Anda di halaman 1dari 15

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Tersedak


Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh
sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung
dan kematian secara permanent dari batang otak, dalam bahasa lain kematian individu
tersebut ( Arora, 2011).

Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernafasan disekitar tenggorokan (laring)


atau saluran pernafasan (trakhea). Aliran udara menuju paru-paru pun terhambat sehingga
aliran darah yang menuju otak dan organ tubuh lainnya terputus. Karena itu perlu
dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk menyelamatkan nyawa dengan tindakan
Sandwich Manuver dan Heilmich ( Jaelani, 2012).

2.2 Gejala Tersedak


Gejala tersedak biasanya batuk, muntah, tangan memberikan sinyal ke tenggorokan, sulit
bicara, sesak nafas, dan kadang saat bernafas mengeluarkan bunyi. Hal ini disebabkan
karena seseorang yang sedang makan dan minum terlalu terburu-buru yang biasanya
dibarengi dengan tertawa, menangis, sampai keracunan alkohol akut ( emedicinehealth,
2009).

Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal terjadi
karena atuk adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda
asing dari tenggorokan, akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang
muncul lebih mirip orang yang tercekik (Choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara
atau suara serak, mengi, hingga tidak nafsu dan ini perlu tindakan medis yang segera
untuk menghindari gawat nafas. Pada usia balita maka balita tersebut akan memegang
lehernya yang merasa seperti tercekik. Tersedak dalam kategori ringan maka ditandai
dengan batuk-batuk hingga muntah. Tersedak dengan kategori berat maka ditandai --
dengan batuk- batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk
sama sekali. Wajah membiru dan kemudian pingsan ( Edwina, 2010).

2.3 Patofisiologi
Betz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglottis sehingga
makanan tidak akan salah jalan masuk kejalan napas. Akan tetapi jika anak atau orang
dewasa tersebut menarik napas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya teriak, tertawa,
terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang berada di dalam mulut
akan ikut terhirup masuk.

Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara parau,
batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk kedalam trakea-
bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi yang sering
kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak dari satu bagian
kebagian lain dari trakea-bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada bronkus kanan.

Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih
segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran bronkus
kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan
trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekuensi lokasi
tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan kanan.
Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.

Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas biasanya
terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat terjadi di bagian
distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi. Udara yang
terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian
yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan subtansi itu
dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa.
Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang (latent
period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga atau dokter
mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti akan
terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi bronkus. Jenis benda
asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul. Benda asing organic seperti
kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengambang
dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24
jam setelah fase tenang akan terjadi batuk disertai secret purulen, sedangkan benda asing
berupa logam atau plastik yang dapat menyebabkan obstruksi parsial, biasanya dapat
ditoleransi untuk waktu yang cukup lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan
iritasi lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.

Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang akan muncul,
berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi, selain itu dapat
menyebabkan perubahan patologi kejaringan antara lain bronki ektasis, pnemonitis yang
berulang, abses paru dan emfisema.
Menarik napas yang kuat Umur terlalu muda penyakit
secara tiba-tiba ketika makan atau tua. neurologik.
(tertawa, menangis, terkejut).

Benda asing masuk ke saluran


pernapasan(corpus alineum jalan napas)

Bersihan jalan napas


tidak efektif Obstruksi jalan napas

Mekanisme tubuh Ansietas


untuk mengeluarkan Benda asing tidak keluar
bendaasing: Batuk

Obstruksi total yang Obstruksiparsial


Benda asing dapat berlangsung lama
cepat dikelurkan

Obstruksi Benda asing turun


Bronkospasme
menetap di ketrakea/bronkus
Pembebasan kembali daerah yang
jalan napas sempit
Pengaktifan responin
flamasi : Edema dan latent period
peradangan
Benda organic menjadi
lunak atau benda non-
Mengganggu organik menetap.
fungsi ventilasi

Penurunkan suplai oksigen dan Menimbulkan iritasi dan erosi mukosa


peningkaatan CO2 di paru-paru
menimbulkan sesak napas

Resikotinggiinfeksi

Gangguan pertukaran gas

Menimbulkan bronki ektasis,


Gangguan
Penurunan suplai pnemonia yang berulang,
perfusi jaringan
oksigen di jaringan abses paru dan emfisema.

Kematian Sianosis

2.4 Mekanisme Tersedak


Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak
dibelakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan
lubang hidung mauoun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka diantara kerongkongan
dan tenggorokan terdapat sebuah katub (epiglotis) yang bergerak secara bergantian menutup
tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup
kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup
menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila
makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena
berbagai sebab ( Syeh, 2010).
Tenggorokan mempunyai 2 saluran yaitu kerongkongan dan trachea. Kerongkongan (jalan
makan) berfungdi memasukan makanan ke dalam perut, pada awal trachea ada pita suara.
Saat makan atau minum, pita suara ini tertutup yang mencegah makanan masuk ke saluran
pernafasan. Tersedak adalah proses dimana makanan salah masuk ke dalam sistem
pernafasan. Dapat disebabkan oleh keqadaan tidak sadar atau banyak alihan saat makan,
seperti tertawa, ngobrol, dan lain-lain. Saat makanan atau minuman masuk ke paru-paru
dapat menyebabkan aspirasi dan merupakan hal yang bahaya. Namun apabila tersedak pasti
akan ada refleks batuk, dimana batuk akan mengeluarkan makanan dari jalur yang salah ke
jalur yang benar. Saat anda tersedak usahakan minum air putih secara sedikit-sedikit (Dyah,
2012).

2.5 Klasifikasi Tersedak


Berdasarkan klasifikasinya tersedak dibagi menjadi dua yaitu (Edwina, 2010) :
1. Obstruksi total
Yaitu pembuntuhan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat bernafas
sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan
mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi total maka akam terjadi
atelektasis.

2. Check valve/parsial yaitu pembuntuan saluran nafas secara parsial atau tidak total,
sehingga klien masih dapat bernafas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus segera
dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 kejaringan. Tetapi pengeluaran
benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan
akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila
terjadi obstruksi parsial maka dapat terjai emphisema paru.
2.6 Faktor-faktor penyebab tersedak
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedak meliputi saat makan sambil tertawa, makan
sambil ngobrol, makan sambil jalan dan lain-lain. Faktor dari riwayat meliputi usia,
factor kejiwaan, factor fisik, factor personal, proses menelan belum sempurna dan lain-
lain (Adyatmaka, 2008).

Faktor lain yang sangat penting yaitu pengetahuan orang tua mengenai perannya terhadap
tingkat kesehatan anak terutama dalam menjaga kebersihan mulut dan masakan yang
dimakan oleh anak. Orang tua yang dominan dalam hal ini yaitu ibu, pada masa ini ibu
berperan sebagai guru pertama anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai kesehatan anaknya dan mengabaikan hal tersebut sehingga mengakibatkan
tingginya resiko anak mengalami tersedak (Maharani, 2012).

2.7 Perilaku ibu saat tersedak


Dengan kesibukan setiap para anggota keluarga tidak menutup kemungkinan mereka
akan lalai serta tidak memprhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin bertambah
pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang mengasuh anaknya adalah ibunya,
maka dari itu sebagai ibu lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari
anaknya ( Arora, 2011).

Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak. Itu terjadi akibat kurangnya
pengetahuan yang berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak.
Bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar
dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setelah dilakukan tindakan, sebaliknya
bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka
dalam yang ibu tidak tahu sehingga menyebabkan kematian pada anak tersebut ( Hull,
2010).
2.8 Komplikasi
Tersedak merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh
sehingga hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung
dan kematian secara permanent dari batang otak (Arora, 2011).

2.9 Penatalaksanaan tersedak


a. Pencegahan tersedak
Untuk mencegah makanan dari terjebak didalam kerongkongan adalah untuk
mengambil gigitan kecil, menyunyag makanan secara perlahan, banyak minum air
ketika menelan, dan menghindari makan keras, makanan kering. Selain itu, jiga bisa
dengan mengawasi semua makanan. Makanan kecil seperti anggur, rambutan dan
lain-lain harus dipotong terlebih dahulu menjadi potongan kecil. Hindari mainan kecil
seperti bola atau kelereng. Anak dibawah usia 3 tahun tidak boleh diberikan mainan
yang dapat membahayakan dirinya (Shah, 2012).
b. Penanganan tersedak
Tindakan Sandwich back slap and chest thrust maneuver usia 0-1 tahun pada bayi
atau pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan dengan cara segera ( Lansky,
2007) :
1. Menelentangkan penderita dipangkuan penolong
2. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita diantaranya kedua
tulang belikat sebanyak 4 atau 5 kali
3. Lakukan upaya ini beberapa kali hingga penolong yakin benda asing penyebab
tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya kesadaran penderita, tak
tersumbatnya pernafasan mengakibatkan rasa lega saat bernafas, hilangnya bunyi
mengi pada waktu bernafas.

Bila klien anak-anak maka dilakukan chest trush (Lansky, 2007) :

1. Tidurkan klien di pangkuan dengan terlentang


2. Pegang leher klien dengan tangan kiri
3. Tekan dada dengan jari tangan kanan tekan dengan 3 jari sebanyak 4 kali
4. Tekan dada, ulangi hentakan sampai berhasil atau penderita sampai sadar

Tindakan hemlich pada anak usia >1 tahun dilakukan dengan cara :

1. Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada dibelakang korban


2. Lingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tanggan berada di perut
bagian atas
3. Kemudia hentakan tangan sebanyak empat kali ke arah belakang atas secara tiba-
tiba dengan harapan benda asing akan terdorong keluar karena tekanan yang
dihasilkan
4. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan tersebut
beberapa kali
5. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan tersebut
beberapa kali
6. Bila penderita tetap merasa sesak nafas, atau muka masih membiru hingga
penderita merasa lega bernafas. Rujukan ke rumah sakit untuk tindakan
selanjutnya
7. Pada posisi penderita terungkap, penolong berlutut diatas penderita dengan kedua
lutut disamping tubuh penderita
8. Miringkan kepala penderita kesamping kiri/kanan
9. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat
10. Lakukan penekanan tangan dengan kuat dan cepat kearah dada atas sekitar empat
kali
11. Lakukan berulang kali dengan interval istirahat sekitar setengah menit hingga
penderita sadar
12. Bila penderita muntah, bersihkan mulut penderita
13. Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil, maka segera rujukan
kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2.10 Pengkajian
1. Identitas pasien.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan
padaventilasi, perfusi, kognisi, dan kondisi pernapasan.
a. Ventilasi
1) Bunyi napas : Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah
pernapasan. Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan
yang signifikan dan mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa
bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang
sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi
benda asing.
2) Pernapasan : Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50
pernapsan/menit pada bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia<3
tahun merupakan kondisi sensitive dan spesifik adanya infeksi saluran
pernapasan bawah.
3) Laju aliran ekspirasi : Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran
ekspirasi puncak dengan menggunakan peak flowmeter.Jika nilainya kurang
dari 200 l/menit, triase segera ke ruang tindakan.
4) Saturasi oksigen : Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi
kontinu.Jika tingkat SpO2 91 % atau kurang, diperkirakan pasien harus
dirawat di rumah sakit.
5) Sputum : Jelaskan produksi sputum.Sputum merah muda yang berbusa
merupakan tanda edema alveoli paru kardiogenik.
6) Dispnea : Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah
distandarisasi.
b. Perfusi
1) Bunyi jantung : Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus
gagal jantung.
2) Titik impuls maksimal : Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks
jantung biasanya sampai pada dinding anterior dada atau dekat dengan
ruang interkosta lima kiri di garis midklavikula.
3) Distensi vena jugularis : Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis.
Ubah posisi pasien menjadi semifowler dengan kepala miring kanan atau
kiri.

c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin
dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan
efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi.
Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan
kesadaran.

d. Kondisi Pernafasan.
1) Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus, tidak tersendat-sendat, tidak
menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan baik.
2) Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat, menggeh-menggeh ->
Fungsi pernafasan terganggu.
3) Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa
nafas -> Pernafasan berhenti
4) Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat
mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan
yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi,
evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasien
untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual
dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
A. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
3. Resiko terhadap aspirasi b.s masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam
saluran nafas.
4. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

B. Intervensi
Diagnosa 1

Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.

Intervensi :

a. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa.


b. Awasi tanda vital dan irama jantung.
c. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi klien.
Diagnosa 2

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).

Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan

Intervensi :

a. Kaji kepatenan jalan napas


b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
c. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
d. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati
e. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada
selang endotrakeal
f. gudel dan adanya ronchi
g. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detikdan
lakukan pemberian
h. oksigen 100% sebelum melakukan suction
i. Observasi hasil pemeriksaan GDA
j. Anjurkan untuk minum air hangat
k. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)
l. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan
m. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasi
n. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24
jam).

Diagnosa 3

Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.

Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas

Intervensi :

a. Kaji kepatenan jalan napas


b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
c. Lakukan tindakan Manuver Heimlich
d. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
e. Awasi tanda vital dan irama jantung
Diagnosa 4

Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

Tujuan : menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.

Intervensi untuk orang tua:

a. Berikan ketenangan pada orang tua


b. Memberikan rasa nyaman.
c. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.
d. Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
e. Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.

Intervensi untuk anak :

a. Bina hubungan saling percaya.


b. Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
c. Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
d. Melibatkan anak dalam bermain.
e. Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan.
f. Memberikan rasa nyaman
g. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2009. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai