Anda di halaman 1dari 7

DASAR TEORI

PEMBUATAN IODOFORM

Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesa berdasarkan reaksi


halogenasi dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton dan
menggunakan natrium hidroksida. Dalam percobaan ini pertama-tama iodium
direaksikan dengan aseton untuk menetralisir iodium yang bersifat higroskopik yang
selanjutnya direaksikan dengan NAOH untuk membentuk iodoform yang di harapkan
(Susanti, 2008).

Menurut Irawan Iodoform adalah senyawa organoiodine dengan rumus CHI3.


Sebuah kuning pucat, kristal, zat mudah menguap, ia memiliki bau menembus dan
analog dengan kloroform, rasanya manis. Hal ini kadang-kadang digunakan sebagai
disinfektan (irwandi, 2014: 21)

Sedangkan menurut Vogel Iodoform adalah suatu senyawa yang banyak


digunakan dalam bidang farmasi, iodoform (salah satu zat berkhasiat terkenal)
merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh, maka sebagai tinktur lod
banyak digunakan sebelum injeksi. Efek sampingnya warna cokelatnya dan kadang
terjadi dermatitis (elergi kulit), hampir semua kuman patogen termasuk fungsi dan virus
dimatikan oleh Iodium .Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama.
Dalam sintesis Iodoform adalah pembuatan senyawa iodoform dari iodium dengan
penambahan aseton sebagai pereaksi dan natrium hidroksida untuk mempercepat reaksi
(Vogel, 2012)

Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi


halogenasi (halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi / Penggantian karena atom
halogen menggantikan posisi hidrogen dalam struktur), dengan bahan dasar Iodium yang
direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan natrium hidroksida sebagai
katalisator. Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfoktan dan antiseptik. Antiseptik merupakan zat yang bekerja
bakteoriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit mukosa dan melawan
bakteri pada luka sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid,
digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang –
kadang sebagai antiseptik dan desinfakten dibidang kedokteran gigi (Vogel, 2012)

Iodine merupakan unsur halogen yang reaktif, dan berbentuk padat berwarna biru
hitam pada suhu kamar, serta dalam bentuk murninya iodine mrupakan senyawa yang
bersifat racun. Seperti sifat halogen lainnya , iodine mudah beraksi dengan unsur – unsur
lain, dapat larut dalam air. Selain itu, iodine juga larut dengan cepat dalam larutan
natrium iodide (Sunardi, 2009).

Di alam, iodine terdapat dalam bentuk senyawa – senyawa yang banyak tersebar
di dalam air laut, tanah dan batuan. Selain itu iodine juga terdapat dalam jaringan tubuh
organisme laut (misalnya dalam ganggang laut) dan dalam garam Chilli yang
mengandung 0,2 5 natrium iodat (NaIO3)(Sunardi, 2009).
Jika iodine ditambahkan pada larutan bersifat alkali contohnya natrium hidroksida,
maka akan terbentuk natrium hipoklorit, NaIO, atau senyawa lain yang serupa, dimana
iodine tidak bereaksi dengan arsenit. Oleh karena itu kelebihan natrium hidroksida harus
dinetralkan (Susanti, 2008).

Iodoform pertama kali disintesis oleh George Serullas pada tahun 1882 dan
rumus molekul di identifikasi pertama kali oleh Jean Baptieste Dumas pada tahun 1834.
Hal ini disintetis oleh reaksi haloform reaksi iodium dengan natrium hidroksida dengan
salah satu dari empat jenis den senyawa organik yaitu metal keton, asetaldehida, etanol
dan alkohol sekunder tertentu. Reaksi Iodium dengan basa metil keton akan
menghasilkan endapan berwarna kuning pucat (iodoform test). Selain dari warnanya,
iodoform dapat dikenali dengan baunya yang khas yaitu berbau obat. Iodoform adalah
senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine dengan etanol / aseton dan asetaldehida
dalam suasana basa. Iodoformadalah zat padat kuning dengan bau yang khas. Iodoform
banyak digunakan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai antiseptik terhadap luka-luka
lecet, karena membebaskan I2 yang dapat membunuh bakteri. Selain itu juga masih
dalam bidang kedokteran iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan
pencegah pertumbuhan bakteri (Carey, 2006).
Iodoform sangat sukar larut dalam air dan sedikit larut dalam alcohol. Senyawa
ini di dekomposisi oleh cahaya, alkalis, tannin, dan Merkuri klorida lemah. Senyawa ini
juga incompatible dengan Merkuri oksida. Jika suatu senyawa iodida direaksikan dengan
larutan perak nitrat, akan terjadi endapan kuning pucat, yang tidak larut dalam asam
nitrat encer dan larutan amonia. Untuk membedakanya dari perak klorida dan perak
bromida adalah bahwa perak iodida tidak membentuk kompleks perak diamin yang larut
dengan amonia. Jika suatu senyawa iodida direaksikan dengan asam encer dan kalium
bikromet, akan terjadi iod yang mudah larut dalam kloroform dengan warna violet
kemerahan. Daam larutan asam, iodida dioksidasi menjadi iod yang larut dalam senyawa
hidrogen karbon dan hidrogen karbon yang terhalogenasi dengan warna violet
kemerahan(Carey,2009).
Iod adalah pembunuh kuman, fungi dan virus yang terkuat dengan daya kerja
cepat. Begitu pula spora-spora jamur dinaikkan, walaupun diperlukan waktu yang lebih
lama: 2% dalam 2-3 jam. Sebagai efek sampingnya timbul warna coklat dan adakalanya
radang kulit (dermatitis). Tingtur iod 2% dalam alkohol 50% tidak digunakan lagi karena
bersifat merangsang (Carey,2009).

Iodoform merupakan senyawa halo alkana yang penting. Iodoform berupa zat
padat berwarna kuning mempunyai efek melumpuhkan syaraf pernapasan. Iodoform
digunakan untuk identifikasi etanol dalam suatu bahan dan sebagai bahan antiseptik
(Sunardi, 2009).
Iod dan kompleks iod. Iod masih merupakan salah satu desinfektan yang
terpenting, karena kerjanya cepat dan dapat dipercaya. Pada penanganannya senyawa iod
juga lebih nyaman ndaripada senyawa halogen lain dan tidak begitu merangsang kulit
(Mustchler, 2006).

Pada bidang farmasi, iodoform adalah salah satu zat berkhasiat terkenal,
merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit. Maka sebagian tinktur iod
digunakan sebelum injeksi. Efek samping warna coklat dan kadang terjadi dermatitis,
hamper semua kuman pathogen termasuk fungi di usus dimatikan oleh iodium
(Carey,2009).

Iodoform adalah turunan trihalogen sederhana metana lainnya. Iodoform diperoleh


dengan mensubtitusikan 3 atom hydrogen dari metana oleh 3 atom iodium. Iodoform
adalah Kristal kuning padat dengan karakteristik bau yang tidak menyenangkan.
Iodoform meleleh pada suhu 392 K ( 119oC) (Anonim, 2016).
Reaksi alkana dengan halogen disebut halogenasi. Halogenasi pada dasarnya
adalah reaksi substitusi (pergantian) karena atom halogen menggantikan posisi hidrogen
dalam struktur. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dalam proses halogenasi, reaksi
berlangsung dalam beberapa langkah yang disebut reaksi rantai radikal bebas. Yaitu
(Anonim, 2016).:
1. Tahap inisiasi, adalah proses pemecahan ikatan molekul halogen menjadi dua atom
radikal bebas yang reaktif
2. Tahap propagasi, radikal halogen berinteraksi dengan molekul metana, kemudian
membentuk hidrogen dan radikal metil
3. Tahap terminasi, merupakan tahap penghentian reaksi.
Pada halogenasi aldehid dan keton, reaksi dapat dipercepat dengan penambahan
asam atau basa. Telah ditemukan bahwa kecepatan halogenasi suatu keton berbanding
langsung dengan konsentrasi asam yang ditambahkan, tetapi tidak bergantung pada
konsentrasi atau jenis halogen yang digunakan (klor, brom, atau iod). (Mutschler, 2009).
Halogenasi terhadap keton asimetris seperti metil propil keton memperlihatkan
bahwa orientasi halogenasi terjadi lebih dominan terhadap karbon yang lebih
tersubstitusi. Di dalam halogenasi terkataliss basa terhadap keton, ditemukan juga bahwa
kecepatan reaksi sama sekali tidak tergantung pada konsentrasi dan identitas halogen ).
(Mutschler, 2009).
Iodroform merupakan senyawa organik yang dalam bidang kedokteran gigi masih
kadang-kadang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Desinfektan adalah zat-zat
yang bekerja bakterisid yang digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari
mikroba, tetapi juga dipakai pada produk eksresi orang sakit. Zat ini juga bekerja
mematikan pada hampir semua sel hidup lainnya. Sedangkan antiseptik umumnya
bekerja bakteriostatik. Biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan
melawan infeksi pada luka ). (Mutschler, 2009).
Beberapa kegunaan spesifik iodine (Sunardi,2009) :

a. Natrium iodide (NaI) yang digunakan dalam garam dapur berfungsi untuk mencegah
b. penyakit gondok.
c. Iodoform (CHI3) digunakan sebagai desinfektan (untuk mengobati penyakit borok).
d. Digunakan dalam industri tapioca.
e. Larutan iodine dalam alcohol digunakan sebagai obat luka.
f. Radioisotope iodine digunakan dalam bidang kedokteran dan penelitian.
g. Beberapa jenis senyawa iodine digunakan sebagaioksidator.
Umumnya dapat diterima tubuh dengan baik, walupun dapat pula menimbulkan
rangsangan local atau (jarang) reaksi alergi. Terutama pada penggunaan untuk mukosa
atau daerah luka yang cukup luas, karena terabsorpsi, dapat menimbulkan bahaya efek
samping sistemik (misalnya krusakan ginjal pada pasien dengan luka bakar yang hebat)
(Mustchler, 2009).
Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan menggantikan
sufiks -a pada alkana induk dengan -on. Untuk keton yang umumnya dijumpai, nama-nama
tradisional digunakan, seperti pada aseton dan benzofenon, nama-nama ini dianggap sebagai
nama IUPAC yang dipertahankan walaupun beberapa buku kimia menggunakan nama
propanon. Okso adalah tatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton. Namun prefiks
lainnya juga digunakan dalam berbeagai buku dan jurna. Gugus karbonil bersifat polar,
sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus karbonil akan berinteraksi dengan air
melalui ikatan hidrogen, sehingga keton larut dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan
hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak akan membentuk ikatan hidrogen dengan
dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam
karboksilat. Keasaman. Hidrogen-α keton lebih asam (pKa ≈ 20) daripada hidrogen alkana
biasa (pKa ≈ 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk
ketika berdisosiasi. Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah penting dalam reaksi enolisasi
keton dan senyawa karbonil lainnya (Underwood, 2009).

Keton dan aldehida dapat dihalogenasi pada posisi alfanya bila


direaksikan dengan Cl2, Br2, atau I2 dalam kondisi asam.
Sebagaimana senyawa kimia lainnya, iodoform ini memiliki sifat-sifat kimia dan fisika.
Diantara sifat kimia iodoform dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis(1-ethylguinoline-4-


trimetinaiomine).
2. Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 – (tetraidometane)
3. Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)
4. Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat
karbilamine membentuk isosianida.
5. Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.
6. Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.
7. Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu
pada lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.
8. Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang berwarna
violet dari iodium.
9. Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3(argentum nitrat) tidak
memberikan endapan kuning perak iodida (Agl).
10. Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.
Sedangkan sifat fisika iodoform dapat dirinci sebagai berikut :

1. Bentuk berupa kristal kuning berkilauan


2. Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3. Titik lebur 119-1230C
4. Berat jenis 4,00 gr/mil
5. Berat molekul 393,73
6. Komposisi C = 3,05 g ; H = 6,266 g ; I = 96,496 g
7. Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar
8. Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O
9. Memiliki bau yang khas
10. Sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam akohol
11. Perlahan-lahan larut dalam pentaoida atom

DAFTAR PUSTAKA

Irwandi, Dedi. 2014. Expriment’s of organic chemistry. Jakarta: P.IPA-FITK press

Underwood A.L , JR. R.A. Day. 2009. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta
Erlangga

Vogel. 2012. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.

Anonim, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Sintetik, UMI : Makassar.

Arora, A., 2009, Hydrocarbons, alkanes, alkens, and Alkynes, Discovery Publishing House :
New Delhi.

Carey, Francis A., 2009, Organic Chemistry Sixth Edition, New York,Mcgraw-hill.
Mutschler, E., 2009, Dinamika Obat, farmakologi dan toksikologi. ITB, Bandung.

Sunardi, 2009,116 UNSUR KIMIA, Deskripsi dan Pemanfaatannya, Penerbit Yrama Widya :
Bandung.

Susanti,S., dkk, 2008, Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif, Fakultas Farmasi UMI: Makassar.

Tan HT, Rahrdja, K, 2010, Obat-obat sederhana untuk gangguan sehari-hari EMK; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai