Uji Kualitas Mikrobiologi Makanan Berdasarkan Angka Lempeng Total Koloni Bakter1
Uji Kualitas Mikrobiologi Makanan Berdasarkan Angka Lempeng Total Koloni Bakter1
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si
Oleh :
Kelompok 2
Offering H
Lely Hermawati (140342600679)
Nindhi Pahlawati (140342605848)
Nurul Yanuarsih (140342604423)
Bahan
1 labu Erlenmeyer berisi 90 ml air perton 0,1 % dan 5 tabung reaksi berisi air
pepton 0,1% @9ml disiapkan, lalu diberi kode A, B, C, D, E, dan F.
Biakan pada medium lempeng di inkubasikan pada suhu 370C. Setelah 1x24 jam
atau 2x 24 jam, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng terssebut
diamati dan dihitung. Kemudian medium yang ditumbuhi 30-300 koloni bakteri
dipilih
Dengan rumus:
Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam tiap gram sampel
ALT koloni bakteri= jumlah koloni bakteri pada cawan terpilih x 1/ tingkat
bahan makanan padat dihitung berdasarkan tingkat pengenceran
pengenceran x volume suspensi yang ditumbuhkan
10 ml bahan makanan cair disiapkan, lalu dimasukkan dalam 90 ml air pepton 0,1
% dalam labu Erlenmeyer
H. ANALISIS DATA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan bahan
sosis yang dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 10 gram, lalu dihomogenkan
dalam labu erlemeyer dengan larutan pepton 90 ml menggunakan vortex. Selanjutnya
melakukan pengenceran dalam tabung reaksi sampai tingkat pengenceran 10 -6,
masing-masing tabung reaksi telah diberi sesuai dengan tingkat pengenceran di
inokulasikan ke dalam cawan petri yang berisi medium lempeng Plate Count Agar
(PCA) sebayak 0,1 ml, namun pada praktikum terjadi kesalahan prosedur yaitu pada
tabung reaksi kedua dan ketiga merupakan sama tingkat pengencerannya (tingkat dua)
kemudian setelah diinokulasi diinkubasi selama 1x24 jam. Setelah diinkubasi
dilakukan perhitungan jumlah bakteri pada masing-masing lempeng dengan
menggunakan koloni counter. Pada lempeng pertama di dapatkan hasil 599 koloni,
lempeng kedua 444 koloni, lempeng tiga 162 koloni, lempeng ke empat 633 koloni,
lempeng kelima 549 koloni dan lempeng ke enam 106 koloni. Selanjutnya memilih
cawan untuk dihitung nilai ALT. Pemilihan lempeng sesusai dengan ketentuan bahwa
koloni dapat dihitung apabila jumlah koloni berada direntang 30-300 koloni.
Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa koloni pada tingkat pengenceran 10 -3 dan 10-6
termasuk dalam kategori. Perhitungan nilai ALT menggunakan rumus berikut:
ALT koloni bakteri= jumlah koloni pada cawan terpilih x 1/tingkat pengenceran x
volume suspense yang di tumbuhkan.
ALT koloni bakteri 10-3 = 162x 1/10-3 x 0,1
= 162 x 102
= 16200
ALT koloni bakteri 10-6 = 106 x 1/ 10-6 x 0,1
= 106 x 102
= 10600
ALT = 10600/ 16200
= 0,65
Karena hasil bagi pengenceran 10-6 dibagi dengan 10-3 hasilnya kurang dari 2,
maka nilai ALT yang digunakan adalah nilai penjumlahan ALT 10-3 dan 10-3 yaitu
13400 atau 1,34 x 104.Untuk jumlah koloni yang lebih dari rentang 300 seperti pada
10-1, 10-2, 10-4, dan 10-5 maka nilai ALT adalah TBUD atau terlalu banyak untuk
dihitung. Sehingga berdasarkan nilai ALT dapat diambil kesimpulan sementara bahwa
sosis yang merupakan olahan daging ayam masih layak untuk dikonsumsi.
I. PEMBAHASAN
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, sehingga
ketersediaan pangan perlu mendapat perhatian yang serius baik kuantitas maupun
kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan pangan diimplementasikan
melalui program ketahanan pangan, agar masyarakat memperoleh pangan dalam
jumlah yang cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal untuk dikonsumsi (Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2004). Sifat kimia, biologis, dan fisik bahan pangan
sangat memungkinkan berbagai macam microorganism dapat tumbuh dengan baik
dan pada bahan pangan yang biasanya bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung
jenis bahan serta kondisi tertentu dari penyimpanannya (Pratiwi&Anjarsari, 2002).
Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan pangan sangat berpengaruh
pada kualitas produknya. Salah satunya adalah makanan olahan sosis yang merupakan
produk emulsi yang membutuhkan pH tinggi (diatas pH isoelektrik). Nilai pH sosis
ditentukan oleh pH daging yang dipakai dalam pembuatan sosis dan kondisi daging
yang pre-rigor (Suparno, 1994). Daging yang umumnya digunakan dalam pembuatan
sosis daging yang kurang nilai ekonomisnya atau bermutu rendah seperti daging
sketal, daging leher, daging rusuk, daging dada serta daging-daging sisa/tetelan
(Suparno, 1994). Proses perebusan yang dilakukan pada pembuatan sosis ini
dilakukan sebagai langkah terakhir untuk mendapatkan produk sosis. Pemasakan sosis
ini menurut Suparno(1994) bertujuan untuk menyatukan komponen adonan sosis,
memantapkan warna dan menonaktifkan mikroba.
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui bahwa nilat ALT bakteri pada
sosis ayam yang diuji menunjukkan hasil TBUD(terlalu banyak untuk dihitung) pada
tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-4 dan 10-5 hal ini dikarenakan jumlah bakteri yang
telah dihitung dengan colony counter menunjukkan jumlah lebih dari 300 koloni
bakteri, sedangkan nilai ALT pada pengenceran 10 -3 adalah 1,6x104 serta nilai ALT
bakteri pada pengenceran 10-4 adalah 1,06x104. Sehingga ALT Total merupakan hasil
bagi antara nilai ALT 10-6 dan 10-3 yaitu 0,65. Dikarenakan hasil bagi pengenceran
pada 10-3 hasilnya kurang dari 2,00 maka nilai ALT yang digunakan adalah nilai ALT
10-3 dan 10-6 yang merupakan hasil jumlah nilai ALT keduanya lalu dibagi 2
menghasilkan nilai ALT 1,34x104. Berdasarkan nilai ALT tersebut bisa disimpulkan
bahwa sosis ini masih layak dimakan karena tidak melebihi batas maksimal nilai ALT
bakteri yang masih layak konsumsi berdasarkan penetapan Peraturan KBPOM(2009)
yaitu 1x105.
1. Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri. Faktor intrinsik
meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan
mengoksidasi-reduksi (redoxpotential , Eh), kandungan nutrien, bahan
antimikroba dan struktur bahan makanan (Yudhabuntara, 2003).
2. Pengolahan. Pada uji ini, sosis didapatkan dari pabrik sehingga tidak perlu
ada pengolahan kembali selama uji ALT.
3. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan
bahan pangan. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang
pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti
kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar
ultraviolet (Yudhabuntara, 2003). Karena sosis dibiarkan di lingkungan
terbuka, maka semakin besar pula bakteri masuk ke dalam makanan yang
siap olah ini melalui perantara udara.
4. Implisit, merupakan sifat organisme itu sendiri. Sosis sangat mendukung
bakteri untuk tumbuh dan memperbanyak diri karena di dalam sosis
terdapat materi yang mendukung bakteri untuk hidup.
J. KESIMPULAN
1. ALT koloni bakteri pada sosis ayam yaitu 1,34x104, yang merupakan
jumlah ALT pada pengenceran 10-3 dan 10-6.
2. Sosis ayam yang diuji masih layak dikonsumsi karena memiliki ALT
1,34x104 kurang dari batas maksimum yang ditetapkan oleh BPOM yaitu
1x105
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan(BPOM). 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Indonesia: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004. Laporan Tahunan. Bandung: Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat
Olivia, O.D. 2012. Pemeriksaan Cemaran Mikroba Pada Biskuit Pop Corn Crackers
.(Online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34631/4/Chapter%20II.
pdf), diakses 23 Maret 2016.
Suparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Waluyo, 2004. Mikrobiologi Umum.Malang: UMM Press