Makalah Akuntansi Forensik Fix
Makalah Akuntansi Forensik Fix
PENDAHULUAN
Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama
disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen
tingkat atas merasa bersalah atas kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan
perusahaannya. Manajemen tingkat atas seolah-olah tidak tahu bahwa laporan keuangan yang
dibuatnya telah dicurangi dari berbagai divisi dalam perusahaannya. Kecurangan atas laporan
keuangan merupakan salah satu hal yang akan menjadi masalah besar bagi perusahaan. Selain
perusahaan itu menderita kerugian dalam jumlah yang besar,
Laporan Keuangan memainkan peranan penting dalam menjaga efisiensi pasar modal.
Pengungkapan dalam laporan keuangan memiliki arti penting bagi investor, kreditor atau
pemberi kebijakan.
Laporan keuangan yang seperti itu dapat juga menimbulkan kerugian bagi para
investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sitem akuntansi yang ada serta proses
peradilan dan juga rasa malu yang ditanggung oleh individu maupun organisasi yang tetlibat
dalam kecurngan laporan keuangan tersebut.
Kata kuncinya adalah keyakinan memadai. Tingkat keyakinan ini jelas subjektif
sifatnya namun apakah yang dimaksud dengan Fraud itu pada tingkat minimal tertentu
haruslah merupakan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah sedikit gambaran tentang Fraud.
Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan
kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi
pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.
1
Selain bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca selaku pelaku maupun pengamat dunia audit diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui kecurangan laporan keuangan.
2. Mengetahui bagaimana kecurangan bisa terjadi.
3. Memahami sifat dasar kecurangan laporan keuangan.
4. Memahami motivasi kecurangan laporan keuangan.
5. Mengetahui kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
6. Memahami tengtang manajemen dan dewan direksi.
7. Memahami tentang hubungan dengan hal-hal terkait.
BAB II
LANDASAN TEORI
2
financial atau kecurangan non financial. Ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window
dressing.
Gravitt (2006) dalam Nguyen (2008) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan
keuangan melibatkan skema berikut: pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan
keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis;
1. Kecurangan berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi
tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan. (fraudulent).
2. Irregularity merupakan kesalahan penyajian keuangan yang disengaja atas informasi
keuangan.
Yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) sangat luas dan ini dapat dilihat pada butir
mengenai kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
(keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak
terjadi) adalah:
1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present).
3. Fakta bersifat material (material fact).
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly).
5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi.
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation).
7. yang merugikannya (detriment)
Kecurangan dalam hal ini termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi,
penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk
lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
organisasi/perusahaan.
Tindakan ilegal merupakan istilah yang lain lagi. Tindakan ilegal adalah setiap
tindakan yang berlawanan dengan hukum. Tindakan ilegal dapat dilakukan secara sengaja
atau dengan kurang hati-hati. The Professional Standards and Responsibilities Committee
dari The Institute of Internal Auditors dalam Statement of Internal Auditing Standard
No.3- Mei 1985 Mendefinisikan kecurangan sebagai :
“ Kecurangan yang di desain untuk memberi manfaat kepada organisasi umumnya
menghasilkan manfaat tersebut dengan mengeksploitasi suatu keuntungan yang tidak
wajar atau tidak jujur, yang mungkin dapat menipu pihak luar. Pelaku dari kecurangan
demikian biasanya mendapat manfaat secara tidak langsung, karena manfaat pribadi biaya
diakru (accrues) bertambah, sedangkan organisasi ditolong oleh tindakan yang
bersangkutan”. Beberapa contoh adalah :
3
a. Penjualan atau penjamin aktiva yang fiktif atau salah disajikan
b. Pembayaran yang tidak tepat seperti kontribusi politik yang illegal
penyogokan (bribes), pembayaran kembali (kickbacks), dan pembayaran
kepada pejabat pemerintah, pelanggan atau pemasok.
c. Penyajian atau penilaian transaksi-transaksi, aktiva, hutang atau
pendapatan yang tidak tepat dan dilakuka secara sengaja.
d. Penetapan harga transfer yang tidak tepat dan dilakukan secara sengaja.
Dengan sengaja menstrukturkan teknik penetapan harga secara tidak tepat,
manajemen dengan pasti memperbaiki hasil operasi dari suatu organisasi
yang tercangkup dengan transaksi menjadi kerugian dari organisasi yang
lain.
e. Transaksi hubungan istimewa tersebut tidak tepat yang dilakukan secara
sengaja, yaitu suatau pihak menerima manfaat yang tidak dapat diperoleh
kalau tidak ada hubungan istimewa tersebut.
f. Kegagalan yang disengaja untuk mencatat atau mengungkapkan informasi
yang signifikan untuk memperbaiki gambaran keuangan organisasi kepada
pihak luar.
g. Aktivitas usaha yang dilarang, seperti aktivitas yang melanggar undang-
undang, peraturan, atau kontrak.
h. Penyelundupan pajak.
Kecurangan, pada hakekatnya, tersembunyi. Tidak ada keyakinan absolut yang dapat
diberikan bahwa kecurangan benar-benar terjadi atau tidak terjadi.
Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, orang harus juga berupaya
membuktikan kecurangan telah terjadi.
Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, orang harus juga berupaya
membuktikan kecurangan tidak terjadi.
4
Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran.
Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk
‘merespons’ maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan
semakin besar.
Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu
mengungkapkan hal yang sama.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi
oleh kelemahan manusia.
Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup,
maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang benar.
Dalam Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan atau dilihat dari beberapa sisi:
a. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi
pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on-the-
books, lebih mudah untuk ditemukan)
c. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat
dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti:
pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah
dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk
ditemukan)
5
a. Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak
berulang, tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada
dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh
adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan
memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang
tidak benar).
3. Berdasarkan konspirasi.
4. Berdasarkan Keunikan
BAB III
PEMBAHASAN
6
mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah
yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya
harus dibebankan.
Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum
ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus
utang dagang dan liabilitas lainnya
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.
Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan
ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”, yang dapat
digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu dikanal dengan
”peralatan laba” dan manajemen laba.
Manajemen laba (earning manajemen) melibatkan tindakan-tindakan manajemen
yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing)
merupakan salah satu bentuk manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan dan beban-
beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba.
Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan
dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba
yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga
dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang
tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.
Pasar saham dan obligasi merupakan komponen – komponen dari sebuah sistem
eknomi kapitalis. Laporan keuangan menyajikan pengungkapan – pengungkapan yang
memiliki arti penting yang mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya, bagaimana
perusahaan saati ini dan bagaimana arah perusahaan selanjutnya. Sebagian besar laporan
keuangan di persiapkan dengan penuh penyatuan dan menyajikan penjelasan ulang posisi
7
keuangan secara wajar dari entitas yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Laporan
keuangan di susun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum ( PABU ) yang menjadi
paduan akuntansi untuk berbagai transaksi.
Selama kurun waktu tahun 2000 – 2002 ada sejumlah pengungkapan terhadap pelaggaran
yang di lakukan oleh perusahaan di Amerika Serikat. Berikut beberapa penyelewengan yang
paling terkenal dalam sejarah perusahaan di Amerika Serikat :
1. Salah saji laporan keuangan atau pengolahan pembukuan ( cooking the books ).
2. Pemberian secara tidak tepat kepada para eksekutif dan coorporate looting.
3. Skandal perdagangan yang melibatkan orang dalam.
4. Mengistimewakan penawaran saham perdana ( Initital Public Offering – IPO )
5. Spinning
6. Laddering
7. Tunjangan pensiun yang bberlebihan pada CEO ( Chief Excecutif Officier ).
8. Kompensasi yang berlebihan baik berbentuk :
9. Tunai
10. Saham
11. Pinjaman untuk fee perdagangandan transaksi – transaksi quid pro lainnya.
12. Kebangkrutan dan utang dalam jumlah yang besar.
13. Kecurangan dalam skala besar yang di lakukan oleh pegawai.
8
Gambar 3.4.1
Ada tiga elemen yang muncul secara bersamaan yang mndorong terjadinya
kecurangan secara keseluruhan. Terlepas dari alasan alasan yang yang telah di kemukakan
oleh pelaku kecurangan :
3. Sikap / Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting
dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Jika CEO atau
9
manajer puncak lainnya menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan
keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar,
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan menjadi lebih besar.
Karakter manajemen atau seperangkat etika juga dapat membuat manajemen lebih mudah
dalam membenarkan perilaku kecurangan (Kemampuan untuk merasionalisasi
kecurangan sebagai sesuatu yang dapat di terima).
Menurunnya etis dan nilai – nilai moral merupakan dampak buruk terjadinya “Fraud
Triangle”. Perilaku tersebut, pada akhirnya akan berkembang menjadi sikap yang lebih buruk
apabila terjadi secara terus menerus tanpa adanya penanganan yang dibutuhkan. “Perfect
Fraud Storm” merupakan istilah yang digunakan untuk menjelasan fenomena ini. Terdapat 9
faktor yang muncul secara bersamaan yang membentuk “perfect Fraud Storm”, antara lain:
1. Ledakan Ekonomi
Salah satu faktor yang digunakan pelaku kecurangan dengan cara
menyembunyikan aktivitas ataupun masalah yang muncul untuk tetap
meningkatkan jumlah investor dan tetap menjadi perusahaan yang
menguntungkan. Ledakan ekonomi terjadi pada tahun 1990 – 2000. Pada tahun
tersebut banyak CEO yang mendapat tekanan yang kemudian melakukan
kecurangan untuk melindungi perusahaannya.
10
cukup besar. Alasan tersebut yang menjadikan perusahaan akhirnya bertindak
curang.
8. Keserakahan
Kelompok seperti para eksekutif, bank investasi, bank komersial, dan investor
masing-masing kelompok ii mengambil keuntungan dari sistem perekonomian
yang kuat, idak satupun dari mereka menginginkan berita burk sehingga
mengabaikan berita-berita negative dan terlibat transaksi yang tidak baik.
9. Kegagalan Pendidik
Pertama, pendidik tidak memberikan pendidikan etika yang cukup memadai
terhadap mahasiswa, membuat para lulusan bekal yang cukup untuk menghadapi
dilema etika secara riil di dunia bisnis.
Kedua, dengan tidak mengajarkan pada para mahasiswanya mengenai kecurangan.
Sebagian besar mahasiswa tidak memahami faktor-faktor penyebab kecurangan.
Ketiga, para pendidik mengajar para mahasisa akuntansi pada masa lampau.
Pendidikan akuntansi yang efektif tidak boleh terlalu berfokus pada konten
pembeajaran sebagai tujuan akhir, tetapi menggunakan konten sebagai konteks
untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis.
11
terlihat. Namun indikator kecurangan, dan sejumlah indikator lainnya yang biasanya dapat
diamati.
12
Pertimbangan auditor mengenai respons auditee terhadap pilihan auditor tersebut
sebagai “penalaran strategik”. Penelitian akademismenyatakan bahwa auditor yang bekerja
efektif perlu menerapkan penalaran strategik untuk memprediksi respons auditee, untuk
melakukan hal itu menjadi semakin sulit karena auditor mempertimbangkan berbagai
tingkatan dari potensi prilaku strategik.
Ada berbagai tingkatan penalaran strategik dalam pengaturan audit. Tingkatan adalah :
1. Zero-order reasoning terjadi ketika auditor dan auditee hanya mempertimbangkan kondisi
yang secara langsung mempengaruhi mereka bukan dari pihak – pihak lain. Ketika
menerapkan zero-order reasoning, auditor hanya mempertimbangakan besarnya insentif
yang akan diterima saja, seperti fee audit, biaya sampel, dan denda.
1. Skema kecurangan apa yang mungkin akan digunakan oleh manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan?
Contoh : apakah manajemen mungkin akan mencatat penjualan secara tidal
berfikir sebelum barang dikirim pelanggan?
2. Jenis pengujian seperti apa yang akan digunakan untuk mendeteksi skema
tersebut?
Contoh : auditor seringkali memeriksa dokumen pengiriman untuk melakukan
validasi pengiriman pada pelanggan.
3. Bagaiman manajemen dapat meneyembunyikan skema tersebut dari jenis
pengujian yang akan dilakukan?
Contoh : manajemen mungkin mengirim barang ke gudang mereka sendiri yang
berlokasi di tempat lain, segingga dapat menunjukkan bukti pengiriman kapada
auditor.
13
4. Bagaimana jenis pengujian tertentu dapat dimodifikasi agar dapat mendeteksi
skema penyembunyian aset?
Contoh : Auditor dapat mengumpulkan informasi mengenai lokasi pengiriman
untuk memastikan bahwa lokasi tersebut memiliki atau disewa oleh pelanggan
atau melakukan wawancara kepada personil pengiriman untuk memastikan apakah
barang yang dijual selalu dikirim kepada pelanggan tersebut.
Kecurangan laporan keuangan jarang dapat terdeteksi hanya dengan menganalisis laporan
keuangannya saja. Akan tetapi, kecurangan laporan keuangan biasanya terdeteksi ketika
informasi dalam laporan keuangan dibandingkan dengan situasi rill yang seharusnya terwakili
oleh angka – angka tersebut, dalam konteks manajemen yang sedang beroperasional dan
sedang termotivasi. Kecurangan seringkali terdeteksi dengan berfokus pada perubahan asset,
liabilitas, pendapatan, dan beban yang di laporkan dari periode ke periode atau dengan
membandingkan kinerja perusahaan dengan rata – rata kinerja industri yang sejenis.
Pengguna data keuangan dan data nonkeuangan untuk mendeteksi kecurangan merupakan
salah satu dari empat pertimbangan utama dalam kerangka kerja untuk mendeteksi
kecurangan. Kami menyebut kerangka kerja ini sebagai “Kotak Eksposur Kecurangan
(Fraud Exposure Rectangle)
14
kecurangan. Dalam mendektesi kecurangan laporan keuangan, memperoleh
pemahaman mengenai manajemen dan apa yang memotivasi mereka paling tidak
sama pentingnya dengan memahami laporan keuangan tersebut. Ada 3 aspek
manajemen yang harus diinvestigasi:
1. Latar beakang manajemen
2. Motivasi manajemen
3. Pengaruh manajemen dalam membuat keputusan untuk organisasi
Terkait dengan latar belakang ini, investigator kecurangan harus memahami jenis
organisasi dan aktivitas pihak manajemen dan direksi terkait diperiode sebelumnya. Dengan
adanya internet saat ini, akan sangat mudah untuk melakukan pencarian - pencarian
sederhana mengenai seseorang. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mengetik
nama seseorang di Google atau mesin pencari lainnya. Mesin pencari tersebut akan secara
cepat menunjukkan daftar semua refrensi terkait nama seseorang tersebut, termasuk
pernyataan yang mewakili apa yang terjadi di periode sebelumnya, dan berbagai kertas kerja
10 Kolom (10-K), laporan perusahaan yang dibuat oleh SEC dari perusahaan-perusahaan
yang berafiliasi dengan orang yang dimaksud tersebut, artikel surat kabar mengenai orang itu,
dan lain-lain. Jika pencarian sederhana tersebut tidak mencukupi, menyewa seorang
investigator swasta atau menggunakan jasa-jasa investigatif yang terdapat pada situs untuk
melakukan pencarian tidaklah mahal.
B. Motivasi Manajemen.
Apa yang memotivasi direksi dan manajemen juga merupakan hal yang penting untuk
diketahui. Apakah kekayaan yang mereka miliki secara pribadi terkait erat dengan organisasi?
Apakah mereka berada di bawah tekanan untuk mencapai hasil yang tidak realistis? Apakah
kompensasi yang mereka terima terutama didasarkan pada kinerja? Apakah mereka memiliki
sejarah dalam mengarahkan Wll Street untuk ekspetasi yang semakin tinggi dan semakin
tinggi lagi? Apakah mereka berkembang melalui akuisoso atai melalui sarana internal?
Apakah perusahaan memiliki perjanjian utang atau ukuran keuangan lain yanh harus
dipenuhi? Apakah pekerjaan manajemen berisiko? Ini merupan contoh pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab dalam upaya untuk memahami secara tepat motivasi manajemen. Banyak
kecurangan laporan keuangan yang dilakukan karena manajemen harus melaporkan
pendapagan yang positif atau tinggi untuk menyokong harga saham, menunjukan laba positif
untuk saham publik dan penawaran surat utang, atau melaporkan keuntungan sebagai upaya
memenuhi regulasi atau persyaratan pinjaman.
15
orang yang melakukan kecurangan untuk pertama kali, dan berbuat tidak jujur untuk pertama
kali adalah sesuatu yanh sulit untuk mereka lalukan. Bagi dua orang, secara bersama-sama
berbuat tidak jujur akan jauh lebih sulit, dan bagi tiga orang, secara bersama-sama berbuat
tidak jujur akan jauh lebih sulit lagi. Ketika kemampuan pengambilan keputusan tersebar ke
beberapa orang atau ketika dewan direksi berperan aktif dalam organisasi, kecurangan akan
jauh lebih sulit lagi untuk dilakukan. Sebagian besar kecurang laporan keuangan tidak terjadi
pada organisasi besar dan secara historis merupakan organisasi yang menguntungkan.
Namun, kecurangan laporan keuangan sering terjadi pada organisasi yang lebih kecil dengan
satu atau dua oranh yang memiliki hampir seluruh kemampuan untuk pengambil keputusan,
dalam perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang luar biasa cepat (sulit dipercaya), atau
ketika dewan direksi dan komite audit tidak berperan secara aktif (sesuatu yang jauh lebih
sulit untuk dilakukan saat ini dengan adanya standar baru tata kelola perusahaan yang
dijelaskan pada Lampiran A bab ini). Dewan direksi dan/atau komite audit yang terlibat aktif
dalam keputusan-keputusan penting organisasi dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah
pihak manajemen melakukan kecurangan. Bahkan, atas alasan inilah standar tata kelola
perusahaan NASDAQ dan NYSE mengharuskan mayoritas anggota dewan untuk hersikap
independen dan beberapa komite penting, misalnya komite menangani audit dan komite
menangani kompensasi, posisinya diduduki oleh direksi yang seluruhnya besikap
independen.
Kecurangan laporan keuangan sering kali dilakukan dengan bantuan dari organisasi
lain, baik yang secara riil ada ataupun yang fiktif. Kecurangan Enron utamanya dilakukan
dengan bantuan dari apa yang dikenal sebagai entitas bertujuan khusus ( Special Purpose
Entities-SPE), yang merupakan kepentingan bisnis yang dibentuk semata-mata untuk
menyelesaikan satu atau beberapa tugas tertentu. SPE bukanlah suatu yang ilegal, tetapi harus
mematuhi standar akuntansi yang mengatur SPE, mana yang harus dilaporkan sebagai bagian
dari perusahaan induk yang lebih besar dan mana yang tidak dilaporkan sebagai entitas-
entitas independen yang tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan induk. Pada waktu
terjadinya kasus kecurangan di Enron, SPE dikatan independen jika memenuhi dua kriteria
sebagai berikut:
1. Investor pihak ketiga yang independen memiliki investasi modal yang besar,
paling tidak 3 persen dari aset SPE dan
2. Investor pihak keriga tersebut sebenarnya berisiko.
16
SPE tertentu yang dimiliki Enron seharusnya dikonsolidasikan dalam laporan posisi
keuangan Enron. Lebih lanjut, Fastow, Koppwr, dan yang lainnya menggunakan pengaruh
mereka secara bersama-sama terhadap kegiatan operasional bisnis Enron dan menggunakan
SPE sebagai cara untuk menghasilkan jutaan dolar untuk mereka sendiri dan pihak lainnya
secara sembunyi-sembunyi dan melawan hukum. Khususnua, Fastow menghasilkan
keuntungan pribafi bernilai besar, puluhan juta dolar dalam mendesain SPE Enron yang
menguntungkannya.
Walaupun hubungan dengan semua pihak harus diuji untuk menentukan apakah
hubungan tersebut memberikan peluang atau eksposur kecurangan bagi manajemen
hubungan yang terkaiy dengan organisasi dan individu, auditor eksternal, pengacara, investor,
dan regulator harus selalu dipertimbangkan dengan hati-hati. Hubungan dengan instituso
keuangan dan pemegang obligasi juga penting karena hubungan tersebut memberikan
indikasi sejauh mana pengaruhnya bagi keberlangsungan perusahaan. Contoh pertanyaan-
pertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan utang sebagai berikut.
Hubungan kerja sama dengan bidang real estat seperti yang disebutkan sebelumnya,
melibatkan sebuah perusahaan Wisconsin yang melakukan pinjaman yang tidak sah dari bank
yang berlokasi pada negara bagian lain yang tidak memiliki tujuan bisnis. Bank tersebut
digunakan karena CEO dari perusahaan klien memiliki hubungan dengan presiden direktur
tersebut, yang kemudian memalsukan konfirmasi audit yang dikirm oleh bank pada auditor.
Pinjaman tersebut akhirnya terungkap ketika auditor melakukan pencairan terkait hak gadai
atas properti yang dimiliki. Karena presiden direktur Bank tersebut menyangkal adanya
pinjaman tersebut, liabilitas dalam laporan posisi keuangan dinyatakan kurang saji secara
signifikan.
17
periode) untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih baik. Jenis hubungan dan peristiwa
yang harus diuji termasuk yang berikut.
Transaksi dalam jumlah besar yang menghasilkan penghasilan atau pendapatan bagi
organisai
Penjualan atau pembelian aset diantara entitas-entitas yang terkait
Transaksi yang menghasilkan goodwill atau aset tidak berwujud lainnya yang diakui
dalam laporan keuangan
Transaksi yang menghasilkan pendapatan non operasional, ketimbang pendapatan
operasional
Pinjaman atau transaksi keuangan lainnya diantara entitas-entitas yang terkait
Setiap transaksi yang terlihat tidak biasa atau transaksi yang patut dipertanyakan
dalam organisasi, terutama transaksi yang sangat besar tapi tidak realitas.
Hubungan dengan pengacara memiliki risiko yang lebih besar daripada hubungan
dengan auditor. Ketika auditor diharuskan untuk bersikap independen dan diminta
18
mengundurkan diri ketika mereka menduga bahwa hasil keuangan tidaklah tepat, pengacara
biasanya mendukung kliennya dan sering kali mengikuti dan mendukung klien mereka
hingga jelas terbukti bahwa kecurangan benar-benar terjadi. Selain itu, pengacara biasanya
memiliki informasi mengenai kesulitan hukum klien, masalah regulasi, dan berbagai hal
penting lainnya. Sama halnya dengan klien yang menguntungkan kecuali terjadi suatu
kesalahan yang benar-benar serius. Oleh karena itu, pergantian lembaga hukum tanpa sebab
yang jelas patut menjadi perhatian. Sayangnya tidak seperti pada pergantian auditor yang
mengharuskan perusahaan publik mengajukan formulir kertas kerja 8 kolom (8-K), tidak ada
syarat pelaporan sejenis untuk pergantian pengacara.
19
dari enam bulan sampai pada akhir tahun 2001, ketika orang-orang yang bersikap skeptis
mulai menjual sahamnya, Enron menyatakan kebangkrutannya pada akhir tahun 2001.
Terakhir, memahami hubungan klien dengan badan regulasi merupakan sesuatu yang
penting. Jika perusahaan yang sedang anda periksa adalah perusahaan publik, anda perlu tau
apakah SEC telah mengeluarkan rilis penindakan hukum pada perusahaan tersebut.
Contohnya, dalam laporan yang sesuai dengan section 704 Sarbanes-Oxley Act, SEC
menyatakan bahwa selama periode lima tahun dari 31 july 1997 hingga 30 juli 2002 telah
dilaksanakan 515 tindakan hukum yang melibatkan 869 pihak yang terkait (164 entitas dan
705 individu). Anda juga perlu mengetahui apakah semua laporan tahunan, laporan kuartalan,
dan laporan lainnya diajukan secara berkala. Jika perusahaan berada dalam industri yang
terugulasi, seperti perbankan, anda perlu tahu bagaimana hubungannya dengan badan regulasi
seperti Federal Deposit Insurance Corporation, Federal Reserve, dan Office of the
Comptroller of the Currency. Apakah ada sejumlah masalah problematis yang terkait dengan
lembaga-lembaga ini? Apakah organisasi memiliki hutang pajak yang belum terbayarkan
kepada pemerintah federal atau pemerintah negara bagian atau pajak distrik lainnya yang juga
penting untuk diketahui karena bantuan dan sanksi yang diberikan kepada otoritas pajak,
organisasi biasanya dapat melakukan pembayarannya kecuali terdapat sesuatu yang salah
atau jika organisasi tersebut memiliki masalah arus kas yang serius. Pertanyaan berikut harus
ditanyakan mengenai hubungan perusahaan dengan pihak-pihak lainnnya.
Indikator kecurangan paling sering terlihat sendiri melalui perubahan - perubahan dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh, laporan keuangan yang memuat perubahan besar pada
saldo -saldo akun dari satu periode ke periode lainnya memiliki kemungkinan kecurangan
yang lebih besar dari pada laporan keuangan yang hanya memiliki sedikit perubahan yang
sifatnya bertahap dalam saldo akun. Misalnya, peningkatan piutang secara dramatis yang
terjadi secara tiba- tiba sering kali memberikan sinyal bahwa ada sesuatu y,ang salah. Selain
terjadi perubahan jumlah dan saldo akun dalam laporan keuangan, memahami apa yang benar
- benar dijelaskan pada catatan kaki merupakan suatu yang sangat penting. Serign kali,
catatan kaki memberikan petunjuk yang kuat terjadinya kecurangan, namun, apa yang
termuat dalam catatan kaki sering kali tidak dimengerti secara jelas oleh auditor dan pihak -
pihak lainnya.
20
pasti berada disuatu tempat, dan pasti tergantung pada jenis persediaan itu sendiri, yang
memerlukan sejumlah ruang untuk penyimpanan, alat pengangkutan dan peralatan lainnya
untuk memindahkan dan mengirimkannya, serta individu - individu yang diminta untuk
mengelolanya. Seorang pemeriksa harus menanyakan apa angka - angka dalam laporan
keuangan secara realistis berisi jumlah dan nilai persediaan yang sesungguhnya dapat
diamati.
21
agar seluruh informasi non keuangan konsisten dengan informasi keuangan. Pada beberapa
industri, seperti penerbangan, indikator kinerja non keuangan dikumpulkan dan diverifikasi
secara independen. Hal ini meningkatkan efektivitas dalam membandingkan ukuran kinerja
keuangan dengan ukuran kinerja non keuangan untuk menemukan ada atau tidaknya
kecurangan.
3.17 Kasus “Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk”
22
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah
di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated)
dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti
melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan
kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement)
untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap
masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode.
Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain
dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
• Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-
23
(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi
dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku
2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
24
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam
kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah
terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
25
dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan
keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku
pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut.
Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah
mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham
Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya
pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM
sebagai akuntan publik.
3.18 Pembahasan
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana
ditinjau dari segi kepentingan stakeholderadalah:
26
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata
yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan,
tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi
dengan penggelembungan nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu
tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan
ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
denganstakeholder.
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
27
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor
senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM
dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan
para stakeholder HTM.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
28
penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebih sajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.
Laporan keuangan menyajikan pengungkapan – pengungkapan yang memiliki arti
penting yang mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya, bagaimana perusahaan saati ini
dan bagaimana arah perusahaan selanjutnya. Sebagian besar laporan keuangan di persiapkan
dengan penuh penyatuan dan menyajikan penjelasan ulang posisi keuangan secara wajar dari
entitas yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan di susun berdasarkan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum ( PABU ) yang menjadi paduan akuntansi untuk berbagai
transaksi. Sayangnya laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu organisasi terkadang dengan sengaja di sajikan.
Ada tiga elemen yang muncul secara bersamaan yang mndorong terjadinya kecurangan
secara keseluruhan :
1. Tekanan yang di rasakan ( Pressure )
2. Peluang / Kesempatan yang di miliki.
3. Sikap / Rasionalisasi
4.2 SARAN
Saran penulis untuk profesi auditor eksternal adalah meningkatkan kualitas audit
dengan cara memasukan fungsi audit investigatif kedalam audit keuangan. Hal
tersebut dikarenakan kebutuhan audit pada masa sekarang memang telah mencapai
tingkatan yang membutuhkan pendeteksian fraud.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://lindapraba.blogspot.co.id/2015/01/tugas-3-fraud-dan-contoh-kasus-fraud.html
http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2016/03/audit-kecurangan.html
29
http://dwiermayanti.wordpress.com/2010/03/22/audit-kecurangan/
http://indoskripsi.com
http://jurnalsskripsi.com
http://fransisca88.blogspot.com/2009/11/makalah-audit-kecurangan.html
http://ulancha.blogspot.com/2009/11/audit-kecurangan.html
Wijaya Tunggal Amin DRS. Audit Manajemen Kontemporer. (Jakarta : Harsindo, 2000)
Mark F. Zimbelmam, Conan C. Albrecht, W. Steve Albrect, Dan Chad O. Albrect. Akuntansi
Forensik. (Jakarta : Salemba Empat, 2014)
30