Anda di halaman 1dari 13

BUKU PEDOMAN

PRAKTIKUM HISTOLOGI
SEMESTER V

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
TIM PENYUSUN

Muthmainah, dr., M.Kes


Endang Listyaningsih S., dr., M.Kes
Suyatmi, dr., MbiomedSc
Tri Agusti Sholikah, dr., M.Sc

ii
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan buku Pedoman Praktikum Histologi
Kulit.

Buku ini merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum pendidikan
kedokteran untuk semester V. Materi yang ditulis pada buku ini merupakan bagian dari
materi pembelajaran blok Kulit.

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan buku ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan bila ada kekurangan kami menerima setiap masukan
untuk perbaikan buku ini.

Surakarta, Agustus 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Tim Penyusun ........................................................................................................ ii

Kata Pengantar ...................................................................................................... iii

Daftar isi ................................................................................................................ iv

Histologi Kulit (Sistem Integumen) ..................................................................... 1

Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... 1

Penjelasan Umum ................................................................................................. 1


A. Epidermis ......................................................................................................... 1
B. Dermis ............................................................................................................. 3
C. Subkutan .......................................................................................................... 4
D. Adneksa Kulit ................................................................................................... 4

Pengamatan Mikroskopis Kulit ............................................................................. 7


A. Kulit Kepala Potongan Tegak Lurus Permukaan ............................................. 7
B. Kulit Kepala Potongan Sejajar Permukaan ...................................................... 7
C. Kulit Pollux Potongan Tegak Lurus Permukaan .............................................. 8

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 9

iv
HISTOLOGI KULIT
(SISTEM INTEGUMEN)

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur histologis kulit sesuai dengan hasil


pengamatannya dari preparat histologis.

Penjelasan Umum:

Secara histologis kulit terdiri atas epidermis, dermis, dan subkutan. Di dalam kulit
juga ditemukan adanya derivat-derivat kulit atau alat-alat tambahan (adneksa) kulit seperti:
rambut, kuku, kelenjar sebacea, dan kelenjar sudorifera.

A. Epidermis
Epidermis disusun oleh epitel skuamosa kompleks yang mengalami penandukan dan
terbagi dalam lapisan–lapisan. Lapisan tersebut adalah:

1. Srtatum korneum / lapisan tanduk


Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel pipih yang telah mati tanpa inti. Sitoplasma
sel diganti dengan zat tanduk (keratin). Pada bagian superfisial, lapisan ini selalu
mengalami pengelupasan (desquamasi).
2. Stratum lusidum / lapisan bening
Lapisan ini tampak hanya pada kulit yang tebal seperti pada telapak kaki dan telapak
tangan. Terdiri dari beberapa lapis sel pipih yang tampak pucat, tanpa inti dan pada
sitoplasmanya mengandung tetes-tetes eleidin.
3. Stratum granulosum / lapisan berbutir
Lapisan ini terdiri dari tiga sampai lima lapis sel pipih, inti sel tampak di tengah sel
dan sitoplasma terisi oleh granula-granula basofilik kasar yang disebut dengan
granula keratohialin. Granula ini nantinya akan diubah menjadi tetes-tetes eleidin
pada stratum lusidum dan selanjutnya akan diubah menjadi keratin pada stratum
korneum.
4. Stratum spinosum / lapisan taju / prickle cell layer
Stratum ini terdiri dari beberapa lapis poligonal, dimana sel-selnya semakin ke arah
superfisial bentuknya semakin pipih. Inti sel tampak di tengah, sitoplasma
membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan sel dan terisi berkas-berkas filamen
yang disebut tonofibril. Tonjolan ini akan bertemu dengan tonjolan sitoplasma sel
yang lain dan berakhir pada tautan khusus “desmosom”. Dengan adanya struktur
tersebut akan memperkuat adesi antar sel pada lapisan ini. Pada kulit yang sering
mendapat tekanan / gesekan akan memperlihatkan stratum spinosum dengan lebih
banyak tonofibril. Dengan adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma pada permukaan sel
yang terisi dengan tonofibril-tonofibril, maka pada mikroskop cahaya stratum
spinosum memberi gambaran seperti taburan duri (lapisan sel berduri / prickle cell
layer).
5. Stratum basal / germinativum / silindrikum / lapisan benih
Stratum ini terdiri dari selapis sel kubis atau silindris dengan sumbu panjang sel
tegak lurus dengan permukaan kulit. Lapisan ini pada bagian basalnya melekat pada
membrana basalis. Desmosom dalam jumlah besar menghubungkan sel-sel dalam
lapisan ini. Hemidesmosom ditemukan pada bagian basal sel lapisan ini dan
menghubungkannya dengan membrana basalis. Stratum basal ditandai dengan
aktivitas mitosis yang hebat dan secara kontinyu mengadakan pembaharuan sel-sel
epidermis di lapisan atasnya. Jadi stratum basal merupakan pusat regenerasi dari
epidermis kulit. Epidermis manusia diperbaharui kira-kira setiap 15 – 30 hari.
Stratum spinosum dan stratum basal sering dianggap sebagai satu kesatuan yang disebut
dengan stratum malfigi. Pada beberapa buku disebutkan bahwa selain kelima lapisan
tersebut, pada epidermis masih ada satu lapisan lagi yang disebut dengan stratum
disjunctivum (stratum disjunctum). Lapisan ini merupakan bagian dari stratum korneum
yang terletak paling superfisial dimana sel-selnya selalu mengalami pengelupasan
(desquamasi).

Pada epidermis, selain terdapat sel-sel keratinosit (sel-sel epitel yang mempunyai
tendensi membentuk keratin), terdapat pula sel-sel lain yaitu: melanosit, sel merkel, sel
langerhans / langhan dan limfosit.

1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel utama yang menyusun lapisan-lapisan pada epidermis. Sel-
sel pada lapisan basal secara kontinyu mengalami mitosis untuk menggantikan sel-sel
pada lapisan bagian atas yang mengalami kematian dan pengelupasan. Sel-sel pada
bagian superfisial mengalami penandukan/keratinisasi yang selanjutnya mengalami
kematian dan akhirnya mengalami pengelupasan.

2. Melanosit
Melanosit merupakan sel penghasil pigmen melanin. Pigmen ini memberikan warna
coklat kehitaman pada kulit. Melanosit mempunyai badan sel yang berbentuk bulat
dengan tonjolan-tonjolan sitoplasma yang panjang. Sel ini terdapat dalam lapisan basal
epidermis dan tonjolan-tonjolan sitoplasmanya berjalan diantara sel-sel keratinosit
sekitarnya.
Pigmen melanin disintesis dalam melanosom yang terdapat di dalam melanosit.
Melanosom yang penuh terisi pigmen melanin disebut dengan granula melanin.
Granula melanin selanjutnya bergerak menuju tonjolan-tonjolan sitoplasma melanosit,
dan selanjutnya dipindahkan / dicurahkan ke dalam sel keratinosit. Sebuah melanosit
bersama-sama dengan sejumlah sel keratinosit epidermis yang diberi pigmen
melaninnya disebut dengan unit melanin epidermal.

3. Sel Merkel
Sel-sel merkel umumnya terdapat pada lapisan basal epidermis kulit yang tebal seperti
telapak kaki dan tangan. Morfologi sel ini mirip dengan sel epidermis tetapi di dalam
sitoplasmanya terdapat granula-granula kecil yang padat. Mengenai kandungan kimia
dari granula-granula ini belum diketahui secara pasti. Pada dasar sel-sel ini melekat
ujung-ujung saraf bebas sehingga terbentuk korpuskulum merkeli atau diskus merkel
yang merupakan mekanoreseptor sensoris.

4. Sel Langerhans / Langhan


Sel ini berbentuk bintang / stelat mirip dengan melanosit, tetapi tidak menghasilkan
pigmen melanin. Sel ini terutama ditemukan pada stratum spinosum epidermis.
Pengecatan impregnasi emas klorida akan menghitamkan sel ini dan bentuk stelatnya

2
menjadi sangat jelas. Sel langerhans memiliki reseptor permukaan dan petanda
imunologik serupa dengan yang terdapat pada makrofag, sehingga sel ini mempunyai
kemampuan fagositosis dan mempresentasikan antigen kepada limfosit (sebagai sel
APC / Antigen Presenting Cell). Jadi sel ini merupakan bagian dari sistem imunologik
kulit (SALT / Skin Associated Lymphoid Tissue).

5. Limfosit
Sebagian besar limfosit yang berada di epidermis adalah jenis limfosit-T imatur (belum
matang). Tahap-tahap awal maturasi sel ini berlangsung di timus, dan maturasi
selanjutnya berlangsung di epidermis kulit dengan bantuan suatu zat ( mirip timopoietin
yang dihasilkan timus) yang dihasilkan oleh sel keratinosit. Bila ada antigen masuk ke
dalam epidermis maka antigen akan difagositosis dan dipresentasikan oleh sel
langerhans kepada limfosit, sehingga limfosit menjadi teraktivasi. Limfosit yang
teraktivasi pada tahap selanjutnya akan berproliferasi sehingga jumlanya menjadi
banyak dan kemudian akan tersebar melalui pembuluh limfe ke seluruh tubuh. Jadi
dapat dikatakan bahwa limfosit bersama-sama dengan sel langerhans dan sel keratinosit
membetuk kesatuan yang menjalankan fungsi imunologik kulit.

Gambar 1. Lapisan-lapisan pada kulit

B. Dermis
Dermis atau korium kulit merupakan jaringan pengikat longgar yang menyongkong
epidermis dan berfungsi menghubungkan antara epidermis dan subkutan. Permukaan
luarnya sangat ireguler dan membentuk papila-papila yang bertautan dengan epidermis.
Dalam dermis dijumpai banyak pembuluh darah, pembuluh limfe, akhiran saraf, folikel
rambut, serta kelenjar-kelenjar kulit. Secara histologis dermis terdiri atas lapisan papilaris
dan lapisan retikularis.

1. Lapisan papilaris
Lapisan papilaris tipis dan disusun oleh jaringan pengikat longgar. Pada lapisan ini
dapat ditemukan adanya sel fibroblas serta sel jaringan ikat lainya terutama sel mast
dan makrofag. Pada papila dermis dapat dijumpai unsur-unsur pembuluh darah yang
berfungsi memberi nutrisi kepada epidermis secara difusi. Di dalam papila juga
3
terdapat unsur saraf yaitu korpuskulum Meissner yang merupakan organ reseptor untuk
menerima rangsang taktil/raba.
2. Lapisan retikularis
Lapisan retikularis lebih tebal daripada lapisan papilaris. Lapisan ini disusun oleh
jaringan pengikat padat ireguler. Jaringan ini terutama terdiri dari serabut kolagen yang
tersusun tidak teratur. Selain itu juga mengandung serabut elastis yang berfungsi
memelihara elastisitas kulit.

C. Subkutan
Lapisan subkutan disebut juga hipodermis, merupakan jaringan pengikat longgar yang
mengandung sel-sel lemak dengan jumlah bervariasi sesuai daerah tubuh dan status gizi
seseorang. Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di
bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser di atasnya. Suplai vaskular yang luas di
lapisan subkutan dapat meningkatkan ambilan insulin dan obat yang disuntikkan ke
dalam jaringan ini secara cepat. Pada lapisan ini juga dapat dijumpai akhiran saraf
Korpuskulum Vater Paccini yang merupakan reseptor untuk menerima rangsang tekanan.

D. Adneksa Kulit
Di dalam kulit terdapat alat-alat tambahan (adneksa) kulit berupa: rambut, kuku, kelenjar
minyak (sebasea), dan kelenjar keringat (sudorifera).

1. Rambut
 Rambut terdiri dari batang rambut yang tampak dari luar (tidak tertanam di dalam
kulit) dan akar rambut yang tertanam di dalam kulit. Rambut secara mikroskopis
tersusun oleh tiga lapisan yang tersusun konsentris (dari dalam ke luar) adalah:
medula, korteks dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh bangunan berbentuk
tabung yang disebut folikel rambut.
 Folikel rambut pada bagian ujung distalnya mengalami penggembungan /
pembesaran yang disebut bulbus rambut. Ujung distal bulbus rambut ditakik oleh
jaringan ikat dermis sehingga terbentuk suatu papila yang tersusun oleh jaringan ikat
dermis. Pada papila ini banyak terdapat kapiler darah yang berfungsi memberi
nutrisi pada rambut, sehingga kerusakan yang fatal / permanen pada papila ini dapat
mengakibatkan rambut mati atau tidak dapat tumbuh kembali. Adapun pusat
regenerasi rambut terletak pada sel-sel epitel folikel rambut yang terdapat di sekitar
papila ini. Di antara sel-sel epitel sebagai pusat regenerasi ini, terdapat melanosit
yang menghasilkan pigmen melanin yang memberikan warna hitam pada rambut.
 Folikel rambut yang berbentuk tabung dan membungkus akar rambut, secara garis
besar terdiri dari dua lapisan yaitu: selubung akar dermal di sebelah luar dan
selubung akar epidermal di sebelah dalam. Selubung akar dermal berupa jaringan
pengikat yang identik dengan dermis kulit, sedangkan selubung akar epidermal
berupa jaringan epitel yang identik dengan epidermis kulit. Pada selubung akar
dermal dapat dijumpai adanya perlekatan salah satu ujung dari berkas muskulus
erektor pilli (dimana ujung yang satunya melekat pada papila dermis). Apabila otot
ini berkontraksi dapat menyebabkan rambut menjadi berdiri tegak. Diantara
selubung akar dermal dan epidermal terdapat glassy membrane/ membran
kemaca/membran vitrea yang identik dengan membrana basalis yang terletak di
bawah epidermis kulit.
 Selubung akar epidermal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua lapisan
yaitu vagina eksterna (selubung akar epidermal luar) dan vagina interna
4
(selubung akar epidermal dalam). Vagina eksterna terdiri dari dua bagian yang
masing-masing identik dengan stratum basal (di bagian luar) dan stratum spinosum
(di bagian dalam). Sedangkan vagina interna terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut
dari luar ke dalam adalah: lapisan henle, lapisan huxley, dan lapisan kutikula.
Lapisan henle identik dengan stratum granulosum epidermis, lapisan huxley identik
dengan stratum lusidum epidermis, dan kutikula vagina interna identik dengan
stratum korneum epidermis. Kutikula vagina interna ini berhubungan langsung
dengan kutikula rambut, dan posisi sel-sel pada kedua kutikula ini saling tumpang
tindih (saling menyisip atau saling mengunci).

Gambar 2. Penampang bujur rambut beserta folikel rambut.

5
Gambar 3. Penampang lintang rambut beserta folikel rambut.

2. Kuku
Kuku merupakan lempeng-lempeng yang mengalami penandukan yang terdapat pada
permukaan dorsal ujung-ujung jari. Lempeng kuku identik dengan stratum lusidum
epidermis. Lempeng kuku terdiri dari badan kuku yang tampak dari luar dan akar kuku
yang tertanam dalam kulit. Di bawah lempeng kuku terdapat dasar kuku yang berfungsi
sebagai penyokong atau penopang lempeng kuku. Dasar kuku identik dengan lapisan
epidermis bagian bawah dan dermis.

3. Kelenjar sebacea
Kelenjar sebasea disebut pula dengan kelenjar palit. Kelenjar ini terletak di dalam
dermis dan umumnya bermuara pada bagian atas folikel rambut.
 Menurut morfologinya kelenjar sebacea merupakan kelenjar asiner bercabang
simpleks. Pars ekskretoriusnya berupa duktus yang pendek, lebar, tidak bercabang
dan dilapisi epitel squamous kompleks. Pars sekretoriusnya berupa asinus-asinus
(karena jumlah asinus banyak, seolah-olah asinusnya bercabang-cabang). Pada
bagian basal asinus terdapat sederetan sel kubis kecil melekat pada membrana
basalis yang tipis. Sel-sel di dalam asinus makin ke tengah ruang asinus maka sel-
selnya semakin besar dan berisi tetes-tetes lemak.
 Berdasarkan cara pengeluaran sekretnya kelenjar sebacea merupakan kelenjar
holokrin yaitu kelenjar yang sekretnya dikeluarkan bersama-sama dengan seluruh
bagian sel kelenjar. Jika tetes-tetes lemak yang disintesis oleh masing-masing sel
sudah memenuhi sel maka sel-sel tersebut pecah dan sekret (tetes-tetes lemak)
keluar dari asinus kelenjar bersama-sama dengan seluruh bagian (serpihan-serpihan)
sel yang pecah tadi. Sekret kelenjar sebasea disebut dengan sebum terdiri dari
campuran kompleks lipid yang mengandung trigliserida, asam lemak bebas dan
kolesterol beserta ester-esternya. Aliran sekret kelenjar sebasea adalah kontinyu, dan
gangguan pada sekresi aliran normal merupakan salah satu faktor penyebab
timbulnya jerawat.

4. Kelenjar sudorifera
Kelenjar keringat atau kelenjar sudorifera tersebar luas dalam kulit. Daerah-daerah
tubuh tertentu tidak dijumpai adanya kelenjar ini, misalnya pada glans penis. Kelenjar
ini dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: kelenjar keringat tipe sejati/ekrin dan tipe
besar/modifikasi kelenjar keringat.

6
a. Kelenjar keringat sejati
Kelenjar keringat sejati terletak di dalam dermis. Berdasarkan morfologinya
kelenjar tipe sejati ini merupakan kelenjar tubuler bergelung simpleks. Pars
ekskretorius berupa duktus yang agak berkelok-kelok, tidak bercabang dan bermuara
pada pori-pori kulit. Dinding duktus dilapisi oleh epitel berlapis kubis yang melekat
pada membrana basalis. Pars sekretoriusnya berbentuk tubulus bergelung, dengan
diameter lebih besar daripada pars ekskretorius. Dinding pars sekretorius dilapisi
oleh epitel selapis silindris atau selapis kubis yang melekat pada membrana basalis
yang tebal. Diantara sel epitel pars sekretorius dan membrana basalis terdapat
mioepitel yang berfungsi membantu mengeluarkan sekret dari kelenjar. Sel-sel epitel
pars sekretorius dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: sel gelap (dark cell) dan
sel jernih (clear cell). Dark cell, di dalam sitoplasmanya banyak mengandung
retikulum endoplasmik granuler dan granula-granula sekretorik yang mengandung
glikoprotein. Clear cell, di dalam sitoplasmanya mengandung sedikit retikulum
endoplasmik granuler dan tidak dijumpai granula sekretorik, dan pada bagian basal
sel sering terdapat invaginasi membran plasma.
Berdasarkan cara pengeluaran sekretnya, kelenjar keringat sejati merupakan
kelenjar merokrin. Pada kelenjar merokrin sekret dikeluarkandari kelenjar tanpa
diikuti oleh keluarnya bagian-bagian dari sel kelenjar.

b. Kelenjar keringat besar


Kelenjar keringat besar atau modifikasi kelenjar keringat merupakan
kelenjar apokrin, yaitu kelenjar yang sekretnya dikeluarkan bersama-sama dengan
sebagian sitoplasma (bagian apikal) sel kelenjar. Ukuran kelenjar ini lebih besar
daripada kelenjar keringat sejati. Kelenjar terletak di dalam subkutan, dan pada
umumnya bermuara pada folikel rambut. Sekret kelenjar lebih kental daripada sekret
kelenjar tipe sejati. Yang merupakan kelenjar keringat besar atau modifikasi kelenjar
keringat antara lain: kelenjar aksilla, kelenjar areola mamae, kelenjar mammae,
kelenjar Moll pada kelopak mata, dan kelenjar Cerumen pada telinga.

Pengamatan Mikroskopis Kulit

A. Kulit Kepala Potongan Tegak Lurus Permukaan:

Tampak epidermis dengan lapisan-lapisannya. Dermis terdiri atas lapisan papilaris yang
tersusun oleh jaringan pengikat longgar dan lapisan retikularis yang terdiri atas jaringan
pengikat padat tidak teratur (fibrous irregular). Pada subkutan didapatkan jaringan
pengikat longgar dengan sel-sel lemak. Adneksa kulit yang tampak adalah rambut dengan
folikel rambut, kelenjar sebacea, dan kelenjar sudorofera. Pada rambut dan folikel rambut
tampak bagian-bagian sebagai berikut:
1. Rambut yang terdiri atas lapisan medula, korteks, dan kutikula rambut.
2. Selubung akar epidermal yang terdiri atas: vagina interna (terdiri dari kutikula, lapisan
Huxley, dan lapisan Henle) dan vagina eksterna.
3. Membrana vitrea (glassy membrane)
4. Selubung akar dermal.
Pada selebung akar dermal melekat muskulus erektor pilli. Kelenjar sebacea tampak
sebagai kelenjar asiner bercabang simpleks yang bermuara pada folikel rambut. Kelenjar

7
sudorifera (kelenjar keringat sejati) tampak sebagai kelenjar tubuler bergelung simpleks
yang bermuara pada pori-pori kulit.

B. Kulit Kepala Potongan Sejajar Permukaan:


Tampak potongan melintang rambut dan folikel rambut. Rambut tampak
dikelilingi/dibungkus oleh folikel rambut. Bagian rambut, dari dalam (sentral) ke arah luar
(tepi) terdiri dari: lapisan medula, korteks, dan kutikula rambut. Pada folikel rambut
tampak bagian-bagian yang menyusunnya dari bagian dalam (sentral) ke arah luar (tepi),
yaitu: Selubung akar epidermal yang terdiri atas vagina interna (terdiri dari kutikula,
lapisan Huxley, dan lapisan Henle) dan vagina eksterna; Membrana vitrea (glassy
membrane); Selubung akar dermal. Diantara folikel-folikel rambut tampak jaringan
pengikat padat ireguler dari lapisan retikuler dermis.

C. Kulit Pollux Potongan Tegak Lurus Permukaan:


Pada preparat dapat diamati lapisan-lapisan pada epidermis dari stratum basal, spinosum,
granulosum, lusidum, dan korneum. Tampak lapisan korneum sangat tebal, demikian pula
lapisan lusidum tampak terang dan jelas. Dermis terdiri atas lapisan papilaris (tersusun
oleh jaringan pengikat longgar) dan lapisan retikularis (tersusun oleh jaringan pengikat
padat ireguler). Sedang pada subkutan tersusun oleh jaringan pengikat longgar dengan sel-
sel lemak.

8
Daftar Pustaka

Bloom W and Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi. Alih bahasa: dr. Jan Tambayong.
Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Eroschenko VP. 2013. Atlas Histologi diFiore. Alih bahasa: Pendit BU. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mescher AL. 2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. Alih bahasa: Dany F. Edisi
ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai