Tinjauan Pustaka
Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal terjadi
karena atuk adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda
asing dari tenggorokan, akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang
muncul lebih mirip orang yang tercekik (Choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara
atau suara serak, mengi, hingga tidak nafsu dan ini perlu tindakan medis yang segera
untuk menghindari gawat nafas. Pada usia balita maka balita tersebut akan memegang
lehernya yang merasa seperti tercekik. Tersedak dalam kategori ringan maka ditandai
dengan batuk-batuk hingga muntah. Tersedak dengan kategori berat maka ditandai --
dengan batuk- batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk
sama sekali. Wajah membiru dan kemudian pingsan ( Edwina, 2010).
2.3 Patofisiologi
Betz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglottis sehingga
makanan tidak akan salah jalan masuk kejalan napas. Akan tetapi jika anak atau orang
dewasa tersebut menarik napas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya teriak, tertawa,
terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang berada di dalam mulut
akan ikut terhirup masuk.
Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara parau,
batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk kedalam trakea-
bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi yang sering
kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak dari satu bagian
kebagian lain dari trakea-bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada bronkus kanan.
Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih
segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran bronkus
kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan
trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekuensi lokasi
tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan kanan.
Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.
Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas biasanya
terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat terjadi di bagian
distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi. Udara yang
terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian
yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan subtansi itu
dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa.
Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang (latent
period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga atau dokter
mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti akan
terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi bronkus. Jenis benda
asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul. Benda asing organic seperti
kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengambang
dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24
jam setelah fase tenang akan terjadi batuk disertai secret purulen, sedangkan benda asing
berupa logam atau plastik yang dapat menyebabkan obstruksi parsial, biasanya dapat
ditoleransi untuk waktu yang cukup lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan
iritasi lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.
Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang akan muncul,
berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi, selain itu dapat
menyebabkan perubahan patologi kejaringan antara lain bronki ektasis, pnemonitis yang
berulang, abses paru dan emfisema.
Menarik napas yang kuat Umur terlalu muda penyakit
secara tiba-tiba ketika makan atau tua. neurologik.
(tertawa, menangis, terkejut).
Resikotinggiinfeksi
Kematian Sianosis
2. Check valve/parsial yaitu pembuntuan saluran nafas secara parsial atau tidak total,
sehingga klien masih dapat bernafas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus segera
dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 kejaringan. Tetapi pengeluaran
benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan
akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila
terjadi obstruksi parsial maka dapat terjai emphisema paru.
2.6 Faktor-faktor penyebab tersedak
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedak meliputi saat makan sambil tertawa, makan
sambil ngobrol, makan sambil jalan dan lain-lain. Faktor dari riwayat meliputi usia,
factor kejiwaan, factor fisik, factor personal, proses menelan belum sempurna dan lain-
lain (Adyatmaka, 2008).
Faktor lain yang sangat penting yaitu pengetahuan orang tua mengenai perannya terhadap
tingkat kesehatan anak terutama dalam menjaga kebersihan mulut dan masakan yang
dimakan oleh anak. Orang tua yang dominan dalam hal ini yaitu ibu, pada masa ini ibu
berperan sebagai guru pertama anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai kesehatan anaknya dan mengabaikan hal tersebut sehingga mengakibatkan
tingginya resiko anak mengalami tersedak (Maharani, 2012).
Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak. Itu terjadi akibat kurangnya
pengetahuan yang berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak.
Bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar
dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setelah dilakukan tindakan, sebaliknya
bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka
dalam yang ibu tidak tahu sehingga menyebabkan kematian pada anak tersebut ( Hull,
2010).
2.8 Komplikasi
Tersedak merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sangat berbahaya, karena dalam
beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh
sehingga hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan refleks nafas, denyut jantung
dan kematian secara permanent dari batang otak (Arora, 2011).
Tindakan hemlich pada anak usia >1 tahun dilakukan dengan cara :
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin
dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan
efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi.
Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan
kesadaran.
d. Kondisi Pernafasan.
1) Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus, tidak tersendat-sendat, tidak
menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan baik.
2) Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat, menggeh-menggeh ->
Fungsi pernafasan terganggu.
3) Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa
nafas -> Pernafasan berhenti
4) Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat
mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan
yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi,
evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasien
untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual
dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
A. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
3. Resiko terhadap aspirasi b.s masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam
saluran nafas.
4. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
B. Intervensi
Diagnosa 1
Intervensi :
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
Intervensi :
Diagnosa 3
Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi :
Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.