Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama
disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen
tingkat atas merasa bersalah atas kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan
perusahaannya. Manajemen tingkat atas seolah-olah tidak tahu bahwa laporan keuangan yang
dibuatnya telah dicurangi dari berbagai divisi dalam perusahaannya. Kecurangan atas laporan
keuangan merupakan salah satu hal yang akan menjadi masalah besar bagi perusahaan. Selain
perusahaan itu menderita kerugian dalam jumlah yang besar,
Laporan Keuangan memainkan peranan penting dalam menjaga efisiensi pasar modal.
Pengungkapan dalam laporan keuangan memiliki arti penting bagi investor, kreditor atau
pemberi kebijakan.

Sayangnya laporan keuangan sering disalahsajikan secara sengaja oleh suatu


organisasi bisnis. Salah saji dalam laporan keuangan bisa jadi karena adanya tindakan
manipulasi, pemalsuan dan melakukan perubahan laporan akuntansi.

Laporan keuangan yang seperti itu dapat juga menimbulkan kerugian bagi para
investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sitem akuntansi yang ada serta proses
peradilan dan juga rasa malu yang ditanggung oleh individu maupun organisasi yang tetlibat
dalam kecurngan laporan keuangan tersebut.

Kongkritnya tampak pada kalimat berikut ini: Auditor bertanggungjawab untuk


merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun kecurangan.

Kata kuncinya adalah keyakinan memadai. Tingkat keyakinan ini jelas subjektif
sifatnya namun apakah yang dimaksud dengan Fraud itu pada tingkat minimal tertentu
haruslah merupakan kesepakatan bersama. Berikut ini adalah sedikit gambaran tentang Fraud.
Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan
kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi
pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kecurangan laporan keuangan?
2. Bagaimana melihat kecurangan laporan keuangan dapat terjadi dan dapat
disembunyikan?
3. Hal apa saja yang mendorong terjadinya kecurangan laporan keuangan secara
umum?

1.3 Manfaat Penulisan Makalah

1
Selain bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca selaku pelaku maupun pengamat dunia audit diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui kecurangan laporan keuangan.
2. Mengetahui bagaimana kecurangan bisa terjadi.
3. Memahami sifat dasar kecurangan laporan keuangan.
4. Memahami motivasi kecurangan laporan keuangan.
5. Mengetahui kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
6. Memahami tengtang manajemen dan dewan direksi.
7. Memahami tentang hubungan dengan hal-hal terkait.

1.4 Tujuan Penulisan Makalah


Selain bertujuan untuk menulis atau membuat makalah ini, penulis juga bertujuan untuk
di antaranya sebagai berikut :
1. Memahami sifat dasar dari kecurangan laporan keuangan.
2. Melihat bagaimana kecurangan laporan keuangan dapat terjadi dan dapat disembunyikan.
3. Menguraikan kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
4. Mengidentifikasi eksprosur kecurangan laporan keuangan.
5. Memahami bagaimana informasi terkait dewan direksi dan manajemen perusahaan, sifat
dasar organisasi, karakteristik operasional, hubungan dengan pihak-pihak lain, dan hasil
kinerja keuangan yang dapat membantu melakukan penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya kecurangan laporan keuangan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan (fraud) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang


menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan
keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan
untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada
dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.
Kecurangan bisa terjadi di dalam sebuah profesi, contohnya profesi akuntansi. Seorang
akuntan yang melakukan kecurangan dalam prosedur akuntansi akan mengakibatkan
informasi akuntansi yang dihasilkan tidak akan berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.
Kecurangan laporan keuangan didefinisikan oleh AICPA sebagai satu hal yang
disengaja, salah saji atau penghilangan fakta-fakta material, atau data akuntansi yang
menyesatkan dan, bila dianggap dengan semua informasi yang telah dibuat, akan
menyebabkan pembaca mengubah penilaian atau keputusannya. Kecurangan ini dapat bersifat

2
financial atau kecurangan non financial. Ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window
dressing.
Gravitt (2006) dalam Nguyen (2008) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan
keuangan melibatkan skema berikut: pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan
keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis;

Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (error). Kesalahan dapat


dideskripsikan sebagai kesalahan yang tidak disengaja, kesalahan banyak dalam bentuk
matematis, kritikal / dalam aplikasi akuntansi.

1. Kecurangan berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi
tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan. (fraudulent).
2. Irregularity merupakan kesalahan penyajian keuangan yang disengaja atas informasi
keuangan.

Yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) sangat luas dan ini dapat dilihat pada butir
mengenai kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
(keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak
terjadi) adalah:
1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present).
3. Fakta bersifat material (material fact).
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly).
5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi.
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation).
7. yang merugikannya (detriment)

Kecurangan dalam hal ini termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi,
penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk
lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
organisasi/perusahaan.
Tindakan ilegal merupakan istilah yang lain lagi. Tindakan ilegal adalah setiap
tindakan yang berlawanan dengan hukum. Tindakan ilegal dapat dilakukan secara sengaja
atau dengan kurang hati-hati. The Professional Standards and Responsibilities Committee
dari The Institute of Internal Auditors dalam Statement of Internal Auditing Standard
No.3- Mei 1985 Mendefinisikan kecurangan sebagai :
“ Kecurangan yang di desain untuk memberi manfaat kepada organisasi umumnya
menghasilkan manfaat tersebut dengan mengeksploitasi suatu keuntungan yang tidak
wajar atau tidak jujur, yang mungkin dapat menipu pihak luar. Pelaku dari kecurangan
demikian biasanya mendapat manfaat secara tidak langsung, karena manfaat pribadi biaya
diakru (accrues) bertambah, sedangkan organisasi ditolong oleh tindakan yang
bersangkutan”. Beberapa contoh adalah :

3
a. Penjualan atau penjamin aktiva yang fiktif atau salah disajikan
b. Pembayaran yang tidak tepat seperti kontribusi politik yang illegal
penyogokan (bribes), pembayaran kembali (kickbacks), dan pembayaran
kepada pejabat pemerintah, pelanggan atau pemasok.
c. Penyajian atau penilaian transaksi-transaksi, aktiva, hutang atau
pendapatan yang tidak tepat dan dilakuka secara sengaja.
d. Penetapan harga transfer yang tidak tepat dan dilakukan secara sengaja.
Dengan sengaja menstrukturkan teknik penetapan harga secara tidak tepat,
manajemen dengan pasti memperbaiki hasil operasi dari suatu organisasi
yang tercangkup dengan transaksi menjadi kerugian dari organisasi yang
lain.
e. Transaksi hubungan istimewa tersebut tidak tepat yang dilakukan secara
sengaja, yaitu suatau pihak menerima manfaat yang tidak dapat diperoleh
kalau tidak ada hubungan istimewa tersebut.
f. Kegagalan yang disengaja untuk mencatat atau mengungkapkan informasi
yang signifikan untuk memperbaiki gambaran keuangan organisasi kepada
pihak luar.
g. Aktivitas usaha yang dilarang, seperti aktivitas yang melanggar undang-
undang, peraturan, atau kontrak.
h. Penyelundupan pajak.

2.2 Tujuan Audit Kecurangan

Tujuan di adakannya audit kecurangan adalah :

 Pencegahan kecurangan : pemeriksaan intern bertanggung jawab untuk menguji dan


menilai kecukupan dan efektifitas dan tindakan yang di ambil oleh manajemen untuk
memenuhi kewajiban tersebut.

 Deteksi atas penemuan kecurangan : pemerikasaan interen harus mempunyai


pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasikan indikator
kemungkinan terjadinya kecurangan.

 Aksioma Pemeriksaan Kecurangan

 Kecurangan, pada hakekatnya, tersembunyi. Tidak ada keyakinan absolut yang dapat
diberikan bahwa kecurangan benar-benar terjadi atau tidak terjadi.

 Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, orang harus juga berupaya
membuktikan kecurangan telah terjadi.

 Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, orang harus juga berupaya
membuktikan kecurangan tidak terjadi.

 Penetapan final apakah kecurangan terjadi merupakan tanggung jawab pengadilan


(hakim), bukan pemeriksanya.

 Prinsip-prinsip audit kecurangan.

4
 Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran.

 Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat


mendukung fakta yang dipermasalahkan.

 Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk
‘merespons’ maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan
semakin besar.

 Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut


dapat memberikan kesimpulan sendiri/bercerita,.

 Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu
mengungkapkan hal yang sama.

 Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi
oleh kelemahan manusia.

 Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup,
maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang benar.

 Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.

2.3 Kategori Kecurangan Dalam Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan


atau dilihat dari beberapa sisi:

Dalam Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan atau dilihat dari beberapa sisi:

1. Berdasarkan pencatatan Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan


kedalam tiga kategori :

a. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi
pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on-the-
books, lebih mudah untuk ditemukan)

b. Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara


catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on the-
books).

c. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat
dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti:
pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah
dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk
ditemukan)

2. Berdasarkan frekuensi Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan


frekuensi terjadinya:

5
a. Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak
berulang, tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada
dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh
adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan
memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang
tidak benar).

b. Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang


menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja.
Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan.
Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis
tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus
berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya. Bagi
auditor, signifikansi dari berulang atau tidaknya suatu kecurangan
tergantung kepada dimana ia akan mencari bukti.

3. Berdasarkan konspirasi.

Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi,


tidak terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya
kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo.
Dalam bona fide conspiracy, semua pihak sadar akan adanya kecurangan;
sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui
terjadinya kecurangan.

4. Berdasarkan Keunikan

a. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada


orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1)
pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga
keuangan, seperti: bank, dana pensiun, reksa dana (disebut juga custodial
fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.

b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang mungkin


hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan
harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari
kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang
telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kecurangan Dalam Laporan Keuangan


Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan
terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk

6
mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah
yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya
harus dibebankan.
Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum
ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus
utang dagang dan liabilitas lainnya
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.
Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan
ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”, yang dapat
digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu dikanal dengan
”peralatan laba” dan manajemen laba.
Manajemen laba (earning manajemen) melibatkan tindakan-tindakan manajemen
yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing)
merupakan salah satu bentuk manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan dan beban-
beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba.
Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan
dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba
yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga
dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang
tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.

3.2 Masalah Kecurangan Laporan Keuangan

Pasar saham dan obligasi merupakan komponen – komponen dari sebuah sistem
eknomi kapitalis. Laporan keuangan menyajikan pengungkapan – pengungkapan yang
memiliki arti penting yang mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya, bagaimana
perusahaan saati ini dan bagaimana arah perusahaan selanjutnya. Sebagian besar laporan
keuangan di persiapkan dengan penuh penyatuan dan menyajikan penjelasan ulang posisi

7
keuangan secara wajar dari entitas yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Laporan
keuangan di susun berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum ( PABU ) yang menjadi
paduan akuntansi untuk berbagai transaksi.

Sayangnya laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan kinerja


keuangan suatu organisasi terkadang dengan sengaja di sajikan. Salah saji dari laporan
keuangan bisa jadi merupakan akibat dari adanya tindakan manipulasi, pemalsuan, atau
melakukan perubahan dalam catatan akuntansi.
Laporan yang salah saji dapat menjadi permasalahan serius dalam pasar dan situasi
ekonomi. Masalah laporan keuangan semacam itu dapat mengakibatkan kerugian besar.bagi
investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan sistem akuntansi yang ada serta proses
peradilan dan juga rasa malu yang harus di tanggung oleh individu atau organisasi yang
terlibat dalam kecurangan laporan keuangan tersebut.

3.3 Penyelewengan – Penyelewengan Dalam Kecurangan Masalah Laporan


Keuangan.

Selama kurun waktu tahun 2000 – 2002 ada sejumlah pengungkapan terhadap pelaggaran
yang di lakukan oleh perusahaan di Amerika Serikat. Berikut beberapa penyelewengan yang
paling terkenal dalam sejarah perusahaan di Amerika Serikat :

1. Salah saji laporan keuangan atau pengolahan pembukuan ( cooking the books ).
2. Pemberian secara tidak tepat kepada para eksekutif dan coorporate looting.
3. Skandal perdagangan yang melibatkan orang dalam.
4. Mengistimewakan penawaran saham perdana ( Initital Public Offering – IPO )
5. Spinning
6. Laddering
7. Tunjangan pensiun yang bberlebihan pada CEO ( Chief Excecutif Officier ).
8. Kompensasi yang berlebihan baik berbentuk :
9. Tunai
10. Saham
11. Pinjaman untuk fee perdagangandan transaksi – transaksi quid pro lainnya.
12. Kebangkrutan dan utang dalam jumlah yang besar.
13. Kecurangan dalam skala besar yang di lakukan oleh pegawai.

3.4 Mengapa Kecurangan Masalah Laporan Keuangan Ini Terjadi ?

8
Gambar 3.4.1
Ada tiga elemen yang muncul secara bersamaan yang mndorong terjadinya
kecurangan secara keseluruhan. Terlepas dari alasan alasan yang yang telah di kemukakan
oleh pelaku kecurangan :

1. Tekanan yang di rasakan ( Pressure )


Setiap pelaku kecurangan selalu di hadapkan dengan berbagai jenis tekanan yang di
rasaka yang dapat mendorong tejadinya kecurangan.laporan keuangan antara lain adalah
a. Kerugian finansial
b. Kegagalan memenuhi pendapatan
c. Ketidakmampuan untuk bersaing
d. Kompensasi yang terlalu besar

2. Peluang / Kesempatan yang di miliki.

Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi


manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri
yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Sebagai contoh,
terdapat kemungkinan salah saji dalam persediaan bagi perusahaan-perusahaan yang
memiliki persediaan yang terletak di beberapa tempat yang berbeda. Risiko salah saji
persediaan lebih meningkat jika terjadi kemungkinan keusangan persediaan.
Pergantian pegawai di bagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses
akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.
Banyak kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit
dan dewan direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan
keuangan

3. Sikap / Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting
dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Jika CEO atau

9
manajer puncak lainnya menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan
keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar,
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan menjadi lebih besar.
Karakter manajemen atau seperangkat etika juga dapat membuat manajemen lebih mudah
dalam membenarkan perilaku kecurangan (Kemampuan untuk merasionalisasi
kecurangan sebagai sesuatu yang dapat di terima).

3.5 Faktor Yang Menyebabkan “PERFECT FRAUD STORM”

Menurunnya etis dan nilai – nilai moral merupakan dampak buruk terjadinya “Fraud
Triangle”. Perilaku tersebut, pada akhirnya akan berkembang menjadi sikap yang lebih buruk
apabila terjadi secara terus menerus tanpa adanya penanganan yang dibutuhkan. “Perfect
Fraud Storm” merupakan istilah yang digunakan untuk menjelasan fenomena ini. Terdapat 9
faktor yang muncul secara bersamaan yang membentuk “perfect Fraud Storm”, antara lain:

1. Ledakan Ekonomi
Salah satu faktor yang digunakan pelaku kecurangan dengan cara
menyembunyikan aktivitas ataupun masalah yang muncul untuk tetap
meningkatkan jumlah investor dan tetap menjadi perusahaan yang
menguntungkan. Ledakan ekonomi terjadi pada tahun 1990 – 2000. Pada tahun
tersebut banyak CEO yang mendapat tekanan yang kemudian melakukan
kecurangan untuk melindungi perusahaannya.

2. Kemerosotan Nilai – nilai Moral


Nilai – nilai moral semakin menurun pada semua golongan seperti kejujuran. Di
dalam masyarakat, nilai kejujuran telah menurun drastis. Kebohongan semakin
meningkat pada jati diri masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan seperti menyontek
di sekolah. Meski hal tersebut tidak berhubungan dengan manajemen, namun
secara tidak langsung hal itu menunjukan bahwa nilai moral masyarakat telah
menurun.

3. Kesalahan Alokasi Insentif


Dalam masalah insentif banyak terjadi kasus seperti pemberian ratusan juta dolar
dalam bentuk opsi saham dana atau saham terbatas yang memberi tekanan yang
tinggi pada pihak manajemen untuk tetap menjaga kenaikan harga saham, bahkan
dengan membebankan pada pelaporan hasil kinerja keuangan yang akurat.

4. Tingginya Ekspektasi Analisis


Pada umumnya perusahaan – perusahaan selalu di analisis mengenai keadaan
finansial oleh para analis. Para analis sering diberi arahan oleh perusahaan yang
akan dianalisis sehingga memunculkan ekspektasi yang tinggi. Hal ini ditujukan
untuk membangun citra kedepannya. Namun, seringkali analisis yang dilakukan
tidak sesuai dengan hasil yang diterima, dan bahkan apabila analisis dan hasil
berbeda jauh akan mengakibatkan penurunan harga saham dengan nilai yang

10
cukup besar. Alasan tersebut yang menjadikan perusahaan akhirnya bertindak
curang.

5. Tingginya Tingkat Utang


Persyaratan pemberian pinjaman utang, pinjaman lain dan tuntutan laba yang
tinggi menjadi faktor yang mengakibatkan tindakan kecurangan oleh perusahaan.
Hal tersebut merupakan tekanan tinggi yang harus dihadapi oleh perudahaan.

6. Fokus Pada Aturan Daripada Prinsip Akuntansi


Menurunnya prinsip akuntansi yang diterapkan pada jiwa akuntan menjadi faktor
terjadinya kecurangan. Banyak akuntan yang lebih memilih membantu para klien
dan melakukan pencatatan yang bertentangan pada prinsip akuntansi.

7. Kurangnya Independensi Auditor


Dalam beberapa kasus KAP menggunakan audit sebagai upaya untuk menggani
kerugian demi membangun hubungan dengan perusahaan-perusahaan agar dapat
menawarkan pengadaan jasa konsultasi yang lebih menguntungkan. Fee audit jauh
lebih rendah daripada fee jasa konsutasi, sehingga membuat auditor kehilangan
focus dan lebih memilih menjadi penasihat.

8. Keserakahan
Kelompok seperti para eksekutif, bank investasi, bank komersial, dan investor
masing-masing kelompok ii mengambil keuntungan dari sistem perekonomian
yang kuat, idak satupun dari mereka menginginkan berita burk sehingga
mengabaikan berita-berita negative dan terlibat transaksi yang tidak baik.

9. Kegagalan Pendidik
Pertama, pendidik tidak memberikan pendidikan etika yang cukup memadai
terhadap mahasiswa, membuat para lulusan bekal yang cukup untuk menghadapi
dilema etika secara riil di dunia bisnis.
Kedua, dengan tidak mengajarkan pada para mahasiswanya mengenai kecurangan.
Sebagian besar mahasiswa tidak memahami faktor-faktor penyebab kecurangan.
Ketiga, para pendidik mengajar para mahasisa akuntansi pada masa lampau.
Pendidikan akuntansi yang efektif tidak boleh terlalu berfokus pada konten
pembeajaran sebagai tujuan akhir, tetapi menggunakan konten sebagai konteks
untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis.

3.6 Sifat Dasar Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan laporan keuangan, seperti halnya kecurangan lainnya, mengandung unsur


penipuan dan upaya penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan dapat
disembunyikan melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di dalamnya pemalsuan
dokumen. Kecurangan laporan keuangan dapat disembunyikan melalui kolusi antara
manajemen, pegawai, atau pikah ketiga. Kecuranagan laporan keuangan jarang sekali dapat

11
terlihat. Namun indikator kecurangan, dan sejumlah indikator lainnya yang biasanya dapat
diamati.

Indikator kecurangan tidak dapat dengan mudah di klasifikasikan berdasarkan arti


pentingnya atau di kombinasikan menjadi model – model yang dapat memprediksi
keberadaan kecurangan secara efektif. Signifikansi indikator kecurangan sangat bervariasi.
Beberapa faktor kadang tetap akan muncul walaupun kecurangan tidak terjadi, atau
sejumlah kecil indikator mungkin saja muncul ketika kecurangan terjadi. Seringkali bahkan
diduga terjadi kecurangan, akan sangat sulit untuk membuktikannya. Tanpa adanya
pengakuan, dokumen yang terlihat benar – benar fiktif, atau sejumlah tindakan kecurangan
yang sama dan dilakukan berulang – ulang (sehingga dapat di simpulkan terjadi kecurangan
dari polanya), menuduh orang melakukan kecurangan laporan keuangan dapat menjadi
sangat sulit. Karena adanya kesulitan mendeteksi dan membuktikan kecurangan,
investigator harus sangat berhati – hati dalam melakukan pemeriksaan kecurangan,
menghitung jumlah kecurangan, atau melakukan berbagai macam perikatan kerja terkait
dengan kecurangan.

3.7 Motivasi Kecurangan Laporan Keuangan

Motivasi untuk menyajikan laporan keangan yang mengandung unsur kecurangan


cukup beragam, terkadang motivasinya adalah untuk memberikan dukungan agar harga
saham tetap tinggi atau untuk dukungan terhadap penawaran obligasi dan saham. Pada
beberapa perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan yang mengandung unsur
kecurangan, eksekutif puncak mereka telah memiliki saham atau opsi saham perusahaan
dalam jumlah yang besar dan perubahan pada harga saham perusahaan akan memberikan
dampak besar terhadap kekayaan bersih yang dimiliki secara pribadi.

3.8 Kerangka Kerja Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Mengidentifikasi eksposur kecurangan merupakan salah satu tahapan yang paling


sulit dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Mengidentifikasi eksposur harus
memahami secara jelas kegiatan operasional dan sifat dasar dari organisasi. Investigator harus
memahami bagaimana perusahaan itu harusnya dikelola dan mengetahui bagaimana
hubungan perusahaan dengan pihak – pihak lain dan pengaruh dari masing – masing pihak
tersebut pada manajemen. Selain auditor dan investigator harus menggunakan penalaran
strategik ketika berupa mendeteksi kecurangan.

Penalaran Strategik untuk mengantisipasi kemungkinan metode penyembunyian


kecurangan yang digunakan oleh pelaku kecurangan. Karena audit eksternal diminta untuk
bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang bersifat material,
proses penalaran dapat juga terjadi ketika auditor internal, komite audit, investigator
kecurangan, dan pihak – pihak lain mempertimbangkan berbagai upaya untuk mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.Kewajiban auditor adalah untuk menilai
kewajaran sebuah laporan keuangan, palaku kecurangan akan berupaya untuk
menyembunyikan kecurangan yang dilakukannya dari auditor.

12
Pertimbangan auditor mengenai respons auditee terhadap pilihan auditor tersebut
sebagai “penalaran strategik”. Penelitian akademismenyatakan bahwa auditor yang bekerja
efektif perlu menerapkan penalaran strategik untuk memprediksi respons auditee, untuk
melakukan hal itu menjadi semakin sulit karena auditor mempertimbangkan berbagai
tingkatan dari potensi prilaku strategik.

Ada berbagai tingkatan penalaran strategik dalam pengaturan audit. Tingkatan adalah :

1. Zero-order reasoning terjadi ketika auditor dan auditee hanya mempertimbangkan kondisi
yang secara langsung mempengaruhi mereka bukan dari pihak – pihak lain. Ketika
menerapkan zero-order reasoning, auditor hanya mempertimbangakan besarnya insentif
yang akan diterima saja, seperti fee audit, biaya sampel, dan denda.

2. First-order reasoning auditor mempertimbangkan kondisi yang secara langsung


mempengaruhi auditee. Auditor mengasumsikan bahwa auditee menggunakan zero-order
reasoning dan mengembangkan insentif auditee.
Contohnya : Ketika auditor memperkirakan akan terjadi penyembunyian kecurangan,
maka auditor akan memodifikasi perencanaan audit sedemikian rupa guna membeberkan
adanya penyembunyian kecurangan tersebut. Auditor tidak mempertimbangkan apakah
auditee telah mengantisipasi perilaku auditor tersebut.

3. Higher-order reasoning auditor mempertimbangkan adanya tambahan tingkatan


kompleksitas, termasuk bagaimana manajemen mengatisipasi perilaku auditor.
Contoh : auditor yang munggunakan higher-order reasoning mungkin saja melakukan
penyesuaian dalam perencanaan audit dengan menerapkan prosedur audit yang tidak
diekspektasikan oleh pihak kliensebagai respon terhadap apa yang auditor yakin akan
dilakukan oleh manajemen untuk menyembunyikan kecurangan berdasarkan penalaran
strategik yang dibuat manajemen.

Ketika menerapkan penalaran strategik, auditor akan mempertimbangkan berbagai


pertanyaan berikut :

1. Skema kecurangan apa yang mungkin akan digunakan oleh manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan?
Contoh : apakah manajemen mungkin akan mencatat penjualan secara tidal
berfikir sebelum barang dikirim pelanggan?
2. Jenis pengujian seperti apa yang akan digunakan untuk mendeteksi skema
tersebut?
Contoh : auditor seringkali memeriksa dokumen pengiriman untuk melakukan
validasi pengiriman pada pelanggan.
3. Bagaiman manajemen dapat meneyembunyikan skema tersebut dari jenis
pengujian yang akan dilakukan?
Contoh : manajemen mungkin mengirim barang ke gudang mereka sendiri yang
berlokasi di tempat lain, segingga dapat menunjukkan bukti pengiriman kapada
auditor.

13
4. Bagaimana jenis pengujian tertentu dapat dimodifikasi agar dapat mendeteksi
skema penyembunyian aset?
Contoh : Auditor dapat mengumpulkan informasi mengenai lokasi pengiriman
untuk memastikan bahwa lokasi tersebut memiliki atau disewa oleh pelanggan
atau melakukan wawancara kepada personil pengiriman untuk memastikan apakah
barang yang dijual selalu dikirim kepada pelanggan tersebut.

Kecurangan laporan keuangan jarang dapat terdeteksi hanya dengan menganalisis laporan
keuangannya saja. Akan tetapi, kecurangan laporan keuangan biasanya terdeteksi ketika
informasi dalam laporan keuangan dibandingkan dengan situasi rill yang seharusnya terwakili
oleh angka – angka tersebut, dalam konteks manajemen yang sedang beroperasional dan
sedang termotivasi. Kecurangan seringkali terdeteksi dengan berfokus pada perubahan asset,
liabilitas, pendapatan, dan beban yang di laporkan dari periode ke periode atau dengan
membandingkan kinerja perusahaan dengan rata – rata kinerja industri yang sejenis.

Pengguna data keuangan dan data nonkeuangan untuk mendeteksi kecurangan merupakan
salah satu dari empat pertimbangan utama dalam kerangka kerja untuk mendeteksi
kecurangan. Kami menyebut kerangka kerja ini sebagai “Kotak Eksposur Kecurangan
(Fraud Exposure Rectangle)

3.8.1 Manajemen Dan Dewan Direksi


Manajemen puncak hampir selalu terlibat ketika kecurangan laporan keuangan
terjadi. Berbeda halnya dengan penggelapan dan penyalahgunaan, kecurangan laporan
keuangan biasanya dilakukan oleh individu dengan posisi tertinggi di dalam
organisasi, dan sering kali dilakukan atas nama organisasi, bukan dilakukan terhadap
organisasi. Karena manajemen biasanya terlibat, manajemen dan direksi harus
diinvestigasi untuk menentukan keterlibatan dan motivasi mereka dalam melakukan

14
kecurangan. Dalam mendektesi kecurangan laporan keuangan, memperoleh
pemahaman mengenai manajemen dan apa yang memotivasi mereka paling tidak
sama pentingnya dengan memahami laporan keuangan tersebut. Ada 3 aspek
manajemen yang harus diinvestigasi:
1. Latar beakang manajemen
2. Motivasi manajemen
3. Pengaruh manajemen dalam membuat keputusan untuk organisasi

A. Latar belakang Manajemen

Terkait dengan latar belakang ini, investigator kecurangan harus memahami jenis
organisasi dan aktivitas pihak manajemen dan direksi terkait diperiode sebelumnya. Dengan
adanya internet saat ini, akan sangat mudah untuk melakukan pencarian - pencarian
sederhana mengenai seseorang. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mengetik
nama seseorang di Google atau mesin pencari lainnya. Mesin pencari tersebut akan secara
cepat menunjukkan daftar semua refrensi terkait nama seseorang tersebut, termasuk
pernyataan yang mewakili apa yang terjadi di periode sebelumnya, dan berbagai kertas kerja
10 Kolom (10-K), laporan perusahaan yang dibuat oleh SEC dari perusahaan-perusahaan
yang berafiliasi dengan orang yang dimaksud tersebut, artikel surat kabar mengenai orang itu,
dan lain-lain. Jika pencarian sederhana tersebut tidak mencukupi, menyewa seorang
investigator swasta atau menggunakan jasa-jasa investigatif yang terdapat pada situs untuk
melakukan pencarian tidaklah mahal.

B. Motivasi Manajemen.

Apa yang memotivasi direksi dan manajemen juga merupakan hal yang penting untuk
diketahui. Apakah kekayaan yang mereka miliki secara pribadi terkait erat dengan organisasi?
Apakah mereka berada di bawah tekanan untuk mencapai hasil yang tidak realistis? Apakah
kompensasi yang mereka terima terutama didasarkan pada kinerja? Apakah mereka memiliki
sejarah dalam mengarahkan Wll Street untuk ekspetasi yang semakin tinggi dan semakin
tinggi lagi? Apakah mereka berkembang melalui akuisoso atai melalui sarana internal?
Apakah perusahaan memiliki perjanjian utang atau ukuran keuangan lain yanh harus
dipenuhi? Apakah pekerjaan manajemen berisiko? Ini merupan contoh pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab dalam upaya untuk memahami secara tepat motivasi manajemen. Banyak
kecurangan laporan keuangan yang dilakukan karena manajemen harus melaporkan
pendapagan yang positif atau tinggi untuk menyokong harga saham, menunjukan laba positif
untuk saham publik dan penawaran surat utang, atau melaporkan keuntungan sebagai upaya
memenuhi regulasi atau persyaratan pinjaman.

1. Pengaruh Manajemen dalam pembuatan keputusan untuk Organisasi

Terakhir, kemampuan manajemen untuk mempengaruhi keputusan dalam organisasi


merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami kerena melakukan kecurangan jauh lebih
mudah ketika satu atau dua individu memiliki kekuasaan besar dalam pengambilan keputusan
daripada ketika organisasi memiliki pola kepemimpinan yang lebih bersifat domokratis.

15
orang yang melakukan kecurangan untuk pertama kali, dan berbuat tidak jujur untuk pertama
kali adalah sesuatu yanh sulit untuk mereka lalukan. Bagi dua orang, secara bersama-sama
berbuat tidak jujur akan jauh lebih sulit, dan bagi tiga orang, secara bersama-sama berbuat
tidak jujur akan jauh lebih sulit lagi. Ketika kemampuan pengambilan keputusan tersebar ke
beberapa orang atau ketika dewan direksi berperan aktif dalam organisasi, kecurangan akan
jauh lebih sulit lagi untuk dilakukan. Sebagian besar kecurang laporan keuangan tidak terjadi
pada organisasi besar dan secara historis merupakan organisasi yang menguntungkan.
Namun, kecurangan laporan keuangan sering terjadi pada organisasi yang lebih kecil dengan
satu atau dua oranh yang memiliki hampir seluruh kemampuan untuk pengambil keputusan,
dalam perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang luar biasa cepat (sulit dipercaya), atau
ketika dewan direksi dan komite audit tidak berperan secara aktif (sesuatu yang jauh lebih
sulit untuk dilakukan saat ini dengan adanya standar baru tata kelola perusahaan yang
dijelaskan pada Lampiran A bab ini). Dewan direksi dan/atau komite audit yang terlibat aktif
dalam keputusan-keputusan penting organisasi dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah
pihak manajemen melakukan kecurangan. Bahkan, atas alasan inilah standar tata kelola
perusahaan NASDAQ dan NYSE mengharuskan mayoritas anggota dewan untuk hersikap
independen dan beberapa komite penting, misalnya komite menangani audit dan komite
menangani kompensasi, posisinya diduduki oleh direksi yang seluruhnya besikap
independen.

Ketika manajemen memutuskam untuk melakukan kecurangan, skema khusus yang


biasanya digunakan ditentukan oleh staf dasar kegiatan operasional bisnis itu. Walaupun kita
biasanya berfokus pada skema atau hasil kinerja keuangan yang dihasilkan oleh skema-skema
tersebut, ingatlah bahwa keputusan untuk melakukan kecurangan ini pastilah pertama kali
dibuat oleh pihak manajemen atau pejabat lainnya. Beberapa pertanyaan penting yang harus
dipertanyakan terkait dengan manajemen dan direksi sebagai berikut.

3.9 Hubungan dengan Pihak-Pihak Lainnya

Kecurangan laporan keuangan sering kali dilakukan dengan bantuan dari organisasi
lain, baik yang secara riil ada ataupun yang fiktif. Kecurangan Enron utamanya dilakukan
dengan bantuan dari apa yang dikenal sebagai entitas bertujuan khusus ( Special Purpose
Entities-SPE), yang merupakan kepentingan bisnis yang dibentuk semata-mata untuk
menyelesaikan satu atau beberapa tugas tertentu. SPE bukanlah suatu yang ilegal, tetapi harus
mematuhi standar akuntansi yang mengatur SPE, mana yang harus dilaporkan sebagai bagian
dari perusahaan induk yang lebih besar dan mana yang tidak dilaporkan sebagai entitas-
entitas independen yang tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan induk. Pada waktu
terjadinya kasus kecurangan di Enron, SPE dikatan independen jika memenuhi dua kriteria
sebagai berikut:

1. Investor pihak ketiga yang independen memiliki investasi modal yang besar,
paling tidak 3 persen dari aset SPE dan
2. Investor pihak keriga tersebut sebenarnya berisiko.

Enron berkewajiban untuk mengonsolidasikan aset liabilitas dari entitas-entitas yang


tidak memenuhi persyaratan tersebut. Gugatan SEC berawal dari dugaan adanya beberapa

16
SPE tertentu yang dimiliki Enron seharusnya dikonsolidasikan dalam laporan posisi
keuangan Enron. Lebih lanjut, Fastow, Koppwr, dan yang lainnya menggunakan pengaruh
mereka secara bersama-sama terhadap kegiatan operasional bisnis Enron dan menggunakan
SPE sebagai cara untuk menghasilkan jutaan dolar untuk mereka sendiri dan pihak lainnya
secara sembunyi-sembunyi dan melawan hukum. Khususnua, Fastow menghasilkan
keuntungan pribafi bernilai besar, puluhan juta dolar dalam mendesain SPE Enron yang
menguntungkannya.

Walaupun hubungan dengan semua pihak harus diuji untuk menentukan apakah
hubungan tersebut memberikan peluang atau eksposur kecurangan bagi manajemen
hubungan yang terkaiy dengan organisasi dan individu, auditor eksternal, pengacara, investor,
dan regulator harus selalu dipertimbangkan dengan hati-hati. Hubungan dengan instituso
keuangan dan pemegang obligasi juga penting karena hubungan tersebut memberikan
indikasi sejauh mana pengaruhnya bagi keberlangsungan perusahaan. Contoh pertanyaan-
pertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan utang sebagai berikut.

 Apakah keberlangsungan perusahaan sangat dipengaruhi, dan dengan lembaga


keuangan seperti apa?
 Aset-aset organisasi seperti apa saja yang dijadikan sebagai jaminan?
 Apakah ada perjanjian utang atau perjanjian lain yang mengikat, yang harus
dipenuhi?
 Apakah hubungan dengan perbankan terlihat nomal, atau apakah terdapat hubungan
yang janggal dengan lembaga keuangan lainnya, misalnya menggunakan jasa
lembaga keuangan yang memiliki lokasi yang secara geografi tidak wajar?
 Apakah terdapat hubungan antar pegawai lembaga keuangan dengan pihak
organisasi yang menjadi klien?

3.10 Hubungan dengan Lembaga Keuangan

Hubungan kerja sama dengan bidang real estat seperti yang disebutkan sebelumnya,
melibatkan sebuah perusahaan Wisconsin yang melakukan pinjaman yang tidak sah dari bank
yang berlokasi pada negara bagian lain yang tidak memiliki tujuan bisnis. Bank tersebut
digunakan karena CEO dari perusahaan klien memiliki hubungan dengan presiden direktur
tersebut, yang kemudian memalsukan konfirmasi audit yang dikirm oleh bank pada auditor.
Pinjaman tersebut akhirnya terungkap ketika auditor melakukan pencairan terkait hak gadai
atas properti yang dimiliki. Karena presiden direktur Bank tersebut menyangkal adanya
pinjaman tersebut, liabilitas dalam laporan posisi keuangan dinyatakan kurang saji secara
signifikan.

3.11 Hubungan dengan Organisasi dan Individu yang Terkait

Pihak-pihak terkait, termasuk didalamnya organisasi dan individu terkait seperti


anggota keluarga, harus diperiksa karena pengaturan transaksi “tidak wajar” dan sering kali
merupakan transaksi yang tidak realistis dengan pihak-pihak terkait sebagai salah satu cara
termudah untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hubungan-hubungan seperti ini
sering kali diidentifikasi dengan menguji transaki yang tidak biasa dan/atau transaksi dalam
jumlah yang besar yang sering terjadi pada waktu-waktu yang strategis (seperti pada akhir

17
periode) untuk membuat laporan keuangan terlihat lebih baik. Jenis hubungan dan peristiwa
yang harus diuji termasuk yang berikut.

 Transaksi dalam jumlah besar yang menghasilkan penghasilan atau pendapatan bagi
organisai
 Penjualan atau pembelian aset diantara entitas-entitas yang terkait
 Transaksi yang menghasilkan goodwill atau aset tidak berwujud lainnya yang diakui
dalam laporan keuangan
 Transaksi yang menghasilkan pendapatan non operasional, ketimbang pendapatan
operasional
 Pinjaman atau transaksi keuangan lainnya diantara entitas-entitas yang terkait
Setiap transaksi yang terlihat tidak biasa atau transaksi yang patut dipertanyakan
dalam organisasi, terutama transaksi yang sangat besar tapi tidak realitas.

3.12 Hubungan dengan Auditor

Hubungan antara perusahaan dengan auditornya penting untuk dianilisis dengan


beberapa alasan. Jika terjadi pergantian auditor, mungkin ada alasan yang baik untuk
mendorong terjadinya pergantian tersebut. KAP tidak akan begitu mudahnya melepaskan
klien dan menghentikan hubungan antara auditor dan auditee yang sebagian besar disebabkan
klien oleh kegagalan klien untuk melakukan pembayaran, ketidaksepahaman yang terjadi
antara auditor dengan auditee, dan kecurigaan auditor mengenai adanya kecurangan atau
masalah-masalah lainnya, atau anggapan auditee bahwa fee audit yang dibebankan terlalu
tinggi. Walaupun sebagian dari alasan ini, seperti fee yang tinggi, mungkin tidak
mengidintikasikan adanya potensi terhadap masalah kecurangan, ketidaksepahaman yang
terjadi di antara auditor dengan auditee, ketidakmampuan untuk membayar fee audit, dan
dugaan terhadap berbagai masalah dapat menjadi alasan yang mendorong terjadinya kasus
kecurangan laporan keuangan. Fakta bahwa auditor diberhentikan atau mengundurkan diri,
serta kesulitan auditor di tahun pertama untuk menemukan adanya kecurangan laporan
keuangan, memberikan banyak alasan perlunya perhatikan khusus ketika terjadi pergantian
auditor. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan ke publik diharuskan untuk
mengungkapkan kepada publik setiap pergantian yang terjadi dalam KAP mereka dan alasan
pergantian tersebut dalam formulir kertas kerja 8 kolom (8-K) SEC.
Terkadang, sebuah KAP memutuskan untuk menerima lebih banyak resiko atau
mengelola risiko-risiko yang ada secara berbeda dengan KAP lainnya. Banyak yang
menyebutkan bahwa salah satu KAP semacam itu adalah Laventhol & Horwath, yang
mengalami kebangkrutan pada akhir tahun 1980-an. Pihak lainnya menyatakan bahwa
kegagalan Arthur Anderson disebabkan oleh sikap yang diambilnya atas potensi risiko yang
mungkin ada pada saat melakukan jasa audit terhadap klien dan keasyikannya dengan jasa-
jasa konsultasi penjualan silang pada perusahaan milik klien yang diauditnya. Tentu saja,
Anderson memilki andil yang cukup banyak atas berbagai kegagalan audit dalam skala besar,
seperti Sunbeam, Waste Management, Enron, WorldCom, Qwest dan lain-lain. Dalam
memeriksa kemungkinan adanya kecurangan laporan keuangan pada suatu perusahaan,
penting untuk mengetahui siapa auditornya dan sudah berapa lama hubungan di antara
auditor dan klien tersebut terjalin.

3.13 Hubungan dengan Pengacara

Hubungan dengan pengacara memiliki risiko yang lebih besar daripada hubungan
dengan auditor. Ketika auditor diharuskan untuk bersikap independen dan diminta

18
mengundurkan diri ketika mereka menduga bahwa hasil keuangan tidaklah tepat, pengacara
biasanya mendukung kliennya dan sering kali mengikuti dan mendukung klien mereka
hingga jelas terbukti bahwa kecurangan benar-benar terjadi. Selain itu, pengacara biasanya
memiliki informasi mengenai kesulitan hukum klien, masalah regulasi, dan berbagai hal
penting lainnya. Sama halnya dengan klien yang menguntungkan kecuali terjadi suatu
kesalahan yang benar-benar serius. Oleh karena itu, pergantian lembaga hukum tanpa sebab
yang jelas patut menjadi perhatian. Sayangnya tidak seperti pada pergantian auditor yang
mengharuskan perusahaan publik mengajukan formulir kertas kerja 8 kolom (8-K), tidak ada
syarat pelaporan sejenis untuk pergantian pengacara.

3.14 Hubungan dengan Investor

Hubungan dengan investor penting karena kecurangan laporan keuangan sering


terdorong oleh adanya penawaran ekuitas pada investor. Selain itu, pengetahuan mengenai
jumlah dan ragam investor (publik versus privat, besar versus kecil, institutsional versus
individual, dan sebagainya) sering kali dapat memberikan indikasi mengenai tingkatan
tekanan dan pengawasan publik terhadap manajemen perusahaan dan kinerja keuangannya.
Jika suatu organisasi merupakan organisasi yang dikelola untuk kepentingan publik,
kelompok investor atau analis investasi biasanya akan mengikuti perusahaan dengan sangat
dekat dan sering kali dapat memberikan informasi atau indikasi bahwa ada sesuatu yang
salah. Contohnya, beberapa investor menjual saham perusahaan “dalam jangka pendek
(short)” yang berarti bahwa mereka meminjam sejumlah saham dari para pialang dan menjual
saham tersebut dengan harga hari ini dengan tujuan untuk membayar kembali saham
pinjaman yang mereka jual pada saat waktu tertentu dimasa yang akan datang ketika saham
diperdagangkan pada harga yang lebih yang rendah. Para penjual dalam jangka pendek (short
seller) ini selalu mencari berita buruk terkait organisasi yang bersangkutan, yang akan
membuat harga saham jatuh. Jika mereka menduga bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan
dengan semestinya, mereka sering akan menyampaikan kekhawatiran mereka kepada publik.
Kelompok investor sering berfokus pada informasi yang sangat berbeda dari
informasi yang digunakan oleh auditor, dan terkadang indikator kecurangan lebih terlintas
jelas di mata para kelompok investor dari pada auditor, terutama para auditor yang hanya
terfokus pada laporan keuangan. Para short seller terkadang menjadi pihak yang pertama kali
mengetahuinya terjadinya kecurangan laporan keuangan dan kemudian mereka jugalah yang
mengungkapkan kecurangan tersebut pada pasar. Contohnya, pada kasus Enron, orang yang
pertama kali muncul yang dan memberikan informasi negatif mengenai perusahaan tersebut
adalah Jim Chanos, pihak yang menjalankan perusahaan yang berspesialisasi dalam
penjualan jangka pendek (short selling), yang bernama Kynikos Assosiates ( Kynikos berasal
dari yunani, yakni: cynic), sebuah perusahaan yang sangat disegani. Pada awal tahun 2001,
Chanos menyatakan kepada publik bahwa “tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
bagaimana Enron benar-benar dapat menjelaskan uang” Dia mencatat bahwa Enron telah
melakukan sejumlah transaksi penting dengan pihak terkait yang “juga dijalankan oleh
pejabat senior di Enron” dan mengasumsikan bahwa hal tersebut merupakan konflik
kepentingan. Ketika diajukan pertanyaan, Enron tidak akan menjawab pertanyaan terkait
LJM partners hubungan kemitraan lainnya. Selanjutnya, majalah fortuner edisi 5 Maret 2001,
memuat berita terkait Enron yang menyatakan bahwa, “Untuk orang-orang yang skeptis,
kurangnya kejelasan merupakan indikator mahalnya saham Enron .... ketidakmampuan untuk
mebayar yang mahal tersebut disertai tingginya ekspektasi perusahaan dapat meningkatkan
peluang terjadinya kejutan yang tidak menyenangkan. Enron adalah sebuah cerita mengenai
laba yang berisiko.’’Sayangnya, investor terus saja mengabaikan berita buruk ini selama lebih

19
dari enam bulan sampai pada akhir tahun 2001, ketika orang-orang yang bersikap skeptis
mulai menjual sahamnya, Enron menyatakan kebangkrutannya pada akhir tahun 2001.

3.15 Hubungan dengan Badan Regulasi

Terakhir, memahami hubungan klien dengan badan regulasi merupakan sesuatu yang
penting. Jika perusahaan yang sedang anda periksa adalah perusahaan publik, anda perlu tau
apakah SEC telah mengeluarkan rilis penindakan hukum pada perusahaan tersebut.
Contohnya, dalam laporan yang sesuai dengan section 704 Sarbanes-Oxley Act, SEC
menyatakan bahwa selama periode lima tahun dari 31 july 1997 hingga 30 juli 2002 telah
dilaksanakan 515 tindakan hukum yang melibatkan 869 pihak yang terkait (164 entitas dan
705 individu). Anda juga perlu mengetahui apakah semua laporan tahunan, laporan kuartalan,
dan laporan lainnya diajukan secara berkala. Jika perusahaan berada dalam industri yang
terugulasi, seperti perbankan, anda perlu tahu bagaimana hubungannya dengan badan regulasi
seperti Federal Deposit Insurance Corporation, Federal Reserve, dan Office of the
Comptroller of the Currency. Apakah ada sejumlah masalah problematis yang terkait dengan
lembaga-lembaga ini? Apakah organisasi memiliki hutang pajak yang belum terbayarkan
kepada pemerintah federal atau pemerintah negara bagian atau pajak distrik lainnya yang juga
penting untuk diketahui karena bantuan dan sanksi yang diberikan kepada otoritas pajak,
organisasi biasanya dapat melakukan pembayarannya kecuali terdapat sesuatu yang salah
atau jika organisasi tersebut memiliki masalah arus kas yang serius. Pertanyaan berikut harus
ditanyakan mengenai hubungan perusahaan dengan pihak-pihak lainnnya.

3.16 Hasil Kinerja Keuangan dan Karateristik Operasional

Indikator kecurangan paling sering terlihat sendiri melalui perubahan - perubahan dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh, laporan keuangan yang memuat perubahan besar pada
saldo -saldo akun dari satu periode ke periode lainnya memiliki kemungkinan kecurangan
yang lebih besar dari pada laporan keuangan yang hanya memiliki sedikit perubahan yang
sifatnya bertahap dalam saldo akun. Misalnya, peningkatan piutang secara dramatis yang
terjadi secara tiba- tiba sering kali memberikan sinyal bahwa ada sesuatu y,ang salah. Selain
terjadi perubahan jumlah dan saldo akun dalam laporan keuangan, memahami apa yang benar
- benar dijelaskan pada catatan kaki merupakan suatu yang sangat penting. Serign kali,
catatan kaki memberikan petunjuk yang kuat terjadinya kecurangan, namun, apa yang
termuat dalam catatan kaki sering kali tidak dimengerti secara jelas oleh auditor dan pihak -
pihak lainnya.

Dalam menilai eksposur kecurangan melalui laporan keuangan dan karakteristik


operasional, jumlah - jumlah dan saldo - saldo akun pada laporan keuangan harus
diperbandingkan dengan organisasi sejenis dalam industri yang sama, dan referensi riil dari
laporan keuangan juga harus ditentukan. Misalnya, jika laporan keuangan suatu organisasi
mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki persediaan senilai $2 juta, maka persediaan itu

20
pasti berada disuatu tempat, dan pasti tergantung pada jenis persediaan itu sendiri, yang
memerlukan sejumlah ruang untuk penyimpanan, alat pengangkutan dan peralatan lainnya
untuk memindahkan dan mengirimkannya, serta individu - individu yang diminta untuk
mengelolanya. Seorang pemeriksa harus menanyakan apa angka - angka dalam laporan
keuangan secara realistis berisi jumlah dan nilai persediaan yang sesungguhnya dapat
diamati.

Menggunakan hubungan - hubungan keuangan untuk menilai eksposur kecurangan


mengharuskan anda untuk mengetahui sifat dasar dari bisnis clien, jenis akun yang
seharusnya tercantum dalam laporan keuangan, dan jenis kecurangan yang dapat muncul
dalam organisasi, dan jenis indikator kecurangan yang akan ditimbulkannya. Contohnya,
aktivitas utama perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi penjualan dari penagihan, dan
pembayaran, pendanaan, penggajian, dan gudang. Membagi organisasi kedalam atau siklus
seperti ini, dan selanjutnya untuk masing - masing siklus, mengidentifikasi fungsi utama yang
dijelaskan resiko utama yang melekat pada masing masing fungsi potensi penyalahgunaan
dan kecurangan yang bisa terjadi, dan indikator yang ditunjukan oleh kecurangan -
kecurangan tersebut akan sangat berguna dapat menggunakan teknik deteksi secara proaktif
untuk melihat kemungkinan terjadinya kecurangan pada siklus - siklus tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, selain mempertimbangkan pola


hubungan - hubungan keuangan, ukuran kinerja non keuangan juga penting untuk mendeteksi
hasil kinerja keuangan yang tidak wajar. Ukuran kinerja non keuangan yang telah
didiskusikan dalam ruang lingkup akuntansi menejemen merupakan praktik terbaik dalam
mengelola sebuah bisnis. Contohnya, " Balance Score Card ". adalah metode evaluasi kinerja
yang berfokus, baik pada indikator kinerja keuangan atau pun kinerja non keuangan seperti
kepuasan pelanggan. Penelitian yang mengandung unsur akademik terkait penggunaan
ukuran kinerja non keuangan untuk menilai risiko kecurangan menunjukan bahwa indikator
non keuangan yang paling sedrehana sekalipun, seperti jumlah karyawan, dapat membantu
menentukan kapan kecurangan laporan keuangan terjadi. Contohnya, jika pendap[atan
perusahaan mengalami peningkatan, sementara jumlah karyawan mengalami penurunan,
maka perusahaan tersebut memiliki kemungkinan untuk melakukan kecurangan dibandingkan
dengan perusahaan lain dengan trend pendapatan dan jumlah karyawan yang terlihat
konsisten. Pentingnya penggunaan indikator non keuangan untuk menilai risiko kecurangan
di dasarkan pada asumsi bahwa menejemen akan menjadi lebih mudah melakukan manipulasi
terhadap angka - angka keuangan, namun akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan

21
agar seluruh informasi non keuangan konsisten dengan informasi keuangan. Pada beberapa
industri, seperti penerbangan, indikator kinerja non keuangan dikumpulkan dan diverifikasi
secara independen. Hal ini meningkatkan efektivitas dalam membandingkan ukuran kinerja
keuangan dengan ukuran kinerja non keuangan untuk menemukan ada atau tidaknya
kecurangan.

3.17 Kasus “Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk”

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di


Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai
bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah
dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001
disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.
Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56
miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang
dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstatedpersediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7
miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal
1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember
2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal
mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
manajemen melakukan kecurangan tersebut.

22
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah
di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated)
dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti
melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan
kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement)
untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap
masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode.
Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain
dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
• Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-

23
(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

• Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan


baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa)
harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun
buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi
dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku
2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.

24
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

• Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam
kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah
terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-
mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.

• Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam


laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan

25
dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan
keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku
pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut.
Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah
mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham
Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya
pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM
sebagai akuntan publik.

• Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak


terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi
yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan
sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.

3.18 Pembahasan

Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.

Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana
ditinjau dari segi kepentingan stakeholderadalah:

1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.

26
2. Pemegang saham

3. Masyarakat luas

Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata
yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan,
tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi
dengan penggelembungan nilai persediaan.

Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu
tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan
ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.

Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.

Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
denganstakeholder.

1. Mengidentifikasi Dan Menilai Risiko Etika

Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM, HTM selayaknya


membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang berkepentingan
beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan apa
kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian

27
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor
senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.

b. Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan


menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.

c. Mengutamakan reputasi KAP HTM Yaitu dengan berpegang pada nilai-


nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung jawab.
Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan.

Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM
dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder

KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan
para stakeholder HTM.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para

28
penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebih sajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.
Laporan keuangan menyajikan pengungkapan – pengungkapan yang memiliki arti
penting yang mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya, bagaimana perusahaan saati ini
dan bagaimana arah perusahaan selanjutnya. Sebagian besar laporan keuangan di persiapkan
dengan penuh penyatuan dan menyajikan penjelasan ulang posisi keuangan secara wajar dari
entitas yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan di susun berdasarkan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum ( PABU ) yang menjadi paduan akuntansi untuk berbagai
transaksi. Sayangnya laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu organisasi terkadang dengan sengaja di sajikan.

Ada tiga elemen yang muncul secara bersamaan yang mndorong terjadinya kecurangan
secara keseluruhan :
1. Tekanan yang di rasakan ( Pressure )
2. Peluang / Kesempatan yang di miliki.
3. Sikap / Rasionalisasi

4.2 SARAN

Saran penulis untuk profesi auditor eksternal adalah meningkatkan kualitas audit
dengan cara memasukan fungsi audit investigatif kedalam audit keuangan. Hal
tersebut dikarenakan kebutuhan audit pada masa sekarang memang telah mencapai
tingkatan yang membutuhkan pendeteksian fraud.

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah


pengetahuan berkaitan dengan Kecurangan Laporan Keuangan dan Penyebab-
Penyebab terjadinya kecurangan tersebut Tak lupa, kami meminta saran dan kritik
atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-
penulisan berikutnya.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://lindapraba.blogspot.co.id/2015/01/tugas-3-fraud-dan-contoh-kasus-fraud.html
http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2016/03/audit-kecurangan.html

29
http://dwiermayanti.wordpress.com/2010/03/22/audit-kecurangan/
http://indoskripsi.com
http://jurnalsskripsi.com
http://fransisca88.blogspot.com/2009/11/makalah-audit-kecurangan.html
http://ulancha.blogspot.com/2009/11/audit-kecurangan.html

Wijaya Tunggal Amin DRS. Audit Manajemen Kontemporer. (Jakarta : Harsindo, 2000)

Mark F. Zimbelmam, Conan C. Albrecht, W. Steve Albrect, Dan Chad O. Albrect. Akuntansi
Forensik. (Jakarta : Salemba Empat, 2014)

30

Anda mungkin juga menyukai