Aspirin
Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, demam, serta saat terjadinya suatu peradangan.
Obat ini juga bisa digunakan untuk mengobati serta mencegah apabila terjadi serangan
jantung, stroke ataupun rasa nyeri pada dada.
Beberapa merk dagang untuk aspirin antara lain, Arthritis Pain, Ascriptin Enteric, Aspir 81,
Aspir-Low, Bayer Aspirin, Bayer Childrens Aspirin, Bufferin, Easprin, Ecotrin, Ecpirin,
Fasprin, Halfprin, Miniprin, St. Joseph Aspirin.
Penggunaan Aspirin
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anak-anak maupun remaja yang sedang terkena
demam, gejala flu, maupun cacar air, karena obat ini dapat menimbulkan efek samping yang
fatal bagi mereka. Seperti mereka akan mengalami syndrom reye, yaitu semcm penyakit
langka dimana cara kerjanya dengan mempengaruhi cara kerja otak dan hati.
Bagi pasien yang mengalami gangguan perdarahan pada usus, perdarahan hemofilia, maupun
penderita yang alergi terhadap NSAID, sebaiknya menghindari penggunaan obat ini.
Pada wanita hamil, obat ini bisa mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi janin.
Yaitu gangguan pada jantung serta menurunnya berat badan saat lahir nantinya. Untuk itu
sebaiknya menghindari pemakaian obat ini.
Bagi pasien yang mengalami gangguan asma, maag, penyakit hati, jantung, ginjal, hipertensi,
maupun polip, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Efek Samping Aspirin
Efek samping aspirin : Gatal-gatal, gangguan pernafasan, terjadi pembengkakan (pada wajah,
lidah, bibir, dan tenggorokan), mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.
Saat pasien menghentikan penggunaan aspirin, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti
mengalami kebingungan, halusinasi, gangguan pernafasan, kejang,mual, muntah, atau sakit
perut yang parah, batuk darah atau muntah yang, demam, serta mengalami pembengkakan
pada bagian tertentu.
Obat Antibiotik
Ibuprofen
Merupakan salah satu anti inflamasi yang bekerja untuk mengurangi hormon penyebab
demam, peradangan dan nyeri pada tingkat ringan hingga sedang, seperti pada penderita sakit
kepala, sakit gigi, sakit punggung, arthritis, kram saat menstruasi, atau pada saat mengalami
cedera ringan.
Tentang Ibuprofen
Beberapa merk dagangnya antara lain, Advil, Genpril, Midol, Motrin, Nuprin.
Dosis penggunaan obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam.
Kontra indikasi :
Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi bypass
jantung, karena obat ini dapat mengancam jantung seperti terjadinya serangan jantung atau
stroke.
Bagi penderita yang memiliki sejarah penyakit jantung, stroke, gagal jantung, hipertensi,
maag, asma, gangguan hati, ginjal, polip, maupun gangguan perdarahan sebaiknya
menghubungi dokter sebelum mengkonsumsi obat ini, karena dapat mengakibatkan efek
serius pada perut atau usus, termasuk perdarahan.
Bagi wanita hamil dan menyusui, penggunaan ibuprofen selama 3 bulan dapat
membahayakan janin.
Efek samping :
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain timbulnya ruam,telinga berdenging,
sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.
Celebrex (celexocib)
Digunakan untuk mengurangi hormon penyebab radang dan nyeri pada tubuh, seperti
arthritis, ankylosing spondylitis, nyeri haid, serta polip pada usus.
Kontra indikasi :
Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi jantung,
karena obat ini dapat menimbulkan serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat sejarah serangan jantung, stroke, penyakit jantung,
gagal jantung, tekanan darah tinggi, maag, gangguan hati , penyakit ginjal, epilepsi, asma,
polip, gangguan pembekuan darah, maupun yang alergi terhadap jenis NSAID seperti aspirin,
sulfa, dan yang lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya,
karena obat ini dapat mengakibatkan efek serius pada perut atau usus.
Begitu juga bagi wanita hamil, maupun menyusui, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum penggunaanya, karena dapat membahayakan kondisi janin.
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini seperti timbulnya gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan), gangguan pada
perut ( seperti diare, kembung, sering buang gas), pusing, gugup, hidung meler atau
tersumbat, sakit tenggorokan, dan timbulnya ruam pada kulit.
Disclofenac
Digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri tigkat ringan hingga sedang, seperti gejala
osteoporosis, rheumatoid arthritis, dan kram saat menstruasi. Disclofenak dalam bentuk
serbuk atau biasa disebut cambia dapat digunakan sebagai obat migrain.
Merk dagang obat ini antara lain voltaren, cataflam, voltaren XR, Cambia, zipsor, zorvolex.
Dosis pemakaian obat ini adalah 100 hingga 200 mg/ hari dengan jangka pemberian obat 2
hingga 4 kali sehari stelah makan.
Kontra indikasi :
Bagi penderita dengan riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke,maag ,
gangguan hati, ginjal, asma, polip, gangguan perdarahan, ataupun bagi perokok, sebaiknya
penggunaan obat ini setelah berdiskusi dengan dokter
.Hal yang sama juga berlaku bagi wanita hamil dan menyusui. Karena penggunaan obat ini
bisa berakibat fatal bagi janin dan bayi yang disusui.
Efek samping : ulserasi, sensasi panas pada perut, kram, mual, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, gangguan hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, munculnya ruam,
gangguan ginjal, telinga berdenging, Retensi cairan, pembekuan darah, serangan jantung,
hipertensi, dan gagal jantung.
Etodolac
Digunakan untuk mengurangi hormon yang menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada
tubuh misalnya akibat arthritis atau osteoarthritis.
Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 6 hingga 8
jam setiap hari sehabis makan.
Kontra indikasi
Penggunaan etodolac sebelum / pasca operasi bypass jantung dapat meningkatkan risiko yang
dapat mengancam jiwa, seperti serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, maag,
gangguan hati, asma, polip dan juga perokok, Etodolac bisa mengakibatkan meningkatnya
risiko pada perut atau usus, termasuk perdarahan atau perforasi (pembentukan lubang).
Pada wanita hamil dan menyusui, etodolak dapat mengganggu perkembangan janin, dan bayi.
Efek samping : ruam, telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual,
diare, sembelit, mulas, retensi cairan, sesak napas, retensi cairan, pembekuan darah, serangan
jantung, hipertensi, dan gagal jantung.
Indomethacin
Berfungsi sebagai prostglandin yaitu menghalangi aksi bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi tubuh.
Kontra indikasi :
Efek samping : Kemerahan dan rasa nyeri pada daerah bekas suntikan, alergi ( seperti ruam,
gatal-gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau
lidah), muntah darah, Warna urine dan tinja menjadi gelap, frekuensi buang air kecil
menurun, detak jantung lambat; memar, masalah berat badan.
Ketoprofen
Digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan yang terjadi pada tubuh akibat rheumatoid
arthritis atau osteoarthritis, dan juga kram saat menstruasi.
Kontra indikasi :
Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, mulas,
mual, gangguan pada perut.
Ketorolac
Digunakan untuk mengobati rasa nyeri pada tingkatan sedang hingga berat.
Kontra indikasi :
Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, gangguan
pencernaan, sakit perut, mual, nyeri di tempat suntikan, berkeringat, muntah, terjadi alergi
(seperti ruam, gatal-gatal, gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut,
wajah, bibir, atau lidah, suara serak).
Nabumetone
Adalah sejenis NSAID yang juga memiliki fungsi untuk meredakan rasa nyeri dan
peradangan yang terjadi pada tubuh.
Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk dokter atau sesuai aturan pakai yang biasanya
tertera pada label obat.
Gejala umum yang biasa dialami antara lain : Sembelit, diare, pusing, mengantuk,sering
buang gas, sakit kepala, mulas, mual.
Terkadang pengguna akan mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (mulut, wajah, bibir,lidah), gangguan produksi urine, nyeri
dada, merasa kebingungan, depresi, pingsan, detak jantung lebih cepat dari biasanya, demam,
menggigil, sakit tenggorokan, mengalami perubahan mental atau suasana hati, mati rasa pada
tangan atau kaki, mual, muntah , sesak napas, warna kulit atau mata menguning.
Naproxen
Jenis NSAID ini juga digunakan untuk mengurangi hormon penyebab nyeri dan peradangan
pada anggota tubuh, seperti nyeri akibat gejal arthritis, ankylosing spondylitis, tendinitis,
bursitis, asam urat, atau kram menstruasi.
Obat ini dapat memicu resiko terjadinya serangan jantung dan stroke. Untuk itu sangat
disarankan bagi penderita jantung, maupun seseorang yang baru saja melakukan operasi pada
jantung untuk menghindari pemakaian obat ini.
Bagi orang yang alergi terhadap obat ini sendiri maupun jenis NSAID lain seperti aspirin,
atau bagi orang-orang yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi,
maag, gangguan hati, ginjal, asma, polip, ataupun jika anda seorang perokok aktif, sebaiknya
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini. Karena
obat ini dapat menyebabkan pendarahan pada bagian perut atau usus, yang bisa berakibat
pada kematian.
Bagi wanita hamil dan menyusui, mengkonsumsi naproxen di trimester akhir kehamilan bisa
membahayakn janin dalam kandungan.
Sama seperti jenis NSAID yang lainnya naproxen juga memiliki efek samping yang umum
terjadi seperti, gatal-gatal, gangguan pernafasan, pembengkakan ( pada wajah Anda, bibir,
lidah, dan tenggorokan), sakit perut, sakit perut, diare, sembelit, kembung, sering buang gas,
pusing, sakit kepala, gugup, penglihatan kabur, terjadi dering di telinga.
Dosis Penisilin
Dosis penggunaan penisilin pada tiap pasien tidak selalu sama. Dokter akan menyesuaikan
dosis penisilin dengan kondisi pasien. Berikut ini merupakan dosis umum penggunaan
penisilin berdasarkan kondisi yang ada:
Penisilin juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi lain yang tidak tertera pada daftar di
atas. Diskusikan dengan dokter terkait manfaat dan risiko penisilin secara lengkap.
Baca informasi yang tertera pada kemasan obat. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter
mengenai menfaat dan risiko dari penggunaan penisilin.
Penisilin tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, dan (serbuk) suntik. Untuk mengonsumsi
penisilin oral (kapsul dan tablet), gunakan air putih agar obat lebih mudah dicerna. Penisilin
oral umumnya dikonsumsi 30 menit sebelum makan.
Penisilin juga tersedia dalam bentuk serbuk. Penisilin serbuk dicampurkan dengan air ketika
akan digunakan. Penisilin serbuk yang telah dicampur air kemudian diberikan dengan
suntikan melalui otot, pembuluh darah vena, atau sendi, tergantung kondisi yang diderita
pasien. Pemberian penisilin suntik ini harus dilakukan oleh dokter atau di bawah pengawasan
dokter.
Dosis yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan respons tubuh pasien
terhadap obat. Gunakan penisilin secara rutin. Jangan mengurangi, menambahkan, atau
menghentikan penggunaan obat tanpa anjuran dokter. Jika gejala tidak kunjung membaik,
muncul reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Interaksi Obat
Berikut ini adalah beberapa interaksi yang dapat terjadi apabila penisilin digunakan dengan
obat lain:
Reaksi orang terhadap tiap obat dapat berbeda-beda. Efek samping yang mungkin terjadi
setelah menggunakan penisilin meliputi:
Pusing
Diare
Mual dan muntah
Nyeri perut
Insomnia
Perdarahan
Mudah memar
Gatal
Ruam
Kejang
Gangguan fungsi ginjal
Infeksi jamur pada mulut
Reaksi alergi obat yang parah
CLINDAMYCIN
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Clindamycin merupakan antibiotik makrolide yang termasuk ke dalam kelas lincosamide, dan
Clindamycin seringkali digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Clindamycin bekerja
dengan menghambat sintesis protein dari bakteri dengan menghambat translokasi ribosomal,
Clindamycin akan berikatan dengan ribosom RNA 50S dari subunit ribosom bakteri.
Clindamycin dapat digunakan pada infeksi anaerob seperti abses, bisul/furuncle, infeksi pada
gigi (pulpitis, abses periapikalis, gingivitis, dan paska operasi / pencabutan gigi), infeksi
saluran nafas, infeksi jaringan lunak dan peritonitis. selain itu Clindamycin juga dapat
digunakan dan efektif dalam mengatasi infeksi protozoal seperti malaria, pemberian
Clindamycin pada infeksi malaria terutama Plasmodium falciparum dalam keadaan pasien
resisten chloroquine atau pada wanita hamil yang terinfeksi di daerah endemik. Clindamycin
juga dapat digunakan pada infeksi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Selain infeksi sistemik Clindamycin juga dapat digunakan secara topical untuk
pengobatan jerawat, dan Clindamycin dapat dikombinasikan dengan tretinoin, maupun
benzoil peroksida.
Clindamycin sebaiknnya tidak diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan lambung
kronis, karena dapat memperberat kondisi pasien. Penggunaan Clindamycin bersamaan
dengan pelemas otot seperti obat golongan Vecuronium harus dalam pengawasan karena
dapat menyebabkan resitensi silang (cross-resistance).
EFEK SAMPING
Pada pasien yang mengkonsumsi Clindamycin seringkali ditemui gejala efek samping pada
saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan nyeri pada lambung dapat muncul. Efek
samping Clindamycin yang termasuk ke dalam kategori berat adalah diare berkaitan
dengan Clostridium difficile, kejadian diare ini berkaitan dengan beberapa penggunaan
antibiotik terutama golongan beta-laktam, tetapi secara klasik berkaitan dengan penggunaan
Clindamycin. Pada penggunaan topikal, Clindamycin dapat menyebabkan kulit kering,
kemerahan, tampak iritasi, kulit mengelupas, berminyak, perih dan gatal.
DOSIS
Clindamycin tersedia dalam bentuk kapsul untuk konsumsi oral, dalam bentuk gel dan cream
untuk penggunaan topikal, dalam pengobatan untuk jerawat Clindamycin dilarutkan dengan
ethanol. Penggunaan Clindamycin untuk infeksi ringan dapat diberikan sebanyak 2 x 100mg
selama kurang lebih 5 hari, untuk infeksi berat dapat menggunakan Clindamycin sebanyak 2
x 200mg selama 1 minggu dengan pengawasan kembali (follow up), pada penggunaan topikal
Clindamycin dapat digunakan sebanyak dua kali sehari, dan pada pengobatan jerawat kronis
dan diperlukan antibiotik sistemik dapat diberikan Clindamycin sebanyak 2 x 100mg selama
dua minggu (14 hari)
Tetracycline
Kontraindikasi Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan: Diketahui memiliki riwayat
hipersensitif/alergi terhadap kandungan obat ini atau jenis antibiotik tentrasiklin lainnya.
Mengalami masalah ginjal akut dan sedang mengonsumsi methoxyflurane, vitamin A dan
retinoid. Sedang menyusui. Dosis Tetrasiklin dan Cara Penggunaan Tetrasiklin tersedia
dalam bentuk sediaan kapsul dengan kekuatan dosis 500 mg. Dosis yang tepat adalah yang
diresepkan oleh dokter Anda setelah memeriksa kondisi penyakit dan kesehatan yang
dialamai. Adapun dosis yang lazim digunakan adalah sebagai berikut: Infeksi umum
disebabkan bakteri yang rentan Dewasa: 250-500 mg 6 jam sekali. Maksimum penggunaan
per hari 4 gr per hari. Anak-anak: > 12 tahun maksimum penggunaan 2 gr per hari. Sipilis
Dewasa: 500 mg 4 kali sehari selama 15 hari. Brucellosis Dewasa: 500 mg 4 kali sehari
selama selama 3 minggu dikombinasikan dengan streptomycin. Jerawat Dewasa: 250-500 mg
sekali sehari, selama paling tidak 3 bulan. Gonore Dewasa: 500 mg 4 kali sehari selam 7 hari.
Petunjuk Penggunaan: Gunakanlah obat ini dalam kondisi perut kosong, yaitu sekitar 1 jam
sebalum makan atau 2 jam setelah makan dan dianjurkan untuk banyak minum air putih
setelahnya. Dapat juga dimakan bersamaan dengan makanan untuk menghindari rasa tidak
nyaman pada pencernaan. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera
pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya. Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis
lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari
berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada
jam yang sama setiap hari. Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat
dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau
lebih. Tidak boleh menggandakan dosis tetrasiklin pada jadwal minum berikutnya sebagai
ganti untuk dosis yang terlewat. Efek Samping Tetrasiklin Tetrasiklin umumnya ditoleransi
dengan baik. Namun beberapa efek samping yang mungkin muncul perlu diperhatikan, antara
lain: Mual, muntah dan diare. Luka pada tenggorokan. Perubahan warna pada gigi secara
permanen. Hipoplasia enamel. Perubahan warna pada kuku. Sensitifitas pada cahaya.
Urtikaria. Ruam kulit. Demam.
Metronidazol
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Metronidazol adalah salah satu obat antibiotika yang banyak diresepkan di Indonesia.
Metronidazol adalah antibiotik yang cukup baik untk bakteri anaerob, yakni bakteri yang
dapat hidup tanpa membutuhkan oksigen. Bakteri jenis ini biasanya hidup di dalam luka
tertutup atau di dalam organ tubuh, misal pada luka kaki penderita kencing manis (diabetes)
yang biasanya sudah terdapat nanah, pada infeksi perut bagian dalam, dan sebagainya.
Metronidazol juga baik untuk sejumlah parasit dan bakteri penyebab penyakit kelamin.
Selengkapnya, metronidazol digunakan untuk penyakit berikut:
1. Infeksi yang diduga disebabkan oleh bakteri anaerob;
2. Infeksi menular seksual;
3. Infeksi bakterial vaginosis (penyakit infeksi tidak spesifik pada vagina);
4. Infeksi parasit trichomonas (misal pada diare atau keputihan akibat trichomonas);
5. Infeksi kuman amoeba (misal pada diare akibat amoeba).
Metronidazol tidak boleh diberikan pada pasien yang pernah mengalami alergi terhadap
antibiotik ini. Metronidazol juga tidak boleh diberikan untuk wanita hamil trimester pertama
(hamil usia 0-3 bulan) dan saat menyusui.
EFEK SAMPING
Sejumlah efek samping yang pernah ditemukan dan persentase kemunculannya adalah
sebagai berikut:
1. Nafsu makan turun (10%);
2. Muncul infeksi jamur (10%);
3. Diare (10%);
4. Pusing (10%);
5. Mual dan muntah (10%);
6. Air kencing berwarna gelap (1-10%);
7. Alergi (1-10%);
8. Kejang (1-10%).
DOSIS
Metronidazol tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan botol infusan. Metronidazol tablet
tersedia dalam ukuran 250 mg dan 500 mg. Untuk kapsul, metronidazol tersedia dalam
ukuran 375 mg. Sedangkan dalam kemasan botol infusan, metronidazol tersedia dalam
ukuran 500 mg/100ml. Metronidazol dapat ditemukan sebagai obat paten maupun generik.
Dosis metronidazol sebagai terapi infeksi anaerob (misal pada luka diabetes atau infeksi orga
dalam tubuh) ialah 7,5 mg/kg berat badan sebanyak 3-4 kali sehari selama 7-10 hari. Secara
praktis, metronidazol biasa diresepkan berupa tablet 500mg, diminum tiga kali sehari selama
7 hari. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit, metronidazol diberikan lewat infusan dengan
dosis 15 mg/kg berat badan. Dosis maksimal ialah 4 gram per hari. Untuk infeksi kelamin
dan diare akibat trichomonas, metronidazol diberikan 500 mg, dua kali sehari selama 7 hari.
Sedangkan untuk diare akibat amoeba, metronidazol diberikan sebanyak 750 mg, 2-3 kali
sehari selama 5-10 hari.
Untuk anak-anak, dosis Metronidazol tergantung berat badan. Dosisnya ialah 15 mg/kg berat
badan/hari tiga kali sehari. Untuk bayi umur kurang dari 7 hari, dosisnya ialah 7,5 mg/kg
berat badan/hari.
Aminoglikosida
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Gentamicin adalah jenis antibiotik golongan aminoglikosida yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi bakteri gram negatif seperti P. aeruginosa, Proteus, E.coli, Klebsiella,
Enterobacter, Serratia, Citrobacter dan Staphillococcus. Umumnya gentamicin diberikan
dalam bentuk injeksi (suntikan), salep/krim dan obat tetes mata.
Pada umumnya, gentamicin dapat diberikan sebelum operasi untuk mencegah infeksi, infeksi
mikobakterium serta pada penderita gangguan ginjal setelah dilakukan tindakan cuci darah
(untuk mencegah infeksi).
Gentamicin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan riwayat hipersensitivitas (alergi) dan
keracunan golongan aminoglikosida sebelumnya. Selain itu, golongan aminoglikosida atau
gentamicin juga tidak boleh diberikan pada kasus sebagai berikut:
Pasien dengan riwayat kerusakan ginjal
Trimetoprim-sulfametoksazol
Kontraindikasi
Dosis
Untuk penderita dewasa dan anak dengan usia di atas 12 tahun dosis yang
dianjurkan adalah cotrimoxazole 960 mg yang diberikan 2 kali sehari.
Untuk penderita anak dengan usia antara 6 hingga 12 tahun dosis yang
dianjurkan adalah cotrimoxazole 480 mg yang diberikan 2 kali sehari
Untuk penderita anak dengan usia antara 6 bulan hingga 6 tahun dosis yang
dianjurkan adalah cotrimoxazole sirup 1 sendok takar 5 ml yang diberikan 2
kali sehari
Untuk penderita bayi dengan usia antara 6 minggu hingga 6 bulan yang
dianjurkan adalah cotrimoxazole sirup 1/2 sendok takar 5 ml yang diberikan 2
kali sehari
Efek Samping
Eritromisin
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi
di bawah ini tidak boleh menggunakannya:
Dosis Eritromisin
Eritromisin umumnya ditoleransi dengan baik, namun dapat berbeda pada masing-masing
orang. Terdapat beberapa ada efek samping yang mungkin muncul dan perlu diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:
- Efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatik tetapi tidak untuk nyeri
viseral
- Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik à batuk saat anestesi à refleks vagal
- Disosiasi à mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamin. Baik untuk
penderita- penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum
yang masih ringan.
- Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pada
pusat retikular otak
Kontra Indikasi
§ Dekompensasi kordis
Dosis
Dosis Dewasa untuk Pembiusan: Intravena:Induksi: 1-4.5 mg/kg; atau 1-2 mg/kg dengan
kecepatan 0.5 mg/kg/menit dapat digunakan. (dosis 2 mg/kg, 5-10 menit pembiusan dalam 30
detik setelah penyuntikan).Intramuskular:Induksi: 6.5-13 mg/kg; (dosis 9-13 mg/kg, 12-25
menit pembiusan dalam 3-4 menit setelah penyuntikan)
Belum ada ketentuan dosis obat ini untuk anak-anak. Obat ini bisa saja berbahaya bagi anak-
anak. Penting untuk memahami keamanan obat sebelum digunakan. Konsultasikan pada
dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
Hati-hati dalam menggunakan obat ini jika pernah atau sedang menderita anemia,
gangguan hati atau ginjal, koma miksedema, penyakit jantung, hipotensi, peningkatan
tekanan dalam otak, gangguan aliran darah otak, epilepsi, gangguan saluran
pernapasan, kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, dan pankreatitis.
Penggunaan propofol pada pasien lanjut usia harus dengan pengawasan dokter.
Hindari mengonsumsi alkohol, karena dapat memengaruhi efektivitas obat, dan
menyebabkan munculnya efek samping berupa kesulitan untuk fokus, gangguan
mental, dan gangguan pada pergerakan tubuh.
Hindari penggunaan propofol jika alergi terhadap telur atau kacang kedelai.
Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen
dan produk herba.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, temui dokter.
Dosis Propofol
Dosis propofol pada tiap orang dapat berbeda, tergantung kebutuhan atas prosedur medis
yang dilakukan beserta kondisi pasien.
Ruam
Gatal
Iritasi pada area kulit yang disuntik
Trigliserida tinggi
Gangguan pernapasan
Propofol infusion syndrome, yaitu kondisi di mana terjadi gangguan pada otot, ginjal,
jantung, dan tingginya kadar protein dalam darah.
Denyut jantung melambat
Tekanan darah rendah
Kejang
Pankreatitis
Kadar sel darah putih rendah dalam darah.
Trombositopenia
Demam
KONTRA INDIKASI
Kontaindikasi terhadap pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap
Isoflurane atau agen halogenasi lainnya.
Kontraindikasi untuk pasien yang memiliki kerentanan genetik yang diketahui atau
dicurigai terhadap hipertermia ganas.
Tidak boleh digunakan pada pasien yang mengalami ikterus dan / atau demam yang
tidak dapat dijelaskan setelah pemberian Isoflurane atau anestesi halogenasi lainnya,
atau riwayat ikterus yang tidak dapat dijelaskan setelah terpapar sebelumnya dengan
halothane.
Kontraindikasi untuk penderita porfiria.
EFEK SAMPING ISOFLURANE
Berikut adalah beberapa efek samping Isoflurane :
Efek samping obat ini pada umunya serupa dengan efek samping agen anestesi
halogenasi lainnya diantaranya hipotensi, depresi pernapasan dan aritmia.
Efek samping ringan lainnya seperti peningkatan jumlah sel darah putih dan juga
menggigil, mual dan muntah selama periode pasca operasi.
Obat ini juga dikaitkan dengan terjadinya hiperkalemia perioperatif.
DOSIS ISOFLURANE
Isoflurane diberikan dengan dosis sebagai berikut :
Sevoflurane
DOSIS
Ranitidin tersedia dalam sediaan sirup, tablet, maupun cairan suntikan. Ranitidin juga tersedia
sebagai obat generik maupun obat paten.
Ranitidin dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 75 mg, 150 mg, dan 30 mg.
Ranitidin dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 15 mg/ml. Sedangkan ranitidin
dalam bentuk cairan untuk disuntikan tersedia dalam ukuran dosis 1 mg/ml dan 25 mg/ml.
Cairan suntikan tersebut dapat disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah atau ke dalam
otot.
Dosis ranitidin untuk orang dewasa ialah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari.
Untuk peradangan kerongkongan, ranitidin dapat diberikan hingga 150 mg tiga kali sehari.
Dosis untuk anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk
anak-anak ialah 300 mg sehari.
OBAT UTEROTONIKA
1. Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur yang hidup sebagai parasit
dalam butir rye dan gandum, banyak terdapat di Eropa dan Amerika. Penyebaran penularan
terjadi melalui perantaraan serangga dan angin yang memindahkan spora ke kepala putik
yang sudah di buahi. Selanjutnya spora mengeluarkan miselium yang akan menembus putik,
kemudian membentuk jaringan padat berwarna ungu dan menjadi keras. Substansi ini
dinamai sklerosium. Sklerosium inilah yang merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot.
Ergot mengandung zat yang penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat organik,
karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin dan basa amonium kuatener. Beberapa amin
dan basa memiliki efek farmakologi penting, misalnya histamin, tiramin, kolin, dan
asetilkolin. Jamur Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur penghasil antibiotik.
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1 merupakan zat aktif (penamaan
dengan akhiran -in), sedangkan isomer d tidak aktif sama sekali (penamaan dengan akhiran -
inin). Yang pertama merupakan alkaloid alam, sedangkan yang kedua merupakan hasil
perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu isolasi. Alkaloid pertama yang berhasil di isolasi
dalam bentuk kristal dan aktif ialah ergotoksin, yang waktu itu dianggap sebagai alkaloid
murni. Sekarang terbukti bahwa ergotoksin merupakan campuran 4 zat, yaitu
ergokristin,ergokornin,α- ergokriptin, dan β- ergokriptin. Ergotamin. Ergotamin yang paling
kuat dari kelompok alkaloid asam amino yang aktif, dan ergotamin yang tidak aktif
merupakan alkaloid ergot murni yang pertama ditemukan.
Farmakodinamik
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :
Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara lambat dan tidak sempurna
melalui saluran cerna. Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga kadarnya
dalam darah sangat rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 jam. Pemberian 1 mg
ergotamin bersama 100 mg kafein akan meningkatkan kecepatan absorpsi dan kadar puncak
plasma ergotamin sebesar dua kali, namun biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.
Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus,
yaitu :
5. Uji oksitoksin
Kontra Indikasi
1. Hipersensitif
2. Penyakit vascular
Pada Uterus
Semua alkaloid ergot alam meningkatkan kontraksi uterus dengan nyata. Dosis kecil
menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi, kemudian diikuti relaksasi. Dosis besar
menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan istirahat. Dosis
yang sangat besar menimbulkan kontraktur yang berlangsung lama. Sediaan ergot alam yang
paling kuat adalah ergonovin.
c. IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih
sedikit.
Dosis :
Contoh obat
Epek samping
2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan
cepat, bingung dan tidak sadar
3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg
parenteral
4. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan
tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi,
penurunan atau kenaikan tekanan darah
2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada
awal kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar mama.
Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat. sehingga pada akhir kehamilan
kadar oksitosin meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di dlm
miometrium yaitu dlm membran plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah golongan obat
yang digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses
persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan ,
Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat Stimulus
sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan
oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan. Stimulus sensoris
pada serviks, vagina, dan payudara secara refleks melepaskan oksitosin dari hipofisis
posterior. Sensitivitas uterus terhadap oksitosin meninggi bersamaan dengan bertambahnya
umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin meningkatkan kontraksi
fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi. Partus dan
laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin, tetapi persalinan menjadi lebih
lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection) menghilang. Oksitosin dianggap memberikan
kemudahan dalam persalinan serta memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu.
Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah
sakit, namun potensi oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah
membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau
penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun. Pemberian infuse
oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena
melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio plasenta atau
denagn resiko rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus
pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen. Jika
pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini
mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga
pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih
cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhn ya
terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.
Farmakologi
a. Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini
tergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah, efek oksitosin
terhadap uterus juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di klinik untuk mengurangi
aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis meskipun efektivitasnya tidak jelas. Pada
kehamilan trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat rendah, dan aktivitas ini secara
spontan akan meningkat dengan cepat pada trimester III dan mencapai puncaknya pada saat
persalinan. Oksitosin dapat memulai atau meningkatkan ritme kontraksi uterus pada setiap
saat, namun pada kehamilan muda diperlukan dosis yang tinggi. Oksitosin menyebabkan
pengelepasan prostaglandin pada beberapa spesies, tetapi tidak jelas apakah ini merupakan
efek primernya atau berhubungan dengan kontraksi uterus.
b. Kelenjar Mama
Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mioepitel. Kontraksi
mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus yanng besar,
sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan ejeksi susu. Mioepitel sangat peka
terhadap oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, bila oksitosin
endogen tidak mencukupi. Juga berguna untuk mengurangi pembengkakan payudara pasca
persalinan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi otot polos pembuluh
darah secara langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan
sistolik dan terutama penurunan tekanan diastolik, warna kulit menjadi merah, dan aliran
darah ke ekstermitas bertambah. Bila dosis besar diberikan terus menerus secara infus, maka
penurunan tekanan darah akan diikuti sedikit penggian tekanan darah tetapi menetap. Dosis
oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas menimbulkan penurunan tekanan darah.
Penurunan tekanan darah jelas terjadi pada penderita yang mendapat dosis besar, yang
diberikan selama anestesia dalam. Otot polos yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah
uterus, pembuluh darah dan miopitel kelenjar payudara.
Fafrmakokinetik
1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak, terjadinya sirkulasi pada placenta.
2. Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak mungkinnya keluar janin secara
sempurna, meningkatkan pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan sulitnya
air susu keluar.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya uterus
karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan mempunyai
kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak normal tdk boleh
diberi oxytocin.
a. Indikasi
1. Indikasi oksitosik.
5. Uji oksitoksik
b. Kontra Indikasi
2. Distress janin
8. Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
Contoh obat
Efek Samping :
2. Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus )Keracunan
cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)
6. Reaksi hipersensitifitas
7. Reaksi anafilaktik
8. Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture
uterus
3. Misoprostol / Prostagladin
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia pada sekitar tahun
1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat, sang
penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya
senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Rumus bangun
prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri dari 20 atom karbon yang
membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam lemak dan asam arakidonat.
Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya berbeda-
beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain, neurotransmitor, hormon serta
obat- obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim dan cairan menstrual
dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid. Sesudah senggama ditemukan PG yang
berasal dari semer; dalam sistem produksi wanita. PG (prostaglandin) ini diserap dari vagina
dan cukup untuk menghasilkan kadar dalam darah, yang menimbulkan efek fisiologis.
Walaupun PG (prostaglandin) ini sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan
fisiologiknya pada saat menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek farmakologik; dosis
farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada manusia PG berperan penting dalam
peristiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang terjadinya persalinan,
pada setiap usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan, konsentrasi PG dalam darah perifer
dan cairan amnion meningkat.
Framakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya terbatas pada organ
penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin yang terdapat pada
uterus, cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di bidang keperawatan
penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF merangsang kontraksi uterus
baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus tidak hamil in vitro,
tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan
kisaran dosis- respons yang sempit dalam menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini
memudahkan terjadinya hipertoni uterus yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah
dengan pengamatan yang cermat dan meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi
sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α ke dalam
rongga uterus dengan menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil yang baik,
disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk menghentikan kehamilan
muda(menstruasi yang telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang sangat besa, sehingga
menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan diduga kerjanya
melalui pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGF2α menyebabkan hipertensi
melalui kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2 menimbulkan vasodilatasi.
Prostaglandin terdapat merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan
oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian prostaglandin lokal pada serviks,
menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi motilitas uterus.
a. Indikasi
5. Uji oksitosin
b. Kontra Indikasi
3. Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina selama
kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan, prostaglandin
tidak digunakan
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi ini
mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping
Efek samping
1. Hiperstimulasai uterus
2. Pireksia
3. Infalamasi
5. Diuresis+kehilangan elektrolit
6. Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi )
Sebagai konsumen kesehatan, Anda sendirilah yang harus waspada terhadap potensi efek
samping obat. Beberapa tips berikut dapat menjadi panduan Anda :
Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk kedalam golongan
polyene. Obat ini biasa digunakan untuk membantu tubuh mengatasi infeksi jamur
serius. Amfoterisin A dan B adalah hasil fermentasi Streptomyces nodosus, actinomyces
yang ditemukan di tanah. 98 % campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai
aktivitas anti jamur. Kristal seperti jarum atau prisma berwarna kuning jingga, tidak berbau
dan tidak berasa. Amfoterisin merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah,
tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 370C. Tetapi dapat bertahan sampai
berminggu-minggu pada suhu 40C.
Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas
anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih
rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis
yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Obat yang digunakan untuk infeksi jamur yaitu:
a.Koksidiodomikosis
b.Parakoksidioidomikosis
c.Aspergilosis
d.Kromoblastomikosis
e.Kandidiosis
f.Maduromikosis(misetoma)
g.Mukormikosis (fikomikosis)
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidrosis tilbamidin
yang cukup efektif untuk sebagian besar pasien dengan lesi kulit yang tidak progresif.
Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus
spp, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp,
Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides
brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp,dan Sporothrix schencki. Organisme lain yang
telah dilaporkan sensitif terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan
Leishmania protozoa dan Naegleria spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk
rickettsia) dan virus.
Beberapa strain yang resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan
jangka panjang dengan amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.
Indikasi
· Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, parakoksidoidomikosis,
aspergiluosis, dan kromoblastomikosis.
· Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
· Amfoterisin secara topical efektif terhadap keratitis mikotik.
· Mungkin efektif terhadap maduromikosis ( misetoma ) dan mukomikosis (fikomikosis ).
· Penderita dg terapi amfoterisin B hrs dirawat di RS, utkpengamatan ketat ES
Kontra Indikasi
a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Ibu hamil dan menyusui
d. Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
Infus amfoterisin B seringkali meninbulkan beberapa efek samping seperti kulit
panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, hipotensi, lesu, anoreksia, nyeri otot,
flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapat dosis awal secara iv
akan mengalami demam dan menggigil. Keadaan ini hampir selalu terjadi pada penyuntikan
amfoterisin B tapi akan berkurang pada pemberian berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan
dengan memberikan hidrokortison 25-50 mg dan dengan antipiretik serta antihistamin
sebelumnya. Flebitis dapat dikurangi dengan menambahkan heparin 1000 unit kedalam
infuse.
Farmakodinamik
Amfoterisin B bekerja dengan berikatan kuat dengan ergosterol (sterol dominan pada
fungi) yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel
bocor dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel-sel jamur
merembas keluar sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan
kerusakan yang tetap pada sel. Efek lain pada membran sel jamur yaitu dapat menimbulkan
kerusakan oksidatif pada sel jamur.
Farmakokinetik
Amfoterisin sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Suntikan yang dimulai
dengan dosis 1,5 mg/hari lalu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4-0,6
mg/kgBB/hari akan memberikan kadar puncak antara 0,5-2 µg/mL pada kadar mantap.
Waktu paruh obat ini kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasifase
kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari sehingga kadar mantapnya baru akan tercapai
setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini didistribusikan luas ke seluruh jaringan. Kira-kira
95% obat beredar dalam plasma, terikat pada lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan
pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa yang mengalami peradangan hanya kira-kira2/3 dari
kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga dapat menembus sawar uri, sebagian kecil
mencapai CSS, humor vitreus dan cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat,
hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam sebelumnya ditemukan dalam urine.
Dosis
Infeksi jamur sistemik (melalui injeksi intravena).
* Dosis awal 1 mg selama 20-30 menit dilanjutkan dengan 250 mikrogram/kg perhari, dinaikan
perlahan sampai 1 mg/kg perhari, pada infeksi berat dapat dinaikan sampai 1.5 mg/kg perhari.
Catatan: terapi diberikan dalam waktu yang cukup lama. Jika terapi sempat terhenti lebih dari
7 hari maka dosis lanjutan diberikan mulai dari 250 mikrogram/kg perhari kemudian dinaikan
secara bertahap.
Sediaan
1. Sediaan – Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilartkan dg aquadest 10 ml lalu ditmbh ke larutan
dextroa5%=kadar0,1mg/ml.
2. Lar elektrolit, asam/ mgdg pengawet tdk boleh digunakan sbg pelarut mengendapkan
amfoterisin B
3. Untuk injeksi selalu dibuat baru
. Interaksi Obat
1. Amikasin, siklosporin, Gentamisin, paromomycin, pentamidine, Streptomycin,Vancomycin :
meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
2. Dexamethasone, Furosemide, hidroklorotiazide, Hydrocortisone, Prednisolone :
Meningkatkan risiko hipokalemia.
3. Digoxin : amphoterisin B meningkatkan risiko keracunan digoxin.
4. Fluconazole : melawan kerja amphoterisin B.
Aktivitas Obat
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti
jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat
fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma
capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candida,
Tondopsis glabrata,Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis,
Beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan
spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan
bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan
oleh pengikatan kolesterol pada membrane sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap
amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran
sel.
Efek Samping
Demam, sakit kepala, mual, turun berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan
sendi, kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal (termasuk hipokalemia, hipomagnesemia,
kerusakan ginjal), kelainan darah, gangguan irama jantung, gangguan saraf tepi, gangguan
fungsi hati, nyeri dan memar pada tempat suntikan.
Ketoconazole
Nama: Ketoconazole
Kelas Terapi: Infeksi » Anti Jamur
Nama Dagang: A-Be, Ketomed
Scalp Solution, Anfuhex, Lamycos, Cidaral,
Lusanoc, Dandrufin, Lusanoc, Dericazole, Murazid,
Dexazol, Muzoral, Mycoderm, Dysfungal, Erazol,
Nizol, Etafungal, Nizoral, Nofung, Picamic,
Ketokonazol, Wizol, Ketokonazole
Bentuk Ketoconazole
Obat ketoconazole yang beredar di pasaran tersedia dalam dua bentuk sediaan. Ketoconazole
yang ada di pasaran memiliki bentuk sediaan tablet dan krim salep. Bentuk sediaan
ketoconazole dalam bentuk tablet digunakan secara oral, sedangkan bentuk sediaan
ketoconazole dalam bentuk krim salep digunakan hanya untuk pemakaian luar.
Indikasi Ketoconazole
Pemberian obat ketoconazole baru bisa diberikan apabila memiliki beberapa indikasi. Obat
ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet bisa diberikan apabila pasien atau konsumen
memiliki mukosa saluran cerna resisten yang serius, mukosa sistemmik, kandidiasis
mukokutan resisten yang kronis, dan kandidiasis vaginal resisten yang kronis.
Selain itu, indikasi lain dari obat ketoconazole adalah adanya infeksi dermatofita pada kulit
atau kuku tangan, dan infeksi mikosis sistemik seperti kandidiasis, paraksidioidomikasis,
cocci dioidomycosis, hiptoplasmosis. Pemberian obat ketoconazole juga bisa diterapkan
kepada pasien atau konsumen dengan imunosupresan yang ingin mencegah mikosa.
Obat ketoconazole dalam bentuk sediaan krim salep bisa diberikan kepada pasien atau
konsumen yang memiliki infeksi jamur pada kulit, infeksi jamur sistemik, infeksi jamur yang
resisten, dan mengidap vulval kandidiasis.
Kontraindikasi Ketoconazole
Obat ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet memiliki beberapa kontraindikasi. Para
pasien atau konsumen yang sedang hamil dan menyusui tidak bisa menggunakan obat
ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet.
Selain itu orang yang memiliki gangguan hati juga tidak boleh diberikan obat ketoconazole
secara oral. Pemberian obat ketoconazole tidak boleh bersamaan dengan obat yang
mengandung terfenadin atau astemizol.
Manfaat Ketoconazole
Anda dapat menemukan beberapa manfaat ketoconazole apabila Anda mengalami infeksi
kulit yang diakibatkan oleh jamur. Manfaat ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet adalah
untuk mengobati infeksi dermatofit dan kandidiasis vagina. Manfaat ketoconazole juga bisa
menjadi terapi alternatif pasien imunokompeten.
Anda perlu mengetahui bahwa ketoconazole oral tidak bisa digunakan untuk mengobati
infeksi jamur kuku atau kuku kaki. Selain itu, obat ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet
juga tidak digunakan untuk mengobati kanker prostat atau sindrom Cushing.
Manfaat ketoconazole dalam bentuk sediaan krim salep adalah untuk mengobati
infeksi ringworn. Infeksi ringworn dapat badan (tinea corporis), mengenai kepala (tinea
capitis), selangkangan (tinea cruris), tangan (tinea manuum), kaki (tinea pedis, athlete’s foot),
dan kuku (tinea unguium).
Jadi infeksi jamur pada kuku atau kuku kaki bisa diatasi dengan menggunakan obat
ketoconazole dalam bentuk sediaan krim salep. Obat ketoconazole juga bisa mengatasi
infeksi jamur pada badan dan kaki yang sering dialami oleh anak-anak.
Dosis Ketoconazole
Apabila tidak ada respons maka pemberian obat ketoconazole oral dilanjutkan sampai 1
minggu setelah gejala menghilang. Dosis ketoconazole maksimal untuk orang dewasa adalah
400 mg/ hari. Dosis ketoconazole oral untuk anak-anak adalah 3 mg/kg bb/hari. Para
penderita kandidiasis vaginal resisten kronik bisa mendapatkan 400 mg/hari selama 5 hari.
Dosis ketoconazole dalam bentuk sediaan krim salep yang digunakan hanya untuk pemakaian
luar adalah 1-2 kali sehari. Jadi, oleskan krim salep ketoconazole 1-2 kali sehari selama
beberapa hari setelah infeksi jamur pada bagian tubuh sembuh.
Khusus untuk kasus dermatitis seboroik, dosis ketoconazole adalah dua kali seminggu selama
2-4 minggu. Pada kasus pityriasis versicolor, dosis ketoconazole krim adalah sekali sehari
dan tidak boleh lebih dari 5 hari.
Hampir semua obat memiliki efek samping termasuk obat ketoconazole. Efek samping
ketoconazole dalam bentuk sediaan tablet berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing,
sakit perut, ruam, urtikaria, pruritus, alopesia, dan kerusakan hati.
Efek samping ketoconazole oral juga bisa seperti demam, reaksi alergi, gatal-gatal, sulit
bernafas, nyeri dada, dan bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Apabila Anda
mengalami efek samping tersebut setelah minum obat ketoconazole tablet maka segeralah
berkonsultasi dengan dokter untuk segera mendapatkan penanganan tepat.
Efek samping ketoconazole dalam bentuk sediaan krim salep bersifat di bagian luar
sebagaimana cara pemakaiannya. Bentuk efek samping ketoconazole krim di antaranya
adalah sedikit rasa panas, eritema, gatal, iritasi lokal, dan eaksi hipersensitif. Hentikanlah
segera pengobatan bila efek samping tersebut semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Salemba
Medika.Jakarta.
Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Kebutuhan Dasar Manusia Buku Saku Praktikum.EGC.Jakarta.
Sunarsih & Ambarwati, RE.2011.KDPK KEBIDANAN Teori & Aplikasi.Nuha
Medika.Yogjakarta.
Diana.2006.Kamus Kedokteran Lengkap.Serba Jaya.Surabaya.
http://howtobealuckyperson.blogspot.com/2012/11/cara-penyimpanan-obat.html
Diakses pada 22 Febuari 2013 : 20.00 WIB
Yulianti,dkk.2015.Keterampilan Dasar Kebidanan.Yogyakarta:Gambiran UH V/45.
Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II. Jakarta :
Salemba Medika.
Prof.Dr.Anas Subarnas, Apt, Msc.Dkk. 2007. “ Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelola
Obat Di Puskesmas “. Bengkulu.