Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PERPINDAHAN MASSA DIFFUSIONAL

ABSORBSI

DISUSUN OLEH:
Eliana [17614001]

Shereen Maranatha A [17614002]

Aldania Yulianti [17614007]

Juniardo Hose Manullang [17614025]

Septian Pratama [17614039]

Nova Mardiana A [17614056]

TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2018-2019


LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

ABSORBSI

DISUSUN OLEH :
NAMA/NIM :
1. Eliana (17614001)
2. Shereen Maranatha A (17614002)
3. Aldania Yulianti (17614007)
4. Juniardo Hose M (17614025)
5. Septian Pratama (17614039)
6. Nova Mardiana A (17614056 )

JENJANG : D3 Petro Dan Oleo Kimia


KELAS : IV A
KELOMPOK : 1 (SATU)
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal………………………..2019
Mengesahkan dan Menyetujui
Dosen pembimbing

Sitti Sahraeni, S. T., M.Eng


NIP. 19741007 200112 2 003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menukur absorbsi gas CO2 ke dalam air yang mengalir kebawah kolom
menggunakan alat analisa gas.
2. Menghitung laju absorbsi CO2 ke dalam air menggunakan metode titrasi.
3. Membandingkan data praktikum dengan data secara teori.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Absorbsi

Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisible (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada
absorbsi kimia juga disebut absorbsi kimia). Komponen gas yang dapat
menggandakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan
yang lebih tinggi, karena itu absorbsi kimia lebih mengungguli absorbsi fisika.

Bidang utama penggunaan absorbsi adalah pembersihan gas (misalnya gas


buang) dan pemisahan campuran gas (bertujuan untuk memperoleh kembali
komponen). Absorbsi juga memainkan peranan penting dalam kaitannya dengan
proses kimia, misalnya pada pembuatan asam sulfat (absorbsi SO3) dan asam nitrat
(absorbsi NO dan NO2). Pada semua absorber akan dilepaskan panas absorbsi yang
(khusunya pada ikatan fisik) menghambat kelarutan. Pada pembebanan yang rendah,
dapat dilakukan sirkulasi absorben untuk mengeluarkan panas absorbsi dengan cara
penyerapan. Tetapi pada pembebanan yang tinggi, penguapan yang tinggi penyerapan
seperti itu sering terjadi tidak dapat diterapkan untuk menghindari peningkatan suhu.
Dan hal semacam itu seperti pada absorbsi NH3 dan HCL dengan air harus dipasang
suatu pendingin antara dalam sistem sirkulasi absorben.

Kecepatan absorbsi merupakan ukuran perpindahan massa antara fase gas dan
fase cair. Disamping pada perbedaan konsentrasi dan luas permukaan absorben,
kecepatan tersebut juga tergantung pada faktor-faktor lainnya. Contoh: tergantung
pada suhu) peningkatan pelarutan pada suhu yang lebih rendah, tekanan (peningkatan
kelarutan yang lebih tinggi) dan viskositas (pada absorbsi kimia kelarutan hanya
dipengaruhi sedikit oleh suhu tetapi viskositas menurun drastis dengan naiknya
temperatur).

Pada absorbsi gas, uap yang dapat larut diserap dari campurannya dengan gas
tak aktif atau lemban (inert) dengan bantuan zat cair dimana gas terlarut (solute gas
dapat larut, banyak atau sedikit. Contoh operasi ini adalah pencucian amonia dengan
air, dari campuran amonia dan udara. Zat terlarut itu kemudian dipulihkan dari zat
cair dengan cara destilasi, sedangkan zat cair penyerap selanjutnya dapat dibuang
atau digunakan kembali. Kadang-kadang zat terlarut itu dikeluarkan dari zat cair
dengan mengontakkan dengan gas lemban (inert gas). Operasi ini yang merupakan
kebalikan dari absorbsi disebut desorbsi atau pelucutan gas. Dalam banyak proses
teknologi penting, absorpsi kimia digunakan untuk proses fisika, misalnya absorpsi
karbon dioksida oleh natrium hidroksida – semacam proses asam-basa yang tidak
mematuhi hukum partisi Nernst.

Beberapa contoh efek ini dapat dilihat pada artikel ekstraksi cair-cair. Adalah
hal yang mungkin untuk mengekstraksi suatu zat terlarut (solut) dari sastu fase cair ke
fase cair lainnya tanpa reaksi kimia. Contoh solut semacam ini adalah gas mulia dan
osmium tetroksida.Proses absorpsi berarti bahwa zat menangkap dan memindahkan
energi. Absorben mendistribusikan bahan yang ditangkapnya secara menyeluruh,
sementara adsorben hanya mendistribusikannya di permukaan saja.
Proses gas atau cair yang menembus ke dalam badan adsorben secara umum
dikenal sebagai absorpsi. Jika absorpsi adalah suatu proses fisika yang tidak
berhubungan dengan proses fisika atau kimia, biasanya ia memenuhi hukum
distribusi Nernst: "perbandingan konsentrasi beberapa spesies zat terlarut dalam dua
fase ruah yang saling kontak pada kesetimbangan adalah konstan untuk zat terlarut
dan fase ruah terentu"

Nilai konstanta KN bergantung pada suhu dan disebut koefisien partisi.


Persamaan ini valid jika konsentrasi tidak terlalu besar dan jika spesies "x" tidak
berubah bentuk dalam kedua fase. Jika molekul semacam ini mengalami asosiasi atau
disosiasi, maka persamaan ini tetap dapat menjelaskan kesetimbangan antara "x"
dalam kedua fase, tetapi hanya untuk bentuk yang sama – konsentrasi seluruh bentuk
yang tersisa harus dikalkulasi dengan melibatkan kesetimbangan secara keseluruhan.
Dalam kasus absorpsi gas, perhitungan konsentrasi dapat dilakukan dengan
menggunakan, misalnya Hukum gas ideal, c = p/RT. Cara lainnya, dapat digunakan
tekanan parsial untuk menggantikan konsentrasi.

1.2.2 Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorbsi
pada permukannya, baik secara fisik maupun dengan reaksi kimia. Berlawanan
dengan adsorben memiliki permukaan dalam yang luas, pada adsorben yang harus
dibuat luas adalah permukaan luarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mencerai-
beraikan cairan, misalnya menjadi tetesan-tetesan.
Absorben (juga sering disebut dengan cairan pencuci) harus memenuhi
persyaratan yang sangat beragam misalnya bahan itu harus:
 Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
 Sedapat mungkin sangat selektif.
 Memiliki tekanan uap rendah.
 Sedapat mungkin tidak korosif.
 Mempunyai viskositas yang rendah.
 Stabil secara rendah.
 Murah.
Absorben yang sering digunakan adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut
atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), Natrium Hidroksida (untuk
gas-gas yang dapat bereaksi dengan asam) dan Asam Sulfat (untuk gas-gas yang
bereaksi dengan basa).
Berdasarkan aturan ekonomi dan kelestarian lingkungan absorben
kebanyakan dikembalikan ke dalam alat absorbsi dengan sirkulasi sehingga bahan
tersebut terbebani secara penuh. Kemudian absorben diolah lebih lanjut untuk
keperluan lain, dibuat menjadi tidak berbahaya atau diregenerasi.

1.2.3 Absorbsi dan Menara Isian

Suatu alat yang hanya di pergunakan adalah absorbsi gas dan beberapa operasi
lain yaitu menara isian.Piranti ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan cairan dan distribusinya pada bagian atas. Sedang pengeluaran gas
dan zat cair masing – masing diatas dan dibawah, serta suatu massa bentukan zat
padat tak aktif (inert) diatas penyangga. Bantuan ini disebut isi menara (packing),
dimana penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup terbuka dan
cukup besar, untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piringan penyangga itu.

Ada dua jenis isian menara yang lazim yaitu yang disikan dengan
mencurahkan secara acak kedalam menara dengan tangan. Isian curah ini terdiri dari
satuan – satuan dengan dimensi utama ¼ sampai 3 inchi, dimana isian yang
ukurannya kurang dari 1 inchi dipergunakan dalam kolom – kolom laboratorium atau
instalasi percobaaan (pilot plant), satuan – satuan isian disusun dengan tangan
biasanya mempunyai ukuran antara 2-8 inchi.

Karakteristik bahan isian yang baik:

1. Tidak dapat bereaksi dengan bahan yang akan diserap.


2. Kuat tetapi tidak terlalu berat.
3. Mengandung cukup banyak larutan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan yang terlalu
tinggi.
4. Memiliki kontak permukaaan yang luas.
5. Tidak terlalu mahal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa isian menara terbuat dari bahan – bahan yang
murah, tidak bereaksi dan ringan, seperti: lumpung, porselin dan berbagai bahan
plastik.

1.2.4 Kontan antara Zat Cair dan Gas

Persyaratan kontak yang baik antara zat cair dan gas itu merupakan
persyaratan yang paling sulit dicapai, lebih – lebih pada menara besar. Secara ideal
zat cair itu setelah didistribusikan di dalam isian, mengalir dalam bentuk film lapisan
keseluruhan permukaan isian yang menuruni menara. Sebetulnya film itu cenderung
menebal pada beberapa tempat dan menipis ditempat lain. Sehingga zat cair itu
menggumpal menjadi arus – arus kecil yang melalui lintas – lintas tertentu, didalam
isian itu lebih – lebih pada laju cairan rendah. Sebagian besar permukaan itu mungkin
kering atau sedikit diliputi film zat cair.

1.2.5 Alat – Alat Absorbsi


Alat absorbsi disebut juga absorben adalah tempat campuran gas dan absorben
yang dikontakkan satu sama lain secara intensif, biasanya dalam arah berlawanan.
Untuk maksud tersebut absorben didistribusikan sebaik mungkin (permukaan dibuat
luas), dengan bantuan perlengkapan yangkhusus misalnya (penyemprot, bahan
pengisi, pelat, benda rotasi). Gas dialirkan melalui tirai cairan yang terbentuk.
Agar terjadi perpindahan massa dan panas yang baik, umumnya lebih
menguntungkan jika operasi dilakukan dengan cara laju alir cairan dan gas yang
setinggi mungkin. Namun seperti pada kolom rektifikasi, operai harus tetap di bawah
batas peluapan.
Besarnya absorben (juga kuantitas absorben yang diperlukan) tidak hanya
ditentukan oleh jumlah gas yang akan diolah, melainkan juga oleh daya melarutkan
dari absorben dan kecepatan pelarutan.
Absorbsi kimia misalnya sering berlangsung begitu cepatnya sehingga
diperlukan jumlah tahap yang lebih sedikit daripada absorbsi fisik (alat menjadi lebih
kecil). Seperti telah disinggung sebelumnya, pada proses absorbsi sering diperlukan
perlengkapan pendingin. Alat ini dapat dijadikan satu dengan absorber atau dipasang
dalam sistem sirkulasi absorber. Pada operassi kontinyu harus tersedia dua absorber
secara bergantian, alat yang satu digunakan untuk absorbsi dan alat yang lain untuk
regenerasi absorben yang telah terbebani. Kadang-kadang satu kali absorbsi tidak
cukup untuk memisahkan campuran multi komponen. Dalam hal ini, dua atau lebih
absorben harus dipasang secara seri.
Dengan cara tersebut dimungkinkan misalnya untuk membersihkan gas
buang yang berasal dari berbagai reaktor, gas tersebut dapat berupa campuran yang
mengandung gas yang bersifat netral asam dan basa.
Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga absorber yang
dihubungkan secara seri (dengan air, natrium hidroksida dan asam sulfat). Selain itu
absorber seringkali digunakan untuk melakukan presipitasi bahn-bahan padat (debu)
dalam kuantitas kecil yang ikut terbawa dalam campuran gas.
Alat-alat absorbsi yang terpenting adalah alat pencuci seperti contoh menara:
1) Menara pencuci dan menara lintang
2) Pencuci pusaran
3) Pencuci pancaran
4) Pencuci rotasi
5) Pencuci venture
6) Alat pemisah loncatan tekanan.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Alat Dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan:
1. Alat UOP 7, Gas Absorbtion Column
2. Buret
3. Statif & klem
4. Gelas Kimia 100 mL, 1000 mL
5. Corong
6. Erlenmeyer 250 mL

2.1.2 Bahan yang digunakan:


1. CO2
2. Udara
3. Air
4. Larutan NaOH 0,0277
5. Larutan NaOH 0,1 M
6. Indikator PP

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Penyerapan gas CO2 kedalam air menggunakan alat analisa gas.
1) Mengisi tangki penampung cairan sampai ¾ bagian dengan air bersih.
2) Menghubungkan steker pada alat kesumber arus listrik.
3) Dengan valve pengendali aliran gas C2 dan C3 tertutup, menjalankan
pompa cairan dan mengatur aliran air melalui kolom sampai 2 liter/menit
pada F1 dengan mengatur valve pengendali C1.
4) Menjalankan compressor dan mengatur valve pengendali C2 agar aliran
udara 40 liter/menit pada F. Membuka valve pengendali tekanan pada
tabung CO2 dan mengatur valve C2. Memastikan lapisan cairan di dasar
kolom terjaga, bila perlu mengatur dengan valve C4.
5) Menganalisa contoh gas
a) Mengisi dua tabung bola pada alat analisa dengan NaOH 0.1M lalu
mengatur level pada tabung hingga skala 0 pada pipa gunakan valve
pembungan C dan tampung buangan ke dalam labu.
b) Membersihkan saluran pengambilan contoh dengan mengisap tabung
berulang – ulang menggunakan piston gas dan mengeluarkan ke
atmosfer.
c) Menutup saluran ke tabung penyerapan dan lubang atmosfer juga di
tutup. Mengisi tabung penghisap melalui piston gas sampai terisi gas,
lalu menekan piston gas sampai gas keluar ke atmosfer.
d) Membuka lubang ke atmosfer
e) Membuka saluran ke tabung penyerapan, sehingga antara tabung
penyerapan dan tabung penghisap terhubung. Ketinggian cairan harus
tetap, bila berubah membuka saluran ke atmosfer.
f) Menunggu sampai ketinggian cairan berada pada posisi nol, dimana
menunujukkan bahwa tekanan dalam tabung 1 atm. Lalu menutup
saluran keluar.
g) Dengan perlahan menekan piston hingga semua gas berpindah ke tabung
penyerapan. Lalu menarik piston secara perlahan dan memperhatikan
ketinggian cairan.
h) Mengulangi langkah g) sampai ketinggian cairan tak berubah. Mencatat
volume akhir cairan (V2) yang menunjukkan volume contoh gas yang
dianalisa.
2.2.2 Penyerapan gas CO2 kedalam air menggunakan alat analisa gas
1) Mengisi tangki penampungan cairan dengan air bersih 40 L dan catat
volumenya (Vt)
2) Dengan valve pengendali C2 dan C3 dalam keadaan tertutup, mulai jalankan
pompa cairan dan atur laju alir melalui kolom sampai 2 L/menit pada F1,
lalu atur valve pengendali C1
3) Menjalankan kompresor dan mengatur valve pengendali C2 40 pada
L/menit sebagai F2
4) Mebuka valve pengendali tekanan pada tabung CO2 dan atur valve C3 pada
2 L/menit sebagai F3
5) Setelah 15 menit operasi berjalan dengan baik, mengambil contoh sampel
secara bersamaan dititik S4 dan S5. Analisa kandungan CO2 dalam kedua
contoh tersebut
6) Analisa CO2 yang terlarut dalam air :
 Mengambil contoh larutan S4 dan S5 menggunakan erlenmeyer sebanyak
50 mL
 Menambahkan 5 tetes indikator PP, bila larutan berubah menjadi merah
dengan cepat berarti tidak mengandung CO2. Jika tetap bening,
mentitrasi dengan NaOH 0.0277 M sampai larutan berubah warna
menjadi merah muda
 Mencatat volume NaOH yang digunakan sebagai (V2)
 Melepskan steker dari sumber arus listrik
 Membersihkan alat yang telah digunakan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Data Percobaan


Tabel 3.1 Data Pengamatan Volume Absorbsi
Waktu V1 V2
No.
(menit) (mL) (mL)
1. 20 30 0,6
2. 40 30 0,6
3. 60 30 0,6
4. 80 30 0,6
5. 100 30 0,6
6. 120 30 0,6

Tabel 3.2 Data Pengamatan Volume Hasil Titrasi pada S4 dan S5

Waktu S4 S5
No.
(menit) (mL) (mL)
1. 20 2,5 1
2. 40 1,1 1,3
3. 60 1 1,1
4. 80 1 1,9
5. 100 0,75 1
6. 120 0,6 0,6
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan

Waktu
No. F2 Fa y1 y0 Ga
(menit)
1. 20 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5
2. 40 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5
3. 60 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5
4. 80 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5
5. 100 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5
6. 120 40 1,1829 0,0476 0,02 6,3174x10-5

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi dan Kecepatan Penyerap

Waktu S5 (Cdi) S4 (Cd0) Kec. Penyerap


No.
(menit) (Molar) (Molar) (mol/min)
1. 20 0,0019 0,0049 - 6 x 10-3
2. 40 0,0026 0,0022 8 x 10-4
3. 60 0,0022 0,0019 6 x10-4
4. 80 0,0038 0,0015 2,8 x10-4
5. 100 0,0019 0,0015 8 x10-4
6. 120 0,0012 0,0012 0

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan untuk Data Kesetimbangan

No. x Y X Y
1. 1,5037 x 10-4 0,01 1,5039 x 10-4 0,01
2. 2,7517 x 10-4 0,0183 2,7525 x 10-4 0,0186
3. 3,9998 x 10-4 0,0266 4,0014 x 10-4 0,0273
4. 5,2478 x 10-4 0,0349 5,25056 x 10-4 0,0362
5. 6,4959 x 10-4 0,0452 6,5001 x 10-4 0,0452
6. 7,7439 x 10-4 0,0515 7,7499 x 10-4 0,0543
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penyerapan CO2 di fase gas dan fase cair
Pada percobaan kolom absorbsi, bahan penyerap (absorben) yang
digunakan adalah air sedangkan bahan yang terserap berupa gas yaitu gas CO2
dengan tujuan mengetahui dan menghitung penyerapan (absorbsi) gas CO2 ke dalam
air mengalir menggunakan alat analisa gas serta mengetahui dan menghitung laju
absorbsi CO2 ke dalam air analisa larutan keluar kolom menggunakan analisa cair.

Penyerapan gas CO2 yang masuk bersama-sama udara kedalam air terjadi
di dalam kolom yang di dalamnya berisi packing. Packing ini berfungsi untuk
memperbesar kontak antara gas yang naik dari bawah dengan cairan yang turun dari
atas. Proses ini berlangsung secara counter current (berlawanan arah), dimana air
masuk kolom melalui bagian atas dan udara pembawa gas CO2 masuk melalui bagian
bawah, hal ini bertujuan agar penyerapan CO2 lebih optimal oleh air.

Untuk analisa gas CO2 dalam udara dengan menggunakan larutan NaOH
0,1 M, dimana CO2 yang terserap diudara dapat diketahui dari volume yang dilihat
pada piston gas. Laju alir gas CO2 yang digunakan adalah 2 L/min dan laju alir air
yang digunakan juga sama yaitu 2 L/min. Seharusnya penggunaan laju alir air harus
lebih besar daripada laju alir gas karena dapat menyebabkan terjadinya flooding.
Flooding adalah pembanjiran yang disebabkan oleh laju alir gas dari bawah lebih
besar daripada laju alir cairan yang turun dari atas. Dari perhitungan percobaan
penyerapan gas CO2 kedalam air dengan menggunakan alat analisa gas diperoleh
hasil Fa yang sama pada setiap variasi waktu yaitu 1,1829 L/min dan diperoleh hasil
Ga yang sama pada setiap variasi waktu yaitu 6,3174 x 10-5 gmol/min.
Berdasarkan analisa penyerapan gas CO2 kedalam air dengan menggunakan
analisa cairan, diperoleh hasil CO2 yang terserap oleh air yaitu 3,4 x10-4 mol
CO2/menit. Sedangkan secara teori didapat dari kurva kesetimbangan CO2 yang
terserap seharusnya 8, 5957 x10-4 mol CO2/menit. CO2 yang terserap tidak 100%
sesuai teori, hal ini disebabkan karena sistem absorbsi yang digunakan adalah sistem
terbuka, sehingga sebagian CO2 tidak terserap oleh air tetapi sebagaian CO2 ikut
terserap keudara luar atau kelingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari perhitungan percobaan penyerapan gas CO2 kedalam air dengan
menggunakan alat analisa gas diperoleh hasil Fa yaitu 1,1829 L/menit dan Ga
sebesar 6,3174 x 10-5 mol/menit, nilai Fa dan Ga Ini sama untuk setiap variasi
waktu.
2. Hasil analisa penyerapan gas CO2 kedalam air dengan menggunakan analisa
cairan yaitu dengan metode titrasi, diperoleh laju CO2 yang terserap oleh air
sebesar 3,4 x10-4 mol CO2/menit.
3. Dari hasil praktikum diperoleh hasil CO2 yang terserap oleh air sebesar 3,4 x10-4
mol CO2/menit. Sedangkan secara teori didapat dari kurva kesetimbangan CO2
yang terserap seharusnya sebesar 8, 5957 x10-4 mol CO2/menit.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Laboratorium Pilot Plant, 2009, “Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan


Operasi”, Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda

https://id.wikipedia.org/wiki/Absorpsi_(kimia)#Jenis-jenis_absorpsi

https://id.wikipedia.org/wiki/Absorben

https://fatysahinknowledge.wordpress.com/2011/11/15/absorber/
LAMPIRAN

1. Perhitungan
1) Fraksi gas masuk

𝐹3 2 𝐿/𝑚𝑖𝑛
y1 = = = 0,0476
𝐹2+𝐹3 40 𝐿/ min + 2 𝐿/𝑚𝑖𝑛

𝐹3 2 𝐿/𝑚𝑖𝑛
y1 = 𝐹2 = 40 𝐿/𝑚𝑖𝑛 = 0,05

2) Fraksi gas keluar

𝑉2
yo1 = 𝑉1 = yo2 – yo6

0,6 𝑚𝐿
= 30 𝑚𝐿

= 0,02

3) Laju Alir
(𝑦1−𝑦0)(𝐹2+𝐹3)
Fa1 = 1−𝑦0
(0,0476−0,02)(40+2) 𝐿/𝑚𝑖𝑛
= 1−0,02

= 1,1829 L/min
4) Ga
𝐹𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 273
Ga = 𝑥 𝑥
22,42 760 27+273
1,1829 1 273
= 𝑥 760 𝑥 27+273
22,42

= 6,3174x10-5
5) Nilai y
𝑃∗.𝑋
y= 𝑃𝑡
50542,70 . 𝑥
0,01 = 760
0,01 . 760
x= 50542,70

= 1,5057x10-4
6) Konsentrasi pada S4
S4 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

a) S41 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 2,5 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0049 M
b) S42 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1,1 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0027 M
c) S43 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1 𝑚𝐿14
𝑥 0,0277 𝑀
𝑚𝐿

= 0,0019 M
d) S44 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 0,75 𝑚𝐿14𝑥𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0015 M
e) S45 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 0,6 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0012 M
7) Konsentrasi pada S5
S5 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

a) S51 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1 𝑚𝐿14
𝑥 0,0277 𝑀
𝑚𝐿

= 0,0019 M
b) S52 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1,3 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0026 M
c) S53 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1,1 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0022 M
d) S54 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= 1,9 𝑚𝐿14𝑥 𝑚𝐿
0,0277 𝑀

= 0,0038 M
e) S55 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,6 𝑚𝐿 𝑥 0,0277 𝑀
= 14 𝑚𝐿

= 0,0012 M
8) Kecepatan Pengotor
Kecepatan Pengotor = F1(Cdi – Cdo)
= 2 L/min(0,0019 – 0,0049) mol/L
= - 6x10-3 mol/min
9) Volume Penampang Tempat Air
V=pxlxt
= 44,2 cm x 36 cm x 21,2 cm
= 33733,44 cm3
= 33,73344 L = 34 L
10) Jumlah CO2 yang terserap
𝐶𝑑𝑖(𝑡=120)−𝐶𝑑𝑜(𝑡=0)𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
Jumlah CO2 yang terserap = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑚𝑜𝑙
(0,0012−0)( ) 𝑥 34 𝐿
𝐿
= 120 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 3,4 x 10-4 mol CO2/menit


11) Perhitungan mencari G dan Gs

Standar = aktual

𝑃𝑠 . 𝑉𝑠 𝑃𝑎 . 𝑉𝑎
= 𝑛𝑎 .
𝑛𝑠 . 𝑅 . 𝑇𝑠 𝑅 . 𝑇𝑎

𝑃𝑎 . 𝑉𝑎 . 𝑛𝑠 . 𝑇𝑠
na = G = 𝑃𝑠 . 𝑉𝑠 . 𝑇𝑎

𝐿 𝑥 𝑚𝑖𝑛
1 𝑎𝑡𝑚 . (40 𝑥 120)( ). 1 𝑔𝑚𝑜𝑙 . 273 𝐾
𝑚𝑖𝑛
= 1 𝑎𝑡𝑚 . 22,4 𝐿 . 300 𝐾

= 195 gmol = 0,195 kmol

𝑛
M= 𝑉

0,195 𝑘𝑚𝑜𝑙
= 𝐿 𝑥 𝑚𝑖𝑛
(40 𝑥 120)( )
𝑚𝑖𝑛

= 4,0625 x 10-5 kmol/L

Gs = M x V

= 4,0625x10-5 kmol/L x 40 L/min

= 0,001625 kmol/min

12) Massa Air


𝜌
m = 𝐵𝑀
1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 18 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙

= 55,56 kmol/m3 = 0,056 kmol/L


13) Mencari Ls
Ls = m x V
= 0,056 kmol/L x 2 L/min
= 0,111 kmol/min = 111 mol/min
14) Mencari tg
𝐿𝑠 0,111 𝑘𝑚𝑜𝑙/𝑚𝑖𝑛
= 0,001625 𝑘𝑚𝑜𝑙/𝑚𝑖𝑛
𝐺𝑠

= 68,3077
Ln tg = 89º
15) Mencari nilai x
x = 7,7439x10-6 mol CO2/mol H2O x Ls
= 7,7439x10-6 mol CO2/mol H2O x 111 mol mol H2O/min
= 8,5457x10-4 mol CO2/min

Anda mungkin juga menyukai