Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan untuk Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan makalah yang
berjudul “Membaca Puisi”. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas matakuliah Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada beberapa pihak yang telah berjasa dalam
penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Kepada Ibu Mardiah, S.Pd., M.Pd., selaku dosen
pembimbing matakuliah Bahasa Indonesia.
2. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan
makalah ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan mereka yang
telah berjasa tersebut. Aamiin.

Tembilahan, 04 Maret 2019

Kelompok V

MEMBACA PUISI
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................
...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................. ii

BAB I PENDAHALUAN.................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................... 3
A. Memahami Hubungan antara Membaca dan Karya Sastra
..........................................................................3
B. Membaca Puisi dengan Lafal yang Benar............ 10
C. Membaca Puisi dengan Intonasi yang Indah....... 15
D. Membacakan Puisi dengan Ekspresi yang Benar 18

BAB III PENUTUP......................................................... 25


A. Kesimpulan.......................................................... 25
B. Saran................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

MEMBACA PUISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang pasti pernah membaca. Membaca berita,
membaca buku cerita, membaca buku komik, membaca
buku pelajaran atau membaca puisi. Tanpa memiliki
kemampuan membaca yang memadai sejak dini, akan
mengalami kesulitan dikemudian hari. Di sekolah dasar tidak
hanya dilakukan dengan menggunakan bahan ajar non
sastra, tetapi injuga dengan sastra.
Anak-anak secara umum menyukai karya sastra,
terbukti mereka suka mendengarkan dongeng-dongeng atau
cerita rakyat dan mendengarkan puisi. Dalam hal ini
diharapkan, dengan membaca sastra dapat menumbuhkan
minat baca anak dan mampu mengembangkan kemampuan
berbahasa. Tetapi anak SD mulai dini harus belajar cara
untuk membaca puisi. Dalam hal ini membaca puisi tidak
sama dengan membaca biasa.
Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan
apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam puisi,
pembaca akan berusaha mengenali, memahami,
menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan,
membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua
aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana
persajakannya, irama, citra, diksi, dan gaya bahasa.
Ketika membaca puisi, sebaiknya dipahami dahulu isi
puisi dengan baik. Hal tersebut penting agar cara membaca
benar. Maksudnya, cara membaca harus sesuai dengan
maksud yang ingin disampaikan oleh penulis puisi. Apabila
langsung membaca puisi tanpa memahami isinya terlebih
dahulu, mungkin anda bisa salah membacanya. Sebagai

MEMBACA PUISI
contoh, puisi yang bertema kesedihan anda baca dengan
gembira atau puisi tentang kemarahan dibaca sambil
tertawa-tawa. Pasti akan terdengar aneh bukan? Oleh
karena itu, memahami isi puisi sebelum membacanya tidak
boleh dilupakan.
Pembaca puisi juga dapat berani menatap penonton
dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu,
pembaca puisi harus memperhatikan pula irama serta
mimik. Mimik merupakan petunjuk apapun seaseorang
sudah benar dapat menjiwai atau meresapkan puisi itu.
Harmonisasi antara mimik dan isi (maksud) puisi merupaka
puncak keberhasilan dalam membaca pusi. Ingatlah tidak
setiap puisi dapat dibaca (dilisankan) tanpa menepatkan
tanda tafsir pengucapan terlebih dahulu. Adakalanya anda
menemui deretan baris atau bait yang satu dan yang lain
mempunyai kjalinan pengucapan atau ada pula yang secara
tertulis, terpisah, sehingga perlu jeda. Bila anda kurang
tepat dalam memberi jeda, akan dapat mengaburkan
maknanya. Seseorang penyair mempunyai beberapa kiat
agar puisinya daoat dicerna atau dinikmati pembaca.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana kaitan hubungan antara membaca dan karya
sastra?
2. Bagaimana cara membaca puisi dengan lafal, intonasi,
dan ekspresi yang benar?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

MEMBACA PUISI
1. Agar dapat memahami hubungan antara membaca dan
karya sastra
2. Agar dapat mempraktikkan membaca puisi dengan lafal,
intonasi, dan ekspresi dengan benar

MEMBACA PUISI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Membacakan Puisi
Memahami hubungan antara Membaca dan Karya
Sastra. Membaca pada hakikatnya suatu kegiatan yang
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,
metakognitif, dan gerak lisan (bila membaca dilisankan).
Sebagai proses berpikir, membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis yang mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa
aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus
(Rahim,2005:2).
Harimurti kridalaksana (2009:151) mengutarakan
membaca adalah menggali informasi dari suatu teks, baik
berupa tulisan, diagram atau gambar, maupun dari kombinasi
semuanya membaca juga merupakan keterampilan mengenal
dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-
lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna
dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-
keras.
Dalman (2014:5) mengutarakan prises berpkikir
seseorang yang berusaha memahami berbagia tertera dalam
tulisan. Maka dari itu membaca bukan hanya sekedar melihat
huruf yang membentuk kata, kalimat, maupun paragraf akan
tetapi cenderung lebih mendalam dalam menggali infrmasi
yang disampaikan penulis sehingga pesan tersebut dapat
diterima oleh pembaca.
Klein (1991:22) menjelaskan cakupan membaca terdiri
3, yaitu:
1. Membaca suatu yang proses

MEMBACA PUISI
2. Membaca sebagai strategis
3. Membaca sebagai suatu interaktif
Membaca sebagai suatu proses diartikan informasi teks
serta pengetahuan pembaca mempunyai dominasi atau
peran utama terbentuknya suatu makna. Membaca sebagai
strategis berarti pengguna beragam strategis membaca
sesuai teks dan konteksnya dapat mempengaruhi keefektifan
membaca ketika otak bekerja mengkontruksi makna tersebut
saat membaca. Strategi disesuaikan jenis teks dan tujuan
membaca. Sedangkan membaca sebagai interaktif yang
dimaksud adalah keterlibatan pembaca dengan teks
bergantung pada konteks. Orang yang gemar membaca teks
yang mengandung manfaat, akan menemukan beberapa
tujuan yang hendak dicapainya, tentu teks yang dibaca juga
harus mudah dipahami sehingga dapat terjadi interaksi
antara pembaca dengan teks.
Senada dengan salad (2014:34) yang menyatakan
bahwa tujuan pokok membaca adalah mengetahui dengan
jelas pesan yang tersimpan dalam bacaan, baik diutarakan
secara gemblang maupun tersembunyi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tujuanmembaca adalah menggali
informasi yang terkandung dalam suatu bacaan dengan
memahaminya secara sungguh-sungguh sehingga dapat
diperoleh fakta dan menjadikan semakin kayanya
pengetahuan pembaca.
Menurut St. Y. Slamet (2007:67) membaca adalah laku
penguraian tulisan, suatu analisis bacaan. Dengan demikian,
membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide,
aktivitas pembaca yang curahan jiwa dalam menghayati
naskah.
Menurut H.G. Tarigan (dalam St. Y. Slamet 2007:66)
menyatakan bahwa membaca dalah suatu proses yang

MEMBACA PUISI
dilakukan serta dipergunaan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Jadi, membaca puisi ialah memahami apa yang ingin
disampaikan yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin
disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi pada
hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan
nn, dipikirkan, atau dialami. Oleh karena itu, pembaca puisi
sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada dibalik
puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil
interpretasi pembaca terhadap puisi. Dalam membaca puisi,
emosi juga sangat penting.
Secara umum tujuan membaca menurut akidah (dalam
Djuanda, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Salah satu tujuan membaca ialah mendapatkan
informasi. Informasi yang dimaksud disini
mencakup informasi tentang fakta dan kejadian
sehari-hari sampai informasi tentang teori serta
penemuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini terkait
dengan keinginan pembaca untuk
mengembangkan diri.
2. Meningkatkan citra diri. Pembaca seperti ini
penulis kenamaan bukan karena berminat pada
karya sastra tersebut. Tetapi lebih pada tujuan
meningkatkan gengsinya. Kegiatan membaca
bagi orang seperti ini sama sekali bukan
merupakan kebiasaan, hanya sesekali saja.
3. Melepaskan diri dari kenyataan pada saat
seseorang merasa jenuh, sedih, atau putus asa.
Mereka berusaha untuk mencari hiburan. Dengan
demikian, membca merupakan sublimasi atau

MEMBACA PUISI
penyaluran yang positif. Apalagi jika yang
dibacanya bacaan yang bermanfaat.
4. Membaca tujuan untuk rekreatif. Seseorang
membaca tujuan untuk kesenagan atau hiburan.
Tentu saja bacaan yang dipilih utuk tujuan bacaan
ringan yang disenanginya.
5. Mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman
estetis. Tujuan inilah yang paling tinggi. Biasanya
buku-buku yang dipilih untuk tujuan membaca
seperti ini buku yang bernilai sastra.
Crawlet dan mouintain (dalam rahim, 2008:2)
menyebut pada hakikatnya membaca, yaitu:
1. Membaca untuk mengetahui setiap bagian cerita
untuk menemukan susunan cerita
2. Membaca untuk mengetahui mengapa tokoh
melakukan suatu hal untuk menyimpulkan
3. Membaca untuk mengetahui sesuatu yang tidak
biasa dari suatu tokoh untuk mengklasifikasikan
4. Membaca untuk menemukan apakah tokoh
berhasil hidup dengan ukuran tertentu untuk
mengevaluasi, dan
5. Membaca untuk mempertentangkan sesuatu
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa di kelas
tinggi sekolah dasar (SD) hendaknya membaca nyaring
diberikan 2 jam dalam setiap minggunya, dan kegiatan
membaca dalam hati kira-kira 25 menit perharinya.
Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami teks secara lebih mendalam.
Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengamati reaksi siswa dalam kebiasaan membaca
(Rahim,2005:121).
Tujuan membaca dalam hati adalah memperoleh
informasi. Membaca dalam hati meliputi membaca ekstensif,
artinya membaca secara luas meliputi sebanyak mungkin

MEMBACA PUISI
teks dalam waktu singkat. Membaca intensif adalah studi
schemata, telah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakandalam kelas kira-kira dua sampai empat
halaman setiap hari.
Harris dan Sipay (dalam Rahim,2005:124),
mengemukakan bahwa membaca dengan nyaring
bermanfaat untuk seluruh perkembangan anak.
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan seseorang pengarang (Tarigan,1979)
Karya sastra adalah hal yang dihasilkan oleh manusia
yang bisanya menggunakan bahas tulisan. Menurut Taum
(dalam shaddilie,2009) sastra adalah karya cipta atau fiksi
yang bersifat imajinatif atau sastra adalah pengguna bahasa
yang indah dan berguna ysng menandakan hal-hal lain.
(subasti,2011) berpendapat bahwa karya sastra adalah suatu
yang ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif yang
bertujuan hanya untuk mendapatkan nilai keindahan saja.
Karya sastra memiliki jenis yang berbeda, biasa seperti
novwl, riman ataupun cerita pendek, pyisi, drama, dan efik. K
karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, baik
menggunakan sudut pandang orang pertama ataupun orang
ketiga, menggunakan alur mundur maupun maju dan melalui
berbagai perangakat sastra baik maupun lisan.
Fungsi karya sastra dalam mengembangkan
kemampuan membaca daoat disebut sebagai nilai
pendidikan. Lehman menemukan bahwa pembelajaran sastra
membina hubungan antar sosial murid dan guru. Karya satra
juga berfungsi sebagai pemberi penguatan pada kemampuan
berfikir naratif, dan juga mengembangkan wawasan.

MEMBACA PUISI
Manfaat sastra berfungsi sebagai alat penghibur
sekaligus juga mendidik. Ada dua nilai yang diperoleh dari
sastra, yaitu:
1. Memahami kebutuhan dan kepuasan pribadi
2. Pengembangan kemampuan berbahasa
Salah satu bentuk karya sastra yaitu puisi. Puisi adalah
ungkapan perasaan, pikiran atau penghayatan kehidupan
yang dituangkan dalam bahasa yang padat dan penuh
makna(Tim Aviva,2007:52). Puisi biasanya berisi kata-kata
yang indah, bermakna dan memiliki maksud tertentu yang
terkadang sulit untuk dipahami isinya. Puisi juga
mengandung nilai estetika atau biasanya disebut dengan nilai
keindahan. Bahasa yang duguankan dalam karya sastra puisi
sangat terikat irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan
bait. Puisi biasanya digunakan dijadikan sebagai media
pengungkapan perasaan dan pikiran penyair.
Karya satra yang mementingkan aspek kabahasan
dengan kata-kata indah dan imajinatif dalam bentuk lebih
padat dengan pemilihan diksi yang tepat dinamakan puisi
(Nurgiyanto,2005:312)
Salad (2014:124) mengutarakan hakikat puisi adalah
kumpulan kata yang elok yang tersusun diatas kertas,
lembaran buku atau media lain yang sejenis. Puisi merupakan
karya sastra, akan tetapi sebagiam orang masih memandang
karya sastra sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya,
faktyanya tidak seperti itu. Puisi mempunyaifungsi dapat
memperkuat organ moral manusia, sama seperti halnya
pendidikan jasmani serta dengan puisi kita seakan-akan
dapat melihat hal yang tidak pernah kita lihat dan mendengar
apa yang tidak pernah kita dengar.
(Shelley dalam sopandi, 2010:5). Jadi, puisi merupakan
suatu karya sastra penuh unsur keindahan, kata padu dan

MEMBACA PUISI
imajinatif agar pembaca dapat merasakan suasana dan
memhami makna dalam puisi tersebut.
Damayanti (2013:73-76) membagi pusi menjadi tiga
jenis, yakni:
1. Puisi lama dalah puisi yamg terkait aturan seperti
pantun mantra, gurindam, pribahasa, dll.
2. Puisi baru adalah yang terbebas dari aturan
balada, romansa, dst.
3. Keadaan zaman seperti puisi mantra, puisi
mbeling, dan puisi konkret.
Surito (dalam yuliandri, 2016:37) menjelaskan
pembagian puisi medern, yakni:
1. Balada yaitu puisi berisi suatu kisah
2. Romansa yaitu puisi yang menggambarkan kasih
sayang terhadap seseorang
3. Himen yaitu puisi pujian-pujian terhadap tuhan
atau sesuatu yamg dianggap mulia
4. Elegi yaitu puisi yang melambangkan kesedihan
5. Ode yaitu puisi bertema mulia
6. Satire merupakan puisi berisikan sindiran
terhadap ,orang maupun keadaan.
Waliyo (2012:2) memaparkan ciri kebahasaan puisi
antara lain:
1. Pemadatan bahasa, dimana bahasa puisi bukan
seperti alenia akan tetapi larik
2. Pemilihan kata khas seperti makna kias,
perlambangan, dan rima yang benar-benar
diperhatikan puisi makin indah dan bermakna
dalam.
3. Kata konkret menggambarkan sesuatu yang lebih
konkret bagi penyair, namun sering kali pembaca
sulit mengartikannya
4. Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang
dapat memperjelas maksud penyair diantaranya
imaji visual, auditif, dan taktil

MEMBACA PUISI
5. Irama berhubungan dengan kata, frasa, kalimat,
dan bunyi, serta
6. Tata wajah puisi ibarat menggambarka isi dalam
puisi dibaca
L.A Richards (dalam waluyo, 2010:124-151) membagi
unsur puisi menjadi empat bagian, yakni:
1. Tema merupakan gagasan pokok yang
diungkapkan penyair
2. Perasaan dalma menciptakan puisi harus
diekspresikan penyair agar pembaca dapat
merasakan suasananya
3. Nada dan suasana. Nada adalah sikappenyair
terhadap pembaca. Sedangkan, suasana adalah
akibat yang ditimbulkan puisi setelah pembaca
membacanya, dan
4. Amanat merupakan pesan yang hendak
disampaikan penyair.
Langkah-langkah dalam membaca puisi yakni:
1. Paham isi puisi sebelum membacanya
2. Berilah jeda teks berdasarkan kesatuan makna
agar mudah dalam membaca
3. Berilah tekanan yang tepat
4. Bcalah puisi dengan penuh penghayatan,
bersungguh-sungguh dan total
5. Sering berlatih membaca puisi agar dapat
menemukan irama yang tepat.
Diperlukan teknik membaca puisi, seperti yang
disarabkan oleh adler dan charles (2012:257) terdapat empat
hal, yakni:
1. Membaca keseluruhan tanpa berhenti, walaupun
anda memahami atau tidak
2. Baca lagi puisi seluruhnya, dan bacalah bersuara
3. Memahami puisi dalam kesatuannya, walaupun
pemahaman itu samar-samar
4. Membaca puisi berulang-ulang

B. Membacakan Puisi dengan Lafal yang Benar

MEMBACA PUISI
Lafal adalah pengucapan kata secara tepat dan jelas.
Maksudnya, ketika Anda membacakan puisi, kata-kata yang
terdapat pada puisi tersebut yakni vokal dan konsonannya
harus diucapkan secara tepat, sesuai dengan rambu-rambu
pengucapan yang semestinya. Berikut ini adalah langkah-
langkah yang bisa dilakukan untuk melatih pelafalan yang
tepat.
1. Ucapkanlah vokal dibawah ini dengan jelas!
AIUEO
AIUEO
AIUEO
OIEAU
2. Ucapkanlah kata-kata yang mengandung vocal di bawah
ini dengan jelas!
a. Ucapan vocal /a/ akan menjadi lebih panjang apabila
berada pada suku kata terbuka. Misalnya, vocal /a/
pada suku terakhir pada kata-kata:
ser-ta
lu-pa
b. Ucapan vokal /a/ menjadi agak singkat apabila berada
pada suku kata tertutup. Misalnya, vokal /a/ pada suku
akhir pada kata-kata:
de-pan
be-sar
hi-tam
c. Ucapan vokal /a/ akan mendapat bunyi hamzah apabila
berada pada suku terbuka yang diikuti oleh suku lain
yang mulai dengan vokal /a/ juga. Misalnya, vokal /a/
pada suku pertama pada kata-kata:
ma-af
na-as
sa-at
d. Ucapan vokal /i/ menjadi lebih nyaring karena posisi
lidah lebih tinggi apabila vokal /i/ itu:
· berada pada suku terbuka. Misalnya pada kata
i -ngat
bi -na

MEMBACA PUISI
· berada pada suku akhir tertutup dari sebuah kata
dasar yang diberi akhiran –i atau akhiran –an.
Misalnya pada kata
sa-kit –i
sa-ring –an
e. Ucapan vokal /i/ menjadi kurang nyaring karena posisi
lidah berada lebih rendah apabila vokal /i/ itu berada
pada suku tertutup. Misalnya pada kata:
ta-rik
ba-lik
f. Ucapan vokal /i/ mendapat bunyi pelancar y yang
apabila vokal /i/ itu berada pada suku terbuka dan
diikuti oleh sebuah suku kata yang dimulai dengan
vokal /a/, /u/, atau /o/. Misalnya, pada kata
ti -ap ucapannya menjadi [ tiyap ]
ri -ak ucapannya menjadi [ riyak ]
g. Ucapan vokal /u/ akan menjadi lebih panjang karena
posisi lidah berada lebih tinggi apabila vokal /u/ itu
berada pada suku kata terbuka. Misalnya, pada kata:
han-tu
la-bu
h. Ucapan vokal /u/ akan menjadi lebih singkat karena
posisi lidah berada agak rendah apabila vokal /u/ itu
berada pada suku kata tertutup. Misalnya, pada kata:
ka-pur
ka-mus
i. Ucapan vokal /u/ akan mendapat bunyi pelancar w
apabila berada pada suku kata terbuka yang diikuti
oleh suku kata yang lain yang dimulai dengan vokal /a/,
/i/, atau /e/. Misalnya, pada kata:
u-ang ucapannya [ uwang ]
ku-at ucapannya [ kuwat ]
j. Ucapan vokal /e/ diucapkan menjadi lebih panjang
pada suku kata terbuka. Misalnya pada kata:
be-sar
ke-ras

MEMBACA PUISI
k. Ucapan vokal /e/ diucapkan menjadi lebih singkat pada
suku kata tertutup. Misalnya pada kata:
lem-bu
kem-bang
l. Ucapan vokal /é/ diucapkan agak panjang jika berada
pada suku kata terbuka, pada suku kata terbuka.
Misalnya pada kata:
sa-te
tau-ge
m. Ucapan vokal /é/ diucapkan agak singkat jika berada
pada suku kata tertutup. Misalnya pada kata:
be -lok
de-kor
n. Ucapan vokal /o/ diucapkan menjadi panjang pada suku
kata terbuka. Misalnya pada kata:
ra-di-o
ka-do
o. Ucapan vokal /o/ diucapkan menjadi lebih singkat jika
pada suku kata tertutup. Misalnya pada kata:
kan-tong
beng-kok

cobalah lafalkan kata-kata di bawah ini dengan baik!


 bagus
 binar
 cepat
 lambat
 jauh
 buka
 serbu
 lomba
 padat
 lembu
 hadir
 adat

Bacalah puisi dibawah ini dengan pelafalan saja!


Puisi 1
Luka di Hatiku

MEMBACA PUISI
Di malam syahdu
Kuratapi luka sukmaku
Yang begitu dalam
Menambah keheningan malam

Di ujung timur
Kegemparan terjadi
Antar sesama
Saling mengejek
Bahkan saling membunuh

Di tempatku berpijak
Banyak sekali masalah
Narkoba di mana-mana
Perampokan dilakukan
Korupsi dilaksanakan

Ya Allah
Apakah ini salah hamba-Mu?
Maka ku bertaubat pada-Mu
Maafkanlah hamba-Mu
Dan selamatkan negeri ini
(Fauzia Farida, Majalah Ummi, No. 11/XIX Maret
2008/1429 H)

Puisi 2
Ibuku Tersayang
Oh Ibu
Betapa sayangnya aku padamu
Kau selalu melindungiku

MEMBACA PUISI
Kau tak bisa pisah dariku
Oh Ibu
Sembilan bulan kau mengandungku
Dengan susah payah kau
Mempertahankanku
Perjuanganmu membuatku terharu
Berjuang antara hidup dan mati
Oh Ibu
Aku tak bisa membalas jasamu
Hanya berdoa dan berdoa yang bisa
kulakukan untukmu
(Annas Emma A, kelas 4 SD Muhammdiyah
Sleman, Majalah Ummi No. 10/XIX/Februari
2008/1429 H)

Puisi 3
WAKTU
waktu seakan tidak mau dimadu
ketika aku ingin bermesraan dengan masa lalu
ia menjadi jari-jari
yang meletuskan butir-butir gelembung
lamunan demi lamunan
yang terbang ke atap angkasa
(Wahyudi Siswanto)

C. Membacakan Puisi dengan Intonasi yang Indah


Intonasi adalah tinggi rendahnya suara.Intonasi ini
berkaitan dengan nada dalam puisi tersebut.Misalnya,
nadanya sedih maka intonasinya rendah, sebaliknya jika
nadanya bersemangat maka intonasinya tinggi.
Latihan Bersama-sama

MEMBACA PUISI
1. Tarik napas dalam-dalam, kemudian keluarkan dengan
pelan-pelan melalui mulut!
2. Ucapkanlah bunyi-bunyi vokal secara bergantian dengan
nada yang berbeda-beda!
A —— I ——— E ——— O —— U O—— U —— I —— E
—— A
3. Kemudian ucapkanlah beberapa kata dengan nada yang
berbeda-beda!
a. ibu
b. penuh
c. angin
d. biru
e. marah
f. tertawa
g. sedih
h. surga
i. bisik
j. pantai
k. laut
l. suka
m. duka
n. cinta
o. pernah
p. senja
q. jingga
r. hijau
s. kupu-kupu
t. ungu
u. cantik
v. pahlawan

Contoh 1 (dibaca dengan intonasi naik karena bernada


semangat)
Diponegoro

Di masa pembangunan ini


tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti


Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

MEMBACA PUISI
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju

Ini barisan tak bergenderang-berpalu


Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju

Bagimu negeri
Menyediakan api

Punah di atas menghamba


Binasa di atas ditinda
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.

(Chairil Anwar)

Contoh 2 ( dibaca dengan intonasi merendah karena


bernada meminta pada Tuhan)
DOA
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh

Cayamu panas sunyi


Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

MEMBACA PUISI
Di pintumu aku mengetuk
Aku tak bisa berpaling.

(Chairil Anwar)

Contoh 3 (dibaca dengan intonasi rendah atau turun


karena mengungkapkan kesedihan)
Sajak Prihatin
Katakan kawan apa yang mesti kulakukan
bila setiap saat mesti kusaksikan
demi perut tega saling sikut
demi uang dan sejumput kenikmatan orang
menjual kehormatan
O, katakan kawan apa mesti kulakukan
karena diam menganggapnya drama kehidupan
aku disiksa jerit nurani kemanusiaan
sementara menulisnya di koran
hanya kertas pembungkus kacang

(Aji Sayekti, Purworejo)

D. Membacakan Puisi dengan Ekspresi yang Benar


Ekspresi berkaitan dengan mimik muka dan gerak
tubuh. Untuk bisa berekspresi dengan tepat, maka
sebelumnya Anda harus memahami dan menghayati isi puisi
yang akan dibacakan.
Untuk latihan penghayatan, Anda bisa melakukan dengan
cara berimajinasi.
1. Sebelumnya ambillah posisi semedi. Kemudian tarik napas
dalam-dalam seperti pada point 1 pada latihan pelafalan
dan intonasi!
2. Kosongkan pikiran Anda, dalam arti lupakan semua
masalah-masalah Anda, apa yang sudah Anda alami hari
ini dan sebelumnya, dan semua hal yang melingkupi
pikiran Anda buanglah jauh-jauh!
3. Bayangkanlah hal-hal yang terdapat pada puisi yang akan
Anda baca, hayati dan resapi!
Coba Anda baca dan resapi puisi di bawah ini!

Contoh 1

MEMBACA PUISI
Pagi
Pagi yang indah
Indah di hati
Embun yang basah
Indah sekali

Sejuk dan segar


Bunga pun wangi
Angin yang menyebar
Indah menawan hati

Matahari bersinar
Burung-burung terbang
Kupu-kupu yang bersandar
Dengan hati riang
(Yumna Farras, Majalah Mentari, Minggu ke II, April
2003, tahun XXI)

Untuk menghayati puisi di atas, bayangkanlah Anda


sedang berada di suasana pagi yang indah. Bayangkan Anda
sedang menyentuh embun yang basah, bertemu dengan
burung-burung, dan kupu-kupu yang sedang menghisap
madu bunga.Resapilah keadaan teersebut.
Contoh 2
Jakarta
Jakarta,
tidak aman bagiku selalu
terungkap lagi segala yang lalu
betapa kan kuredakan kepedihan ini
betapa kerinduan
keharuan ini, adalah

kepedihan cerah cuaca luas


menggetarkan siang hari yang biru
menggetarkan pula jaringan luka-luka beku
yang telah ditimbun dengan kenangan
dengan kenangan, kenangan selalu

kerinduan panas hari yang menyilau


merangsang uap dan debu
pada bayang-bayang sejuk di taman hening
tergolak rasa menyeluruh
tersingkap akhirnya pada takdir

MEMBACA PUISI
keharuan malam yang menyesakkan
malam tiada membawa harap
tidak tergenggam kepiluan hati
tidak terjawab pertanyaan
oleh lentera malam di jalanan senyap

kusangka sejarah bergerak maju


betapa beda Salemba dahulu
tetapi
Jakarta
selalu…..
(Toety Heraty)
Berbeda dengan contoh 1, puisi pada contoh 2 bercerita
tentang kesedihan penyair terhadap kota Jakarta. Rasakan
kesedihan puisi tersebut dengan membayangkan kata-kata
luka-luka beku dan kepiluan hati.

Untuk latihan mimik gerak dan ekpresi, Anda bisa mengikuti


langkah-langkah di bawah ini.
a. Lakukanlah senam muka dan menggerakkan semua yang
ada dalam tubuh organ tubuh Anda! Misalnya:
• latihan tersenyum;
• latihan melotot;
• latihan merengut;
• latihan menangis;
• latihan bermuka malu-malu;
• latihan histeris;
• latihan berwajah takut;
• latihan berwajah garang;
• latihan berwajah bingung;
• latihan berwajah memelas;
• latihan bermuka masam; dan
• latihan berwajah murung.
b. Berbarislah dengan membentuk formasi lingkaran lalu
bergantian maju ke tengah untuk membaca baris-baris
puisi di bawah ini dengan ekspresi yang tepat!
• Kutatap dua bola matamu (diekspresikan dengan mata
yang menatap tajam ke arah pendengar)

MEMBACA PUISI
• Ribuan kesedihan tersirat di sana (menggerakkan jari
telunjuk ke arah pendengar)
• Kau yang kini tersungkur di mihrab-Nya (tangan
digerakkan ke atas, sambil pandangan mata tertuju ke
atas)
• Mencoba berpasrah akan apa yang mendera
(memejamkan mata sambil salah satu tangan
bersedekap)
• Luka itu masih harus kau bawa (mata terbuka, baris ini
diucapkan dengan penuh semangat)
• Anehnya, masih kudapati senyum pada bibirmu (bibir
menyunggingkan sedikit senyum dan berwajah
keheranan)

Sekarang kembalilah duduk di tempat masing-masing


dan cobalah memberikan ekpresi seperti contoh di atas pada
beberapa contoh puisi di bawah ini, pilih salah satunya saja!
Contoh 1
Cintamu Ibu
Tangis kehidupan mengoyak masa
Sinar Mentari hangat menerpa
Adzan pertama bergema
Ku meronta....
Elusimu lembut Hangat berjuta cinta
Binar matamu penuh kejora
Dian pembimbingmu
Menuju cita dan cinta

(Larasati Soetono, Surabaya)

Contoh 2
KESUNYIAN
Kesunyian laksana daun-daun
bergoyang dirindui angina
disunyiku sebaris mimpi berkelana
kadang menetap di raut bingkai

Kesunyian melahirkan kata menjadi arif


yang bukan suka bukan duka
disunyiku seribu kunang-kunang melantunkan syair

MEMBACA PUISI
alirkan kerapuhan dalam indahnya
tak terbagi oleh tafsir

Dalam sunyiku adalah tempat


untuk melingkari gerak
hingga terlelap dilakonmu

Kesunyian laksana jejak panjang


tergenggam di telapak tangan
disunyikan cemburuku pada diam

(Farida)

Contoh 3
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.”

(Karya: Taufik Ismail)

Jika Anda ingin mampu membacakan puisi dengan


ekspresi yang benar, maka Anda harus menghayati isi puisi
kemudian menafsirkan isi puisi tersebut ke dalam mimik
muka dan gerak tubuh. Oleh karena itu, Anda perlu
memahami aneka macam mimik muka dan gerak tubuh yang
menggambarkan perasaan tertentu

MEMBACA PUISI
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang cepat
untuk mengevaluasi kemajuan ketrampilan membaca. Dari
kegiatan ini guru akan mengetahui pemahaman siswa
tentang pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan
kebutuhan pengajaran yang spesifik.
2. Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan
untuk pembaca, dan bagi pendengar berfungsi untuk
meningkatkan keterampilan menyimaknya.
3. Membaca nyaring juga bisa melatih siswa untuk
mendramatisasikan puisi atau cerita dan memerankan
pelaku yang terdapat dalam cerita.
4. Membaca nyaring menyediakan suatu media bekerja
untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri,
terutama lagi dengan anak yang pemalu.
5. Lafal adalah pengucapan kata yang tepat dan jelas.
6. Ekspresi berkaitan dengan mimik muka dan gerak tubuh.
Untuk bisa berekspresi dengan tepat, maka sebelumnya
Anda harus memahami dan menghayati isi puisi yang akan
dibacakan.
7. Jika Anda ingin mampu membacakan puisi dengan
ekspresi yang benar, maka Anda harus menghayati isi
puisi kemudian menafsirkan isi puisi tersebut ke dalam
mimik muka dan gerak tubuh. Oleh karena itu, Anda perlu
memahami aneka macam mimik muka dan gerak tubuh
yang menggambarkan perasaan tertentu.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya
banyak kekurangan dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana
makalah ini dapat disusun setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat

MEMBACA PUISI
mencakup substansi materi yang ingin disampaikan sehingga tujuan
pembelajaranpun dapat terpenuhi.Dalam kesempatan ini kami selaku
penyusun tentunya sangat mengharapkan segala saran,kritik dan pengayaan
yang bersifat membangun dan dapat diberikan landasan pijakan dari teori
yang akan kami tambahkan demi kesempurnaan penyusunan yang akan
datang.

MEMBACA PUISI
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil .1999. Derai-derai Cemara . Jakarta: Horison


Majalah Ummi No 10/XIX/ Februari 2008/1429 H.
Majalah Ummi No. 11/ XIXX/ Maret 2008/1429 H.
Rahim,Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi
Aksara.

MEMBACA PUISI

Anda mungkin juga menyukai