Oleh
Kelompok Tutorial XI :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Perubahan
Perilaku Kesehatan ”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok I pada skenario terakhir.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg.Niken Probosari, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang dokter gigi bekerja di puskesmas melihat kondisi kebersihan rongga
mulut di masyarakat rendah, terutama pada anak-anak. Hasil observasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang melakukan kebiasaan sikat
gigi hanya pada saat mandi. Dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk merubah
perilaku gosok gigi tersebut kearah perilaku sehat. Teori-teori perubahan perilaku
dan bentuk perubahan perilaku dipelajarinya kembali untuk memahami situasi yang
dihadapinya dan menentukan langkah-langkah agar strategi yang diterapkannya
berhasil. Strategi yang dipilihnya untuk mendapatkan perubahan perilaku sikat gigi
tersebut adalah memberikan penyuluhan dan gosok gigi bersama di sekolah sekolah.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan informasi untuk memotivasi
warga sekolah agar memilki perilaku yang mendukung status kesehatan gigi
mulutnya. Selain itu, drg juga memberikan hadiah sikat gigi pada siswa sebagai
motivasi untuk berperilaku sehat
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
● Teori SOR
Pada teori SOR, perubahan perilaku seseorang itu tergantung dari stimulus
yang di berikan. Apabila rangsangan yang di terima lebih besar dari stimulus
yg di terima di masyarakat maka akan terjaddi suatu perubahan perilaku.
Teori ini menyebutkan bahwa cara merubah suatu perilaku dengan
meyakinkan seseorang untuk berubah. Caranya dengan gaya bicara yang baik
sesuai dengan kemampuan bahasa masyarakat sekitar, percaya diri,
pengetahuan yang kita miliki.
● Teori Festingger/ dissonens
Pada teori ini perilaku seseorang dapat berubah apabila terterjadi jika ada
perbedaan yang terjadi dalam status kesehatannya dan keinginannya. Contoh
: ibu hamil yang memeriksakan keadaan kehamilannya karena terdapat
gangguan pada kehamilannya.
● Teori kaatz
Perubahan perilaku seseorang tergantung dengan stimulus yang di butuhkan.
. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan
orang (subyek). Jika melakukan penyuluhan materi yang kita bawakan harus
sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat
● Teori driving force
Selama proses perubahan perilaku pasti akan terdapat dua kekuatan yang
saling bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang
menolak. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya
perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut.
8
sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku
sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud dalam
adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta adanya
referensi dari pribadi yang dipercaya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu:
a. Faktor sisoal : eksternal. Lingkungan yang baik mendukung perilaku
kesehatan
b. Faktor kepribadian : karakteristik individu dan penilaian suatu pada individu
tersebut dan pengalaman
c. Faktor emosi : ketakutan subyek dan harapan yang ingin di capai seseorang
untuk merubah perilaku.
Pendapat lain mengatakan bahwa perilaku di pengaruhi oleh faktor intern dan
ekstern
a. Factor Intern adalah factor dari dalam diri manusia sendiri
b. Factor Eksternal merupakan factor yang berasal dari lingkungan. Factor
eksternal terdiri dari 2 faktor:
- faktor ketertutupan masyarakat adalah minat masyarakat dalam menerima
penyuluhan tidak terlalu besar
- keterbukaan masyarakat adalah minat masyarakat dalam menerima
penyuluhan besar
9
e. Pemeliharaan: individu sudah melakukan perilaku hidup sehat sudah lebih dari
6 bulan
- Perubahan pengetahuan : dengan pretest dan post test penyuluhan ( apa yang
ada di pikiran seseorang) dengan membandingkan pretest, post test dan
evaluasi.
- Mengamati perubahan sikap : dilakukan dengan kuisioner setuju / tidak setuju /
kurang setuju / sangat setuju dengan evaluasi menggunakan skor. Menilai
mindset seseorang terhadap masalah.
- Mengamati perubahan keterampilan : membuat pedoman sesuai dengan usia
dan ceklist. Misal : melakuakn penyuluhan menggosok gigi dengan benar.
Dengan melihat seseorang tersebut saat melakukan gosok gigi dengan ceklist
seseorang tersebut melakukan atau tidak melakuakn sesuai dengan
keterampilan yang kita ajarkan.
4. Bagaimana cara memilih strategi yang terbaik dalam merubah perilaku
masyrakat?
Berikut Macam macam strategi untuk merubah perilaku kesehatan :
- Paksaan : dengan memaksa khalayak seperti dengan cara peraturan perundang
udangan dll. Ex : peraturan imunisasi wajib bagi masyarakat
- Persuasif : mengajak dengan cara iklan, poster, diskusi, face to face, pamflet.
- Fasilitasi : dengan sarana praasarana. Contoh : baksos
- Edukasi : dengan penyuluhan
- Diskusi partisipatif : komunikasi secara 2 arah. Tidak hanya kita yang
memberikan edukasi, namun ada feedback
10
panjang namun tidak mudah kembali ke perilaku semula. Namun jika perubahan
perilaku dengan paksaan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang cepat namun
cepat kembali kepada perilaku semula.
Pendapat lain mengatakan bahwa strategi perubahan perilaku yang lebih baik
adalah melalui fasilitas. Yaitu dengan adanya fasilitas yang memadai maka
masyarakat akan lebih cepat untuk merubah kebiasaan. Contohnya yaitu dengan
adanya puskesmas, maka merubah suatu perilaku masyarakat yang biasanya berobat
ke dukun atau pengobatan alternative lebih memilih untuk ke puskesmas.
5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah perilaku
kesehatan?
(PR)
11
2.4.STEP 4 Mapping
Peilaku awal
stimulus
Respon
12
2.6. STEP 7
2.6.1. Learning Objective 1. Mahasiswa mampu memahami definisi
perubahan perilaku dan motivasi
A. Definisi Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang menyangkut tentang
perilaku hidup sehat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku merupakan tujuan
utama dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang
program kesehatan lainnya (Nugroho, 2008).
B. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi.
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, berasal dari
kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat
kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut
juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. (Sobur, 2009).
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menujuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau
perbuatan. (Sobur, 2009).Sobur (2009) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti
membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang
atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau
tujuan. Sehingga dapat diartikan bahwa motivasi dalam kesehatan artinya suatu
gerakan atau dorongan yang muncul baik dari dalam diri seseorang ataupun dari
lingkungan mereka untuk dapat meningkatkan taraf kesehatan hidup dirinya sendiri
ataupun orang-orang di sekitarnya.
13
Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation decision
process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu,
sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai
dengan pada saat dia menerima atau menolak ide baru tersebut. Mula-mula Rogers
dibantu oleh rekannya bernama Shoemaker (1971), menyatakan bahwa proses adopsi
inovasi itu melalui 5 tahapan, yaitu : mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru
(awareness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberikan
penilaian (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka
individu tersebut setuju untuk menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono,
1997).
14
keputusan untuk menerima atau justru menolak ide baru tersebut. Namun, sebaiknya
petugas/pendidik kesehatan tidak cepat merasa puas jika suatu ide telah diterima,
sebab kini individu mulai memasuki tahap penguatan (confirmation), dimana dia
meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang telah diambilnya itu.
Bila lingkungan memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru itu (adopsi)
tetap dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan,
terutama dari kelompok acuannya, maka adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan
individu kembali lagi ke perilakunya yang semula. Sebaliknya, suatu penolakan
pundapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan
dukungan agar individu menerima ide baru tersebut (Sarwono, 1997).
b. Teori S-O-R
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab
atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi
stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi
ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif
(menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil
15
perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance)
(Priyono, 2014).
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori
fungsi (Priyono, 2014) :
HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk memprediksi
dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan perempuan pada
1970-an dan 1980-an (Hall, 2012). HBM digunakan untuk membantu
mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen, Brodkin, dan
Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan mengambil tindakan untuk
mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai monitor untuk penyakit atau
kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika mereka: (1) menganggap diri
mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi tertentu, (2) percaya bahwa kondisi
16
tertentu memiliki konsekuensi yang serius, (3) percaya bahwa tindakan baik akan
mengurangi kerentanan mereka atau mengurangi keparahan kondisi, dan (4) percaya
bahwa kondisi tertentu dapat mengantisipasi hambatan (atau biaya) dengan
mengambil tindakan yang sebanding dengan keuntungan dan (5) kombinasi
kerentanan yang dirasakan dan tingkat keparahan yang dirasakan atau sering disebut
sebagai ancaman.
17
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan
keparahan telah diberi label sebagai ancaman.
3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat yang
dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman
penyakit. Persepsi non-kesehatan lainnya, seperti penghematan keuangan yang
berkaitan dengan berhenti merokok atau menyenangkan keluarga anggota
dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi keputusan perilaku.
Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan optimal dalam kerentanan
dan keparahan yang tidak diharapkan untuk menerima tindakan kesehatan yang
dianjurkan dan mereka juga menganggap tindakan yang dilakukan sebagai
sesuatu yang berpotensi menguntungkan dan mengurangi ancaman.
4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar
hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan,
seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial (Rosenstock, 1966).
5. Cues to action, yaitu mengukur peristiwa-peristiwa, orang-orang, atau hal-hal
yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka. Mendengar cerita
TV atau berita radio tentang penyakit bawaan makanan dan membaca petunjuk
penanganan yang aman untuk paket daging mentah dan unggas merupakan
isyarat untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku yang terkait dengan
perilaku penanganan makanan yang lebih aman (Hanson & Benediktus dalam
Turner dkk, 2008).
6. Self-efficacy, yaitu mengukur keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil
melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil (Bandura,
dalam Glanz, 2008). Bandura membedakan harapan self-efficacy dari harapan
hasil, dimana harapan dari self-efficacy didefinisikan sebagai seseorang yang
memperkirakan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan hasil tertentu.
Harapan hasil yang mirip tapi berbeda dari konsep HBM dirasakan
manfaatnya. Pada tahun 1988, Rosenstock, Strecher, dan Becker (dalam Glanz,
2008) menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke HBM sebagai
konstruk yang terpisah, dan sementara kerentanan, keparahan, dan manfaat
termasuk dalam konsep asli HBM
18
f. Force Field Analysis
Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak. Force
Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt Lewin untuk
mendiagnosa situasi lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada saat
dijalankannya perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving Forces)
adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif untuk
melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan (Restraining
Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menolak adanya perubahan dengan menahan
atau mengurangi kekuatan yang mendukung perubahan. Pada saat perubahan terjadi,
kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada akhirnya kekuatan yang
mendukung akan semakin banyak dan kekuatan yang menolak akan semakin sedikit
(Irina, 2011)
a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi karena
adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-
perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan
dengan perilaku yang bersangkutan.
b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut.
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
g. Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan pada
peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh Sullivan & Decker
(1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan kemahiran berkomunikasi
digunakan selama proses perubahan dengan anggota system sebagai target utama.
Teori Lewin dikembangkan menjadi tujuh tahapan proses berikut ini:
19
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan berikan
diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia yang
ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan kapasitas seluruh
perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis penilaian
diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy, rencana ke depan, dan
komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana tindakan
dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator kelompok,
keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan mengidentifikasi
peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan
koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik diri.
Beberapa teori motivasi yang pada umumnya dikenal dan dikemukakan oleh
para ilmuwan yang menekuni kegiatan pengembangan teori motivasi. Dikutip dalam
buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teori motivasi tersebut antara
lain:
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik
Abraham Maslow, ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan
kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan
emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan),
penghargaan (faktor penghargaan internal dan ekternal), dan aktualisasi diri
(pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan dirisendiri).
20
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan, kebutuhan
fisiologis dan rasa aman di deskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan
kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.
Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan
tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara
dominan dipenuhi secara ekternal.
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-mtif yang lebih tinggi akan
menjadikurang signfikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur
dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari maka,
perlindungan, dan rasa aman.
21
2. Teori X Dan Teori Y (Douglas McGregor)
Menurut Hasibuan (2012: 160), Douglas Mc. Gregor adalah seorang psikolog
sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal motivasi dan
tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor terkenal dengan teori X
dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of Enterprise (Segi Manusiawi
Perusahaan). Afin Murty (2012: 68) menyebutkan bahwa menurut Mc. Gregor,
dalam berhubungan dengan karyawannya, manajer memiliki asumsi-asumsi yang
digolongkan dalam teori X sebagai berikut:
22
Disamping teori X yang sepertinya hanya memandang seorang karyawan dari
sisi negatifnya saja, ada pula teori Y yang dapat mengimbangi teori X. Teori Y
terdiri atas empat asumsi, yaitu sebagai berikut:
23
2) Faktor-Faktor Ekstrinsik yang menimbulkan ketidakpuasan sertaberkaitan dengan
konteks pekerjaan, antara lain:
24
yang mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud
terdiri dari 3 dorongan kemampuan, yaitu:
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan
25
e. Memanfaatka umpan balik yang konkrit dalam semua kegiata yang dilakukan.
26
Sondang P. Siagian (2011:146) mengatakan baha teori motivasi–Higiene
dikemukakan oleh fredrick Herzberg. Orang menginginkan dua macam faktor
kebutuhan yaitu:
8. Teori X-Y
Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap seseorang
akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut adalah:
1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X
Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan lebih
suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang menerima tanggung jawab,
malas dan selalu ingin aman saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan
keuntungan finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau
hadiah.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia suka
bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya bermain dan kontrol
terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang esensial.
27
9. Teori motivasi Kebutuhan
Teori motivasi kebutuhan muncul didasarkan bahwa individu dalam
hidupnya ingin memenuhi kebutuhannya, baik fisiologis maupun psikologis.
Kebuthan diartikan sebagai kekurangan fisiologis atau psikologis yang mendorong
timbulnya perilaku (Asmuji,2012). Beberapa teori keburuhan motivasi yang terkenal
antara lain yaitu teori motivasi Maslow, teori kebutuhan McClelland, teori motivasi
Herzberg, dan teori ERG(Asmuji,2012).
28
lingkungan fisik seperti halnya perubahan musim kemarau menjadi musim
penghujan yang dampaknya terjadi peningkatan penyakit demam berdarah, maka
anggota masyarakat akan melakukan hal – hal untuk mencegah penyakit tersebut
dengan cara melakukan fogging, gerakan membasmi jentik-jentik nyamuk, dan lain
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
b. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan atau
subyek. Contohnya apabila seseorang merasakan sesuatu hal yang tidak
mengenakkan akibat kebiasaan buruk yang dilakukannya, misalnya merasa sesak
akibat kebiasaan buruk merokok, maka seseorang tersebut akan mengubah
perilakunya dan berusaha untuk berhenti merokok (Notoatmodjo, 2003).
c. Kesiapan berubah (readiness to change)
Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu. Contohnya
apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat, maka
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahantersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk
menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003). Misalnya pada saat instansi
kesehatan melakukan rehabilitasi pada perokok dengan berbagai pendekatan supaya
individu perokok tersebut berubah, maka tidak semua individu perokok tersebut
memiliki kecepatan yang sama dalam berubah (Saputra&Sary, 2013).
Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis
(Hasibuan, 1996).
1. Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif
berhasil mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
29
2. Aspek pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat
mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah
perubahan perilaku yang diinginkan.
a. Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia
yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya
perubahan perilaku.
b. Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang
diharapkan akan dapat memenuhi perubahan perilaku yang diharapkannya
tersebut.
c.
III. Jenis motivasi
Menurut Sardiman (2011), jika berbicara tentang macam atau jenis motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga motivasi itu sangat bervariasi.
30
Meliputi dorongan untuk menyelematkan diri, dorongan untuk membalas,
untuk berusaha, untuk memburu, dan motif ini timbul karena adanya
rangsangan dari luar.
3. Motif-motif objektif
Menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan
manipulasi, untuk menahan minat. Motif ini muncul karena adanya dorongan
untuk menghadapi dunia luar secara efektif.
4. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang tergolong motivasi jasmaniah adalah refleks, insting otomatis,
nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan. Kemauan itu sendiri
terbentuk dari empat momen yaitu :
a) Momen timbulnya alasan
b) Momen pilih
c) Momen putusan
d) Momen terbentuknya kemauan
c. Motivasi dilihat dari aspek rangsangan
a) Motivasi Intrinsik
Merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan
secara sadar melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dan belajar.
Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif.
Yang termasuk motivasi intrinsik dalam Susilawati (2008) antara lain :
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju.
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
b) Motivasi Ekstrinsik
31
Merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang aktif
dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi perubahan perilaku
dikatakan ekstrinsik bila individu atau suatu kelompok menempatkan perilakunya di
luar faktor-faktor situasi perubahan perilaku (resides in some factors outside the
learning situation). Baik motivasi ektrinsik positif maupun motivasi ekstrinsik
negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku.
32
ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih
langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara
partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif
tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang
diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua
ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku
akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih
mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda
politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan
yang langgeng (Notoatmodjo, S., 2003).
33
BAB III
KESIMPULAN
34
Daftar Pustaka
A.M. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Hall, K.S. 2012. The health belief model can guide modern contraceptive behavior
research and practice. Journal Midwifery Womens Health. 57(1). 74–81.
Hasibuan, Malayu S.P., 1996, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi
Kedua, Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosenstock, L., Cullen, M.R., Brodkin, C.A., & Redlich, C.A. 2005. Textbook of
clinical occupational and enviromental medicine. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
35
Saputra MA&Sary NM. 2013. Konseling Model Transteoritik dalam Perubahan
Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
8, No. 4
Turner, L.W., Hunt, S.B., Dibrezzo, R., & Jones, C. 2004. Design and
implementation of an osteoporosis prevention program using the health belief
model. American Journal of Health Studies. 19(2), 115-121.
36