Laporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum Biokimia
BAB I
PENDAHULUAN
mengamati perubahan warrna pigmen daging ikan dalam keadaan segar pada suhu
ruang dan suhu dingin
1.3 Manfaat
Setelah ikan mati daging ikan akan mengalami perubahan. Perubahan ini
terjadi karena kekurangan oksigen. Ikan tidak dapat hidup pada udara terbuka dalam
waktu yang terlalu lama. Oksigen yang digunakan oleh ikan hanya yang berasal dari
air, yang di tangkap dengan darah yang ada pada pembuluh-pembuluh kapiler insang.
Selama ikan hidup, enzim-enzim yang terdapa dalam tubuh baik yang berasal
dari daging (chatepsin), enzim pencernaan (tripsin, chemotripsin dan pepsin) ataupun
enzim darimikroorganisme yang terdapat saluran pencernaan dapat diatur oleh tubuh
ikan, dan kegiatannya menguntungkan bagi kehidupan ikan itu sendiri. Akan tetapi,
setelah ikan itu mati, enzim-enzim masih tetap aktif dan enzim proteolitik yang
semula berfungsi menguraikan bahan makanan yang berada di dalam lambung dan
usus, karena tidak ada lagi makanan yang masuk, kemudian menguraikan makanandi
sekitar lambung, dan usus tersebut. Proses inilahyang disebut autolisis, yaitu proses
penguraian jaringan yang berjalan dengan sendirinya setelah makluk itu mati.
Setelah ikan mati akan mengalami masa prakejang atau prerigor, dimana
tubuh ikan menjadi lemas dan mudah dibengkokan. Setelah beberapa saat, tubuh ikan
tersebut akan mengejang atau mulai memasuki masa dimana ikan akan berkontraksi
peristiwa ini dinamakan rigormortis. Ketika ikan mati, ternyata enzim-enzim ini
masih mempunyai kemampuan untuk bekerja secara aktif, tetapi jaringan otak sebagai
pengontrol sudah tidak dapat berfungsi lagi , maka sistem kerja enzim tersebut tidak
terkontrol dan dapat merusak organ tubuh lainnya, seperti dinding usus, otot daging,
serta menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.
Setelah rigorrmortis selesai, mulailah berlangsung penguraian protein otot
daging ikan menjadi senyawa lebih sederhana yaitu peptida dan asam amino.
Perubahan ini dinamakan autolisis, antara lain proteolisis. Hasil autolisis menjadi
sumber yang dapat di asimilasi berupa nutrient atau zat hara bagi bakteri pembususk.
Perubahan autolisis dan bakterial dapat terjadi bersamaan oleh kerja enzim otot,
enzim isi perut dan enzim bakteri.
Segera setelah ikan mati, seluruh sistem tata tertib enzimatis yang tadinya
mengatur akan hidup, segera berantakan. Setiap enzim beraksi semaunya menururt
fungsi yang berakibat jaringan dan organ ikan berubah ke arah yang kita sebut busuk.
1. Sediakan sampel ikan kakap kakap merah 1 ekor. Ukur panjang dan timbang berat
ikan
2. Cuci bersih dan belah memanjang dari ekor hingga kepala. Pisahkan insang, loin
daging punggung, perut dan belly.
3. Lakukan pembagian masing-masing loin dan insang tadi kedalam 2 kelompok, dan
timbang masing-masing bagian tersebut.
4. Simpan kelompok pertama pada suhu dingin (kulkas) dan kelompok kedua ruang
terbuka pada suhu kamar.
5. Amati perubahan pigmen mulai dari 0 jam, 1 jam, dan 2 jam.
6. Catat proporsi perubahan warna ikan dan identifikasi warnanya.
7. Buat tabel pengamatan dan imput hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAAN
Dibawah ini merupakan table pengamatan pigmen ikan yang disimpan pada suhu
ruang dengan 2 perlakuan (1 sampel didalam plastik dan sampel yang satu dibiarkan
diuadara terbuka)
Warna
Warna pada sampel yang ada didalam plastic tidak mengalami perubahan dalam
waktu 20 menit, 40 menit dan 60 menit sedangkan warna pada sampel yang
disimpan di udara terbuka (tanpa plastik) mulai mengalami perubahan pada waktu
40 menit yaitu warna berubah menjadi agak cerah dan sampel mengalami
perubahan drastis pada waktu 60 menit . hal ini disebabkan karena proses
oksidasi atau interaksi antara O2 diudara dan myoglobin (pigmen atau zat warna
kemerahan) berubah menjadi methmioglobin.
Tekstur
Tekstur pada sampel yang ada didalam plastik yaitu pada waktu 20 menit tekstur
daging padat dan pada waktu 60 menit mengalami perubahan yaitu daging ikan
menjadi lembek begitu pula tekstur daging ikan yang ada diluar plastik mengalami
perubahan yaitu daging ikan menjadi keras. Hal ini disebabkan karena adanya
penguapan air dari dalam daging ikan.
Ikan yang dibungkus teksturnya menjadi lembek karna tidak terjadi penguapan air
sehingga air tetap didalam plastik dan tidak keluar sehingga keadaan daging ikan
dalam plastik menjadi lambek dan berair sedangkan ikan yang tidak dibungkus
teksturnya keras karna ada penguapan air oleh suhu, sehingga tekstur daging keras
dan mengerut.
Kenampakan
Berdasarkan kedua tabel diatas dapat kita ketahui bahwa kenampakan ikan yang
dibungkus yang diamati dalam waktu 20 menit, 40 menit dan 60 menit tidak
mengalami perubahan karna pigmen dan keadaan air dalam plastik. sehingga
daging ikan terlihat segar sedangkan ikan yang tidak dibungkus mengalami
perubahan pada menit ke 40 dan 60 yaitu kenampakan mulai mengering dan
mengerut dari keadaan semula.
Aroma
Berdasarkan tabel diatas aroma daging ikan yang dibungkus mengalami perubahan
pada menit ke 60 sedangkan yang tidak dibungkus mengalami perubahan pada
menit40 dan 60. Hal ini sebabkan karna suhu penyimpanan yang berbeda.
Proses perebusan pada praktikum ini dengan menggunakan ikan kakatua yang meliputi
persiapan ikan dan bahan,penyiangan fillet dan pencucian serta pengukusan dengan suhu 100
o
C selama 15 menit.
Dibawah ini merupakan tabel uji organoleptik ikan yang sebelum direbus dan sesudah
direbus.
Berdasarkan tabel perebusan dan uji organoleptik (uji yang menggunakan indra manusia)
ikan sebelum dan sesudah direbus seperti diatas dapat kita simpulkan bahwa.
Tekstur
Hasil organoleptik Sebelum direbus daging padat setelah direbus daging ikan
lembek dan hancur hal ini terjadi karena proses pemanasan. Sehingga serat-serat pada
daging ikan hancur pada suhu 100oC
Rasa
Hasil organoleptik dapat kita ketahui sebelum direbus mentah dan sesudah
direbus gurih dan manis hal ini dipengaruh oleh suhu pengukusan sehinggah ikatan
karbon asam lemak dan ikatan kimia pada daging ikan rusak sehinggah menimbulkan
rasa yang enak.
Warna
Hasil praktikum uji organoleptik warna sebelum daging ikan direbus warna
kemerah-merahan setelah direbusselama 15 menit berubah warna menjadi putih pucat.
Hal ini disebabkan oleh suhu yang diakibatkan oleh pemanasan sehinggah mioglobin
pada daging ikan hilang. Atau panas yang diberikan akan dapat mengkoagulasikan
protein dalam mioglobin
Aroma
Hasil organoleptik sebelum direbus aroma ikan masih bau laut setelah direbus
aroma ikan menjadi sedap hal ini disebabkan karena ada jaringan atau ikatan kimia
yaitu asam amino dan asam lemak yang larut dalam air sehinggah pada saat daging
ikan direbus asam-asam amino yang larut itu akan terlarut dan menghasilkan aroma
sedap.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada perlakuan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan
yang diberikan terhadap filet ikan seperti dibungkus dengan plastik dan tidak dibungkus
dengan plastik serta disimpan pada suhu ruang dan pada suhu pembekuan sangat berpengaruh
terhadap aroma,tekstur,warna,kenampakkan.
PRAKTIKUM II
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bagian tubuh ikan yang dapat dimakan
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan bagian-bagian tubuh
dari seekor ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan tembang dicirikan memiliki bentuk badan yang memanjang dan pipih. Badan
bersifat fusiform, sedikit pipih, panjang total 3.6 sampai 4.1 kali lebar; pada bagian perut
meruncing dengan beberapa scute yang terbalik; post-pelvic scutes berjumlah 15 sampai 16 (
biasanya 14 atau 17 sampai 18 ). Sirip dorsal mulai dari belakang kepala, dasar anal lebih
pendek dan terletk sejajar dengan dasar sirip dorsal bagian belakang, pelvic fin terletak di
bawah sirip dorsal bagian depan. Jumlah daun ingsang berkisar antara 43 sampai 63 pasang.
Pada bagian depan terdapat scales yang sedikit bergerigi.
Ikan ini mempunyai panjang maksimal 18,5 cm namun yang biasa ditangkap
berukuran 15 cm. Pada bagian punggung berwarna biru kehijauan dan bagian belakang
berwarna keperakan, bagian tengah badan terdapat garis garis kecil berwarna kuning secara
horisontal; pada bagian depan punggung ada bintik hitam yang bercahaya. Striae vertikal
pada sisik tidak bertemu di pusat, pada bagian pinggiran belakang sisik terdapat banyak
lubang pori-pori yang halus ( Bleeker in FAO 1974).
2.2 Ikan Teri ( Stolephorus sp. )
Adapun klasifikasi dan sistematika ikan teri menurut sanin (1984) adalah sebagai berikut ;
Kingndom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Verberata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Clupeidae
Genus : stolephorus
Spesies : stolephorus sp.
Ikan teri berukuran kecil dengan panjang sekitar 6-9 cm, namun ada pula yang
mempunyai ukuran relatif panjamg hingga 17,5 cm. Ikan teri mempunyai ciri-ciri antara lain
bentuk tubuhnya panjang atau termampat samping, dibagian samping tubuhnya terdapat
selempeng putih keperakan memanjang dari kepala hingga ekor. Giginya terdapat pada
rahang, langi-langit dari pelatin dan mempunyai lidah ( Hoetomo et. al dalam Wahyuni
1999). Ikan teri hidup secara bergerombol hingga mencapai ribuan ekor.
3.1.2 BAHAN :
Ikan
4.1 HASIL
4.1.1 Berikut tabel Ikan berdasarkan Jenis dan Ukuran
No Jenis Berat (gr) Panjang Tulang Sisik Daging Hati Jantung Mata Jeroan Insang
(Cm) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
M K M K
1 I 50,53 49,2 14 13,9 14,7 6,4 19,1 0,3 0,9 1,4 2,7 1,9
2 II 46,99 49,9 18 18 5,5 0,3 32,8 0,8 0,4 0,4 2,6 2,4
3 III 57,51 38,0 16 15,2 9,5 0,5 22,6 0,6 0,2 0,4 1,6 1,3
4 IV 27,30 38,8 18,5 17,6 2,2 0,6 12,2 0,6 0,4 0,7 1,6 0,6
5 V 19,77 23,2 11,5 11,2 4,1 0,5 29,8 0,6 0,1 0,4 0,5 1,5
6 VI 1,08 17,6 13 13 5,6 0,4 13,2 0,5 0,3 0,7 1,7 1,5
7 VII 1,36 1,1 5,7 5,7 1,4 - 3,2 - - - 0,7 -
1
8 VII 1,27 1,2 6 5,6 1,4 - 3,2 - - - 0,7 -
2
9 VII 1,08 1,1 6,1 5,6 1,4 - 3,2 - - - 0,7 -
3
10 VII 0,72 0,7 5,6 5,4 1,4 - 3,2 - - - 0,7 -
4
11 VII 0,6 5 4,9 1,4 - 3,2 - - - 0,7 -
5
Keterangan :
Jenis ikan I : ikan Hilsa
Jenis ikan II : ikan Lemuru
Jenis ikan III : ikan Kembung
Jenis ikan IV : ikan Layang
Jenis ikan V : ikan Kuwe
Jenis ikan VI : ikan Tembang
Jenis ikan VII (1-5) : ikan Teri
4.1.2 Diagram Bagian Ikan
JENIS IKAN I
tulang
2% 4%
6% sisik
1% 3%
31% daging
hati
jantung
40% mata
13%
jeroan
insang
JENIS IKAN II
1% 1% tulang
1% sisik
2%
6%5% 12%
daging
hati
jantung
72% mata
jeroan
1%
2%
2% tulang
4% 3%
sisik
26%
daging
hati
1% jantung
mata
61% jeroan
insang
JENIS IKAN IV
3%
tulang
8% 12% 3%
4% sisik
3% 2% daging
hati
jantung
mata
65%
jeroan
JENIS IKAN V
0% 1%
1% tulang
2%1% 11%
sisik
4%
daging
hati
jantung
mata
jeroan
80%
insang
JENIS IKAN VI
6% tulang
1% 7%
24% sisik
2% 3% daging
2% hati
jantung
mata
55%
jeroan
JENIS IKAN VII
13%
27%
tulang
daging
jeroan
60%
4.2 PEMBAHASAAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada diagram diatas dapat dinyatakan bagian yang
dapat dimakan pada satu ekor ikan adalah sebagai berikut :
Pada ikan Hilsa bagian yang dapat dimakan sebesar 40% karena 40% bagian
dari ikan Hilsa adalah daging.
Pada ikan Lemuru bagian yang dapat dimakan sebesar 72% karena 72%
bagian dari ikan Lemuru adalah daging.
Pada ikan Kembung bagian yang dapat dimakan sebesar 61% karena 61%
bagian dari ikan Kembung adalah daging.
Pada ikan Layang bagian yang dapat dimakan sebesar 65% karena 65%
bagian dari ikan Layang dadalah daging.
Pada ikan Kuwe bagian yang dapat dimakan sebesar 80% karena 80% bagian
dari ikan Kuwe adalah daging.
Pada ikan Tembang bagian yang dapat dimakan sebesar 55% karena 55%
bagian dari ikan Tembang dadalah daging.
Pada ikan Teri bgian yang dapat dimakan sebesar 60% karena 60% bagian
dari ikan Teri adalah daging.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat diketahui panjang ikan setelah dimasak
menjadi berkurang sedangkan berat ikan setelah dimasak adanya yang berkurang. Hal
tersebut dikarenakan pengaruh kadar air dalam tubuh ikan. Sedangkan, pada bagian ikan
tubuh ikan bagian yang paling besar atau banyak adalah daging ikan yang memiliki ½ atau
lebih bagian dari keseluruhan bagian tubuh ikan.
5.2 Saran
Pada saat ikan didinginkan untuk mengeluarkan kadar air dalam tubuh ikan setelah
dimasak harus betul-betul diperhatikan sebab jika tidak diperhatikan sangat berpengaruh pada
bobot atau berat ikan saat penimbangan.
Gambar praktikum I
Gambar praktikum II