Anda di halaman 1dari 12

PENGATURAN DAN BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN

PERSEKUTUAN PERDATA (MAATSCHAP)

Kelompok 2
1. Ni Luh Ayu Lestari (11)
2. Ni Kadek Sukartiningsih (12)
3. Ni Putu Citra Puspita Dewi (13)
4. Devi Zaenika Sari (14)
5. Lusi Indah Sari (39)
6. Made Ayu Ditha Pramesti (43)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Persekutuan Perdata .................................................................................. 4

2.2 Jenis – Jenis dan Bentuk – Bentuk Persekutuan Perdata .......................................... 7

2.3 Ciri - Ciri dan Sifat Persekutuan Perdata ................................................................... 8

2.4 Syarat Mendirikan Persekutuan Perdata .................................................................... 9

2.5 Pembagian Keuntungan dalam Persekutuan Perdata ................................................ 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 10

3.2 Saran.............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan ekonomi sangat penting dalam suatu negara. Kegiatan ekonomi dapat
diwujudkan dengan membuka berbagai jenis usaha. Ada yang berusaha secara
perorangan, kelompok, atau badan usaha yang dikelola oleh pemerintah. Jika seseorang
merasa bahwa bisnis perseorangan miliknya telah berkembang, maka seseorang bisa
lebih mengembangkan bisnis tersebut dengan mencari mitra bisnis.
Dengan adanya mitra bisnis, maka seseorang akan bisa melakukan persekutuan
perdata (Maatschap). Menurut pasal 1618 KUH Perdata, persekutuan perdata didirikan
atas dasar “perjanjian” namun pasal ini tidak mengharuskan adanya syarat tertulis, maka
perjanjian dimaksud bersifat konsensual (consensus), yaitu dianggap cukup dengan
adanya persetujuan kehendak atau kesepakatan. Perjanjian itu dimulai berlaku sejak saat
ditentukan dalam perjanjian (pasal 1624 KUH Perdata).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil
sebagai kajian dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa pengertian persekutuan perdata?
2. Apa saja jenis - jenis dan bentuk – bentuk dari persekutuan perdata?
3. Apa ciri-ciri dan sifat persekutuan perdata?
4. Bagaimana syarat mendirikan persekutuan perdata?
5. Bagaimana pembagian keuntungan dalam persekutuan perdata?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka makalah ini di buat dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui apa itu persekutuan perdata.
2. Untuk mengetahui jenis - jenis dan bentuk – bentuk persekutuan perdata.
3. Untuk mengetahui ciri dan sifat dari persekutuan perdata.

2
4. Untuk mengetahui bagaimana syarat mendirikan persekutuan perdata.
5. Untuk mengetahui pembagian keuntungan dalam persekutuan perdata.

1.4 Manfaat
Dapat memahami tentang apa itu persekutuan perdata, jenis dan bentuk persekutuan
perdata, ciri dan sifat dari persekutuan perdata. Selain itu dapat mengetahui apa saja
syarat untuk mendirikan persekutuan perdata serta bagaimana pembagian keuntungan
dalam persekutuan perdata.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persekutuan Perdata


Maatschap (Persekutuan Perdata), sebagai badan usaha diatur dalam pasal 1618-
1652 KUH Perdata. Dalam pasal 1618 KUH Perdata dijelaskan bahwa Persekutuan
Perdata adalah suatu perjanjian dengan nama dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu (inbrengen) kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya. Dari ketentuan pasal 1618 KUH
Perdata tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Persekutuan Perdata itu merupakan
persetujuan, sedangkan persetujuan dimaksud adalah mengenai hal tertentu yaitu dalam
hal menjalakan perusahaan. Oleh sebab itu mengenai persetujuan yang terdapat dalam
persekutuan perdata itu termasuk dalam persetujuan yang bersifat khusus.
Sedangkan menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu organisasi
kerjasama dalam bentuk taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksudkan dalam
taraf permulaan disini adalah bahwa Maatschap merupakan suatu badan yang pra atau
sebelum menjadi perkumpulan berbadan hukum. Ia merupakan bentuk badan yang paling
sederhana, sebagai dasar dari bentuk-bentuk badan usaha yang telah mencapai taraf yang
sempurna pengaturannya.
Selain itu, berdasarkan ketentuan pasal 1618 KUH Perdata bahwa dalam
Persekutuan Perdata itu semua anggotanya mempunyai kewajiban memasukkan sesuatu
ke dalam persekutuan. Sesuatu yang dimaksudkan disini dapat berupa uang, barang,
goodwilling, konsesi, cara kerja, tenaga biasa dll. Dalam hal cara membagi keuntungan
harus seimbang dengan besarnya modal yang dimasukan kedalam persekutuan. Suatu hal
yang dilarang adalah jika adanya keuntungan hanya diperuntukkan bagi seorang anggota
persekutuan saja.
Bentuk kerjasama mencari untung yang paling sederhana adalah persekutuan
perdata, letak kesederhanaannya ialah baik cara-cara pendiriannya maupun cara-cara
pembubarannya tidak memerlukan persyaratan formal, tapi cukup dengan lisan.
Lazimnya pendirian suatu persekutuan perdata dilakukan dengan suatu akte (notaris) hal

4
ini dilakukan untuk memudahkan dalam hal pembuktian jika terjadi perselisihan pendapat
diantara para anggota dikemudian hari.
Dalam suatu persekutuan perdata para anggotanya dalam hal membuat suatu
persetujuan untuk menentukan sesuatu untuk kepentingan perusahaannya pemerintah atau
undang-undang tidak akan mencampuri tentang apapun yang dikehendaki oleh para
anggotanya. Pemerintah atau undang-undang dalam hal tersebut memberi keleluasaan
kepada para anggota persekutuan untuk berbuat apapun yang dikehendakinya. Sepanjang
isi perbuatannya itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum dan
kesusilaan dalam masyarakat.
Seandainya pemerintah sampai turut campur dalam suatu persekutuan perdata
tersebut hanya terbatas hal-hal yang berkaitan dengan penyempurnaan dari pada
persekutuan tersebut. Misalnya dalam hal cara membagi keuntungan dan kerugian yang
harus seimbang dengan besarnya modal yang dimasukan dalam persekutuan, ketentuan
siapa yang menjadi pengurus persekutuan mengingat dalam persekutuan perdata itu,
semua anggota mempunyai hak yang sama.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 1619 dan 1624 KUH Perdata,
dapat disimpulkan bahwa Maatschap setidaknya mengandung unsur-unsur dibawah ini:
a. Bertindak secara terang-terangan
b. Harus bersifat kebendaan
c. Untuk memperoleh keuntungan
d. Keuntungan dibagi-bagikan antara para anggotanya
e. Kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan kepada umum
f. Harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan dan
diizinkan
g. Diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya

Dalam mendirikan persekutuan perdata yang harus dipenuhi adalah :


 Memenuhi pasal 1320 KUH Perdata, bahwa suatu perjanjian sah apabila
memenuhi empat syarat, yaitu adanya kata sepakat, para pihak cakap atau dewasa,
objek tertentu, dan causanya halal.

5
 Tidak dilarang oleh hukum.
 Tidak bertentangan oleh hukum.
 Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban umum.
 Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
 Adanya pemasukan (inbreg)

Menurut pasal 1619 KUH Perdata bahwa “Tiap-tiap sekutu dari Persekutuan
Perdata diwajibkan memasukkan dalam kas persekutuan perdata yang terdiri dari : uang,
benda – benda, dan tenaga kerja”. Selain itu yang termasuk harta kekayaan persekutuan
perdata adalah :
a. Penagihan – penagihan dalam kepada sekutu-sekutunya, yaitu bunga-bunga dari
pemasukan yang sanggup.
b. Penagihan-penagihan keluar kepada pihak ketiga.
c. Penggantian kerugian kepada persekutuan dari sekutu-sekutu yang karena
kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi sekutu.

Maatschap termasuk salah satu jenis permitraan (partnership) yang dikenal dalam
hukum Perusahaan di Indonesia disamping bentuk lainnya seperti Vennootschap Onder
Firma (Fa) dan Commanditaire Vennooschap (CV). Maatschap merupakan bentuk usaha
yang biasa dipergunakan oleh para Konsultan, Ahli Hukum, Notaris, Dokter, Arsitek dan
profesi-profesi sejenis lainnya.

Maatschap merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena :


a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang
berlaku dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal.
b. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain
berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja.
c. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan.
d. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma.

6
2.2 Jenis – Jenis dan Bentuk – Bentuk Persekutuan Perdata
a. Jenis persekutuan perdata menurut pasal 1622 BW dan 1623 BW ada 2 yaitu :
 Maatschap Umum (Pasal 1622 BW)
Persekutuan perdata (Maatschap) umum ini adalah dimana persekutuan
dimana para sekutu memasukkan seluruh hartanya atau bagian yang sepadan
dengannya tanpa adanya suatu perincian apapun. Maatschap umum meliputi
apa saja yang akan diperoleh para sekutu sebagai hasil usaha mereka selama
maatchap berdiri. Maatschap jenis ini usahanya bisa bermacam-macam (tidak
terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan secara jelas/terperinci.
 Maatschap Khusus (Pasal 1623 BW)
Maatschap khusus (bijzondere maatschap) adalah maatschap yang gerak
usahanya ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-barang
tertentu saja, atau pemakaiannya, hasil yang akan didapat dari barang-barang
itu, atau mengenai suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu
perusahaan atau pekerjaan tetap. Jadi, penentuannya ditekankan pada jenis
usaha yang dikelola oleh maatshap (umum atau khusus), bukan pada
inbrengnya. Mengenai inbreng, baik pada maatschap umum maupun
maatschap khusus harus ditentukan secara jelas/terperinci. Kedua maatschap
ini dibolehkan. Yang tidak dibolehkan adalah maatschap yang sangat umum
yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci seperti yang disinggung oleh
Pasal 1621 BW.

b. Bentuk – Bentuk Persekutuan Perdata


 Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu
pekerjaan bebas (profesi). Dalam bentuk ini, asosiasinya tidak menjalankan
perusahaan tetapi mengutamakan anggotanya dan tidak menjadikan elemen
modal organisatorisnya sebagai unsur utama. Misalnya asosiasi akuntan,
dokter, pengacara dan lain-lain.
 Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan
terus menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut

7
dikatakan menjalankan perusahaan. Misalnya pengusaha A dan B membentuk
persekutuan untuk melakukan usaha di bidang lain.
 Perjanjian kerja sama dari suatu transaksi sekali segera setempat.
Contoh: kerja sama membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan
mendapatkan laba.

2.3 Ciri - Ciri dan Sifat Persekutuan Perdata


a. Ciri – ciri Persekutuan Perdata antara lain :
 Adanya perjanjian antara dua orang atau lebih.
 Para pihak memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng).
 Tujuan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan dari hasil usaha yang dilakukan secara bersama
– sama.

Dalam Pasal 1619 ayat (1) KUH Perdata yang berisikan “usaha persekutuan
usaha yang halal dan dibuat untuk manfaat bersama para pihak”, pasal yang
menjelaskan bahwa bidang usaha yang dapat dilakukan oleh persekutuan sesuatu
yang bermanfaat bagi para sekutu.
Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana seperti yang dijelaskan
dalam Pasal 1619 ayat (2) KUH Perdata, yaitu “masing-masing sekutu diwajibkan
memasukkan uang, barang, dan keahliannya ke dalam persekutuan”.

b. Sifat Persekutuan Perdata


 Bertujuan mencari keuntungan secara material untuk dibagikan kepada
anggota.
 Tidak komersial yaitu bertujuan untuk membantu kelancaran kepentingan
anggota.
 Cara pendirian sederhana.
 Cara pembubarannya tidak memerlukan persyaratan formal.

8
 Cara pendirian persekutuan perdata dimulai saat ditandatanganinya akta
pendirian di notaris dan selanjutnya didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
negeri.

2.4 Syarat Mendirikan Persekutuan Perdata


Menurut pasal 1618 BW, Maatschap adalah persekutuan yang didirikan atas dasar
perjanjian. Perjanjian untuk mendirikan Maatschap harus memenuhi syarat – syarat
sebagai berikut :
a. Harus memenuhi ketentuan dalam pasal 1320 KUH Perdata.
b. Tidak dilarang oleh hukum.
c. Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban umum.
d. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
e. Keuntungan itu harus dibagi bagikan antara para anggota-anggotanya.

2.5 Pembagian Keuntungan dalam Persekutuan Perdata


Dalam pasal 1633 ayat 1 KUH Perdata menyebutkan bahwa sebaiknya pembagian
keuntungan dan kerugian oleh sekutu diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan,
dengan ketentuan tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah
seorang sekutu saja, akan tetapi berdasarkan Pasal 1633 ayat 2 boleh diperjanjikan jika
seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.
Apabila tidak ada perjanjian yang mengatur cara pembagian keuntungan tersebut,
maka berlakulah ketentuan Pasal 1633 ayat 1 KUH Perdata yang menentukan bahwa
pembagian tersebut harus dilakukan berdasarkan asas keseimbangan dengan ketentuan
bahwa pemasukan uang / benda yang terkecil.
Selain itu, Pasal 1635 KUH Perdata menjelaskan bahwa janji untuk membagi
keuntungan hanya pada satu pihak maka perjanjian tersebut akan batal demi hukum,
sedangkan perjanjian untuk membagi kerugian hanya pada satu pihak diperbolehkan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persekutuan perdata adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki
profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama
bersama. Jenis persekutuan perdata ada dua yaitu maatschap umum dan maatschap
khusus. Ciri - ciri persekutuan perdata salah satunya yaitu adanya perjanjian antara dua
orang atau lebih. Apabila kita hendak mendirikan sebuah persekutuan perdata, maka ada
syarat yang harus dipenuhi misalnya tidak dilarang oleh undang-undang. Persekutuan
perdata bersifat mencari keuntungan secara material untuk dibagikan kepada anggota.
Apabila kita hendak mendirikan sebuah persekutuan perdata maka harus memenuhi
ketentuan dalam pasal 1320 KUH Perdata. Pembagian keuntungan dan kerugian dalam
persekutuan perdata diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan, dengan ketentuan
tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja.

3.2 Saran
Jika seseorang mempunyai usaha atau bisnis perseorangan yang dirasa telah
cukup berkembang, ada baiknya seseorang tersebut mencoba mencari mitra bisnis dan
melakukan Persekutuan Perdata sehingga dapat lebih mengembangkan bisnis tersebut
menjadi lebih besar dan membuat perekonomian seseorang menjadi lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Artonang, Putra. 2016. Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri Dan Sifat Persekutuan Perdata
(Partnership / Maatschap. http://artonang.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-unsur-jenis-
ciri-dan-sifat.html.
Karina, Putri. 2012. Persekutuan Perdata.
https://flowerlotus303.wordpress.com/2012/10/17/persekutuan-perdata.
Putra, Yogatryarie. 2014. Persekutuan Perdata (Maatschap).
http://yogatryarieputra.blogspot.co.id/2014/05/persekutuan-perdata.html.
Putriana, Helmi. 2011. Persekutuan. Perdata.
http://renvoikata.blogspot.co.id/2011/07/persekutuan-perdata-maatschap.html.
Rochmah, Nur. 2014. Maatschap (Persekutuan Perdata). http://akuntansi-keuangan-
rochmahndo.blogspot.co.id/2014/11/maatschap-persekutuan-perdata.html.

11

Anda mungkin juga menyukai