Anda di halaman 1dari 11

CORPORATE GOVERNANCE

“Sap 6: Pembahasan Kasus PT Matahari Putra Prima Tbk”

Tugas ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban dalam perkuliahan Corporate Governance
Dosen: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si

Oleh Kelompok 6:

Ni Putu Krismayanti 1506305005 (03)

Ketut Ita Diantari 1506305043 (07)

Pande Putu Biantari Darmayanti 1506305052 (08)

I Gusti Ayu Satriyaning 1506305081 (12)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................ i

1.1 Profil PT. Matahari Department Store Tbk. ( MDS) ......................................1

1.2 Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP) .................................................1

1.3 Kronologi Permasalahan ................................................................................2

1.4 Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP .....................................4

1.4.1 Pelanggaran Regulasi ...............................................................................4

1.4.2 Pelanggaran Standar ................................................................................5

1.4.3 Pelanggaran Peraturan .............................................................................5

1.5 Penyelesaian Kasus ........................................................................................6

PENUTUP ................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

i
PEMBAHASAN KASUS

1.1 Profil PT. Matahari Department Store Tbk. ( MDS)


PT Matahari Department Store Tbk. adalah salah satu perusahaan ritel
terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,
produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau. Matahari
berubah nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk (MDS) sesudah menjadi
entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) pada tahun 2009. Asia
Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital Partners Asia menjadi
pemegang saham mayoritas Matahari pada bulan April 2010 sebesar 98,15%
(90.76% dibeli dari PT Matahari Putra Prima Tbk dan 7.24% dibeli dari PT. Pasific
Asia Holding Ltd) dan sisanya 1,85% dimiliki oleh publik dan lain-lain.

1.2 Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP)


PT Matahari Putra Prima Tbk. adalah perusahaan ritel Indonesia yang
merupakan anak perusahaan dari perusahaan Grup Lippo. Toko pertama PT
Matahari Putra Prima Tbk. terletak di Pasar Baru, Jakarta yang berdiri sejak 1958.
Pada tahun 1972, toko ini kemudian berkembang menjadi perintis departement
store pertama di Indonesia. Delapan tahun kemudian, toko dibuka di luar Jakarta
yaitu di Bogor dengan nama Sinar Matahari Bogor. Pada tahun 1992, perusahaan
melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Visi perusahaan adalah untuk menjadi ritel pilihan pertama para konsumen.
Sedangkan misinya adalah untuk membawa nilai produk fashion dan jasa yang
meningkatkan kualitas konsumen secara konsisten. Struktur kepemilikan saham
MPP adalah PT. Multipolar Tbk sebesar 50,01%, dan pemilik saham minoritas dan
lain-lain sebesar 43,21%. Setelah saham salah satu anak perusahaannya yakni
Matahari Departemen Store resmi terjual kepada CVC pada tanggal 26 Maret 2010,
tidak terdapat perubahan yang signifikan terhadap struktur kepemilikan tersebut,
hal ini menunjukan bahwa transaksi penjualan saham tersebut tidak memberikan
dampak besar bagi kepemilikan MPP.

1
Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint venture
dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity fund untuk
mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC). Struktur kepemilikan sahamnya
adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20% dimiliki oleh MPP. Pada tahun 2010 pula
MAC mengakuisisi 90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT. Pasific Asia
Holding Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar 98,15%.

1.3 Kronologi Permasalahan


Pada Januari 2010 Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan sales
purchase agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan
akuisisi terhadap anak perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan
total kepemilikan sebesar 90,76% melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia
Company Limited. Kemudian pada 5 Maret 2010, Matahari Putra Prima berniat
menggelar RUPS dengan agenda persetujuan penjualan saham tersebut. MAC
mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76% saham Matahari Putra
Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran tunai
sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa MAC,
20,72% saham preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi sebesar
Rp. 7,16 triliun. Selain membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC juga
berencana membeli saham Pasific Asia Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga total
kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar 80%.
Sementara seperti telah diketahui dari profil perusahaan tersebut, MAC
merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Matahari Putra Prima dan
CVC Capital Partners. Dimana MPP memiliki kepemilikan saham sebesar 20%
pada MAC dan CVC memiliki kepemilikan sebesar 80%. Hal ini tentu
mengindikasikan adanya insider trading yang dilakukan oleh MPP dan juga
terindikasi adanya praktek korporasi guna menaikan harga saham MDS.
Indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah aktivitas
perdagangan saham ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang mempunyai akses
tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang yang dikategorikan

2
sebagai orang dalam. Individu tersebut melakukan aktivitas trading dengan
memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses oleh publik. Seorang
investor dengan akses informasi dari dalam yang sebetulnya tidak dapat diakses
publik, bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan investor
lain dan investor lain yang tidak memperoleh informasi tersebut tentu akan merasa
dirugikan.
Selanjutnya, indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek
“penggorengan saham” atau pengumpulan saham, guna menaikan harga saham
MDS, dapat dilihat dari adanya lonjakan kenaikan harga saham MDS yang tidak
wajar dari akhir 2009 sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus mengenai
penjualan saham MDS kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham MDS
naik dari Rp. 50 per lembar ke tingkat harga Rp. 1350 per lembar pada tanggal 22
Januari 2010, beberapa hari sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS
kepada MAC. Lonjakan yang sangat signifikan tersebut membuat Bursa Efek
Indonesia curiga adanya kebocoran berita mengenai penjualan saham MDS kepada
MAC.
Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada MAC
tersebut, para pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak setara untuk
setiap pemegang saham MPP, pemegang saham mayoritas dirasa yang paling
diuntungkan dalam penjualan tersebut terutama PT. Multipolar Tbk yang
memegang saham terbesar (50,01%) MPP. PT. Multipolar Tbk merupakan anak
usaha dari Lippo Group. Hasil penjualan MDS menghasilkan dana tunai sebesar Rp
5,28 triliun yang selanjutnya akan digunakan untuk melunasi hutang kepada PT.
Multipolar Tbk sebesar Rp 3,4 triliun dan sisanya sebesar Rp. 1,88 triliun akan di
gunakan untuk membayar dividen para pemegang sahamnya dimana dividen untuk
Multipolar sebesar 50,01% ( Rp 940,1 jt) dan sisanya dibagikan untuk para
pemegang saham minoritas yakni PT. Star Pasific dan juga publik.
Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian
saham dengan menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk
membeli MDS yang sebesar Rp. 3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana
sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal dari dana pinjaman pada bank CIMB

3
Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS, jaminan terhadap kedua bank
tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli oleh MAC.
Selanjutnya, dana hasil pinjaman yang diperoleh Matahari Department Store
direncanakan untuk dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS pada
saat yang bersamaan.

1.4 Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP


1.4.1 Pelanggaran Regulasi
Menurut analisa pengamat, Yanuar berpendapat bahwa yang terjadi dalam
penjualan saham MDS kepada MAC adalah manipulasi pasar dan perdagangan
orang dalam, menipu dengan melibatkan pembiayaan perbankan atas transaksi
fiktif. Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Dalam kasus ini terdapar sejumlah unsur pidana, yaitu unsur menipu
(Pasal 90), unsur transaksi semu (Pasal 91) unsur orang dalam (Pasal 95), unsur
transaksi orang dalam (Pasal 96), dan unsur keuntungan pihak tertentu (Pasal
92). Menurut Yanuar, transaksi ini terjadi antar pemegang saham yang dibiayai
utang emiten ke perusahaan pemegang saham dan emiten mengambil utang ke
Bank CIMB Niaga dan Standard Chartered. Yanuar menganjurkan agar
Bapepam segera melakukan gelar perkara atas tidak terpenuhinya unsur menipu
Pasal 91, transaksi semu dan persekongkolan untuk membentuk harga. Dan
kemudian Pasal 92 terkait informasi orang dalam yang melibatkan kecurigaan
transaksi orang dalam (Pasal 95-96) secara terbuka di publik. Kemudian juga
terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas antara lain:
1) Pasal 3 Ayat 2 mengenai pemisahan antar kepentingan pemegang
saham dengan dengan kegiatan perseroan, guna melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas.
2) Pasal 84 Ayat 1 mengenai setiap satu saham memiliki satu hak suara
kecuali anggaran dasar menentukan lain. Jadi setiap pemegang saham
kecuali saham preferen berhak atas hak suaranya dalam RUPS.

4
3) Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi “RUPS dapat dilangsungkan jika dalam
RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang
dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih
besar”
4) Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham

1.4.2 Pelanggaran Standar


Ketika Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari OECD
maka pelanggaran standar yang dilakukan adalah terhadap prinsip- prinsip
OECD terutama pada prinsip ketiga yang berisi bahwa :“Tatakelola perusahaan
harus mampu memberikan kesetaraan perlakuan terhadap seluruh pemegang
saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.
Seluruh pemegang saham harus mendapatkan ganti rugi apabila terjadi
kecurangan atau penghilangan hak-haknya.”
Dari prinsip tersebut tentunya MPP telah melakukan pelanggaran yang
jelas karena telah dengan terbuka melakukan insider trading yang tentu telah
menghilangkan hak-hak pemegang saham minoritas. Insider Trading sendiri
telah secara dijelas dilarang dalam prinsip III B OECD, “Insider trading and
abusive self-dealing should be prohibited.”

1.4.3 Pelanggaran Peraturan


Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan
kepentingan, transaksi tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan
Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah diperbarui dengan Keputusan Ketua
Bapepam LK No: Kep-412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1 huruf e peraturan
tersebut, benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentngan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota direksi, anggota
dewan komisaris atau pemegang saham utama yang dapat merugikan
perusahaan dimaksud. Berikut transaksi yang mengandung benturan

5
kepentingan berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.1 yang berkaitan dengan
kasus Matahari:
1) Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham pemegang
saham utama, komisaris atau direksi menjadi pemegang saham atau
anggota direksi atau komisaris
2) Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur,
komisaris. Atau pemegang saham pengendali merupakan pemegang
saham, direktur atau komisaris
3) Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang saham
utama, direktur, komisaris menjadi pemegang saham, direktur, atau
komisaris

1.5 Penyelesaian Kasus


Kabar rencana penjualan 90,7% saham yang PT. Matahari Department Store
yang dimiliki PT. Matahari Putra Prima kepada PT. Meadow Indonesia, banyak
menuai protes dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai kecurangan dan
manipulasi yang di duga dilakukan oleh MPP seperti insider trading dan juga
“penggorengan saham” guna menaikan harga saham Matahari Department Store.
Menganggapi isu tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar modal
di Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut. Kemudian
Bapepam-LK menyelenggarakan pertemuan dengan pihak menejemen MPP. Pada
pertemuan tersebut Bapepam LK meminta kepada pihak menejemen MPP untuk
memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik mengenai transaksi yang
bernilai triliunan rupiah tersebut.
Setelah pertemuan yang pertama dengan menejemen MPP tersebut, Bapepam
LK kembali meminta kepada pihak menejemen MPP uuntuk memberikan
penjelasan kepada publik mengenai segala bentuk utang yang dimiliki MPP dan
juga rencana penggunaan dana hasil penjualan saham MDS sebesar Rp 7,16 triliun.
Dan kemudian memperoleh hasil bahwa hasil penjualan tersebut akan digunakan
untuk melunasi hutang MPP kepada PT. Multipolar dan juga untuk membagikan
dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.

6
Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa kurang
jelas, Bapepam-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS dan
membuat bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut dan
ditampilkan dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar pihak
pemegang saham minoritas pun dapat mengetahui tujuan dari penjualan saham
tersebut.
Pada akhirnya Bapepam-LK tetap mengalami kesulitan untuk mengumpulkan
bukti-bukti penyimpangan transaksi penjualan yang dilakukan MDS. Hal tersebut
dikarenakan transaksi yang terjadi dan pihak-pihak yang melakukan hanya sedikit
jumlahnya. Walaupun analisa Bapepam-LK menemukan indikasi transaksi
mencurigakan, tetapi untuk melakukan proses hukum memerlukan bukti yang
materiil.
Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna membahas
rencana penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder menyetujui
rencana penjualan tersebut. PT. Matahari Putra Prima pun secara resmi menjual
90,7% saham PT. Matahari Department Store kepada PT. Meadow Asia Company.

7
PENUTUP

2.1 Simpulan
Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang
materiil terhadap kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak menuai
protes. Namun transaksi insider trading dan praktek korporasi untuk menaikan
saham memanglah sangat jelas terlihat dalam transaksi tersebut terutama dalam dua
transaksi berikut:
1) MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010 dimana MAC
juga baru dibentuk pada tahun tersebut dan MPP memiliki 20%
kepemilikan terhadap MAC. Pada saat isu penjualan saham tersebut
muncul harga saham MDS melonjak naik.
2) Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana yang
dipinjam oleh MPP kepada dua bank CIMB Niaga dan Standard Chartered
dengan jaminan 90,7% saham MDS, yang kemudian dana tersebut
dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS.

2.2 Saran
1) Kepada BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia diharapkan terus
mengawasi apabila terdapat tindak kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan dan memberi sanksi yang tegas apabila kecurangan tersebut
telah terbukti.
2) Kepada Investor agar terus mengawasi dan waspada terhadap operasi
perusahaan dan hendaknya mengajukan keberatan apabila merasa telah
terjadi perampasan hak ataupun tindak kecurangan.

8
DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.

BAPEPAM.2009. Peraturan No.IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan


Kepentingan, Jakarta: Departemen Keuangan dan Bapepam RI

Rahardian,Inda.2016. Kasus PT Matahari Putra Prima Tbk.


https://www.scribd.com/doc/299291548/Kasus-Pt-Matahari-Putra-Prima-
Tbk. Diakses 12 Maret 2018.

Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas,


Jakarta: Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai