Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III


ANGKATAN XIX
KABUPATEN LEBAK
PROVINSI BANTEN

Optimalisasi Dental Health Education (DHE) Pada Ibu Hamil


Di Pelayanan Rawat Jalan Puskemas Rawat Inap Bayah Melalui Media Flipchart

NAMA : drg. Euis Sugiarti


JABATAN : Dokter Gigi Ahli Pertama
UNIT KERJA : Puskesmas Rawat Inap Bayah
ISU UTAMA : Kurang optimalnya Dental Health Education
(DHE) pada ibu hamil di pelayanan rawat
jalan Puskesmas Rawat Inap Bayah
COACH : Dr. Saefudin, S.Si, M.Si
MENTOR : Syarif, S.PdI, M.M

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
JALAN RAYA LINTAS TIMUR KM 4 KARANGTANJUNG PANDEGLANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut Undang-undang ASN No.5 Tahun


2014 adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. ASN memiliki tiga peran
utama, yaitu: sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa. Dalam hal ini, dapat dikatakan ASN berperan penting
dalam menentukan keberhasilan pemerintahan. Untuk itu, setiap ASN dituntut
harus memiliki integritas yang tinggi, bertindak sesuai dengan nilai dasar dan kode
etik ASN.
Fenomena yang terjadi saat ini, sebagian besar ASN masih kurang
profesional. Faktanya, masyarakat menganggap ASN sebagai pekerja yang paling
tidak disiplin bila dibandingkan profesi lainnya. Citra buruk negatif ASN itu seolah
mengakar kuat dan menjadi turun menurun. Akibatnya, sistem pemerintahan pun
terganggu. Masyarakat banyak yang mengeluhkan berbelitnya birokrasi, buruknya
pelayanan publik, ditambah lagi dengan korupsi yang sudah membudaya. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kinerja pemerintahan, khususnya ASN, maka
dipandang perlu untuk melakukan peningkatan kinerja ASN. Usaha perbaikan
tersebut diawali dengan melakukan reformasi terhadap diklat prajabatan bagi
Calon ASN. Tujuan dari diklat ini adalah untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan nasionalisme, serta membentuk karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab. Diklat prajabatan pola baru sekarang ini
telah memadukan antara tahap internalisasi dan aktualisasi. Tahap internalisasi
merupakan tahap penanaman nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu, serta anti korupsi. Sedangkan, tahap aktualisasi
merupakan tahap perwujudan dari nilai-nilai dasar tersebut di tempat tugas/
tempat magang.

1
2

Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4)
tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib
memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan. Merujuk Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, PNS wajib menjalani masa
percobaan yang dilaksanakan untuk membangun moral, kejujuran, semangat
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Sesuai dengan peraturan Pemerintah yaitu Undang – undang ASN No. 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara RI Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri
Sipil Tahun 2015, tujuan penyelenggaraan Diklat Prajabatan Calon Pegawai
Negeri Sipil adalah untuk membentuk Pegawai Negeri Sipil yang Profesional
sebagai pelayan publik dan mampu mengaktualisasikan lima nilai dasar, yaitu:

1. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas dan


jabatannya;
2. Kemampuan mengedepankan kepentingan nasional dalam pelaksanaan
tugas jabatanya;
3. Kemampuan menjunjung tingi standar etik publik dalam pelaksanaan tugas
dan jabatannya.
4. Kemampuan berinovasi untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas dan
jabatanya; dan
5. Kamampuan untuk tidak korupsi dan mendorong percepatan pemberantasan
korupsi di lingkungan instansinya.
Seluruh ASN perlu menerapkan nilai-nilai dasar ASN tersebut, termasuk
dokter atau dokter gigi. Dokter gigi puskesmas yang merupakan salah satu
unsur ASN sangat perlu untuk bersikap profesional dan berintegritas. Sebagai
pusat kesehatan gigi masyarakat yang berada di garda terdepan, puskesmas
khususnya dokter gigi, dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Hal ini
sejalan dengan Visi Indonesia Sehat 2020, yaitu pelayanan kesehatan yang
3

bermutu, adil, dan merata merupakan unsur pokok dalam Pembangunan


Nasional. Untuk itu, melalui diklat latsar pola baru ini, diharapkan dokter gigi
puskesmas yang menjadi calon ASN dapat memberikan pelayanan prima,
sebagai wujud aktualisasi dari nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan antikorupsi. Sehingga secara tidak langsung dapat
berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukan kondisi
kesehatan gigi masyarakat Indonesia cenderung tidak baik. Hasil survey
kesehatan yang melibatkan 2.132 dokter gigi, didapat, 57,6% penduduk
Indonesia mengakui mengalami masalah gigi dan mulut dan hanya 10,2% yang
mendapat penanganan medis gigi. Artinya ada sekitar 47,4% penduduk
Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut belum mendapatkan
penanganan medis gigi. Hasil RISKESDAS 2018 juga didapatkan 2,8%
penduduk Indonesia usia ≥ 3 tahun yang menyikat gigi secara
benar. Artinya, 97,2% penduduk usia ≥ 3 tahun yang menyikat gigi dengan
teknik yang salah. Sedangkan, masalah kesehatan gigi erat kaitannya dengan
perilaku menyikat gigi secara benar. Hal ini mengindikasikan semakin sulitnya
mencapai standar kesehatan gigi WHO yaitu 75 % dari jumlah penduduk usia
65 tahun keatas, memiliki minimum 20 gigi yang berfungsi.
Pemberian pengetahuan dan pembentukan perilaku yang baik dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut, berupa kegiatan Usaha Kesehatan Gigi
Masyarakat (UKGM), perlu ditanamkan secara berkelanjutan. Program ini
ditujukan untuk masyarakat terutama pada kelompok rawan/resiko tinggi, salah
satunya yaitu Ibu hamil di wilayah Kecamatan Bayah. Ibu hamil adalah
kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut, karena itu
perlu dilakukan pencegahan sedini mungkin pada calon ibu hamil untuk
memeriksakan giginya ke Dokter gigi / Puskesmas, untuk mendapatkan
tindakan / perawatan gigi. Dokter gigi hanya dapat melakukan tindakan
perawatan ringan tanpa tindakan invasive pada ibu hamil yang terlanjur
menderita penyakit gigi, juga terbatas dalam memberikan jenis obat analgesik
dan antibiotik pada ibu hamil yang terlanjur menderita penyakit gigi akut. Pada
4

ibu hamil juga terjadi proses pembentukan gigi janinnya di dalam rahim. Karena
itu, kegiatan penyuluhan rutin sangat diperlukan untuk memberi pemahaman
pada ibu hamil tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Sebagai salah satu upaya promotif dan preventif terhadap penyakit gigi
dan mulut pada ibu hamil, maka dilakukan upaya untuk mengoptimalisasikan
Dental Health Education (DHE) pada ibu hamil di pelayanan rawat jalan
Puskesmas Rawat Inap Bayah baik untuk melakukan pengecekan gigi rutin
selama kehamilan maupun melakukan perawatan gigi dan mulut yang aman
bagi ibu hamil. Diharapkan dengan adanya aktualisasi nilai dasar 3 profesi ASN
yang tertuang dalam ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Anti Korupsi) dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Bayah, Kabupaten
Lebak dan sekitarnya.

1.2 Tujuan
Tujuan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negeri Sipil dalam
rancangan ini adalah:
1. Menjalankan tugas-tugas pokok profesi Dokter Gigi dengan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yang meliputi, Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) di
Puskesmas Rawat Inap Bayah.
2. Melakukan identifikasi isu dan melaksanakan kegiatan pemecahan masalah
di Puskesmas Rawat Inap Bayah.
3. Memberikan pelayanan yang lebih optimal di Puskesmas Rawat Inap Bayah.

1.3 Gambaran Umum Unit Kerja


Nama Unit Kerja : Puskesmas Rawat Inap Bayah
Alamat : Jl. Raya Bayah-Cikotok Km. 1
Kecamatan : Bayah
Kabupaten : Lebak
Provinsi : Banten
5

1.3.1 Letak Geografis


Kecamatan Bayah terletak di wilayah selatan Kabupaten Lebak dengan
jarak jangkauan 140 Km dari Ibukota Kabupaten. Luas wilayah kerja 156,43
Ha, dengan kondisi tanah perbukitan dan sebagian lahan kehutanan dan
perkebunan. Batas wilayah kerja Puskesmas Bayah terdiri dari :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Cibeber
b. Sebelah Barat : Kecamatan Panggarangan
c. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
d. Sebelah Timur : Kecamatan Cilograng

Gambar 1. Peta Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bayah


6

Kecamatan Bayah terbagi ke dalam 11 Desa sebagai wilayah kerja,


diantanya :
1. Desa Bayah Barat
2. Desa Bayah Timur
3. Desa Cidikit
4. Desa Cimancak
5. Desa Cisuren
6. Desa Darmasari
7. Desa Pamubulan
8. Desa Pasirg Gombong
9. Desa Sawarna
10. Desa Sawarna Timur
11. Desa Suwakan

1.3.2. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bayah pada tahun 2018
yaitu sebanyak 45.622 jiwa dimana terdiri dari 23.266 atau 50,99%
penduduk laki-laki dan 22.356 jiwa atau 49.01% penduduk perempuan. Jika
dipersentasikan maka jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding
penduduk perempuan, dengan jumlah rata-rata jiwa/rumah tangga 3,45 per
seribu penduduk.
Sedangkan jumlah total anak Balita (umur 0 – 4 tahun) di wilayah kerja
Puskesmas Bayah adalah 2.538 atau 5,56% dari penduduk keseluruhan,
dan penduduk terkecil usia 75 tahun lebih yaitu 877 jiwa (1,92%).

1.3.3 Program dan Kegiatan


a. Program Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pelayanan ibu hamil
2. Pelayanan ibu hamil resti
3. Pelayanan asuhan perawatan normal
4. Pembinaan dukun paraji.
7

5. Pembinaan KPKIA
6. Pelacakan kematian ibu
7. Pelatihan dan konseling persalinan.
b. Program Keluarga Berencana
1. Pelayanan Kontrasepsi
2. Pengayoman medis
c. Program Kesehatan Bayi dan Balita
1. Pemeriksaan neonatus, bayi, dan balita
2. Pemeriksaan neonatus, bayi, dan balita resti
3. Pelacakan kematian neonatus, bayi, dan balita.
4. Pelacakan kematian kasus tetanus neonatus.
d. Program Kesehatan Anak dan Remaja.
1. Pemeriksaan anak dan remaja.
2. Penjaringan anak sekolah.
3. Pembinaan kesehatan anak dan remaja.
4. Penanggulangan kecacingan anak sekolah
e. Program Kesehatan Lanjut Usia
1. Pembinaan kesehatan lanjut usia
2. Pelayanan kesehatan lanjut usia
3. Penjaringan lanjut usia resiko
4. Pengembangan pembinaan lanjut usia di posbindu.
f. Promosi Kesehatan
1. Promosi kesehatan melalui media cetak dan elektronik
2. Promosi kesehatan melalui media tradisional.
3. Promosi kesehatan langsung pada individu, kelompok dan
masyarakat.
g. Program Surveilance Epidemiologi.
1. Pembinaan dan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
2. Penanggulangan dan investigasi KLB
3. Pengamatan penyakit PD3I ( Penyakit Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi)
8

4. Pengamatan penyakit menular dan tidak menular.


5. Pembinaan dan pengamatan kesehatan MATRA.
6. Skoring status desa risti.
h. Program Pengembangan Laboratorium Kesehatan.
1. Pembinaan petugas laboratorium Puskesmas.
2. Pengelolaan laboratorium sederhana Puskesmas.
i. Program Pencegahan Penyakit ( Imunisasi)
1. Pembinaan pengembangan kemampuan pelaksanaan imunisasi.
2. Pencegahan penyakit tuberculose, tetanus neonatus, campak, dll.
3. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
4. Pelaksanaan Elliminasi Tetanus Neonatorum (ETN), reduksi
campak ( RECAM) dan eradikasi polio (Erapo)
5. Peningkatan pencapaian UCI (User Child Imunize) desa
j. Program Pemberantasan Penyakit
1. Penjaringan kasus pneumonia
2. Penatalaksanaan kasus ISPA
3. Care Seeking pneumonia ( kunjungan rumah penderita pneumonia )
4. Rujukan pneumonia berat dari desa ke puskesmas
5. Penemuan kasus diare
6. Penatalaksanaan kasus diare
7. Upaya rehidrasi rumah tangga
8. Rujukan kasus dehidrasi berat dari desa ke puskesmas
9. Pencarian kasus kusta
10. Case holding / pemantauan terus menerus kasus kusta
11. POD/ pencegahan cacat pada penderita kusta
12. Penemuan penderita penyakit menular seksual (PMS) dan
HIV/AIDS.
13. Penyemprotan fokus DBD
14. Abatisasi rumah di daerah DBD
15. Abatisasi sekolah.
16. Pemantauan jentik berkala
9

17. Pelacakan dan pengobatan kasus gigitan rabies.


18. Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana/alat kesehatan,
pemberantasan penyakit menular langsung dan penyakit yang
bersumber binatang.
19. Penemuan dan pemeriksaan kasus malaria.
20. Pengawasan dan pembinaan pada JMB (Juru malaria desa) harian
21. Pemeriksaan rujukan sediaan darah.
22. Penemuan dan pemeriksaan penderita oleh puskesmas dalam
kegiatan Mass Fever Survey (MFS)
23. Pemeriksaan sediaan darah Mass Fever Survey (MFS)
24. Pemberantasan vektor malaria
25. Pencarian tersangka penderita Tb paru
26. Pengobatan penderita Tb paru.
27. Fixasi dan pewarnaan spesimen dahak Tb paru.
28. Diagnosis spesimen dahak.
29. Pelacakan Tb mangkir
30. Pengawasan minum obat (PMO) oleh kader.
31. Pengawasan dan engendalian gedurnas Tb
32. Asistensi Tim Gedurnas
33. Desiminasi Informasi Penanggulangan TB oleh Tim Gedurnas
34. Eradikasi Polio, eliminasi tetanus.
k. Program Obat, Makanan, dan Bahan Berbahaya.
1. Meningkatkan pengamanan bahaya penyalahgunaan dan
kesalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya lainnya.
2. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
3. Menerapkan obat esensial.
4. Mengembangkan dan membina tenaga pengobatan dan obat asli
Indonesia.
5. Mengembangkan dan membina tenaga pengelola obat.
l. Program Pembinaan Puskesmas
10

1. Pembinaan peningkatan mutu pelayanan dasar.


2. Pembinaan peningkatan jangkauan Pelayan Kesehatan Dasar
(Yankesdas) termasuk public goods dan yankesdas terhadap gakin
m. Program Pembinaan Pengelolaan Obat di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
1. Monitoring bagi pengelola obat di puskesmas.
2. Monitoring obat dan alat kesehatan di sarana pelayanan swasta.
n. Program Kewaspadaan pangan dan Gizi.
1. Advokasi terhadap pimpinan daerah, lintas sektoral, serta LSM.
2. Pembinaan berjenjang tim pangan dan gizi tingkat kecamatan.
3. Pengumpulan, pengelolaan dan analisa data.
4. Akselerasi suplemen kapsul Vitamin A untuk bayi, balita, bufas.
5. Promosi bulan kapsul Vitamin A
6. Kerjasama Pendistribusia kapsul Vit. A, bersama kegiatan
Imunisasi Campak.
7. Pemantauan garam beryodium.
8. Promosi penggunaan garam beryodium.
9. Melakukan intensifikasi dan akselerasi kapsul yodium pada WUS,
Bumil dan Buteki.
10. Melakukan intensifikasi dan akselerasi distribusi tablet besi pada
balita dan bumil.
11. Melakukan koordinasi kegiatan dalam pemberian TTD (Tablet
Tambah Darah) dengan KIE serta pelayanan kesehatan lain.
12. Mengembangkan kegiatan penanggulangan Anemia kelompok usia
lanjut.
13. Pemantauan tumbuh kembang balita dengan KMS di posyandu,
puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.
14. Melakukan tata laksana gizi buruk.
15. Setiap bayi lahir ditimbang.
16. Pembinaan keluarga dalam asuhan perawatan dan gizi.
11

17. Pemberian makanan tambahan / PMT penyuluhan dan PMT


pemulihan.
18. Melakukan pelayanan gizi terpadu dengan KIA, Yankes, dan
program penanggulangan kemiskinan.
19. Pemantauan penderita resiko KEK (Kurang Energi Kronis) melalui
pengukuran LILA ( Lingkar Lengan Atas).
20. Melakukan kegiatan asuhan dan konseling gizi di setiap sarana
pelayanan kesehatan.
21. Penelitian gizi masyarakat.
22. Penelitian epidemiologi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
o. Peningkatan kesehatan Lingkungan.
1. Pembinaan peningkatan pengawasan makanan dan pembinaan
pengembangan manajemen tatanan dan kawasan.
2. Pengembangan tempat kerja yang memenuhisyarat.
3. Pemantauan Tempat Pembuatan Makanan (TPM)
4. Pemantauan sekolah yang memenuhi syarat.
5. Pemantauan sarana air bersih, jamban keluarga dan lingkungan
pemukiman.
p. Program Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat/ UKS/ UKBM.
1. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2. Pembinaan dokter kecil
3. Penyegaran guru UKS.
4. Pembinaan sekolah sehat.
5. Pertemuan Pokjanal Posyandu.
6. Pelatihan kader posyandu.
7. Pembinaan Toga, Batra, SBH.
8. Pembentukan dan pengembangan Posbindu.
9. Pembinaan anak dan remaja di Ponpes.
q. Program Pemberdayaan Tenaga Kesehatan.
1. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
2. Peningkatan sarana dan prasarana.
12

3. Pelaksanaan kebijakan manajemen dan sistem informasi


kesehatan.
r. Program Kesejahteraan Sosial.
1. Bimbingan kesejahteraan sosial.
2. Rehabilitasi sosial.
3. Pembinaan partisipasi sosial masyarakat.
4. Penanggulangan korban bencana dan pembinaan sumbangan
sosial

1.4 Visi Misi dan Nilai Organisasi


 Visi
Mewujudkan Pembangunan Kesehatan yang Profesional menuju Masyarakat
Kecamatan Bayah sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan.
 Misi
1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan;
2. Mewujukan pelayanan kesehatan masyarakat di bidang kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau ;
3. Mendorong dan meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan di bidang kesehatan;
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungan;
5. Membebaskan masyarakat dari masalah penyakit dan memberi
perlindungan kesehatan kepada kelompok atau golongan masyarakat
yang beresiko;
6. Menyelenggarakan manajemen dan informasi di bidang kesehatan.
 Motto
‘KESEHATAN ANDA ADALAH KEBAHAGIAAN KAMI’
 Tata Nilai
P R I M A (Profesional, Ramah, Inovatif, Malu, Akuntabel)
13

1.5 Tupoksi dan Uraian Tugas


Berdasarkan Permenpan No. 141 Tahun 2003, tugas pokok dokter gigi
adalah memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada sarana pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta membina peran serta
masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut kepada
masyarakat.
Uraian tugas dokter gigi adalah:
1. Membuat rencana kerja tahunan program kerja gigi dan mulut sesuai dengan
juklak dan jukris yang ada untuk dapat memberikan kualitas pelayanan yang
baik kepada masyarakat
2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan SOP yang telah
ditetapkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang
kesehatan
3. Melakukan tindakan medis gawat darurat gigi dan mulut kepada pasien dengan
status emergensi sesuai dengan SOP yang cepat dan tepat agar pasien dapat
diselamatkan jiwanya
4. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ke sekolah (UKGS) kepada
pasien anak dengan keluhan gigi dan mulut berdasarkan SOP yang telah
ditetapkan untuk memberikan pelayanan kepada anak sekolah
5. Memberikan konsultasi kesehatan gigi dan mulut terhadap pasien dan
masyarakat sesuai dengan keluhan pasien untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang permasalahan pasien
6. Melakukan rujukan pasien ke rumah sakit sesuai dengan kondisi pasien agar
terjamin keselamatan jiwa pasien
7. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki untuk meningkatkan pengetahuan pasien di bidang kesehatan
8. Membuat laporan kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan
berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan agar dapat dievaluasi secara
berkelanjutan.
14

1.6 Struktur Organisasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Bayah


BAB II
NILAI-NILAI DASAR PNS

2.1. Akuntabilitas
2.1.1. Definisi Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Dalam hal ini, pertanggungjawaban yang relevan adalah proses pelaksanaan
aktualisasi program kerja (pokja) usulan aktualisasi terkait. Sangat penting untuk
menerapkan azas transparansi dalam rangka memenuhi due process dalam
pelaksanaan aktualisasi tersebut.

2.1.2. Konsep Akuntabilitas


1. Relationship
Hubungan antara individu (terwakili oleh penulis) dengan negara dan
masyarakat (terwakili oleh Puskesmas Rawat Inap Bayah).
2. Result oriented
Perilaku individu dalam menjalankan tugas secara bertanggung jawab untuk
mencapai hasil yang maksimal.
3. Requires reporting
Laporan kinerja dipaparkan di akhir program kerja sebagai bukti nyata dari
hasil dan proses yang telah dilakukan. Laporan umumnya berupa LAKIP.
4. Meaningless without consequences
Akuntabilitas adalah kewajiban; kewajiban menunjukkan tanggung jawab;
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi yang dapat berupa reward
maupun punishment. Semua SDM yang terlibat dalam pokja ini juga akan
mendapatkan perlakuan yang sama dengan nilai akuntabilitas yang dianut.
5. Improves performance
Pendekatan akuntabilitas bersifat proaktif dengan berpedoman pada tujuan
awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Fokus

15
16

daripada akuntabilitas pada aspek ini adalah peningkatan kinerja individu dan
kelompok.

2.1.3. Pentingnya Akuntabilitas


Mengacu pada literatur oleh Bovens et al (2007), akuntabilitas memiliki tiga
fungsi utama:
1. Peran demokrasi
Membangun sistem yang melibatkan stakeholders.
2. Peran konstitusional
Mencegah praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Peran belajar
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pokja yang
berorientasi pada pelayanan publik.

2.1.4. Tingkatan Akuntabilitas


1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang
seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu
Dalam aspek ini diatur mengenai hubungan bilateral antara individu (penulis)
dengan instansi sebagai pemberi kewenangan (Puskesmas Rawat Inap
Bayah). Pemberi kewenangan bertanggung jawab untuk memberikan arahan
yang memadai, bimbingan dan sumber daya serta meghilangkan hambatan
kinerja, sedangkan individu PNS tersebut sebagai aparatur negara
bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercaainya kinerja
organisasi yang diharapkan.
17

4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik eplaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan
dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif
dan bermartabat.

2.1.5. Nilai-nilai Dasar Akuntabilitas


Indikator dari Nilai – nilai Dasar Akuntabilitas, yaitu :
1. Tanggung jawab, adalah kewajiban tingakh laku atau perbuatan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
2. Jujur, adalah keterusterangan pada prilaku tanpa adanya kebohongan atau
penipuan.
18

3. Kejelasan target dalam menjelaskan cara, tindakan ataupun proses kegiatan


untuk mencapai suatu tujuan.
4. Netral, artinya bersikap seimbang, tidak memihak kepada siapapun.
5. Mendahulukan kepentingan publik.
6. Keadilan adalah kondisi kebenaran sama rata secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
7. Transparansi keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
8. Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.
9. Persipatif adalah suatu keterlibatan baik fisik, mental dan emosional serta ikut
bertanggung jawab untuk mecapai tujuan akhir.

Nilai dasar / nilai publik yang perlu diperhatikan adalah:


1. Mengambil pilihan yang tepat saat terjadi konflik kepentingan
2. Menghindari keterlibatan apapun dalam politik praktis
3. Memperlakukan warga dengan adil
4. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten

2.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Sebagai
bangsa Indonesia tentunya prinsip nasionalisme harus didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia dan
mengembangkan sikap tenggang rasa.
19

Indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme adalah religius (patuh ajaran


agama), hormat menghormati, kerjasama, tidak memaksakan kehendak, jujur,
amanah (dapat dipercaya), adil, persamaan derajat, tidak diskriminatif, mencintai
sesama manusia, tenggang rasa, membela kebenaran, persatuan, rela
berkorban, cinta tanah air, memelihara ketertiban, disiplin, musyawarah,
kekeluargaan, menghormati keputusan, tanggung jawab, kepentingan bersama,
gotong royong, sosial, tidak menggunakan hak yang bukan miliknya, hidup
sederhana, kerja keras, dan menghargai karya orang lain.

2.2.1. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik


Hal ini diatur dalam pasal 10 Undang-Undang No.5 Tahun 2014 dimana
ASN bertugas untuk menjalankan pelayanan publik dengan maksimal dan penuh
tanggung jawab (goal-oriented action). Kebijakan publik dapat bersifat positif
maupun negatif bergantung pada konteks permasalahan yang dihadapi. Tiga
aspek penting dalam kebijakan publik adalah: (1) perumusan, (2) implementasi,
dan (3) pengawasan dan penilaian hasil kerja. Thomas R. Dye dalam bukunya
berjudul Understanding Public Policy yang diterbit- kan pada tahun 1981
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi ini mencakup
pengertian yang sangat luas. Segala hal yang merupakan tindakan pemerintah
maupun diamnya pemerintah terhadap sesuatu disebut sebagai kebijakan publik.
Bertolak dari pengertian di atas, ASN sebagai bagian dari pemerintah atau
sebagai aparat sipil negara memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik.
Dengan kata lain, ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor) yang melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik
di berbagai bidang dan sektor pemerintahan. Sementara itu, pengertian lainnya
seperti yang disebutkan oleh James E. Anderson dalam bukunya yang berjudul
Public Policy Making: An Introduction yang terbit tahun 1975 sebenarnya
mengemukakan definisi yang sama juga seperti yang dikemukakan oleh Dye
bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan
20

atau tidak dilakukan. Namun, menurut Anderson, pengertian tersebut terlalu luas.
Ia memberikan definisi secara lebih spesifik kebijakan publik sebagai “a relative
stable, purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing
with a problem or matter of concern”. Jadi, kebijakan publik adalah suatu
tindakan yang ditujukan secara spesifik yang dilakukan oleh negara untuk
merespon suatu permasalahan. Pengertian semacam ini lebih berfokus pada
apa yang secara nyata dilakukan oleh aparat negara yang dibedakan antara apa
yang disebut sebagai kebijakan dengan keputusan.
Siapa yang dapat mengeluarkan kebijakan publik? Menurut Anderson
(1975) adalah pemegang otoritas, yaitu ia yang bergelut dalam keseharian
sistem politik yang diakui oleh anggotanya sebagai penanggung jawab yang
mengambil suatu tindakan yang diterima anggota-anggotanya dan mengikat
untuk dilaksanakan sebagai bagian dari suatu peran. Singkatnya, kebijakan
publik adalah sesuatu yang diproduksi oleh aparat pemerintah (government
officials and agencies).
Ada lima implikasi dari pengertian tersebut. Pertama, suatu kebijakan
dipahami sebagai tindakan yang lebih berorientasi pada pencapaian tujuan
(goal-oriented action), bukan tindakan yang acak atau sporadis. Kebijakan
adalah tindakan yang direncanakan dan dirancang untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan dari kebijakan itu bisa jadi tidak dikemukakan dengan jelas
karena hanya berupa arahan yang bersifat umum dan bukan suatu target
spesifik yang hendak diimplementasikan. Kebijakan semacam ini menurut
Anderson relevan untuk mengurangi konflik secara temporer.
Implikasi kedua, kebijakan juga dipahami sebagai suatu pola tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah. Jadi, suatu kebijakan tidak hanya meliputi
keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengimplementasikan hukum dan
perundang- undangan, tapi juga mencakup segala konsekuensi ikutannya dalam
penegakan perundang-undangan tersebut. Ketiga, kebijakan publik juga muncul
sebagai suatu respon atas tuntutan kebijakan (policy demands) oleh aktor lain,
seperti sektor privat, organisasi masyarakat sipil, dll. Keempat, suatu kebijakan
berkaitan dengan apa yang secara aktual dilakukan oleh pemerintah, bukan
21

hanya apa yang hendak dilakukan atau yang dikatakan akan dilakukan. Misalnya,
jika ada Undang Undang yang mengatur mengenai standar upah minimum yang
harus diberikan oleh perusahaan, tetapi hukum tersebut belum bisa berjalan
efektif, pemerintah dapat membuat kebijakan publik yang memaksa
implementasi hukum tersebut.
Kelima, kebijakan publik dapat bersifat positif maupun negatif. Respon
terhadap suatu masalah yang diberikan melalui suatu tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah disebut sebagai kebijakan yang bersifat positif. Sebaliknya,
respon yang diberikan dengan tidak melakukan atau menghindari campur tangan
dalam beberapa aktivitas ekonomi, misalnya, merupakan bentuk kebijakan yang
negatif.
Sifat-sifat kebijakan publik tersebut harus dimengerti oleh ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, sebagai pelaksana, ASN harus mempertimbangkan aspek
penting dalam upaya pencapaian tujuan dimaksud. ASN juga dituntut sebagai
pelaksana kebijakan publik untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan publik.
Tachjan dalam buku Diktat Kuliah Kebijakan Publik tahun 2006
menyebutkan bahwa tujuan kebijakan publik adalah dapat diperolehnya nilai-nilai
oleh publik baik yang bertalian dengan public goods (barang publik) maupun
public service (jasa publik). Nilai-nilai tersebut dibutuhkan oleh publik untuk
meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun non-fisik. Selanjutnya, Tachjan
juga menyebutkan bahwa ada tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan
kebijakan publik, yaitu:
 Perumusan kebijakan
 Implementasi kebijakan
 Pengawasan dan penilaian hasil kebijakan
Dari tiga kegiatan di atas, yang menjadi tugas pokok ASN terutama
adalah sebagai pelaksana atau yang mengimplementasikan kebijakan. Donald S.
Van Meter dan Carl E. Van Horn dalam bukunya yang berjudul The Policy
22

Implementation Process: A Conceptual Framework yang diterbitkan pada tahun


1975 mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai:
“Policy implementation encompasses those actions by public and private
individuals (groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in
prior policy decision. This include both one time efforts to transform decision into
operational terms, as well as continuing efforts to achieve the large and small
changes mandated by policy decisions.”
Dengan demikian, implementasi kebijakan dipahami sebagai tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-
keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu
maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-
perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Singkatnya, sebagaimana dikemukakan oleh Tachjan (2006),
implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang
dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Jadi, ASN sebagai
pelaksana menafsirkan alternatif-alternatif tindakan yang masih abstrak dan
makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit dan mikro. Menurut Leo Agustino
(2006) dalam bukunya yang berjudul Dasar- dasar Kebijakan Publik, tafsiran
semacam itu bertolak dari pendekatan top-down yang mengandaikan bahwa
keputusan- keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat
kebijakan harus dilaksanakan oleh administratur atau birokrat yang berada pada
level bawah (street level bureaucrat). Dengan logika ini, suatu kebijakan hanya
akan menjadi angan- angan belaka jika tidak diimplementasikan. Pada konteks
ini, peran ASN menjadi sangat penting karena menjadi ujung tombak dalam
implementasi dan operasionalisasi kebijakan untuk kepentingan bangsa dan
negara. Melalui ASN-lah kepentingan-kepentingan publik dapat dipenuhi.
23

2.2.2. ASN sebagai Pelayan Publik


ASN bekerja secara profesional mewujudkan birokrasi yang berorientasi
pada pelayanan publik dengan memperhatikan 5 aspek berikut:
1. Menerapkan prinsip good governance dengan menjauhi praktik KKN
(sistem merit)
2. Laporan masyarakat mengenai kinerja ASN
3. ASN memiliki sense of crisis
4. Public accountability & responsibility
5. Memperhatikan aspirasi masyarakat
Hal mengenai pelayanan publik diatur dalam UU No.25 Tahun 2009 Pasal
1 ayat (1) yang mana pelayanan dilaksanakan oleh pejabat dan pegawai negara.
Pelayanan yang diharapkan adalah excellent service / pelayanan prima. Apabila
di suatu instansi belum terbentuk standar pelayanan minimum (SPM), petugas
dapat menyusun standar pelayanan yang disesuaikan dengan best judgement
dan effectivity yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat. Pembentukan
standar pelayanan diatur dalam UU Pelayanan Publik pasal 21.

2.2.3. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa


Dalam aspek ini, penulis dan tim memiliki beban moral dan spiritual dalam
meneruskan perjuangan para pahlawan pendahulu yang telah bekerja keras
dalam mengusung kemerdekaan NKRI. Mempertahankan martabat dan
kedaulatan negara, dalam hal ini, adalah dengan mencetak prestasi dan
meningkatkan taraf pelayanan publik melalui inovasi dan kreasi dalam pekerjaan.

2.2.4. Nilai-nilai Dasar Nasionalisme


Nilai dasar dari nasionalisme berpedoman pada butir-butir Pancasila.
Implementasi dari falsafah ini mencakup pengamalan dari sila kedua, ketiga,
keempat, dan kelima. Pelaksanaan pokja ini tidak bertentangan dengan prinsip
yang terkandung dalam falsafah negara tersebut.
24

2.3. Etika Publik


2.3.1. Pengertian Etika
Refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

2.3.2. Pengertian Kode Etik


Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus yang diatur dalam suatu peraturan tertulis. Penulis
berpedoman pada dua kode etik dalam pengerjaan pokja ini, yakni kode etik
ASN dan KODEKI (Kode Etik Kedokteran) oleh karena keprofesian multipel.

2.3.3. Kode Etik Aparatur Sipil Negara (ASN)


a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegrasi
tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
25

j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,


dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau orang lain
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN

2.3.4. Nilai-Nilai Dasar Etika Publik


1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerja nya kepada publik
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir

2.3.5. Dimensi Etika Publik


1. Kualitas Pelayanan Publik
Menyangkut analisis politik sosial budaya (polsosbud) dengan
memperhitungkan nilai-nilai masyarakat dan lembaga publik.
26

2. Modalitas
Pengaturan untuk menjaga etika publik yang konsisten. Unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya adalah akuntabilitas, transparansi, dan netralitas.
Sebagai individu yang bekerja di dalam lembaga publik, kita harus siap untuk
melaporkan fakta yang relevan dan terbuka terhadap audit.
3. Tindakan Integritas Publik
Dalam khasanah ini, dapat diartikan bahwa tidak adanya proses fraud /
korupsi.

2.4. Komitmen Mutu


2.4.1. Konsep Dasar dan Pengertian Mutu
Terdapat beberapa definisi dari mutu, namun yang dirumuskan oleh
Goetsch & Davis (2006:5) adalah status dinamik yang diasosiasikan dengan
produk, jasa, SDM, proses, dan lingkungan yang memenuhi ataupun melebihi
daripada ekspektasi. Untuk menjaga mutu ini, dapat digunakan beberapa
metode sebagai berikut: (1) brainstorming, (2) multi voting, (3) nominal group
technique, (4) flow chart, (5) cause and effect diagram, (6) data collection, (7)
pareto chart, (8) histogram, (9) scatter diagram, dan (10) control chart. Peran
pimpinan sangat penting dalam mempergunakan perangkat tersebut serta
menganalisis hasil nya untuk kemajuan bersama.

2.4.2. Manajemen mutu


Dengan upaya peningkatan mutu pelayanan, diharapkan stakeholders
akan mendapatkan pelayanan publik yang terbaik dan teratur (total quality
management).

2.4.3. Perbaikan Mutu


a. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
Dilakukan identifikasi berbagai permasalahan dan menetapkan core issue,
menerapkan pokja, melakukan evaluasi kerja, dan menindaklanjuti
kedepannya (adopt/adapt/abandon).
27

b. Diagram Sebab dan Akibat


Prinsip kerja hampir sama dengan metode PDCA, tidak ada kekhususan
yang perlu ditelusuri merujuk pada pelaksanaan pokja ini.

2.4.4. Nilai-Nilai Dasar Orientasi Mutu


a. Tangible
b. Reliability
c. Responsiveness
d. Competence
e. Access
f. Courtesy
g. Communication
h. Credibility
i. Security
j. Understanding costumer

2.5. Anti Korupsi


2.5.1. Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana korupsi (tipikor) adalah perilaku yang merusak kedaulatan
bangsa dan negara. Berdasarkan UU No. 31 /1999 jo No. UU 20/2001, terdapat
7 kelompok tindak pidana korupsi, yakni: (1) kerugian keuangan negara, (2)
suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam
jabatan, (6) benturan kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi.

2.5.2. Jenis-Jenis Korupsi


Menurut Syed Husein Alatas, korupsi dapat dibagi menjadi 7:
a. Korupsi transaktif
b. Korupsi ekstroaktif
c. Korupsi investif
d. Korupsi nepotistic
e. Korupsi autogenic
28

f. Korupsi suportif
g. Korupsi defensive

2.5.3. Tunas Integritas


Merupakan suatu upaya untuk membangun integritas individu yang
selaras dengan integritas organisasi dan bangsa. Peran tunas integritas dalam
organisasi berupa:
1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi sebagai yang
terdepan dalam mengawal tercapainya tujuan organisasi
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan
sistem integritas, dan menutup segala peluang untuk terjadinya korupsi dan
penyimpangan lainnya
3. Mempengaruhi individu lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi

2.5.4. Nilai-Nilai Dasar Anti Korupsi


Berdasarkan referensi yang diambil dari KPK, terdapat 9 nilai anti korupsi
sebagai berikut:
1) Jujur
2) Peduli
3) Mandiri
4) Disiplin
5) tanggung jawab
6) kerja keras
7) sederhana
8) berani
9) adil.
BAB III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

3.1. Manajemen ASN


3.1.1. Kedudukan ASN
Konsep yang mengatur mengenai kedudukan ASN terdapat dalam UU
no.5 Tahun 2014. Berdasarkan UU tersebut, pegawai ASN terdiri atas PNS dan
PPPK. Penulis dalam hal ini adalah seorang CPNS yang memiliki hak dan
kewajiban yang melekat pada diri seorang PNS.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara dan harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Prinsipnya, birokrasi
yang diamanatkan kepada seorang pegawai ASN haruslah bebas dari pengaruh
politik dan KKN.

3.1.2. Peran ASN


Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana Kebijakan Publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya, serta harus mengutamakanpelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
b. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik
yang profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa dan/atau pelayanan administratif yangdiselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.

29
30

c. Perekat dan pemersatu bangsa


ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persat
uandankesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD1945, negara dan pemerintah. ASN senantiasa menjunjung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
dari pada kepentingan diri sendiri,seseorang dan golongan. Dalam UU ASN
disebutkan bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan.

3.1.3. Hak dan Kewajiban ASN


ASN (dalam hal ini PNS) memperoleh beberapa hak yang dijabarkan
sebagai berikut:
 Gaji, tunjangan, dan fasilitas
 Cuti
 Jaminan pensiun dan hari tua
 Perlindungan
 Pengembangan kompetensi
Berdasarkan pasal 70 UU ASN terdapat tambahan jaminan kesehatan,
kecelakaan kerja, kematian, dan bantuan hukum.
Kewajiban ASN yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas adalah:
1. Setia dan taat kepada dasar-dasar NKRI
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pemerintah
4. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh tanggung jawab
5. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam bersikap, berperilaku, dan
berucap
6. Menyimpan rahasia jabatan, kecuali diminta untuk mengungkapkannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI
31

3.1.4. Kode etik dan kode perilaku ASN


Sesuai dengan kode etik ASN, prosedur kerja bersifat akuntabel,
transparan, dan berorientasi kepada hasil sehingga proses yang dikerjakan
dapat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada stakeholder terkait.
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku ASN di atur dalam UU ASN agar
pegawai ASN :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas
tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
32

3.2. Whole of Government


3.2.1. Pengertian Whole of Government (WoG)
WoG dapat diartikan sebagai kerja sama lintas sektoral pada instansi
pelayanan publik guna mencapai tujuan bersama dalam rangka menyelesaikan
isu-isu yang kontemporer.

3.2.2. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam Pelayanan Terintegrasi


Praktik WoG dapat disinergikan dalam jenis pelayanan publik:
1. Bersifat Administratif
2. Pelayanan Jasa
3. Pelayanan Barang
4. Pelayanan Regulatif

3.3. Pelayanan Publik


3.3.1. Konsep Pelayanan Publik
Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik, dijelaskan bahwa pelayanan mencakup barang, jasa, dan atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik untuk tiap
warga negara. Definisi yang paling kontekstual dikemukakan oleh Davit McKevitt
(1998) yang dikutip sebagai berikut: “Core public services maybe defined as
those services which are important for the protection and promotion of citizen
well-being.”

3.3.2. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik


a. Partisipatif
Masyarakat turut dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil
b. Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga untuk mengetahui segala
hal yang terkait dengan pelayanan publik tersebut, seperti: persyaratan,
33

prosedur, dan biaya. Masyarakat juga didorong untuk menyampaikan


keluhan/pendapat apabila terdapat pelayanan yang dirasa belum optimal
c. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
selama dalam batas kewajaran.
d. Tidak diskriminatif
Tidak boleh terdapat perbedaan kualitas pelayanan antara satu warga dengan
yang lainnya
e. Mudah dan murah
Biaya administrasi dan prosedur pelayanan harus terjangkau dan semudah
mungkin bagi masyarakat. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik
tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan memenuhi mandat
konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang.
g. Aksesibel
Terjangkau oleh masyarakat di segala lapisan.
h. Akuntabel
Dana penyelenggaraan pelayanan publik berasal dari pajak yang dibayarkan
oleh warga negara. Oleh karena itu, pertanggungjawaban harus disampaikan
dalam bentuk pelaporan kepada stakeholders.
i. Berkeadilan
Melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara
lain; menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan
dengan kelompok yang kuat.
BAB IV
AKTUALISASI

4.1 Rancangan Aktualisasi


4.1.1 Identifikasi Isu
1. Masih tingginya angka premedikasi di Poli gigi Puskesmas Rawat Inap Bayah
2. Masih rendahnya kunjungan anak pra sekolah di Poli gigi Puskesmas Rawat
Inap Bayah
3. Kurang optimalnya Dental Health Education (DHE) pada ibu hamil di
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Rawat Inap Bayah
4. Masih rendahnya angka kunjungan Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Poli Gigi
Puskesmas Rawat Inap Bayah
5. Masih rendahnya murid SD/MI di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Bayah
yang mendapat perawatan kesehatan gigi

Berdasarkan identifikasi isu yang telah disebutkan, ditentukan isu yang


dapat dicarikan solusinya dan diselesaikan selama masa off campus di tempat
kerja. Penentuan isu yang akan diangkat menggunakan alat bantu penetapan
kriteria isu yang berkualitas. Alat bantu yang digunakan adalah kriteria analisis
USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Analisis ini dilakukan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) mulai dari sangat USG (5) atau tidak sangat
USG (1). Urgency adalah seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth adalah
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.

34
35

Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat
dilihat pada tabel ini:
No Isu U S G TOTAL

Masih tingginya angka premedikasi di


1 Poli gigi Puskesmas Rawat Inap 4 4 4 12
Bayah

Masih rendahnya kunjungan anak pra


2 sekolah di Poli gigi Puskesmas Rawat 4 3 4 11
Inap Bayah

Kurang optimalnya Dental Health


Education (DHE) pada ibu hamil di
3 5 4 4 13
Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas
Rawat Inap Bayah

Masih rendahnya angka kunjungan


4 Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Poli 4 3 2 9
Gigi Puskesmas Rawat Inap Bayah

Masih rendahnya murid SD/MI di


Wilayah Puskesmas Rawat Inap
5 4 3 3 10
Bayah yang mendapat perawatan
kesehatan gigi

4.1.2 Isu yang diangkat


Kurang optimalnya Dental Health Education (DHE) pada ibu hamil di Pelayanan
Rawat Jalan Puskesmas Rawat Inap Bayah

4.1.3 Gagasan Pemecahan Isu

Optimalisasi Dental Health Education (DHE) pada Ibu Hamil di Pelayanan Rawat
Jalan Puskesmas Rawat Inap Bayah melalui media Flipchart.
36

Keterkaitan substansi mata Kontribusi terhadap visi Penguatan nilai


No Kegiatan Tahap Kegiatan Keluaran
pelatihan misi organisasi organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Koordinasi 1. Berkoordinasi dengan 1. Izin tertulis untuk Kegiatan koordinasi dan Dengan adanya kegiatan Dengan adanya
perencanaan Kepala Puskesmas pelaksanaan sosialisasi terkait dengan ini maka mendukung kegiatan ini maka
aktualisasi selaku mentor dan kegiatan mata pelatihan Whole of tercapainya : mendukung nilai-nilai
berkoordinasi dengan dibuktikan dengan Government, pelayanan PRIMA Puskesmas
Visi yaitu terwujudnya
bidan koordinator KIA di form koordinasi publik dan manajemen ASN Rawat Inap Bayah
pembangunan kesehatan
pelayanan rawat jalan 2. Surat undangan, yang mengandung nilai-nilai yaitu
yang professional menuju
2. Mensosialisasikan notulensi, daftar akuntabilitas
masyarakat Kecamatan Profesional
rancangan aktualisasi hadir, (bertanggungjawab kepada
Bayah sehat, mandiri,
kepada seluruh dokumentasi pimpinan dan pekerjaan), sesuai kompetensi
berkualitas dan
karyawan melalui berupa foto nasionalisme dalam hal yang
berkeadilan
lokakarya bulanan 3. Time table (bermusyawarah sesuai berhubungan
(Lokbul) kegiatan dengan sila ke-4), etika Misi organisasi ke 1 dengan kegiatan
3. Membuat jadwal aktualisasi publik (sopan), komitmen yaitu menggerakan
Inovatif dalam
kegiatan aktualisasi mutu (efektif dan efisien), pembangunan
bekerja
antikorupsi (jujur dan disiplin berwawasan kesehatan
Akuntabel, dapat
dengan jadwal yang dibuat) Misi organisasi ke-6
dipertanggungjawab
yaitu menyelenggarakan
kan
manajemen dan informasi
dibidang kesehatan
37

2 Pembuatan 1. Mencari materi edukasi 1. Hasil download Pembuatan media edukasi Dengan adanya kegiatan Dengan adanya
media tentang pentingnya berupa dokumen terkait dengan mata ini maka mendukung kegiatan ini maka
edukasi melakukan dan gambar dari pelatihan Whole of tercapainya : mendukung nilai-nilai
pemeriksaan kesehatan internet Government, pelayanan PRIMA Puskesmas
Visi yaitu terwujudnya
gigi dan mulut pada ibu 2. Rancangan publik dan manajemen ASN Rawat Inap Bayah
pembangunan kesehatan
hamil terkait desain flipchart yang mengandung nilai-nilai yaitu
yang professional menuju
kehamilannya 3. Desain flipchart akuntabilitas
masyarakat Kecamatan Profesional
2. Membuat flipchart dibuat (bertanggungjawab kepada
Bayah sehat, mandiri,
a. Menentukan jenis menggunakan pekerjaan), nasionalisme sesuai kompetensi
berkualitas dan
flipchart CorelDraw (bermusyawarah sesuai dalam hal yang
berkeadilan
b. Membuat rancangan 4. Tervalidasinya dengan sila ke-4), etika berhubungan
desain flipchart desain dibuktikan publik (sopan), komitmen Misi organisasi ke-6 dengan kegiatan
c. Validasi desain dengan adanya mutu (efektif dan efisien), yaitu menyelenggarakan
Inovatif dalam
flipchart acc dari mentor antikorupsi (jujur dan disiplin manajemen dan informasi
bekerja
d. Pencetakan flipchart atau petugas dengan jadwal yang dibuat) dibidang kesehatan
Akuntabel, dapat
paramedik
dipertanggungjawab
5. Flipchart yang
kan
sudah di cetak
3 Memberikan 1. Menyiapkan bahan 1. Flipchart Kegiatan memberikan Dengan adanya kegiatan Dengan adanya
edukasi edukasi berupa media 2. Lembar edukasi dan sosialisasi ini maka mendukung kegiatan ini maka
kesehatan flipchart pemeriksaan yang terkait dengan mata tercapainya : mendukung
gigi dan 2. Pendataan pasien ibu terdapat kolom pelatihan Whole of terciptanya Moto
Visi yaitu terwujudnya
mulut hamil yang berkunjung untuk KIE Government, pelayanan Puskesmas Rawat
pembangunan kesehatan
38

kepada ibu ke poli gigi dalam buku 3. Buku register publik dan manajemen ASN yang professional menuju Inap Bayah yaitu
hamil terkait register poli pasien di poli gigi yang mengandung nilai-nilai masyarakat Kecamatan ‘Kesehatan Anda
kehamilanny 3. Identifikasi 4. Dokumentasi akuntabilitas Bayah sehat, mandiri, adalah Kebahagiaan
a pengetahuan awal berupa foto (bertanggungjawab, berkualitas dan Kami’ dan nilai-nilai
pasien mengenai mendahulukan kepentingan berkeadilan PRIMA Puskesmas
pentingnya kesehatan publik,adanya kejelasan Rawat Inap Bayah
Misi organisasi ke 2
gigi dan mulut terkait target), nasionalisme yaitu
kehamilannya (bermusyawarah sesuai Mewujudkan pelayanan
Profesional
4. Evaluasi pemahaman dengan sila ke-4 dan adil kesehatan masyarakat
ibu hamil terhadap sesuai sila ke-5), etika publik dibidang kesehatan yan sesuai kompetensi
pentingnya kesehatan (sopan), komitmen mutu bermutu, merata, dan dalam hal yang
gigi dan mulut terkait (efektif dan efisien), terjangkau berhubungan
kehamilannya antikorupsi (jujur dan disiplin) dengan kegiatan
Misi organisasi ke-4
Ramah dalam
Memelihara dan
pelayanan
meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, dan Inovatif dalam
masyarakat beserta bekerja
lingkungannya
Malu bila tidak
Misi organisasi ke-5 memberikan
pelayanan terbaik
Membebaskan
masyarakat dari masalah Akuntabel, dapat
penyakit dan memberi dipertanggungjawab
39

perlindungan kesehatan kan


kepada kelompok atau
golongan masyarakat
yang beresiko.

4 Pemeriksaan 1. Melakukan 1. Alat diagnostik Kegiatan pemeriksaan terkait Dengan adanya kegiatan Dengan adanya
gigi dan pemeriksaan gigi dan pemeriksaan gigi dengan mata pelatihan ini maka mendukung kegiatan ini maka
mulut pada mulut pada ibu hamil dan mulut Whole of Government, tercapainya : mendukung
pasien ibu 2. Mencatat hasil 2. Lembar pelayanan publik dan terciptanya Moto
Visi yaitu terwujudnya
hamil pemeriksaan di lembar pemeriksaan gigi manajemen ASN yang Puskesmas Rawat
pembangunan kesehatan
pemeriksaan dalam dan mulut mengandung nilai-nilai Inap Bayah yaitu
yang professional menuju
rekam medik akuntabilitas ‘Kesehatan Anda
masyarakat Kecamatan
(bertanggungjawab, adalah Kebahagiaan
Bayah sehat, mandiri,
mendahulukan kepentingan Kami’ dan nilai-nilai
berkualitas dan
publik,adanya kejelasan PRIMA Puskesmas
berkeadilan
target), nasionalisme Rawat Inap Bayah
(bermusyawarah sesuai Misi organisasi ke 2 yaitu
dengan sila ke-4 dan adil Mewujudkan pelayanan Profesional
sesuai sila ke-5), etika publik kesehatan masyarakat
(sopan), komitmen mutu sesuai kompetensi
dibidang kesehatan yan
(efektif dan efisien), dalam hal yang
bermutu, merata, dan
antikorupsi (jujur dan disiplin) berhubungan
terjangkau
dengan kegiatan
Misi organisasi ke-4
Ramah dalam
40

Memelihara dan pelayanan


meningkatkan kesehatan
Inovatif dalam
individu, keluarga, dan
bekerja
masyarakat beserta
lingkungannya Malu bila tidak
memberikan
Misi organisasi ke-5
pelayanan terbaik
Membebaskan
Akuntabel, dapat
masyarakat dari masalah
dipertanggungjawab
penyakit dan memberi
kan
perlindungan kesehatan
kepada kelompok atau
golongan masyarakat
yang beresiko.

5 Evaluasi 1. Mengumpulkan data 1. Data kunjungan Kegiatan evaluasi terkait Dengan adanya kegiatan Dengan adanya
kegiatan kunjungan pasien ibu pasien ibu hamil dengan mata pelatihan ini maka mendukung kegiatan ini maka
Dental hamil di poli gigi di poli gigi Whole of Government, tercapainya : mendukung nilai-nilai
Health 2. Mengolah data yang di 2. Data dalam pelayanan publik dan PRIMA Puskesmas
Visi yaitu terwujudnya
Education dapat bentuk manajemen ASN yang Rawat Inap Bayah
pembangunan kesehatan
(DHE) 3. Melakukan koordinasi grafik/diagram mengandung nilai-nilai yaitu
yang professional menuju
lanjutan untuk 3. Surat akuntabilitas
masyarakat Kecamatan Profesional
memaparkan hasil undangan,notulen (bertanggungjawab kepada
Bayah sehat, mandiri,
evaluasi kegiatan si, daftar hadir, pimpinan dan pekerjaan), sesuai kompetensi
berkualitas dan
41

kepada Kepala dan dokumentasi nasionalisme berkeadilan dalam hal yang


Puskesmas dan seluruh (foto) (bermusyawarah sesuai berhubungan
Misi organisasi ke 1
karyawan dengan sila ke-4), etika dengan kegiatan
yaitu menggerakan
publik (sopan), komitmen
pembangunan Inovatif dalam
mutu (efektif dan efisien),
berwawasan kesehatan bekerja
antikorupsi (jujur dan disiplin
dengan jadwal yang dibuat) Misi organisasi ke-6 Akuntabel, dapat
yaitu menyelenggarakan dipertanggungjawab
manajemen dan informasi kan
dibidang kesehatan
42

Untuk menyelesaikan isu yang diangkat di Puskesmas Rawat Inap Bayah maka
gagasan pemecahan isu pada rancangan aktualisasi harus dilaksanakan secara
nyata pada masa habituasi. Dalam hal ini peserta latihan dasar (latsar) diberi waktu
selama 30 hari untuk menyelesaikan semua kegiatannya. Rencana jadwal
pelaksanaan kegiatan dalam rancangan aktualisasi akan dijelaskan pada tabel di
bawah ini :

Tabel 1. Rencana jadwal pelaksanaan aktualisasi


AGUSTUS
NO KEGIATAN MINGGU KE- KETERANGAN
1 2 3 4
5 - 10 Agustus
1 Koordinasi perencanaan aktualisasi
2019
5 - 10 Agustus
2 Pembuatan media edukasi
2019
Memberikan edukasi kesehatan gigi
12 - 31 Agustus
3 dan mulut kepada ibu hamil terkait
2019
kehamilannya
Pemeriksaan gigi dan mulut pada 2 - 31 Agustus
4
pasien ibu hamil 2019
Evaluasi kegiatan Dental Health Di bulan
5
Education (DHE) September
43

JADWAL RENCANA KEGIATAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

Untuk menyelesaikan isu yang diangkat di Puskesmas Rawat Inap Bayah maka gagasan pemecahan isu pada
rancangan aktualisasi harus dillaksanakan secara nyata pada masa habituasi. Dalam hal ini peserta latihan dasar (latsar)
diberi waktu selama 30 hari untuk menyelesaikan semua kegiatannya. Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dalam
rancangan aktualisasi akan dijelaskan pada table di bawah ini.

TIMELINE KEGIATAN

Agusutus September
No Kegiatan
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Koordinasi perencanaan
1
aktualisasi
Pembuatan media
2
edukasi
Memberikan edukasi
kesehatan gigi dan
3
mulut kepada ibu hamil
terkait kehamilannya
Pemeriksaan gigi dan
4 mulut pada pasien ibu
hamil
Evaluasi kegiatan
5 Dental Health Education
(DHE)
44

4.2. Capaian Aktualisasi


4.2.1 Deskripsi Core Issue Strategi Penyelesaiannya dengan Persetujuan
Atasan
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,
sehat secara jasmani dan rohani, tidak terkecuali pada ibu hamil. Kesehatan
gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh,
karenanya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar
sangat mendukung terwujudnya kesehatan gigi dan mulut termasuk
kesehatan ibu hamil pada umumnya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukan kondisi
kesehatan gigi masyarakat Indonesia cenderung tidak baik. Hasil survey
kesehatan yang melibatkan 2.132 dokter gigi, didapat 57,6% penduduk
Indonesia mengakui mengalami masalah gigi dan mulut. Kasus tersebut
dapat dialami oleh siapa saja, terutama kelompok rentan karies, seperti ibu
hamil. Oleh karena itu pemeliharaan gigi dan mulut bagi ibu hamil termasuk
aspek yang harus diperhatikan dan ditingkatkan baik melalui kegiatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) serta upaya yang dilakukan
Puskesmas. Berdasarkan kebijakan Pemerintah melalui Undang-Undang No.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan
gigi dan mulut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang harus
dilaksanakan.
Kesehatan gigi dan mulut dapat mendukung percepatan pencapaian
MDGs khususnya 4 dan 5 yaitu meningkatkan kesehatan balita dan ibu hamil.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada balita dan ibu
hamil, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat
dimulai dengan memperhatikan konsumsi makanan, pembersihan plak dan
sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi secara teratur dan benar,
pembersihan karang gigi, penambalan gigi yang berlubang, dan pencabutan
gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi oleh dokter gigi, serta kunjungan
berkala ke dokter gigi baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi dan
45

mulut yang optimal yang akan meningkatkan kesehatan tubuh secara


keseluruhan.

Keadaan rongga mulut ibu hamil dapat mempengaruhi kondisi bayi


yang dikandungnya. Jika seorang ibu menderita infeksi periodontal, pada
saat-saat ibu tersebut hamil akan memiliki resiko lebih besar untuk melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami kelahiran prematur.
Penelitian di RS Hasan Sadikin, Jabar (Komara,2006) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara penderita
periodontitis marginalis kronis dengan kejadian BBLR. Ibu hamil penderita
periodontitis kronis beresiko 10,9 kali lebih besar memiliki bayi BBLR, bahkan
ibu hamil yang menderita infeksi periodontal, memiliki resiko terhadap
terjadinya Bayi BBLR sebanyak 19,2 kali dibanding yang normal. Sementara
Dr. Steven Offenbacher, Direktur Center of Oral and Systemic Diseases di
University of North Carolina menjelaskan bahwa risiko tersebut sama kuatnya
dengan risiko akibat merokok atau pemakaian alkohol.
Perawatan gigi dan mulut dapat dilakukan pada masa kehamilan
dengan aman, tetapi tenaga pelayanan kesehatan gigi harus tetap
mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin yang sedang
berkembang. Keadaan ini menjadikan perhatian yang cukup serius bagi
tenaga pelayanan kesehatan gigi dalam melakukan perawatan gigi dan mulut.
Tenaga pelayanan kesehatan gigi juga harus menyadari bahwa pasien yang
dihadapi bukanlah pasien yang selalu dalam kondisi kesehatan yang optimal.
Untuk itu kadang-kadang perlu bagi tenaga pelayanan kesehatan gigi untuk
menunda perawatan gigi dan mulut terutama pada trimester I dan diakhir
trimester III dengan alasan pertimbangan riwayat medis pasien. Konsultasi
dengan dokter ahli kandungan ada baiknya dilakukan bila ibu hamil memiliki
faktor risiko terhadap perawatan yang akan dilakukan.
Informasi tersebut sangat penting untuk diketahui oleh semua praktisi
kesehatan dan patut disampaikan kepada masyarakat untuk memberikan
pemahaman pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada masa
kehamilan. Banyak ibu hamil yang belum memahami resiko penyakit gigi dan
46

mulut pada masa kehamilan serta bahwa perawatan gigi saat hamil dapat
dilakukan dengan aman jika memenuhi syarat-syarat tertentu.
Kurangnya koordinasi antara program Kesehatan Gigi dan Mulut dang
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) juga memberi dampak terhadap
kurangnya kesadaran masyarakat tentang resiko penyakit gigi dan mulut
terhadap kehamilan. Sosialisasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut selama masa kehamilan masih jarang dilakukan dilakukan Puskesmas,
ibu hamil juga lebih banyak memeriksakan kehamilannya di bandingkan
dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data
kunjungan ibu hamil ke Poli Gigi Puskesmas Rawat Inap Bayah bulan
Januari – Agustus 2019 diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan dan perawatan gigi masih sangat sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan ke KIA. Hal tersebut
digambarkan pada grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Kunjungan Ibu Hamil di Poli gigi dan Poli KIA

Kejadian penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan bukan


semata-mata hanya dipengaruhi oleh kehamilan itu sendiri melainkan
kurangnya pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga
mempengaruhi perilaku kesehatan gigi dan mulut yang buruk termasuk
perilaku kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan giginya di
47

pelayanan kesehatan. Selain pentingnya koordinasi lintas program antara


Kesehatan Gigi dan Mulut dengan KIA, penggalakan kegiatan penyuluhan
terhadap ibu hamil harus ditingkatkan. Pemahaman dan edukasi adalah hal
mendasar yang harus ditanamkan kepada masyarakat agar dapat memiliki
kesadaran untuk merubah perilaku dalam pencegahan penyakit gigi dan mulut
selama kehamilan.
Pengetahuan ibu hamil mengenai kesehatan gigi dan mulut dilakukan
dengan metode wawancara dimana masing-masing pasien diberikan 5
pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor 2 untuk jawaban “tahu” dan skor 1
untuk jawaban “tidak tahu”.
Jumlah skor tertinggi 2x5x35 = 350
Jumlah skor terendah 1x5x35 = 175
Berdasarkan data yang didapat, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
pada ibu hamil dapat dirumuskan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

X/350/100% = Y

Hasil tersebut dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu “kurang” dan “baik”.

175 262,5 350

0% 50% 100%

KURANG BAIK
48

Tabel II. Distribusi pasien ibu hamil berdasarkan pengetahuan mengenai


pentingnya kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan

No Pertanyaan Tahu Tidak Skor


Tahu penilaian
1. Menyikat gigi secara rutin dapat
mengurangi risiko terjadinya penyakit 35 0 70
gigi dan mulut
2. Berkumur setelah muntah dapat
menetralisir asam dimulut sehingga 0 35 35
mengurangi risiko kerusakan pada gigi

3. Vitamin A dan C dapat mengurangi risiko


terjadinya radang gusi 2 33 37

4. Konsumsi makanan dan minuman


dengan kadar gula yang tinggi dapat 35 0 70
meningkatakan frekuensi gigi berlubang

5. Pemeriksaan gigi secara rutin selama


kehamilan dapat membantu
8 27 43
mengoptimalkan kesehatan gigi dan
mulut ibu hamil

TOTAL 255

.Berdasarkan Tabel II, skor hasil perhitungan keseluruhan maka


pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil di Puskesmas Rawat
Inap Bayah memperoleh skor 255 dengan persentase 45,7%.Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil di
puskesmas rawat inap Bayah tergolong pada kategori kurang.
Pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut pasien ibu hamil
dilakukan menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Green
dan Vermillion. Penilaian OHI-S dilakukan dengan menjumlahkan nilai DI
(debris index) dan nilai CI (calculus index). Gigi yang diperiksa adalah:
49

Molar atas yang dinilai adalah permukaan sebelah bukal, untuk molar
bawah sebelah lingual. Bagian depan, yang dinilai adalah permukaan labial
insisivus sentral kanan atas dan permukaan labial insisivus sentral kiri bawah.
Apabila gigi indeks ini tidak ada dapat digantikan oleh gigi insisivus sentral
yang disebelah seberang midline.

Tabel III. Kriteria Penilaian Debris

Kriteria Nilai
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau
0
pewarnaan ekstrinsik
a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang
menutupi permukaan gigi seluas ⅓ permukaan atau kurang
dari ⅓ permukaan
1
b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak,
tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan
gigi sebagian atau seluruhnya
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang
menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari ⅓ permukaan 2
gigi, tetapi kurang dari ⅔ permukaan gigi
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari ⅔ permukaan atau 3
seluruh permukaan gigi

Debris Index (DI) =


50

Tabel IV. Kriteria Penilaian Kalkulus

Kriteria Nilai

Tidak ada karang gigi 0

Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi


supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari ⅓ 1
permukaan gigi

a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi


supragingival menutupi permukaan tersebut seluas lebih
dari ⅓ permukaan gigi, tetapi kurang dari ⅔ permukaan gigi 2
b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi
subgingival

a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi


supragingival yang menutupi permukaan gigi lebih dari ⅔
permukaan atau seluruh permukaan gigi 3
b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang
menutupi dan melingkari seluruh servikal

Calculus Index (DI) =

Tabel V. Kriteria Tingkat Kebersihan Mulut (OHI-S)


Tingkat Keparahan OHI-S
Baik 0,0 – 1,2
Sedang 1,3 – 3,0
Buruk 3,1 – 6,0
51

Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien ibu hamil di
Puskesmas rawat inap Bayah dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Diagram distribusi pasien ibu hamil berdasarkan status kebersihan


gigi dan mulut

Berdasarkan gambar diatas, status kebersihan gigi dan mulut pada


pasien ibu hamil yang berkunjung ke poli gigi Puskesmas rawat inap Bayah,
baik sebesar 49%, sedang sebesar 40% dan buruk sebesar 11%.

Gambar 5. Diagram Distribusi pasien ibu hamil berdasarkan status karies dan
status kesehatan gingiva
52

Berdasarkan gambar, status karies pada ibu hamil masih tinggi yaitu
sebesar 91% dan pasien yang tidak mengalami karies hanya sebesar 9%.

Gambar 6. Diagram Distribusi pasien ibu hamil berdasarkan status kesehatan


gingiva

Berdasarkan gambar, status kesehatan gingiva pada ibu hamil sudah


cukup baik yaitu sebesar 69% dan pasien yang mengalami masalah
kesehatan gingiva hanya sebesar 31%.

Berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan kesehatan gigi dan


mulut pada ibu hamil dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya pengetahuan
pada ibu hamil tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut selama
kehamilan disebabkan karena kurang optimalnya Dental health education.
Pemahaman dan edukasi adalah hal mendasar yang harus ditanamkan
kepada masyarakat agar dapat memiliki kesadaran untuk merubah perilaku
dalam pencegahan penyakit gigi dan mulut selama kehamilan. Oleh karena itu
strategi pemecahan masalah yang disusun bersama Kepala Puskesmas
adalah berupa usaha-usaha promotif dan preventif berupa kegiatan edukasi
dan pemeriksaan gigi di Poli Gigi Puskesmas Rawat Inap Bayah, yang terdiri
dari 5 kegiatan, yaitu :
53

1. Koordinasi perencanaan aktualisasi


2. Pembuatan media edukasi
3. Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada ibu hamil terkait
kehamilannya
4. Pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien ibu hamil
5. Evaluasi kegiatan Dental Health Education (DHE)

4.2.2. Hasil Pelaksanaan Aktualisasi Berdasarkan Kegiatan Pemecahan/


Penyelesaian Isu
Berdasarkan hasil aktualisasi yang sudah dilaksanakan dari tanggal 5
Agustus - 7 September 2019 dengan kegiatan pemecahan isu :

Kegiatan 1 Koordinasi perencanaan aktualisasi


Tanggal 5 - 10 Agustus 2019
Tahapan 1. Berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas
kegiatan 2. Berkoordinasi dengan penanggungjawab KIA di
pelayanan rawat jalan
3. Berkoordinasi dengan petugas pendaftaran
4. Mensosialisasikan rancangan aktualisasi kepada seluruh
karyawan melalui lokakarya bulanan (Lokbul)
Daftar 1. Bukti koordinasi dengan pihak-pihak terkait di form
Lampiran koordinasi dan dokumentasi berupa foto
2. Surat undangan lokbul, daftar hadir, notulensi dan
dokumentasi foto
Tahap ini bertujuan untuk membentuk kerjasama yang baik dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan ini (stakeholders)
sehingga mendapatkan dukungan dari para stakeholders. Adapun Nilai
dasar ASN yang terkandung dalam melaksanakan tugas ini adalah
Akuntabilitas dengan indikator Kepemimpinan, Tanggung Jawab, dan
Kepercayaan ketika mengemukakan ide dan gagasan baru kepada
pimpinan atau atasan dengan jiwa kepemimpinan, tanggung jawab, dan
kepercayaan. Nilai dasar selanjutnya yakni Komitmen Mutu dengan
54

indikator Efektivitas dan Efisien dalam memanfaatkan waktu untuk


pencarian gagasan dan mengumpulkan data yang diperlukan, inovasi
dalam mengembangkan kegiatan baru dalam pemecahan masalah, serta
berorientasi pada mutu ketika mengusulkan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan pelayanan di
Puskesmas. Nilai dasar nasionalisme berdasarkan Pancasila sila ke IV
yaitu musyawarah diterapkan ketika mengusulkan rencana kegiatan
secara berdiskusi dengan Kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait
lainnya, seperti Penanggung Jawab KIA dan pendaftaran. Nilai dasar
selanjutnya yaitu Etika Publik dengan indikator Cermat dalam memilih
metode penyelesaian masalah, Sopan dalam berkomunikasi dengan baik
sesuai dengan kode etik ASN (sopan, jujur, cermat, disiplin, dan tidak
mempunyai konflik kepentingan), Integritas tinggi terhadap kewajiban
dalam bertugas. Terakhir, nilai dasar ASN yakni Anti korupsi dengan
indikator Disiplin dalam memenuhi hak dan kewajiban sebagai ASN, Kerja
keras dalam penyusunan kegiatan, dan jujur ketika mengusulkan rencana
kegiatan dan berkoordinasi tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi
maupun golongan.

1. Koordinasi dengan Kepala Puskesmas

Dokumentasi
perencanaan
aktualisasi
55

2. Koordinasi dengan penanggungjawab KIA

3. Koordinasi dengan penanggungjawab pendaftaran

4. Sosialisasi kepada Karyawan Puskesmas saat Lolakarya


Bulanan disampaikan oleh Kepala Puskesmas
56

Analisis Bila nilai ANEKA tidak diterapkan saat melakukan kegiatan


dampak koordinasi, maka kegiatan ini tidak akan mendapatkan
dukungan yang diperlukan dari berbagai pihak terkait
untuk pemecahan masalah. Akan terjadi perdebatan
dengan mentor/atasan atau bahkan masukan tidak akan
didengarkan sehingga tidak akan ada persetujuan untuk
melakukan kegiatan edukasi dan pemeriksaan gigi di poli
gigi yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal tersebut
dapat membuat masyarakat di wilayah Puskesmas Rawat
Inap Bayah kurang mengerti tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut saat kehamilan dan jika dibiarkan
semakin lama dapat mengakibatkan peningkatan angka
infeksi pada ibu hamil yang beresiko terhadap kelahiran
prematur dan bayi BBLR.

Kegiatan 2 Membuat media edukasi


Tanggal 5 - 10 Agustus 2019
Tahapan 1. Mempersiapkan materi pedukasi tentang
kegiatan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut pada ibu hamil dalam bentuk
flipchart dan lembar-lembar pencatatan yang
diperlukan
2. Menentukan jenis flipchart
3. Membuat desain flipchart
4. Validasi desain flipchart
5. Melakukan pencetakan flipchart

Daftar 1. Hasil download berupa dokumen dan gambar dari


lampiran internet
2. Rancangan desain flipchart dan lembar-lembar
pencatatan yang diperlukan
57

3. Desain flipchart dibuat menggunakan CorelDraw


4. Tervalidasinya desain dibuktikan dengan adanya
acc dari mentor atau petugas paramedik
5. Flipchart yang sudah di cetak

Dalam edukasi, agar materi dapat diterima dengan baik oleh peserta
penyuluhan diperlukan adanya media yang memuat materi-materi penting
terkait dengan edukasi atau pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu
dalam kegiatan ini dilakukan pembuatan media dan lembar-lembar
pencatatan yang diperlukan dalam edukasi dan pemeriksaan gigi. Adapun
Nilai dasar ASN yang terkandung dalam melaksanakan tugas ini adalah
akuntabilitas dengan indikator integritas dan tanggungjawab ketika
mengumpulkan materi- materi yang dibutuhkan dalam membuat flipchart
dan power point mengenai kesehatan gigi ibu hamil dengan integritas dan
penuh tanggungjawab. Nilai dasar selanjutnya yakni Komitmen Mutu
dengan indikator Efektivitas dan Efisien dalam memanfaatkan waktu
untuk membuat desain flipchart, inovasi dalam membuat media
penyuluhan yang baru kreasi sendiri bukan buatan orang lain, serta
berorientasi pada mutu ketika membuat materi penyuluhan yang
berkualitas. Nilai dasar nasionalisme berdasarkan Pancasila sila ke V
yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia diterapkan untuk
membuat soal pre test dan post test yang masih dapat dimengerti
masyarakat awam. Nilai dasar selanjutnya yaitu Etika Publik dengan
indicator Cermat dalam memilih materi yang sesuai, Integritas tinggi
terhadap kewajiban dalam bertugas. Terakhir, nilai dasar ASN yakni Anti
korupsi dengan indikator Disiplin dalam memenuhi hak dan kewajiban
sebagai ASN, dan Kerja keras dalam penyusunan kegiatan.
58

1. Mencari Materi Edukasi di Internet

Dokumentasi
pembuatan
media edukasi 2. Proses pembuatan desain flipchart di CorelDraw
59

3. Proses pembuatan lembar-lembar kegiatan

4. Validasi oleh petugas paramedis (perawat gigi)


60

5. Proses pencetakan flipchart

6. Flipchart yang sudah dicetak

Analisis Bila nilai ANEKA tidak diterapkan saat melakukan


Dampak kegiatan ini, maka media edukasi yang bermutu dan
kredibel tidak akan didapatkan. Bahkan dapat terjadi
keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan jika
pembuatan media penyuluhan tidak dilakukan secara
efektif, efisien, dan bertanggungjawab. Dampak yang
paling buruk adalah masyarakat tidak mendapatkan
61

edukasi penting yang ingin kita sampaikan sebagai


edukasi, dan tidak akan ada perubahan yang terjadi
setelah pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan 3 Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut


kepada ibu hamil terkait kehamilannya
Tanggal 12-31 Agustus 2019
Tahapan 1. Menyiapkan bahan edukasi berupa media flipchart
kegiatan dan lembar-lembar yang diperlukan saat edukasi
2. Pendataan pasien ibu hamil yang berkunjung ke poli
gigi dalam buku register poli
3. Identifikasi pengetahuan awal pasien mengenai
pentingnya kesehatan gigi dan mulut terkait
kehamilannya
4. Evaluasi pemahaman ibu hamil terhadap
pentingnya kesehatan gigi dan mulut terkait
kehamilannya
Daftar lampiran 1. Flipchart dan lembar pencatatan
2. Lembar pemeriksaan yang terdapat kolom untuk
KIE
3. Buku register pasien di poli gigi
Salah satu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat adalah
melalui edukasi, dalam hal ini dilakukan edukasi mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan. Adapun nilai dasar yang
terkandung dalam kegiatan ini yaitu akuntabilitas dengan indikator
integritas dan tanggung jawab untuk memberikan materi edukasi yang
sesuai dan relevan, serta mendahulukan kepentingan publik melalui
informasi yang diberikan agar bermanfaat untuk masyarakat terutama ibu
hamil dan juga partisipatif dimana pasien diberi kesempatan untuk
dapat bertanya dan konsultasi. Hal ini juga sesuai dengan nilai dasar
62

komitmen mutu dengan indikator berorientasi pada mutu. Penulis juga


harus mempersiapkan segala sesuatu keperluan untuk edukasi mulai dari
flipchart, dan lembar-lembar yang diperlukan selama edukasi.
Pelaksanaan penyuluhan dan pemeriksaan gigi di Posyandu sesuai waktu
yang di jadwalkan dan sudah di informasikan kepada para kader dan
peserta Posyandu sesuai dengan nilai dasar anti korupsi dengan
indikator disiplin, dan jujur, saya tidak akan menerima sponsor dari
pihak manapun pelaksanaan edukasi itu sendiri untuk menghindari konflik
kepentingan.. Apabila dalam mengerjakan tugas tersebut tidak
mengamalkan nilai dasar yang disebutkan, kegiatan dapat terhambat dan
tidak berjalan dengan lancar karena adanya gangguan teknis.
Selanjutnya, terdapat nilai dasar nasionalisme dengan indikator
musyawarah ketika edukasi dilakukan secara dua arah. Adanya sesi
konsultasi dan tanya jawab membuat pasien lebih mudah memahami
materi yang telah diberikan. Terakhir, ketika edukasi penggunaan bahasa
yang baik dan tidak menyinggung pihak- pihak tertentu sesuai dengan
nilai dasar etika publik dengan indikator sopan.

1. Menyiapkan media flipchart dan lembar yang


diperlukan

Dokumentasi
edukasi
kesehatan gigi
dan mulut
kepada ibu
hamil terkait
kehamilannya
63

2. Identifikasi pengetahuan awal pasien dengan


mengajukan 5 pertanyaan

3. Edukasi pasien ibu hamil di poli gigi


64

4. Evaluasi pemahaman pasien ibu hamil dengan


membubuhkan tandatangan di kolom KIE

Analisis Bila nilai ANEKA tidak diterapkan saat melakukan


Dampak edukasi kesehatan gigi dan mulut, besar kemungkinan
pasien tidak mau mendengarkan narasumber
sehingga informasi tentang pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut bagi ibu hamil tidak akan tersampaikan
kepada para ibu hamil yang akan mengakibatkan tidak
akan ada perubahan perilaku untuk melakukan
pengecekan gigi minimal 1x selama kehamilan.

Kegiatan 4 Pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien ibu hamil

Tanggal 12-31 Agustus 2019

Tahapan 1. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada ibu


kegiatan hamil
2. Mencatat hasil pemeriksaan di lembar pemeriksaan
dalam rekam medik

Daftar lampiran 1. Alat diagnostik pemeriksaan gigi dan mulut


2. Rekapan kunjungan pasien di poli gigi
65

3. Rekapan hasil pemeriksaan gigi dan mulut


Edukasi dan pemeriksaan gigi yang telah dilakukan di poli gigi diharapkan
dapat memberikan edukasi dan pemahaman baru kepada ibu hamil untuk
melakukan perawatan gigi yang diperlukan sesuai dengan saran yang
diberikan oleh petugas. Oleh karena itu petugas akan melakukan
pelayanan di Poli Gigi dan melakukan pencatatan terhadap tiap ibu hamil
yang datang ke Poli Gigi. Adapun nilai dasar yang terkandung dalam
kegiatan ini adalah akuntabilitas dengan indikator kejelasan target
yaitu untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan yaitu kunjungan
ibu hamil mengalami peningkatan, dan transparan untuk membuat
pencatatan dan pelaporan sesuai format yang sudah ada. Pelayanan
dengan kerjasama tim Dokter Gigi dan perawat gigi untuk melakukan
pencatatan yang baik di Poli Gigi dengan nilai dasar nasionalisme
dengan indikator nilai persatuan dan nilai dasar etika publik dengan
indikator berintegritas tinggi dan sopan. Selain itu, terdapat nilai dasar
komitmen mutu dengan indikator efisiensi dan berorientasi mutu
dengan menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.

1. Mempersiapkan alat pemeriksaan gigi dan mulut

Dokumentasi
pemeriksaan
gigi dan mulut
pada pasien ibu
hamil
66

2. Pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien ibu hamil


67

3. Mencatat hasil pemeriksaan pasien di rekam medik


dan lembar rekapan

Analisis Bila nilai ANEKA tidak diterapkan saat melakukan


Dampak pelayanan dan pencatatan kunjungan harian di Poli
Gigi, maka tenaga kesehatan lain akan tersinggung
saat diminta bekerjasama untuk melakukan
pencatatan atau tidak mau saat mendapat perlakuan
sehingga bisa saja terjadi perselisihan dan
pertengkaran. Jika terjadi hal tersebut laporan tidak
akan dapat dibuat, keberhasilan kegiatan erhadap
perilaku ibu hamil tidak dapat dievaluasi dan tidak
akan ada rekomendasi untuk perbaikan demi
terciptanya peningkatan pelayanan kesehatan.

Kegiatan 5 Evaluasi kegiatan Dental Health Education (DHE)


dan Rencana Tindak Lanjut

Tanggal September 2019

Tahapan kegiatan 1. Merekap data kunjungan pasien ibu hamil di poli


68

gigi
2. Mengolah data yang di dapat
3. Melakukan koordinasi lanjutan untuk memaparkan
hasil kegiatan sebagai bahan evaluasi kepada
Kepala Puskesmas, Koordinator KIA dan/atau
pada seluruh karyawan melalui lokbul

Daftar lampiran 1. Rekapan hasil Dental Health Education pada ibu


hamil selama kegiatan
2. Bukti koordinasi lanjutan penyampaian hasil
kegiatan Dental Health Education di Form
Koordinasi
3. Surat undangan, notulensi, daftar hadir, dan
dokumentasi (foto)
Tahap ini adalah sebagai bukti pertanggungjawaban terhadap atasan dan
instansi Puskesmas dalam bentuk pelaporan dan rapat koordinasi. Laporan
diselesaikan, dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Puskesmas,
Koordinator KIA dan karyawan Puskesmas. Selanjutnya dari hasil
pelaporan diharapkan ada diskusi mengenai rencana tindak lanjut dari
kegiatan ini. Adapun Nilai dasar ASN yang terkandung dalam
melaksanakan tugas ini adalah Akuntabilitas dengan indikator
Kepemimpinan dan Tanggung Jawab atas kegiatan yang telah
dipercayakan kepada kita untuk dikerjakan, Transparan dalam pembuatan
laporan, Kepercayaan atas kemampuan diri setelah selesai menjalankan
tugas. Nilai dasar selanjutnya yakni Komitmen Mutu dengan indikator
Efektivitas dalam sehingga kegiatan ini dapat tercapai, inovasi dalam
mencari rencana tindak lanjut, serta berorientasi pada mutu ketika
mengusulkan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat dan pelayanan di Puskesmas. Nilai dasar
nasionalisme berdasarkan Pancasila sila ke IV yaitu musyawarah
diterapkan ketika berdiskusi dengan Kepala Puskesmas dan staf
Puskesmas mengenai rencana tindak lanjut. Nilai dasar selanjutnya yaitu
Etika Publik dengan indikator Sopan dan jujur dalam berkomunikasi
69

dengan baik sesuai dengan kode etik ASN (sopan, jujur, cermat, disiplin,
dan tidak mempunyai konflik kepentingan), Integritas tinggi terhadap
kewajiban dalam bertugas. Terakhir, nilai dasar ASN yakni Anti korupsi
dengan indikator Disiplin dalam memenuhi hak dan kewajiban sebagai
ASN, Kerja keras dalam penyusunan kegiatan, dan jujur ketika
mengusulkan rencana kegiatan dan berkoordinasi tanpa terpengaruh oleh
kepentingan pribadi maupun golongan.

1. Tahap penyelesaian laporan kegiatan

Dokumentasi
evaluasi Dental
2. Penyampaian hasil kegiatan Kepada Kepala
Health Education
Puskesmas
(DHE)
70

3. Penyampaian hasil kegiatan Kepada


Penanggungjawab Pendaftaran

4. Penyampaian hasil kegiatan Kepada


penanggungjawab KIA

Analisis Dampak Bila nilai ANEKA tidak diterapkan saat melakukan


pelaporan dan pembuatan rencana tindak lanjut,
maka atasan dan rekan-rekan lain di Puskesmas
akan bertanya-tanya mengenai manfaat kegiatan
71

yang telah dilakukan sehingga bisa saja terjadi


penolakan untuk dilakukan tindak lanjut untuk
kegiatan ini. Jika terjadi hal tersebut maka laporan
tidak akan memuaskan, dan tidak akan ada
rekomendasi untuk perbaikan demi terciptanya
peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
BAB V
RENCANA AKSI AKTUALISASI

Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS bertujuan memberi pemahaman


tentang kedudukan dan peran ASN dalam NKRI di tempat tugas serta untuk
membentuk karakter ASN dengan menanamkan nilai–nilai dasar PNS yang telah
dijalani oleh penulis selama lima puluh satu (51) hari telah memberikan motivasi
penulis untuk menjadi ASN yang bersikap sesuai dengan agenda–agenda yang telah
diajarkan. Penulis berkomitmen untuk dapat mengaktualisasikan semua agenda
pembelajaran tersebut di tempat tugas. Berikut ini rencana aksi aktualisasi di
lingkungan kerja.
Tabel VI. Kegiatan rencana aksi aktualisasi di lingkungan kerja dengan
indikator akuntabilitas

1 Kepemimpinan Memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan


berperilaku juga dalam penampilan
2 Transparansi Membuat laporan yang dapat diakses oleh semua
masyarakat
3 Integritas Menjalankan SOP yang berlaku
4 Tanggungjawab Menjalankan tugas yang diberikan oleh atasan
5 Keadilan Tidak membeda-bedakan pasien dan memberikan
pelayanan yang sama untuk tiap lapisan masyarakat
6 Kepercayaan Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasan
tepat waktu
7 Keseimbangan Dalam menjalankan kewenangan klinis tetap
memperhatikan sisi kemanusiaan
8 Kejelasan Membuat perencanaan sebelum menjalankan
program
9 Konsistensi Menjalankan semua aturan yang berlaku secara
terus – menerus

72
73

Tabel VII. Kegiatan rencana aksi aktualisasi di lingkungan kerja dengan


indikator nasionalisme

Indikator penilaian
No. Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
Nasionalisme

1 Religius Taat menjalankankan ibadah

2 Toleransi Menghormati rekan kerja menjalankan ibadahnya


walaupun berbeda agama
3 Kerjasama Mengajak rekan kerja untuk menyelesaikan program
puskesmas bersama – sama
4 Amanah Memberikan pelayanan kesehatan sesuai ilmu yang

telah dipelajari
5 Cinta tanah air Memberikan penyuluhan dalam rangka turut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa
6 Rela berkorban Siap menerima tugas dari atasan walaupun harus

dikerjakan di luar jam kerja


7 Musyawarah Berdiskusi dengan rekan kerja maupun atasan untuk

menyelesaikan masalah
8 Menghormati Menjalankan kesepakatan hasil musyawarah
keputusan bersama

9 Gotong royong Melaksanakan kegiatan jumat bersih

10 Kekeluargaan Tidak menghina orang lain


74

Tabel VIII. Kegiatan rencana aksi aktualisasi dil lingkungan kerja dengan
indikator etika publik

Indikator penilaian
No. Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
Etika Publik
1 Sopan Tidak memberikan gesture yang bersifat menghina
orang lain
2 Santun Menyampaikan pendapat dengan tutur kata yang baik
3 Sportivitas Mengakui kesalahan dan meminta maaf
4 Amanah Memberikan pelayanan sesuai bidang keilmuan
5 Menjaga rahasia Menjaga kerahasiaan riwayat penyakit pasien
jabatan
6 Cermat Melakukan pemeriksaan klinis secara sistematis dan
teliti

Tabel IX. Kegiatan rencana aksi aktualisasi di lingkungan kerja dengan


indikator komitmen mutu

Indikator penilaian Komitmen


No. Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
Mutu
1 Efektivitas Komunikasi yang baik saat mengedukasi
pasien
2 Efisiensi Melakukan penyuluhan untuk
mendapatkan banyak sasaran dalam satu

waktu
3 Inovasi Menyampaikan ide dalam menyelesaikan
masalah dalam rapat
4 Orientasi mutu Rajin mengupgrade ilmu dengan
mengikuti seminar atau pelatihan medis
75

Tabel X. Kegiatan rencana aksi aktualisasi di lingkungan kerja dengan


indikator anti korupsi

Indikator Penilaian Anti


No. Kegiatan Rencana Aksi Aktualisasi
Korupsi
1 Jujur Tidak memanipulasi laporan
2 Peduli Menegur rekan kerja yang melanggar
SOP dengan sopan
3 Mandiri Melayani konsultasi pasien sesuai
kapasitas keilmuan pribadi
4 Disiplin Datang tepat waktu
5 Tanggung jawab Memberikan pelayanan kesehatan primer
6 Kerja keras Menyelesaikan masalah hingga tuntas
7 Sederhana Tidak berpenampilan berlebihan dan
mencolok
8 Berani Menegur rekan kerja yang berbuat salah,
meminta maaf jika melakukan kesalahan
9 Adil Membuat jadwal kegiatan di Poli Gigi
sama rata
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Masih kurangnya pengetahuan ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas


Rawat Inap Bayah tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut selama
kehamilan
2. Terdapat peningkatan kunjungan ibu hamil di Poli Gigi Puskesmas Rawat
Inap Bayah untuk mendapatkan edukasi, pemeriksaan dan perawatan gigi
dan mulut.

6.2 Keterbatasan dan Kendala


1. Tidak semua ibu hamil berkenan dilakukan edukasi dan pemeriksaan gigi
dan mulut dengan alasan malu
2. Keterbatasan tenaga kesehatan gigi terkadang membuat waktu tunggu
pasien yang berkunjung ke poli gigi menjadi lebih lama
3. Form pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut terkadang tidak dimasukkan ke
rekam medik pasien karena ketika registrasi petugas pendaftaran lupa
menanyakan keadaan pasien sedang hamil atau tidak

6.3 Saran

1. Tiap bulan akan selalu ada ibu hamil baru, sehingga diperlukan penggiatan
dari petugas kesehatan gigi (dokter dan perawat gigi) dalam melakukan
edukasi/penyuluhan dan pemeriksaan gigi, sehingga ibu hamil baru dapat
terpapar edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
2. Koordinasi antara petugas KIA dan petugas Poli Gigi harus ditingkatkan,
dalam mengarahkan setiap ibu hamil untuk dilakukan pemeriksaan gigi di
Poli Gigi minimal 1x selama kehamilan.

76
77

3. Edukasi atau penyuluhan dan pemeriksaan gigi di sebaiknya dilakukan juga


melalui kegiatan UKGM seperti posyandu, kelas ibu hamil secara terjadwal
oleh petugas kesehatan gigi atau bidan desa atau kader yang sudah dilatih
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI., 2018, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018:


Laporan Nasional 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departmen Kesehatan Republik Indonesia.
2. Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta: LAN.
3. Korupsi, T. P. (2015). Anti Korupsi Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan I/II dan III. Jakarta: LAN.
4. Kumorotomo, W., Wirapradja, N. R., & Imbaruddin, A. (2015). Etika Publik
Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN.
5. Kusumasari, B., Dwiputrianti, S., & Allo, E. L. (2015). Akuntabilitas Modul dan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN.
6. Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher,
London. Hal. 53.
7. Little, J.W., Falace, D.A., Miller, C.S., Rhodus, N.L. 2008. Dental Management
of the Medically Compromised Patient. Ed. Ke-7. Mosby-Elsevier, St Louis. Hal.
212-214, 229-233.
8. Latief, Y., Suryanto, A., & Muslim, A. A. (Jakarta). Nasionalisme Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. 2015: LAN.
9. Pemerintah Indonesia. (2013). KEPMENPAN No. 139 Tahun 2013 tentang
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya. Jakarta: Sekretariat Negara.
10. Puskesmas Rawat Inap Bayah, 2018. Profil Puskesmas Puskesmas Rawat Inap
Bayah. Provinsi Banten: Puskesmas Rawat Inap Bayah.

11. Purwanto, E. A., Tyastianti, D., Taufiq, A., & Novianto, W. (2017). Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan Publik. Jakarta: LAN.
12. Sheiham, A., 2005, Oral Health, General Health and Quality of Life, Bulletin of
the World Health Organization, September, 83 (9); 644
13. Suwarno, Y., & Sejati, T. A. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Whole of
Government. Jakarta: LAN

78
LAMPIRAN - LAMPIRAN
80

LAMPIRAN KEGIATAN 1

Output 1 : Bukti koordinasi dengan pihak-pihak terkait di form koordinasi Puskesmas


81

Output 2 : Surat Undangan Lokakarya Bulanan (Lokbul)


82

Output 3 : Daftar Hadir Lokakarya Bulanan (Lokbul)


83

Output 4. Notulensi Lokakarya Bulanan (Lokbul)


84

LAMPIRAN KEGIATAN 2

Output 1. Materi edukasi download dari internet


85
86

Output 2. Flipchart materi edukasi


87
88

Output 3. Lembar-lembar yang diperlukan selama kegiatan


89
90

LEMBAR KEGIATAN 3

Output 2. Kunjungan Ibu Hamil di Puskesmas Rawat Inap Bayah Bulan


Agustus 2019 dalam Buku Register Poli Gigi
91
92

Output 2. Rekapan Kunjungan Ibu Hamil di Poli Gigi Puskesmas Rawat


Inap Bayah Bulan Agustus 2019
93

Output 3. Hasil Rekapan Pasien Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan


Tentang Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Kehamilan
94

LAMPIRAN KEGIATAN 4

Output 1. Form Pemeriksaan Gigi dan Mulut yang Belum Terisi


95

Output 2. Form Hasil Pemeriksaan Gigi dan Mulut Pada Ibu Hamil
96
97
98

Output 2. Rekapan Hasil Pemeriksaan Status Kebersihan Gigi dan Mulut


Pasien Ibu Hamil
99

Output 3. Rekapan Hasil Pemeriksaan Status Karies dan Status Kesehatan Gingiva
Pada Pasien Ibu Hamil
100

LAMPIRAN KEGIATAN 5

Output 1. Bukti Koordinasi Lanjutan Dengan Berbagai Pihak Terkait

Anda mungkin juga menyukai