Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR OLAHRAGA DAN KESEHATAN, PENDIDIKAN JASMANI,

REKREASI DAN KAJI NILAI DALAM OLAHRAGA


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sport history and philosophy

Diampu oleh : Carsiwan, M.Pd

Disusun oleh

Faisal Rahman 1704907


Andrean Nouval 1704933

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang konsep dasar
olahraga dan kesehatan, pendidikan jasmani, rekreasi dan kaji nilai dalam olahraga.
Makalah sport history ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang konsep dasar olahraga dan kesehatan,
pendidikan jasmani, rekreasi dan kaji nilai dalam olahraga ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 2 Desember 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Error!


Bookmark not defined.i
DAFTAR ISI Error!
Bookmark not defined.
PENDAHULUAN Error!
Bookmark not defined.
1.1 latar belakang Error!
Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah Error!
Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Error!
Bookmark not defined.
BAB II -2-
KONSEP DASAR OLAHRAGA DAN KESEHATAN, PENDIDIKAN JASMANI,
REKREASI DAN KAJI NILAI DALAM OLAHRAGA Error!
Bookmark not defined.
BAB III Error!
Bookmark not defined.
PEMBAHASAN Error!
Bookmark not defined.
BAB IV 13
ULASAN DAN PERTANYAAN 13
BAB V 14
KESIMPULAN Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA Error!
Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Yang melatar belakangi kami menyusun makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas yang
di berikan ke pada kami jaga untuk menambah wawasn kami baik itu dalam penyusunan makalah
juga penguasaan materi,karna sebagai mahasiswa,kami harus menguasai materi yang di berikan
pada kami.Mengenai materi yang kami susun ini yaitu konsep dasar pendidikan jasmani.Di
masyarakat banyak kita timui presepsi yang keliru tentang apa itu pendidikan jasmani,sering kali
pendidikan jasmani di samakan dengan olahraga,meskipun terdapat kemiripan tapi pendidikan
jasmani dan olahraga itu berbeda. Untuk itu dengan tersusunnya makalah ini setidaknya dapat
membantu menyamakan konsep konsep dasar dan juga kaji nilai dalam olahraga sehingga menjadi
persepsi yang sama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian
2.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
2.
BAB II
KONSEP DASAR OLAHRAGA DAN KESEHATAN, PENDIDIKAN JASMANI,
REKREASI DAN KAJI NILAI DALAM OLAHRAGA

1. Konsep Dasar : Olahraga dan Kesehatan

Istilah Olahraga kesehatan (health sport) yang sudah popular di Indonesia juga kita jumpai
dalam literature di luar negeri. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia definisi atau konsep
kesehatan yaitu sejahtera jasmani, rohani, dan social. Bukan saja bebas dari penyakit, cacat atau
kelemahan. Kesehatan yang relevan dengan pendagogi olahraga mengandung 5 unsur yaitu
kebugaran jasmani dan pengelolaan stress melalui kompensasi terhadap kurang gerak, kesadaran
gizi, lingkungan yang kondusif sebagai kondisi bagi cara hidup individu yang sehat dan tanggung
jawab terhadap kesehatan yang baik.
Sebagai perbandingan ada tiga aliran pendekatan dalam pembinaan olahraga yang berkaitan
dengan kesehatan di Jerman. Pertama aliran yang menekankan konsepsi pelatihan, melalui
pendekatan ini, kesehatan dipahami sebagai sebuah konsep yang gampang untuk dijabarkan
melalui pengukuran kualitatif terhadap nbeberapa fase kapabilitas performa fisik manusia. Yang
kedua konsepsi kesadaran tubuh yang menekankan harmoni manusia dan lingkungannya untuk
mencapai taraf kesehatan yang memuaskan. Yang ketiga menekankan penggunaan olahraga
sebagai “alat” untuk mencapai derajat kesehatan yang memadai sebagai upaya untuk mengatasi
masalah yang muncul dalam kehidupan modern.
A. Hakekat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.
Untuk hal itu, maka dalam pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi
untuk mengembangkan potensi (multiple intellegences) siswa melalu aktivitas jasmani. Media
yang digunakan dalam aktivitas jasmani bisa melalui permainan, olahraga, dan lingkungan.
Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai
luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah tercapai. Orientasi
pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran
ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak
seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang
efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana pendididkan
jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-
organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (pysical
activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan
pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun
memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan
tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan
tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Tentunya proses
tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antarpelakunya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Di Amerika Serikat dipelopori oleh Wood dilanjutkan Hetherington tahun 1910. Pendidikan
jasmani dipengaruhi “progressive education” bahwa semua pendidikan harus memberi kontribusi
terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan penjas mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap perkembangan tersebut.
Wall dan Murray (1994) mengemukakan lebih spesifik, “masa kanak-kanak adalah masa yang
sangat kompleks, dimana pikiran, perasaan, dan tindakannya selalu berubah-ubah. Oleh karena
sifat anak-anak yang selalu dinamis pada saat mereka tumbuh dan berkembang, maka perubahan
satu element sering kali mempengaruhi perubahan pada element lainnya. Oleh karena itulah,
adalah anak secara keseluruhan yang harus dididik, tidak hanya mendidik jasmani atau tubuhnya
saja”.
Pendidikan jasmani dalam KTSP adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan
belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah,
jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

B. Perbedaan Pendidikan Jasmani dengan Olahraga


Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan
antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih
sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para
guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih
konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain
sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu
bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari
bermain dapat ditemukan di dalam
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang
terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu,
sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik
tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau
prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua
pihak yang
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan
olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi
semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi
sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat
penting dalam
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga,
tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya.
Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang
memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan
penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga,
meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya
dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan
kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional
(di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi
tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk
kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.
Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus
beriringan bersama.
C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani
a. Tujuan Pendidikan Jasmani
1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih.
2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahrgaga dan kesehatan.
5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis.
6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olehraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
b. Fungsi Pendidikan Jasmani
Fungsi pendidikan jasmani Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63)
mengklasifikasikan ke dalam enam aspek, yaitu
1) Aspek Organik
Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi
tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk
pengembangan keterampilan.Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum
yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot

2) Aspek Neuromuskuler
Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan
yang diinginkan. Serta mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan,
melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari, menderap/mencongklang,
bergulir, menarik

3) Aspek perseptual
Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada
dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.
4) Aspek Kognitif
Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.
5) Aspek social
6) Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam
masyarakat dan lingkungannya.Serta mengembangkan kemampuan membuat
pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok
7)
8) Aspek emosional:
Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan
kebutuhan dasar.Dan Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan
partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.

2. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani.

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari system pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan
berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani dan olahraga. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan
nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Pendidikan jasmani pada
hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental,serta emosional.Dalam
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan
gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur,
kerjasama, dan lain-lain).
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian
teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang
diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas
yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.
Konsep pendidikan jasmani erat kaitannya dengan pendidikan rekreasi, dan pendidikan
kesehatan, yang menghasilkan bidang studi Penjaskes, perpaduan antara pendidikan jasmani dan
pendidikan kesehatan dengan titik persamaan dalam tujuan terbentuknya gaya hidup aktif
sepanjang hayat untuk mencapai kesehatan.
1) Pengertian Pendidikan Jasmani.
Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama
menghilang dari wacana, terutama sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan
istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam, terutama
terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman
juga terjadi terhadap makna kedua istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan
kepentingan pembinaan fisik, seperti tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat
kebugaran jasmani.
2) Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga.
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan
antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan
lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan
membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan
jasmani secara lebih konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan
yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.
Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar
tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan,
misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut,
dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali
atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
3) Tujuan Pendidikan Jasmani.

a) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan


pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih.
b) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
d) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis.
f) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
g) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
4) Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani.

a) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,


keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya.
b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani,
dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
c) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
d) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas
lainnya.
e) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan
renang serta aktivitas lainnya.
f) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah,
menjelajah, dan mendaki gunung.
g) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari,khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan
yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,
mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
BAB III
PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana ntuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potentsi yang dimilikinya agar dapat
mempengaruhi pembinaan dan pembetukkan kepribadian ataupun perilakunya. Oleh karena itu
pada dasarnya pendidikan jasmanimeruapakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
menyeluruh sehingga dalam hal ini pendidikan jasmani harus diarahkan menuju pada pencapaian
hal tersebut.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan
jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman
belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis,
terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup yang sehat, bugar dan aktif sepanjang hayat dan sepanjang masa, jadi
dalam pelaksanaan pembelajaran pendidika jasmani seorang pendidik/ guru harus apat
mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, tehknik dan strategi permainan / olahraga, dan
penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani dan olahraga.

1) ETIKA
Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani, ethikeyang
berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas sehubungan dengan
prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan
seseorang atau suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat
istiadat atau tata krama. (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara
langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz Magnis Suseno,1989).

Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaran-
ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami etika, maka kita harus
memahami moral. Etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau
semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan,
kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan religius. Suatu usaha sangat berharga untuk
menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Richad Tinning, (2001)
dikemukan sebagai berikut Mengembangkan diri, Melepaskan diri, menerima diri.

2) MORAL
Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan niat.
Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika terkait dengan
moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika juga mengenai
tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik berbagi dengan
lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai
manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran
tertentu dan terbatas. Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang
mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977).

Pada dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai


seseorang yang bermoral. Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan”
(Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model
atau tauladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku
berlandasan nilai yang diharapkan. Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986)
menyatakan bahwa pemahaman moral berpengaruh langsung terhadap motivasi danperilaku
namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan erat pada empati, emosi, rasa bersalah,
latar belakang sosial, pengalaman.

3) KAJI NILAI DALAM OLAHRAGA


Kaji nilai (aksilogi) yang dipersoalkan adalah aspek penerapan sesuatu ke dalam praktik yang
berkaitan dengan masalah nilai. Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap “ luhur”
dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang
keolahragaan, persoalan ini kian relevan untuk dibahas. Kecendrungan sikap dan partisipasi dalam
tindakan dari sekelompok warga masyarakat, termasuk organisasi induk olahraga, yang berusaha
untuk meningkatkan prestasi, membangkitkan masalah yang semakin kompleks dan mendalam.
Hal itu karena nilai-nilai ideal olahraga makin luhur, di geser oleh nilai “ baru” sebagai
konsekuensi dari perubahan sosial. Kegiatan dalam keolahragaan merupakan cerminan adalam
lingkup mikrokosmos dari tatanan masyarakat yang lebih luas. Nilai dalam masyarakat telah
berubah, dan hal itu juga berdampak nyata ke dalam olahraga.

Di antara persoalan yang paling menonjol dewasa ini adalah penerapan fair play atau
sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang olahraga. Tantangannya muncul dalam aneka prilaku
atlet, pelatih,ofisial, dan bahkan juga dari kalangan insane pers. Yang lebih menonjol adalah upaya
memperoleh kemenangan yang disertai dengan upaya bukan mengandalkan keunggulan teknik dan
taktik. Yang diperagakan adalah gejala kekerasan dalam olahraga dan kecendrungan untuk
memaksakan kehendak, seperti mencampuri keputusan wasit. Sebaliknya, wasit itu sendiri dalam
beberapa kasus masih belum mampu untuk berdiri sendiri dalam beberapa kasus masih belum
mampu untuk berdiri di tengah-tengah, tanpa memihak, sesuai dengan fungsinya.

BAB IV
ULASAN DAN PERTANYAAN

Pertanyaan :
1. Apakah reflek termasuk kesadaran tubuh ? (Yulius Ivan PJKR C)
2. Apa itu rekreasi ? (Abdullah N. Ulwan PJKR D)

Jawaban :
1. Tidak, karena reflek itu sebuah gerakan tanpa disengaja dan tidak disadari oleh tubuh.
Gampangnya reflek itu terjadi secara langsung.
2. membentuk sikap rekreasi aktif, jaani di rekreasi melalui aktifitas jasmani dan kegiatan
dialam terbuka.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa pelajaran mengenai konsep olahraga dan pendidikan jasmani serta hal-
hal lain yang menerangkan tentang konsep tersebut telah teruraikan dalam makalah ini
walau mungkin tak sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamnya.
B. Saran
Dari beberapa hal di atas saya berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani dapat
berdampingan/ sejajar dengan Olahraga, dimana saya memandang dari beberapa aspek
seperti halnya ; Pendidikan jasmani yang benar dan olahraga yang benar akan memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan . Hal nyata
yang diperoleh dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah perkembangan yang
lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Saya percaya bahwa
pendidikan jasmani dan olahraga merupakan wahana yang paling tepat untuk “ membentuk
manusia seutuhnya”.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai