terkait legitimasi juga dihubugkan
dengan teori institusional (DiMaggio dan Powell, 1983).
Berdasarkan pada teori ini, organisasi akan mengubah struktur atau operasinya sesuai
ekspektasi eksternal terkait bentuk dan struktur yang dapat diterima (legitimasi). Kegagalan
dalam proses peyesuaian ini, disebut dengan “isomorphism” (DiMaggio dan Powell, 1983
p.149), yang berimplikasi langsung dengan keberlangsungan entitas. Namun, berbeda dengan
teori legitimasi, manajer memiliki kemampuan untuk mengubah persepsi legitimasi (mungkin
melalui pengungkapan), dengan teori institusional manager diharapkan untuk menyesuaikan
dengan “norma” yang digunakan secara luas oleh masyarakat.
Cara-cara yang dilakukan oleh organisasi ketika dihadapkan pada acaman legitimasi,
mungkin dengan melegitimasi aktivitasnya :
 Organisasi dapat menyesuaikan output, tujuan, dan metode operasinya untuk
memenuhi definisi legitimasi secara umum
 Organisasi dapat mencoba, melalui komunikasi, untuk mengubah definisi legitimasi
sosial sehingga dapat memenuhi kegiatan, output, dan nilai dari organisasi
 Organisasi dapat mencoba melalui komunikasi untuk mengidentifikasi dengan simbol,
nilai atau istitusi yang memiliki dasar kuat tentang legitimasi.
Lindblom (1994) mengidentifikasi 4 sistem cara (terdapat beberapa tumpang tindih dengan
Dowling dan Pfeffer) bahwa sebuah organisasi dapat mengambil untuk mendapatkan atau
mempertahankan legitimasi. Organisasi dapat mencari :
(1) Mengedukasi dan menginformasikan terkait “publik relevan” terkait perubahan (nyata)
dalam kinerja dan aktivitas organisasi
(2) Mengubah persepsi tentang “publik relevan” – tetapi tidak mengubah perilaku aktual
(3) Memanipulasi persepsi dengan mengalihkan perhatian dari fokus isu ke isu ain melalui
sesuatu yang menarik, contohnya simbol emotif, atau
(4) Mengubah persepsi eksternal terkait kinerjanya
Hasil yang memberikan pandangan bahwa informasi mungkin hanya dirilis oleh organisasi
ketika timbul kecurigaan atau kekhawatiran. Ini tidak konsisten dengan pandangan (atau
mungkin sebuah harapan?) bahwa manajer mengungkapan informasi untuk alasan akuntabiitas
– karena masyarakat memiliki hak untuk mengetahui tenang aspek dari operasi organisasi.
Implikasiya terhadap beberapa penemuan adalah bahwa pengungkapan mampu menenangkan
kekahawatiran dalam masyarakat, yang merupakan tujuan manajer , kemudian strategi
legitimasi mungkin mengijinkan operasi organisasi, bahwa kontribusi negatif terhadap
beberapa kelompok dalam masyarakat dapat menganggu kelangsungan operasi perusahaan.
5. kontribusi jurnal-jurnal lainnya dalam edisi Accounting, Auditing, &
Accountability Journal
Deegan et al (2002) menginvestigasi kebijakan pengungkapan sosial dan lingkungan BHP
tahun 1983-1997. Deegan et al (2002) berkontribusi menyajikan perbaikan metode yang
digunakan oleh Brown dan Deegan (1998) seperti mereka menginvestigasi tingkat perhatian
media terhadap isu sosial dan lingkungan dihubungkan dengan BHP dan Pengungkapan
laporan tahunan BHP, berkaitan dengan isu khusus tsb, muncul untuk direspon. Khususnya,
fokus proposisi (konsisten dengan teori legitimasi) adalah mengubah perhatian masyarakat,
direfleksikan oleh perubahan artikel media, yang akan mencerminkan perubahan pada
pegungkapan sosial dan lingkungan mereka, dan tingkat pengungkapan yang mereka buat.
Jurnal selanjutnya oleh O’Donovan (2002) secara eksplisit mengakui bahwa strategi
legitimasi manajer akan berbeda bergantung pada apakah mereka mencoba untuk memperoleh,
bertahan, atau memperbaiki legitimasi perusahaannya. Hal ini akan berbeda dengan
kebanyakan penelitian yang menginvestigasi respon manajemen terhadap ancaman legitimasi.
Kurangnya penelitian dalam hal strategi perusahaan untuk mendapatkan dan mempertahankan
legitimasi, O’Donovan (2002) memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap literatur.
O’Donovan berpendapat bahwa mempertahankan legitimasi lebih mudah jika dibandingkan
dengan mendapatkan atau memperbaikinya.
Milne dan Patten melaporkan hasil mengindikasikan bahwa subjek yang menerima
“pengungkapan legitimasi”, ketika menggunakan investasi jangka panjang, lebih memilih
berinvestasi di perusahaan dengan kinerja buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak
menerma pengungkapan legitimasi. Ini hasil yang sangat menarik, pengungkapan legitimasi
dapat memberikan perbedaan, tetapi perbedaan ini bergantung pada apakah investor
mengadopsi jangka-panjang atau jangka-pendek.
Jurnal yang terakhir oleh O’Dwyer menginvesigasi isu yang berkaitan dengan
pengungkapan legitimasi. Dia secara langsung mencari persepsi manajer tentang motivasi
pengungkapan sosial perusahaan dalam laporan tahunan, dan apakah mereka percaya
pengungkapan sosial dapat berhasil seperti strategi legitimasi. Terdapat pernyataan umum
bahwa tekanan masyarakat dibutuhkan agar perusahaan menjadi responsif, manajer yag
senstitif terhadap sektor lingkungan mengindikasikan bahwa pengungkapan laporan tahunan
mereka cenderung rekatif dan berkeinginan untuk memperbaiki legitimasinya. Manajer juga
mengekspresikan pandangan bahwa reaksi terhadap kondisi sosial dan lingkungan, melalui
pengungkapan perusahaan dapat dijadikan sebuah perhatian legitimasi. Penghidaran pelaporan
dapat membantu permasalahan “hilang”.
6. Kesimpulan
Salah satu isu khusus yang menarik perhatian untuk dilakukan penelitian adalah praktik
pengugkapan sosial dan lingkungan entitas perusahaan. Sekalipun pengungkapan didominasi
secara sukarela namun akademisi akuntansi tetap berusaha untuk memahami motivasi dari
pelaporan. Sepeti yang telah diindikasikan dalam jurnal ini, terdapat berbagai motivasi yang
mendorong manajer melporkan informasi terkait kinerja sosial dan lingkungan perusahaan.
Salah satu motivasi mungkin keinginan untuk melegiitimasi aspek operasi perusahaan.
Teori legitimasi, dengan dasar teoritikal dari 4 jurnal, memberikan dasar pemahaman
bagaimana dan mengapa manajer mungkin menggunakan fokus eksternal dalam pelapora
untuk kepentingan perusahaan. Teori legitimasi yang saat ini digunakan, mungkin masih
membutuhkan pertimbangan untuk lebih jauh dapat diperbaiki, sejumlah jurnal dapat
disertakan diharapkan dapat membantu penelitian lainnya untuk mengembangkan teori untuk
menjelaskan praktik pelaporan sosial dan lingkungan.
REVIEW JURNAL 2
AN EXAMINATION OF CORPORATE SOCIAL AND ENVIROMENT
DISCLOSURES OF BHP Ltd 1983-1997
Craig Deegan, Michaela Rankin, and John Tobin
Penelitian ini menguji pengungkapan sosial dan lingkungan BHP Ltd (salah satu
perusahaan terbesar di Australia) tahun 1983-1997 untuk memastikan tingkat dan jenis
pelaporan sosial dan lingkungan selama periode tersebut, dan apakah pengungkapan dapat
dijelaskan dengan kondep kontrak sosial dan teori legitimasi.
1. Peran Media Dalam Membentuk Perhatian Masyarakat
Intensitas laporan media juga kemungkinan memberikan efek bahwa liputan media tertentu
akan berdampak pada agenda publik, meskipun tidak jelas apakah tingkat laporan diminta
sebelum pengaruh setting-agenda dibuat (Brosius dan Kepplinger 1990). Cara media
melaporakan sebuah isu kemungkinan juga memberikan pengaruh pada perilaku masyarakat.
Dearing dan Rogers (1996, p.64) isu negatif lebih menarik perhatian masyarakat. Peneltian
lebih jauh oleh O’Donovan (1999) meunjukkan bahwa manajer perusahaan mmpertimbangkan
beberapa berita koran untuk memutuskan pengungkapan yang akan mereka buat dalam laoran
tahunan perusahaan. Bukti ini konsisten dengan pandangan bahwa kesadaran manajemen
terhadap liputan media yang akan berdampak pada organisasi tetapi mereka merasa bahwa
diperlukan respon terhadap liputan media melalui perspektif pengungkapan.
2. Pengungkapan Sosial Perusahaan Sebagai Reaksi dari Ekspektasi Masyarakat
Hasil temuan Brown dan Deegan (1998) menunjukkan mendukung teori lgitimasi
sehubungan dengan review mereka terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Beberapa
starategi pengungkapan lingkungan yang diambil manajemen muncul untuk mengetahui
pengaruh tingkat liputan media terhadap isu lingkungan.
Dalam jurnal ini, kami membuat asumsi, berdasarkan pada media agenda setting theory,
perhatian media terhadap perusahaan dapat berimbas pada pandangan masyarakat terhadap
perusahaan. Selain juga penulis juga membuat asumsi eksplisit, berdasarkan pada penelitian
sebelumnya seperti O’Donovan (1999), bahwa manajer melihat bahwa media dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat, dan bahwa laporan tahunan dilihat manajer sebagai salah
satu cara untuk mengembalikan persepsi masyarakat terhadap perusahaan.
Berdasarkan pada hal di atas, teori legitimasi mengganggap bahwa organisasi memastikan
bahwa kegiatannya sesuai dengan batasan dan norma yang ada dalam masyarakat dimana
perusahaan beroperasi. Kontrak sosial (sering disebut sebagai “ijin masyarakat untuk
beroperasi) adalah sebuah perjanjian implisit antara perusahaan dan masyarakat (Shocker dan
Sethi, 1974).
Kesimpulannya yaitu bahwa agenda media berpengaruh pandangan masyarakat terhadap
isu tertentu (berdasarkan pada media agenda setting theory) dan peneliti memberikan bukti
bahwa manajer percaya bahwa media masa memiliki kemampuan mmbentuk ekspektasi
masyarakat. Kita juga berpendapat bahwa tingkat dan tipe pengungkapan sosial perusahaan,
dalam laporan tahunan adalah berhubungan langsung dengan persepsi manajemen tentang
perhatian masyarakat (teori legitimasi).
3. Pengembangan Hipotesis
Dengan menggunakan spesifikasi dalam BHP, maka hipotesis yang dambil adalah sebagai
berikut :
H1 Tingkat tingi (rendahnya) pemberitaan media cetak terhadap kinerja sosial dan
lingkungan BHP akan dikaitkan dengan tingkat tinggi (rendahnya) pengungkapan sosial dan
lingkungan yang dibuat BHP dalam laporan tahunannya.
Dalam keadaan, dimana perhatian media cenderung negatif dan tidak menguntungkan,
organisasi memiliki insentif yang lebih besar untuk memberikan pengungkapan yang lebih
posiitif (Brown dan Deegan, 1998) untuk memperkukuh atau mengembaikan legitimasinya.
Salah satu cara untuk menyadarkan masyarakat bahwa perusahaan bahwa kontrak sosial
memberikan perspektif positif bagi operasi perusahaan. Dengan demikian :
H2 Tinggi (rendahnya) tingkat yang tidak menguntungkan dari liputan media cetak
terhadap kinerja sosial dan lingkungan BHP berhubungan dengan tinggi (rendahnya)
pengungkapan sosial dan lingkungan yang dibuat oleh BHP dalam aporan tahunannya.
4. Metode Penelitian
Analisis data digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur perhatian media dan
pengungkapan sosial perusahaan. Krippendorff (1980) mendefinisikan analisis data sebagai
teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang replicable dan valid dari data dengan
konteks penelitian.
 Pertama, unit pencatatan dibuat. Ingram dan Frazier (1980) meyarankan sebuah kalimat
sebagai unit analisis. Kita mnggunakan kalimat dalam penelitian ini untuk mengukur
seberapa banyak pengungkapan laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan,
sebagian besar penelitian menggunakan pengukuran seperti umlah kata atau proporsisi
halaman.
 Kedua, kategori vang diklasifikan menjelaskan bahwa item dapat dimasukkan dalam
kategori khusus. Berdasarka pada hal ini, dimensi analisis konten artikel media dan
laporan tahunan BHP diklasifikasikan ke dalam klasifikasi lingkungan, energi, sumber
daya manusia, keterlibatan masyarakat, dan lain sebagainya.
 Ketiga, pengujian kode dilakukan pada sampel kalimat oleh satu anggota tim. Hal ini
untuk mengungkapkan ambiguitas dalam aturan koding dan memberikan sedikit saran,
tetapi membantu dalam merivisi klasifikasi.
 Keempat, akurasi dan reliabilitas koding dilakukan melalui pengujian dan pengujian
ulang oleh tim yang sama atas sampel data periode yang berbeda dan menyediakan
aturan koding dan data sampel untuk revieweer kedua yang digunakan untuk analisis.
 Kelima, aturan koding digunakan untuk meningkatkan reliabilitas dari koding semua
kalimat.
 Keenam semua kalimat relevan diberi kode.
 Terakhir, reviewer kedua memberikan kode lagi pada sampel data untuk memastikan
reliabilitas dan akurasi, menggunakan alpha (Krippendorff ,1980).
Pengklasifikasian ini digunakan untuk menguji H1, tetapi sebagai tambahan, untuk menguji
H2 dan mengikuti definisi Hogner (1982) dan Brown dan Deedan (1998) setiap artikel dalam
media cetak dikategorikan sebagai :
 Tidak menguntungkan : ketika isi mengindikasikan bahwa operasi/ strategi/ kinerja
BHP merugikan atau tidak sesuai dengan lngkungan sosial.
 Menguntungkan : kerika isi mengindikasikan bahwa operasi/ strategi/ kinerja BHP
bermanfaat dan sesuai dengan lingkungan sosial.
 Lainnya : ketika isi tidak mengindikasikan operasi/ strategi/ kinerja BHP bermanfaat/
merugikan untuk lingkungan sosial.
Laporan tahunan BHP diuji untuk periode 1983-1997. Isi dan isu, dan alasan pemilihan
kalimat telah disajikan. Pengungkapan positif dan negatif didefinisikan sama seperti yang
dijelaskan Hogner (1982) dan Deegan (1998) yaitu :
 Positif : informasi tentang aktivitas sosial perusahaan memiliki dampak positif atau
bermanfaat untuk masyarakat.
 Negatif : informasi tentang aktivitas sosial perusahaan memilikidampak negatif atau
merugikan bagi masyarakat.
 Netral : informasi tentang aktivitas sosial yang berpengaruh pada masyarakat tidak bisa
dikategorikan positif atau negatif.
5. Hasil dan Interpretasi
5.1 Liputan Media Cetak dan Tingkat Pengungkapan Sosial Perusahaan
Berdasarkan pada Tabel 1 sumber daya manusia, lingkungan, dan keterlibatan masyarakat,
dengan kategori “energi” dan “lainnya” mendapatkan sedikit perhatian dari media. Dan hasil
ini konsisten dengan hipotesis dalam jurnal ini. Dua permasalahan yang menarik perhatian
media (sumber daya manusia dan lingkungan dengan jumlah 93% dari liputan media) sejumlah
84% dari total pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan.
Untuk laporan tahunan, terdapat tren peningkatan pengungkapan sosial dan lingkungan
selama waktu penelitian. Berdasarka pada tabel 2 berbagai pengungkapan sosial dan
lingkungan dan liputan media untuk isu yang berbeda mennjukkan total bahwa pengungkapan
sosial dan lingkungan yang masih bersifat sukarela di Australia, mengalami peningkatan dalam
beberapa waktu. Pada tahun 1989 dan 1995 perhatian media terutama terkait dengan isu
kesehatan dan keselamatan karyawan. Tahun 1995, perhatian khususnya tertuju pada bencana
tambang Moura dimana banyak pekerja BHP yang meninggal. Secara keseluruhan, hubungan
antara total kalimat dalam laporan tahunan dan artikel media dan kalimat positif laporan
tahunan dan artikel media yang tidak menguntungkan adalah kuat, dengan koefisien hubungan
0,520, p< 0,05< dan 0,450, p<0,05. Dari tahun ke tahun, hbungan ini menarik, mungkin isu
khusus yang disajikan media memberikan dampak respon besar dalam laporan tahunan
perusahaan, kemudian isu lainnya diliput oleh media. Isu akan diinvestagasi secara singkat.
5.2 Hasil Uji H1
Hipotesis pertama didasarkan pada hubungan antara jumlah liputan media cetak terhadap
kinerja sosial dan lingkungan BHP dan tingkat pengungkapan sosial perusahaan dalam laporan
tahunannya. Hasil pengujian hubungan selama 15 tahun untuk setiap tema umum. H1
medukung tema lingkungan (koefisien hubungan 0.644) dan sumber daya manusia (0,578),
keduanya p < 0,05. Ini merupakan kedua isu yang paling banyak diungkapkan dalam media
dan laporan tahunan.
Lingkungan. Kategori lingkungan memiliki korelasi 0.6441, signifikansi 0,005. Dalam
tema lingkungan, tabel 4 menunjukkan 4 sub isu khusus dengan nilai p < 0,10, hal ini berkaitan
dengan polusi, standar, dan peraturan, pencegahan atau perbaikan kerusakan, dan review atau
dampak penelitian memiliki tingkat perhatian yang tebesar.
Energi. Tema energi menarik sedikit perhatian, dengan artikel media ang muncul hanya
pada tahun 1995 dan respon laporan tahunan pada tahun 1996.
Sumber daya manusia. Sub isu yang berkitan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja
menghasilkan level signifikansi 10%. Analisis ini mendukung H1 terkait denga isu kesehatan
dan keselamatan pekerja.
Keterlibatan masyarakat. Pola perhatian media dan pengungkapan laporan tahunan tidak
menunjukkan adanya korelasi (koefisien 0,989, p = 0,432). Namun, pengungkapan terkait
bantuan dan isu kompensasi kepada masyarkat memberikan pengaruh terhadap aktivitas
perusahaan (koefisien 0.989, p< 0,001) di tahun ketika operasi OK Tedi mendapatkan ekspos
media.
Kesimpulan dari H1 menunjukkan bahwa isu khusus yang mendapat perhatian besar dari
media juga memberikan dampak pada pengungkapan laporan tahunan yang lebih banyak
terkait isu tersebut.
5.3 Hasil Pengujian H2
BHP memprediksi bahwa semakin tinggi level yang tidak menguntungkan dari perhatian
media terhadap kinerja sosial dan ingkungan BHP akan berimplikasi pada tingginnya level
pengungkapan yang positif kinerja sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan BHP. Dari
total 892 kalimat dalam laporan tahunan yang dikumpulkan dalam penelitian ini, 783 positif,
dibandingkan dengan 464 dari 588 artikel media yang memperlihatkan dampak yang tidak
menguntungkan dari kinerja sosial atau lingkungan.
Lingkungan, Spearman’s rank-order menghasilkan koefisien korelasi 0,6640,
signifikansi p = 0,003. 3 sub- isu yang memiliki hubungan yang kuat (p< 0,10), sebagai
berikut :
(1) Polusi (Spearman’s rank-order dengan koefisien 0,3684, signifikansi 0,088)
(2) Standara dan peraturan (Spearman’s rank-order dengan koefisien 0,08126, dan
signifikansi 0,000)
(3) Pencegahan atau perbaikan kerusakan (Spearman’s rank-order dengan koefisien
0,5179, dengan signifikasi 0,024)
Ketiga isu di atas memberikan perhatian negatif yang paling besar dari media dan isu
lingkungan mendapat jumlah pengungkapan positif yang besar pulan dalam laporan tahuanan.
Berdasarkan pada tema lingkungan dan ketiga kategori diatas mendukung H2.
Energi. Hanya 11 kalimat dalam laporan tahunan disajiakan selama tahun penelitian
(semuanya positif). Konsisten dengan hipotesis (dan pengungkapan perusahaan yang rendah)
tidak ada artikel media yang negatif terkait tema ini untuk BHP dan tidak ada hubungan yang
dihasilkan. Hasil ini tidak mendukung H2.
Sumber daya manusia. ). Isu kesehatan dan keselamatan mendapat perhatian negatif yang
paling besar dari media dalam tema sumber daya manusia, dan memberikan pengungkapan
laporan tahunan positif yang besar pula. Hasil dari tema sumber daya manusia dan hasil sub
isu dari kesehatan dan keselamatan mendukung H2.
Keterlibatan masyarakat. Sama dengan keseluruhan tema, artikel media yang tidak
menguntungkan dan respon laporan tahunan positif sangat jarang, hanya terjadi pada tahun
tertentu. Hasil hubungan antara perhatian media yang tidak menguntungkan dan respon laporan
tahunan yang positif tidak mendukung H2.
5.4 keterlambatan waktu
Seperti yang telah dijelaskan di awal, salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji kemungkinan keterlambatan waktu dari pengungkapan sosial dan lingkungan. Baik
Brown dan Deegan (1998) dan O’Donovan (1999) menyatakan bahwa terdapat keterlambatan
waktu antara perhatian media dengan pengungkapan laporan tahunan, dan hal ini dijelaskan
berdasarkan reaksi manajer terhadap perhatian media. Hal ini juga konsisten dengan media
agenda setting theory yang mengemukakan bahwa perhatian media mempelopori “agenda
publik”. Berdasarkan pada hal tersebut, pengujian dilakukan lagi, terkait perhatian media
dalam waktu t, dengan pengungkapan laporan tahunan dalam waktu t + 1.
Temuan yang menunjukkan bahwa keterlambatan waktu tidak berpengaruh memiliki
alasan. Seperti yang telah diindikasikan pada awal jurnal, laporan tahunan perusahaan
Australia tidak dirilis selama kurang lebih 10 minggu seteah tanggal neraca. Seperti hasil
penelitian mencatat bahwa artikel media dalam tahun keuangan, hal ini memberikan
perusahaan paling tidak 10 minggu (hingga 62 minggu) untuk membuat pengungkapan sosial
dan lingkungan dalam laporan tahunan yang berhubungan dengan perhatian media.
6. Kesimpulan dan Implikasi
Pengujian empiris mendukung hipotesis pertama. Hipotesisi kedua, mengemukakan bahwa
manajemen akan merilis informasi positif sebagai respon atas liputan media yang tidak
menguntungkan dibenarkan. Mendukung kedua hipotesis juga ditemukan banyak sub isu
dalam berbagai tema pengungkapan (7 isu mendukung H1, dan 5 mendukung H2). Sub isu ini
yang mendapat perhatian paling besar dari media juga memberikan pengungkapan laporan
tahunan yang lebih besar pula. Berdasarkan pada hasil ini, mendukung motif legitimasi untuk
pengungkapan sosial perusahaan dan mendukung kesimpulan O’Donovan bahwa manajemen
membuat pengungkapan laporan tahunan sebagai respon atas liputan media.
Hasil kesimpulan dari penelitian ini kita dapat merefleksikan implikasi dari temuan.
Penelitian ini, dan penelitian lain memberikan bukti bahwa manajer mengungkapkan informasi
untuk melegitimasi perusahaan mereka dimana mereka beroperasi. Jurnal ini juga memberikan
bukti yang konsisten dengan pandagan bahwa semakin besar perhatian media akan mendorong
pengungkapan perusahaan yang lebih besar pula. Lebih khusus, ketika opini publik dianggap
merugikan, media pelaporan seperto laporan tahunan digunakan untuk mengembalikan opini
publik agar mendukung perusahaan. Apakah strategi ini berhasil bukan sesuatu yang
dipertimbangkan oleh peneliti. Terdapat banyak literaur yang menunjukkan bahwa media dapat
membentuk persepsi masyarakat tetapi terdapat jarang literatur tentang bagaiman laporan
tahunan terkait isu sosial dan lingkungan berpengaruh terhadap perhatian masyarakat. Hal ini
merupakan peluang untuk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya mengkin
mempertimbangkan apakah pengungkapan khusus yang lebih berhasil membentuk opini
beberapa kelompok relatif terhadap kelopok lainnya. Manajemen perusahaan harus percaya
bahwa pengungkapan membuat perbedaan (indikasi wawancara yang dlakukan O’Donovan
1999). Peluang lain untuk penelitian selanjutnya adalah menentukan apakah pertimbangan
manajemen bahwa beberapa kelompok stakeholder lebih mungkin dipengaruhi oleh
pengungkapan perusahaan. Apakah kelompok ini merupakan salah satu yang dicari manajer,
melalui pengungkapan laporan tahunan, untuk membentuk legitimasi? Lebih jauh, apakah
manajer mempertimbangkan bahwa beberapa kelompok lebih terpengaruh oleh media masa?
Pengungkapan legitimasi berarati bahwa perusahaan merespon perhatian khusus yang
muncul sehubungan dengan aktivitas operasi mereka. Keputusan untuk melakukan
pengungkapan didorong oleh pandangan manajemen bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui tentang aspek yang benar dari operasi perusahaan. Salah satu motivasi terkait
degan keberlangsungan perusahaan, di sisi lain motivasi nya terkait pertanggung jawaban.
Pengungkapan legitimasi dikaitkan dengan keberlangsungan perusahaan. Dalam juridiksi
seerti Australia, dimana terdapat sedikit peraturan untuk menyediakan informasi sosial dan
lingkungan, manajemen akan menyediakan informasi ketika mereka dipaksa untuk
melakukannya. Sebaliknya, dimana terdapat sedikit perhatian, maka akan terdapat sedikit
pengungkapan. Bukti yang ada dalam jurnal ini menyatakan bahwa tinggi nya tingakt
pengungkapan hany akan terjadi ketika timbul perhatian masyarakat , atau pada waktu dimana
ada peraturan khusus yang dikeluarkan untuk menghapuskan kebijakan pengungkapan
manajemen. Namun, jika aktivitas legitimasi perusahaan berhasil dibandingkan tekanan
masyarakat untuk pemerintah membuat peraturan terkait pengungkapan akan dikurangi dan
manajer akan mampu mengendalikan praktik pelaporan sosial dan lingkungan perusahaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Deegan, C. (2002). The legitimising effect of social and environmental disclosures–a
theoretical foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, 282 –
311.
Deegan, C., Rankin, M. & Tobin, J. (2002). An examination of the corporate social and
environmental disclosures of BHP from 1983-1997: A test of legitimacy theory. Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Vol 15, No 3, 312-343.
Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill, Australia.
Gaffikin, M. (2008). Accounting Theory: Research, Regulation and Accounting Practice.
Pearson Education. Australia.

Anda mungkin juga menyukai