Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN SKILL LAB

DIAGNOSA KOMUNITAS

Oleh: Kelompok 5
TUTOR :
Zaimah Shalsabilla (04011181520071)
Rintan (04011181520072)
Violantina Linardi (04011181520073)
Karina Bella (04011181520074)
Rizka Aulia (04011181520075)
Rizki Fadillah (04011181520076)
Salnaza Fahrunnisa R. (04011181520077)
Laras Andianti P. (04011181520078)
Neubrina Raseuky S. (04011181520079)
Aggra Wardatu (04011281520134)
Michael Chandra (04011281520149)
Radyat Fachreza (04011281520174)
Kelas : Alpha 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KASUS I

Dokter DITA merupakan Pimpinan Puskesmas BANDARA yang berada di kecamatan


“Kampung INDAH” di wilayah Propinsi SUMATERA SELATAN. Puskesmas BANDARA
merupakan puskesmas dengan tempat perawatan dan puskesmas mampu PONED yang memiliki
wilayah kerja 9 desa, 1 puskesmas pembantu, 2 pos kesehatan desa dan 73 posyandu. Luas wilayah
kerja puskesmas seluas 11.010,18 ha. Jumlah SDM di puskesmas BANDARA 48 orang yang
terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 orang SKM, 22 orang bidan baik PNS, PTT maupun bidan
kontrak, 12 orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi dan 10 orang tenaga non
kesehatan. Standar SDM yang seharusnya ada berjumlah 60 orang. Jumlah penduduk di wilayah
kerja puskesmas BANDARA 45.573 orang dengan komposisi laki dan perempuan kurang lebih
sama banyaknya. Pendidikan terbanyak adalah SD (78%), pekerjaan terbanyak adalah buruh tani Commented [zs1]: Faktor pendidikan rendah

(67%) disamping memelihara ternak (Ayam, bebek dan Sapi). Commented [zs2]: Risiko kesehatan may be

Lima penyakit terbesar di puskesmas BANDARA tahun 2017 adalah ISPA, Diare,
Hipertensi, Tukak lambung dan gangguan gusi, periodontal. Gizi buruk terdapat 5 balita dan gizi Commented [zs3]:

kurang terdapat 42 balita. Pencapaian SKDN adalah K/S 89.9% ; D/S 78,3%; N/D sebesar 75.4%. Commented [zs4]: Penyebab?
Commented [zs5]: Ini opo
Kematian Ibu pada semester 1 tahun 2017 berjumlah 5 ibu hamil dan kematian bayi berjumlah 8
bayi. Penyakit menular yang ditemukan pada semester 1 tahun 2015 adalah TBC sebanyak 18
kasus, Demam Berdarah sebanyak 5 kasus, Pneumonia Balita sebanyak 83 kasus dan diare balita
sebanyak 327 kasus.

5 desa di Kecamatan “kampung Indah” ini, setiap hujan tunrun selalu banjir sampai
masuk kedalam rumah warga. Sungai yang mengalir dipinggiran 5 desa ini dijadikan sebagai
sumber utama dalam memenuhi MCK penduduk di desa ini. Commented [zs6]: Tidak menggunakan air bersih.
Peningkatan risiko tertular penyakit menular seperti diare
ispa dll
Dokter DITA sangat menyadari Puskesmasnya sampai saat ini belum terakreditasi dan
menyadari bahwa kesehatan penduduk wilayah kerja Puskesmas nya tidak bisa hanya dengan
meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas BANDARA saja. Saat ini dr. DITA bertekat
melakukan SMD dan menghubungi lintas sektor utk menjadikan semua desa di kecamatan
“Kampung INDAH”.dalam wilayah kerja Puskesmasnya menjadi Desa SEHAT.

Sebagai dr, DITA, anda diminta untuk membuat langkah2 dalam meningkatkan drajad
kesehatan masyarakat “kampung INDAH” dan mewujutkan tekat tersebut.
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Puskesmas BANDARA yang berada di kecamatan “Kampung INDAH” di wilayah Propinsi
SUMATERA SELATAN merupakan puskesmas dengan tempat perawatan dan puskesmas
mampu PONED. Puskesmas BANDARA memiliki wilayah kerja yang meliputo 9 desa, 1
puskesmas pembantu, 2 pos kesehatan desa dan 73 posyandu dengan luas wilayah kerja seluas
11.010,18 ha. Jumlah SDM yang ada di puskesmas BANDARA sebanyak 48 orang terdiri dari 1
orang dokter umum, 1 orang SKM, 22 orang bidan baik PNS, PTT maupun bidan kontrak, 12
orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi dan 10 orang tenaga non kesehatan. Jumlah
ini belum mencukupi standar SDM yang seharusnya berjumlah 60 orang.
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas BANDARA 45.573 orang dengan komposisi
laki dan perempuan kurang lebih sama banyaknya. Pendidikan terbanyak adalah SD (78%), Commented [zs7]: Faktor pendidikan rendah

pekerjaan terbanyak adalah buruh tani (67%) disamping memelihara ternak (Ayam, bebek dan Commented [zs8]: Risiko kesehatan may be

Sapi).
Ada berbagai penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama di kecamatan Kampung Indah,
5 penyakit terbesarnya adalah ISPA, Diare, Hipertensi, Tukak lambung dan gangguan gusi,
periodontal. Selain itu, ditemukan juga 5 kasus gizi buruk dan 42 kasus gizi kurangada balita. Pada
tahun 2017, terdapat 5 kasus kematian ibu hamil dan 8 kasus kematian bayi. Tahun 2015, terdapat
juga beberapa penyakit menular seperti TBC (18 kasus), DBD (5 kasus), Pneumonia Balita (83
kasus), dan diare balita (327 kasus).
Permasalahan ini mendorong dokter Dita untuk melakukan perbaikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya. Usaha-usaha yang akan dilakukan dokter Dita adalah dengan meningkatkan
kinerja tenaga kesehatan, melakukan SMD dan menghubungi lintas sector. Upaya-upaya ini
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kampung Indah.
B. Analisa Situasi
Kondisi sosiodemografi
1. Puskesmas BANDARA memiliki wilayah kerja meliputi 5 desa, 1 Puskesmas
pembantu, 2 Pos kesehatan desa dan 73 Posyandu. Luas wilayah kerja puskesmas
seluas 11.010,18 ha. Jumlah SDM di puskesmas BANDARA 48 orang yang terdiri
dari 1 orang dokter umum, 1 orang SKM, 22 orang bidan baik PNS, PTT maupun
bidan kontrak, 12 orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi dan 10 orang
tenaga non kesehatan. Standar SDM yang seharusnya ada berjumlah 60 orang.
2. Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas BANDARA 45.573 orang dengan
komposisi laki dan perempuan kurang lebih sama banyaknya.
3. Pendidikan terbanyak adalah SD (78%), pekerjaan terbanyak adalah buruh tani (67%) Commented [zs9]: Faktor pendidikan rendah

disamping memelihara ternak (Ayam, bebek dan Sapi). Commented [zs10]: Risiko kesehatan may be

4. 5 desa di Kecamatan “kampung Indah” ini, setiap hujan tunrun selalu banjir sampai
masuk kedalam rumah warga.
5. Sungai yang mengalir dipinggiran 5 desa ini dijadikan sebagai sumber utama dalam
memenuhi MCK penduduk di desa ini. Commented [zs11]: Tidak menggunakan air bersih.
Peningkatan risiko tertular penyakit menular seperti diare
ispa dll

C. Permasalahan –permasalahan yang ditemukan

No Masalah
1. Standar SDM puskesmas tidak memenuhi.

2. Tingkat pendidikan rendah (mayoritas lulusan SD)

3. Lima penyakit terbesar di puskesmas BANDARA tahun 2017 adalah ISPA, Diare, Hipertensi,
Tukak lambung dan gangguan gusi, periodontal.

4. Permasalahan gizi buruk dan gizi kurang pada kampong INDAH

5. Kematian Ibu pada semester 1 tahun 2017 berjumlah 5 ibu hamil dan kematian bayi berjumlah
8 bayi.
6. Penyakit menular yang ditemukan pada semester 1 tahun 2015 adalah TBC sebanyak 18 kasus,
Demam Berdarah sebanyak 5 kasus, Pneumonia Balita sebanyak 83 kasus dan diare balita
sebanyak 327 kasus.

7. Banjir setiap hujan pada 5 desa di kecamatan kampong INDAH

8. Pemanfaatan sungai yang mengalir dipinggiran 5 desa ini sebagai sumber utama dalam
memenuhi MCK penduduk di desa ini.

9. Puskesmas tidak terakreditasi

D. Penetapan prioritas masalah


Pada kasus ini, untuk menetapkan prioritas masalah digunakan medote USG. Urgency,
Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu
dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan
isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu
tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.
3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

E. Membuat alat ukur untuk mengambil data primer


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengambil data primer yang dapat digunakan
untuk membuat alat ukur, salah satunya dengan menggunakkan kuesioner. Metode kuesioner
adalah teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis, mempelajari sikap-sikap,
keyakinan, perilaku dan karakteristik beberapa orang didalam masyarakat
BAB II
Landasan Teori
A. Kedokteran komunitas
Kedokteran komunitas (community medicine) adalah cabang kedokteran yang memusatkan
perhatian kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini
penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang berasal dari
lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada komunitas (The Free Dictionary,
2010). Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota komunitas yang
sakit tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan utama kedokteran komunitas adalah
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena
menekankan upaya pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut
juga kedokteran pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas memberikan
pelayanan komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif. Fokus perhatian
kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi pada komunitas di
mana individu tersebut tinggal, bekerja, atau bersekolah. Implikasinya, kedokteran komunitas
memberikan prioritas perhatian kepada penyakit-penyakit yang menunjukkan angka kejadian yang
tinggi pada populasi, yang disebut “public health importance”. Untuk itu seorang dokter yang
berorientasi kedokteran komunitas diharapkan memiliki kemampuan untuk menghitung frekuensi
penyakit dan angka kejadian penyakit pada populasi, mendiagnosis masalah penyakit pada
populasi (community diagnosis), membandingkan distribusi penyakit pada populasi-populasi, lalu
menarik kesimpulan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit pada populasi, dan
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah penyakit, melindungi, memulihkan, dan
meningkatkan kesehatan populasi.
Selanjutnya, dalam memandang kausa masalah kesehatan pada pasien maupun komunitas,
kedokteran komunitas mengakui kausa penyakit yang terletak pada level populasi dan lingkungan.
Artinya, dokter komunitas tidak hanya memperhatikan faktor-faktor penyebab yang terletak pada
level individu, tetapi juga determinan lainnya pada level keluarga, komunitas dan lingkungan di
mana pasien tersebut tinggal, bekerja, ataupun bersekolah. Perspektif populasi memusatkan
perhatian kepada kausa-kausa kontekstual yang melatari penyakit, yakni determinan lingkungan,
sosial, kultural, ekonomi, dan politik yang menyebabkan terjadinya perbedaan frekuensi penyakit
antar populasi
Di pihak lain, kedokteran komunitas menggunakan perspektif biomedis dan populasi dalam
memandang kausa penyakit dan masalah kesehatan. Kedokteran komunitas menggunakan model
kausasi majemuk (multikausal) dalam menjelaskan terjadinya penyakit, baik pada individu
maupun komunitas. Kejadian penyakit pada individu merupakan akibat tidak hanya dari kausa
proksimal atau kausa langsung (seperti agen infeksi, toksin, gen, dan perilaku) tetapi juga kausa
distal (faktor lingkungan, sosial, ekonomi, kultural, dan politik). Sebagai contoh, terjadinya kasus
tuberkulosis klinis tidak hanya ditentukan oleh infeksi mycobacterium tuberkulosis tetapi juga
sejumlah faktor lain di tingkat individu maupun populasi.
Dokter sebagai klinisi memberikan pelayanan kuratif, mengembalikan keadaan sakit pasien
kepada keadaan sehat. Dokter komunitas memberikan pelayanan kesehatan komprehensif, tidak
hanya memberikan pelayanan kuratif dasar tetapi juga upaya pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Tingkat upaya pencegahan penyakit, terdiri atas primer, sekunder, tersier, merupakan
konsep epidemiologi, merujuk kepada upaya pencegahan yang bisa dilakukan pada berbagai fase
dalam kontinum perjalanan penyakit yang disebut Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of
Disease). Jelas bahwa konsep kedokteran komunitas merupakan perluasan dari konsep kedokteran
klinis, karena fokusnya tetap pada pelayanan kesehatan primer, tetapi masalah (concern) yang
diperhatikan tidak hanya kesehatan pasien an sich, tetapi juga kesehatan keluarga dan anggota
komunitas lainnya. Di sisi lain, kedokteran komunitas perlu dibedakan dengan ilmu kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang dilakukan dokter yang berorientasi
kedokteran komunitas adalah UKM yang dilakukan sesuai dengan peran dan kapasitasnya sebagai
seorang dokter, bukan sebagai ahli kesehatan masyaarakat (public health specialist) (Wikipedia,
2010d). Sebagai contoh, telah banyak bukti kuat dari studi epidemiologi, biomedis, dan klinis,
yang menunjukkan bahwa merokok aktif maupun pasif merupakan kausa berbagai penyakit kronis
utama, seperti hipertensi, penjakit jantung koroner, diabetes melitus, dan stroke. Tetapi kedokteran
komunitas tidak menuntut seorang dokter untuk memiliki kompetensi membuat rancangan
undang-undang maupun melakukan advokasi terbentuknya undang-undang, peraturan, atau
kebijakan yang melarang merokok di tempat-tempat umum. Intervensi tersebut dapat dirancang
dan diimplementasikan oleh ahli kesehatan masyarakat.
B. Teori L.Green
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan dan sikap masyarakat terhadap masyarakat,
tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan
pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu
bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusifuntuk
kesehatan. Dengan perkataan lain, promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu,
kelompok, atas masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu
dilakukan diagnosisatau analisis terhadap masalah perilaku tersebut. Konsep umum yang
digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut
Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga aktor utama, yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat
periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya. Di samping itu, kadang-
kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau
menghambat ibu untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa
kehamilan termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan
anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka
sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu
hamil yang mau periksa kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat
memperoleh fasilitas fasilitas atau tempat pemeriksaan kehamilan, misalnya puskesmas,
polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung, atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi pun juga merupakan faktor
pendukung untuk berperilaku sehat.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga),
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-
undang, peraturan-peraruran, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan
kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para
petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa kehamilan, dan kemudahan
memperoleh fasilitas periksa kehamilan. Juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan
yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa kehamilan. Oleh sebab itu, intervensi
pendidikan (promosi) kesehatan hendaknya dimulai dengan mendiagnosis ketiga faktor
penyebab (determinan) tersebut, kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor
tersebut. Diagnosis perilaku ini disebut model “Precede”, atau predisposing, reinforcing, and
enabling cause in educational diagnosis and evaluation (Green, 1980). (Notoatmodjo, 2012;
h.18-20)
BAB III
Analisa Data Primer

5 desa di Kecamatan “kampung Indah” ini, setiap hujan tunrun selalu banjir sampai masuk
kedalam rumah warga. Sungai yang mengalir dipinggiran 5 desa ini dijadikan sebagai sumber
utama dalam memenuhi MCK penduduk di desa ini.
Berdasarkan data primer diatas, diketahui bahwa masyarakat di kampung indah masih
menggunakan sungai sebagai tempat pemenuhan kebutuhan MCK. Kondisi ini diperparah oleh
keadaan banjir yang dialami tiap saat hujan. Luapan air banjir kemungkinan besar berasal dari
sungai tempat warga melakukan MCK, sehingga resiko penularan penyakit infeksi secara fecal-
oral rentan terjadi. Hal ini sesuai dengan temuan pada lima penyakit tertinggi di puskesmas
BANDARA pada tahun 2017, dimana diare menjadi penyakit terbanyak kedua.
BAB IV
Penentuan akar penyebab permasalahan

Akar masalah dicari dengan menggunakan Teori Blum (1976) dan digambarkan dalam diagram
Fish Bone Ishikawa.

Diagram 1. Akar Masalah Malaria

Man Method Penanggulangan penyakit infeksi yang


SDM puskesmas kurang baik akibat tingkat pendidikan yang
kurang dan SDM puskesmas belum sesuai
kurang standar.

Tingkat pendidikan masyarakat rendah kurang upaya warga ikut serta dalam
1. meningkatkan kinerja kesehatan
Tingginya
kejadian
infeksi (diare)

Pemanfaatan sungai
Jamban tidak ada sehingga masyarakat
untuk MCK menggunakan sungai sebagai tempat
MCK.
Banjir setiap hujan

Environment Machine
BAB V
Penetapan prioritas penyebab permasalah

A. Prioritas Penyebab Masalah

Masalah Urgensi Seriousness Grow Total


Standar SDM 2 2 1 5
puskesmas tidak
memenuhi.

Tingkat pendidikan 3 3 3 9
rendah (mayoritas
lulusan SD)

Lima penyakit 5 5 5 15
terbesar di
puskesmas
BANDARA tahun
2017 adalah ISPA,
Diare, Hipertensi,
Tukak lambung
dan gangguan gusi,
periodontal.

Permasalahan gizi 5 5 4 14
buruk dan gizi
kurang pada
kampong INDAH

Kematian Ibu pada 3 5 4 12


semester 1 tahun
2017 berjumlah 5
ibu hamil dan
kematian bayi
berjumlah 8 bayi.

Penyakit menular 5 5 5 15
yang ditemukan
pada semester 1
tahun 2015 adalah
TBC sebanyak 18
kasus, Demam
Berdarah sebanyak
5 kasus,
Pneumonia Balita
sebanyak 83 kasus
dan diare balita
sebanyak 327
kasus.

Banjir setiap hujan 3 3 5 11


pada 5 desa di
kecamatan
kampong INDAH

Pemanfaatan 4 4 5 13
sungai yang
mengalir
dipinggiran 5 desa
ini sebagai sumber
utama dalam
memenuhi MCK
penduduk di desa
ini.

Puskesmas tidak 2 2 1 5
terakreditasi
BAB VI
Pemecahan penyebab masalah dan alternatifnya

Masalah Pemecahan
Standar SDM Pengkaderan terhadap masyarakat untuk menjadi kader kesehatan
puskesmas tidak Advokasi kepada pemerintah untuk menempatkan dokter di
memenuhi. puskesmas BANDARA

Tingkat pendidikan Advokasi kepada pemerintah untuk menerapkan wajib belajar 9 tahun
rendah (mayoritas
lulusan SD)

Lima penyakit Melalui langkah promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


terbesar di Lakukan strategi penyuluhan PHBS pada masyarakat (promotif)
puskesmas Edukasi masyarakat mengenai langkah preventif untuk mencegah
BANDARA tahun kejadian penyakit yang bersangkutan.
2017 adalah ISPA, Memaksimalkan lini pengobatan terhadap penyakit tersebut.
Diare, Hipertensi, Strategi rehabilitatif untuk mencegah keparahan penyakit
Tukak lambung berkembang menjadi lebih parah (misal: mencegah komplikasi dari
dan gangguan gusi, penyakit hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan organ lain,
periodontal. dll).

Permasalahan gizi Memperbaiki cara makan, perawatan pada masyarakat terutama


buruk dan gizi anak-anak di kampung INDAH.
kurang pada
kampong INDAH

Kematian Ibu pada ANC yang baik, deteksi dini penyakit selama kehamilan, usahakan
semester 1 tahun untuk bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan.
2017 berjumlah 5 Penanganan yang tepat setelah lahir, deteksi dini pada bayi yang
ibu hamil dan dicurigai mengalami kelainan kongenital atau pada bayi yang lahir
kematian bayi dengan kondisi ibu beresiko melahirkan (infeksi, keracunan alcohol,
berjumlah 8 bayi. dll).

Penyakit menular Tanggulangi penyebab penyakit infeksi (misal: tangulangi banjir


yang ditemukan yang menjadi kemungkinan terbesar penyebab diare)
pada semester 1
tahun 2015 adalah
TBC sebanyak 18
kasus, Demam
Berdarah sebanyak
5 kasus,
Pneumonia Balita
sebanyak 83 kasus
dan diare balita
sebanyak 327
kasus.

Banjir setiap hujan Evaluasi penyebab banjir, kemudian berikan tindakan sesuai dengan
pada 5 desa di penyebab banjir, misalnya apabila banjir disebabkan luapan sungai
kecamatan akibat sampah bertumpuk, maka lakukan edukasi pada masyarakat
kampong INDAH tentang pentingnya menjaga kebersihan dengan membuang sampah
pada tempat yang disediakan.
Pemanfaatan Usahakan pembangunan sarana MCK yang memadai (WC, kamar
sungai yang mandi, kloset) dengan system pembuangan limbah (septic tank) yang
mengalir sesuai standar.
dipinggiran 5 desa
ini sebagai sumber
utama dalam
memenuhi MCK
penduduk di desa
ini.
Puskesmas tidak Lakukan akreditasi puskesmas.
terakreditasi
BAB VII
Rencana kegiatan jangka pendek

1. Dokter Dita menjadikan puskesmas Bandara terakreditasi


Kelompok Tujuan Kegiatan Sumber Target
Sasaran Dana

No Rancana Kegiatan
1 Promosi kesehatan : 100%
Pengetahuan masyarakat tentang PHBS RT, KB, Masyarakat APBD
Kesehatan gigi dan mulut, makanan bergizi, bahaya
rokok, penyakit menular dan tidak menular
meningkat
2. Kesehatan Ibu dan Anak:

1. Penurunan angka kematian ibu dan anak Ibu dan anak APBD

2. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran bumil Ibu hamil Terselenggaranya APBD


mengenai makanan bergizi pelayanan kesehatan
yang merata
3. Meningkatnya kunjungan bumil untuk Ibu hamil dan terjangkau guna APBD
memeriksakan kehamilan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di
wilayah kerja
4. Meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi Ibu rumah APBD
Puskesmas Bandara
tangga

3. Perbaikan gizi masyarakat:

1. Peningkatan status gizi masyarakat Masyarakat APBD

2. Penurunan angka gizi buruk Penderita gizi APBD

Kesehatan Lansia: buruk


Meningkatnya kesadaran Lansia untuk Usia Lanjut APBD
mengunjungi posyandu dalam menurunkan
kejadian hipertensi
Menurunnya jumlah kasus penderita TB, DBD, Masyarakat APBD
Pneumonia Balita dan Diare Balita

7. 5. Kesehatan Lingkungan

1. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk Masyarakat APBD


berperilaku hidup bersih dan sehat

2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang Masyarakat APBD


pengolahan sampah dan limbah yang benar

2. Dokter Dita melakukan melakukan SMD dengan menggunakan Quesioner dengan contoh
sebagai berikut
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
II. DATA KELUARGA
1. Nama KK : ……………………………….............................................
2. Umur : …………………….........................................................…
3. Jenis Kelamin : L / P
4. Agama :
5. Pendidikan : ...........................................................................................
6. Pekerjaan : ..........................................................................................
7. Anggota keluarga
7. Jumlah penghasilan per bulan : Rp. .....................................................................
8. Apakah penerima BLT : 1. Ya 2. Tidak
A. AKSES PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Bila Anda atau anggota keluarga lainnya sakit, di mana berobatnya?
a. Tenaga kesehatan
b. Tradisional (dukun atau alternatif)
c. Diobati sendiri
d. Lain-lain, sebutkan : .............................................................................................
2. Berapa jarak dari rumah Anda sampai ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Pustu,
Polindes, Praktek Swasta) yang ada?
a. Kurang dari 1 km c. 6-10 km, ke ....................................
b. 1-5 km d. >10 km, ke ....................................
3. Apa sarana transportasi yang Anda gunakan?
a. Jalan kaki
b. Kendaraan pribadi
c. Angkutan umum
4. Apakah keluarga Anda adalah peserta :
a. Jamkesmas : 1. Ya 2. Tidak
b. Iuran dana sehat : 1. Ya 2. Tidak
c. Askes /Asuransi lain : 1. Ya 2. Tidak
d. Tidak mengikuti sama sekali
BAB VIII
Rencana kegiatan jangka panjang

Rencana Kegiatan Jangka Panjang


1. Dokter Dita melakukan rencana kegiatan jangka pendek secara terarah agar rencana jangka
panjang dapat tercapai yaitu mewujudkan desa SEHAT di wilayah kerja puskesmas BAndara
BAB IX
Penutup

Rencana jangka pendek dan jangka panjang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya kesehatan yang dilaksanakan
puskesmas Bandara dalam kurun waktu lima tahun sehingga pencapaiannya dapat diukur
dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja dan perencanaan tahunan
puskesmas Bandara.
Setelah dilakukannya SMD dan menghubungi lintas sector, diharapkan puskesmas
Bandara dapat terakreditasi dan menjadikan wilayah kerja puskesmas menjadi desa
SEHAT serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kampung INDAH.

Anda mungkin juga menyukai