Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-haknya di
muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan nasional dan
internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang
perlu dijawab oleh dunia keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan
menjadi perawat yang baik seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah
mulai bergerak ke arah Entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai
menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan
semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak
diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang
sangat terlihat membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini
adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk
layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat semata.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang
tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut
membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya
Entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual – pembeli, namun ke arah
pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan
kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide – ide dan peristiwa sehari-hari, dan
mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling
point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan
tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya untuk
menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien
harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan bagaimana jika contoh
tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis
mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika
dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen
rumah sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya
perawat mampu meningkatkan peranannya di rumah sakit. Oleh karena itu,
pengembangan Entrepreneurship perlu ditanamkan agar kreatifitas pelaku keperawatan
1
dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi pemiliknya kelak
sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan/entrepreneur?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan keperawatan?
1.2.3 Bagaimana konsep dari caring?
1.2.4 Bagaimana proses keperawatan dalam teori caring yang berhubungan dengan
kewirausahaan?
1.2.5 Bagaimana strategi kewirausahaan dalam bidang kesehatan/keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan kewirausahaan/entrepreneur
1.3.2 Mengetahui apa yang dimaksud dengan keperawatan
1.3.3 Mengetahui tentang konsep caring
1.3.4 Mengetahui tentang proses keperawatan dalam teori caring yang berhubungan
dengan kewirausahaan
1.3.5 Mengetahui tentang strategi kewirausahaan dalam bidang kesehatan/keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 KEWIRAUSAHAAN / ENTREPRENEURSHIP
2.1.1 Pengertian
Entrepreneurship atau kewirausahaan, berasal dari entrepreneur (wira-
usahawan) berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti mengambil pekerjaan
(to undertake). Konsep mengenai entrepreneur adalah: the entrepreneur is one who
undertakes to organize, manage, and assume the risk of business (wirausahawan adalah
orang yang berjanji untuk mengatur, mengelola, dan menanggung resik bisnis).
Kewirausahaan / Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola
sesuatu yang ada pada diri kita untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal,
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup kita.
Kewirausahaan juga berarti, proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung risiko
keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan
pribadinya.
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, entrepreurial
dan entrepreneur yaitu:
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani
antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan
perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan manajerial yang
dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam
organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan
pasar.
3. Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa
tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan
nilai yang lebih besar dari pada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang
membawa perubahan, inovasi dan aturan baru.
4. Entrepreurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.
Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:
a. Pengambilan inisiatif
b. Mengorganisasi dan reorganisasi mekanisme sosial dan ekonomi untuk
mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis.
c. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian
timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan
dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu
yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan
akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian

3
personal. Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh
seorang wirausahawan yaitu:
1) Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan
nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata
namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut.
2) Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan.
Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan
mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.
3) Memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, dalam hal ini resiko yang mugkin
terjadi pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial.
4) Memperoleh reward, dalam hal ini reward terpenting adalah independensi atau
kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reeward berupa
uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
a) Pendidikan Kewirausahaan
Anggapan lama mengatakan “ Entrepreneurship are born not
made” sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari atau diajarkan.
Sementara anggapan sekarang “Entrepreneurship are not only born also
made”. Sehingga kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau
urusan pengalaman di lapangan saja, tetapi merupakan disiplin ilmu yang
dapat dipelajari.
Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada
akhir-akhir ini. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan tumbuh pesat.
Mata kuliah kewirausahaan diberikan dalam bentuk kuliah umum ataupun
bentuk konsentrasi program studi.
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena berisi:
(1) Body of knowledge yang utuh dan nyata, ada objek, konsep dan
modelnya.
(2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, posisi venture start up dan
venture growth, tidak memisahkan antara manajemen dan kepemilikan
usaha.
(3) Merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
(4) Merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan
atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
(5) Kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan
perubahan, perbaharuan dan kemajuan.

4
(6) Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan merumuskan bertujuan
hidup, memotivasi diri, berinisiatif, membentuk modal, mengatur
waktu, dan membiasakan diri untuk belajar dari pengalaman.
(7) Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang
yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia nyata secara kreatif.

2.1.2 Motivasi berwirausaha


Teori 3 kebutuhan David McClelland:
a. N’Ach, need for achievment, wirausaha yang memiliki motivasi ini selalu
ingin berprestasi/ meraih yang terbaik, umumnya memiliki ciri-ciri:
1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan persoalan-persoalan
yang timbul pada dirinya.
2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat mengukur
keberhasilan atau kegagalan.
3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4) Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan.
5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
b. N’Pow, need for power, yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan
dan menguasai orang lain. Ciri umum adalah senang bersaing, berorientasi
pada status dan menguasai orang lain.
c. N’Aff, need for affilitation, yaitu hasrat untuk dapat diterima dan disukai
oleh orang lain. Wirausaha yang berfiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan, bekerjasama, dan saling pengertian.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Kewirausahaan


1. Prinsip Wirausaha I
Kekuatan yang mendorong kesuksesan perusahaan strart up terdiri dari
tiga macam: peluang, tim dan sumber daya. Proses kewirausahaan diawali
bukan dari ketersediaan uang, strategi, network, tim ataupun rencana bisnis,
melainkan dari adanya peluang. Peluang yang berpotensi tinggi terkadang
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari pada ketersediaan sumbe daya
atau tim pada saat itu. Peran entrepreneur dan tim adalah menjaga
keseimbangan antara tiga kekuatan tersebut dalam lingkungan yang terus
berubah. Ketidakpastian dan resiko menjadi teman sejati para entrepreneur.
Adanya keseimbangan akan membantu entrepreneur dalam mencapai
keberlanjutan atau sustanbility perusahaan tanpa harus merusak lingkungan,
komunitas atau masyarakat. Rencana bisnis berfungsi sebagai komunikator
kualitas dan keseimbangan kekuatan pada saat tertentu.
2. Prinsip Wirausaha II
5
Dunia kewirausahaan bersifat dinamis, cair, ambigu, dan chaos. Perubahan
yang konstan terjadi menyebabkan dunia kewirausahaan berkaitan erat dengan
paradoks.
1) Untuk bisa sukses, jangan takut untuk gagal.
Kasus yang biasanya terjadi adalah jika perusahaan pertama gagal,
entrepreneur belajar dari pengalaman dan kemudian membentuk
perusahaan lagi yang ternyata sangat sukses di masa depan.
2) Rencana bisnis akan cepat menjadi uang.
Kondisi persaingan, teknologi, dan pasar yang sangat dinamis
menyebabkan kita kesulitan untuk mengetahui semua kondisi kompetisi.
Hasilnya adalah rencana bisnis cepat menjadi uang begitu ia selesai
dicetak. Entrepreuneur harus melatih kebiasaan berencana dan bereaksi
secara cepat, mengkombinasikan logika dan intuisi sampai kebiasaan ini
menjadi sesuatu yang refleks.
3) Agar kreativitas dan inovasi berhasil, harus ada disiplin ilmu yang
mengimbangi.
Penemuan- penemuan produk harus dibarengi dengan ilmu mengenai
komersialiasi teknologi atau produk, jika tidak, maka penemuan ini tidak
akan mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan masyarakat.
4) Entrepreneur harus bisa bertindak cepat, tetapi juga harus sabar.
Sementara kompetitor bergerak cepat, entrepreneur harus belajar
menentukan kapan ia harus bertindak dan kapan ia harus bertahan.
5) Semakin besar ukuran dan kontrol terhadap perusahaan, semakin rendah
kinerja.
Kewirausahaan memerlukan fleksibilitas tingggi dalam strategi dan taktik.
Kontrol dan keteraturan yang berlebih dapat menghambat kemajuan
perusahaan
3. Prinsip Wirausaha III
Setiap manusia akan menghadapi resiko dalam hidupnya. Begitupun
dengan entrepreneur, berikut adalah beberapa resiko yang umum di hadapi
entrepreneur yaitu:
1) Resiko Finansial
Pada perusahaan yang baru berdiri, entrepreneur memberikan
sebagian simpanannya untuk modal. Uang ataupun aset lain yang
disimpan ini akan hilang jika perusahaan ternyata gagal. Entrepreneur
akan bertangggung jawab menanggung kewajiban perusahaan yang
nilainya mungkin jauh melebihi jumlah simpanan. Oleh karena itu,
entrepreneur beresiko kebangkrutan.
2) Resiko karir
6
Pertanyaan yang sering ada di benak entrepreneur adalah
apakah mereka akan menemukan pekerjaan atau kembali ke
pekerjaannya yang dulu jika bisnisnya gagal. Resiko ini merupakan
pertimbangan utama bagi manajer yang bekerja di perusahaan besar
dengan gaji yang menarik.
3) Resiko keluarga dan social
Memulai usaha baru akan menyerap banyak energi dan waktu
dari entrepreneur. Konsekuensinya adalah bidang kehidupan yang lain
akan dikorbankan. Entrepreneur yang sudah menikah, terutama yang
memiliki anak, akan beresiko tidak bisa hadir sepenuhnya untuk
keluarganya. Kehidupan sosialnya mungkin akan terganggu juga.
4) Resiko kesehatan
Jam kerja yang panjang menyebabkan terancamnya kesehatan
entrepreneur. Uang dapat digantikan, keluarga dapat beradaptasi,
namun kesehatan yang terganggu lebih sulit untuk diperbaiki.

2.2 KEPERAWATAN
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986).
2.2.1 Fokus Praktek Keperawatan Profesional
Praktek keperawatan tidak boleh terlepas dari upaya kesehatan masyarakat
dunia dan sistem kesehatan nasional. focus utama keperawatan saat ini adalah
kesehatan masyarakat dengan target populasi total. Manusia tidak hanya
dipandang dari aspek fisik tetapi manusia dipandang sebagai makhluk bio-psiko-
sosio-spiritual. tujuan praktek keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO
(1985) harus diupayakan pada pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien,
keluarga dan masyarakat, perawatan diri dan peningkatan kepercayaan diri.
Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan kesehatan
(Kozier, Erb,1990) :
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Dalam kegiatan ini, perawat membantu masyarakat mengembangkan
sumber–sumber atau meningkatkan kesejahteraan/kesehatan. Tujuannya
adalah mencapai kesehatan yang optimal, dengan contoh menjelaskan
manfaat program latihan bagi pasien.

7
2. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance).
Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat
mempertahankan status kesehatannya. Contoh kegiatan disini adalah
mengajarkan atau menganjurkan seseorang usia lanjut melakukan latihan
untuk mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot.
3. Pemulihan Kesehatan (Health restoration).
Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah pasien
memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Sebagai contoh adalah
mengajarkan pasien merawat luka atau membantu orang cacat
mempertahankan kekuatan fisik seoptimal yang dapat dilakukan.
4. Perawatan orang yang menjelang ajal.
Perawat memnerikan rasa nyaman dan merawat orang dalam keadaan
menjelang ajal. kegiatan dapat dilakukan dirumah sakit, rumah, dan fasilitas
kesehatan yang lain.

2.2.2 Kewirausahaan Dalam Keperawatan


Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari
peran dan fungsi perawat. Pengembangan karir tersebut dapat menjadi pengelola
klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi,
manager Nursing Center, manager Balai kesehatan swasta, pemilik massage dan
refleksi, meskipun dalam pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain
sebagai pelaksana, dalam hal ini perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal,
penggagas ide, pemilik saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya
(Winarto, 2005).
Kewirausahaan dalam keperawatan atau yang biasa disebut nursepreneur
terdiri dari dua kata yaitu nurse dan entrepreneur. Entrepreneur adalah seorang
individu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan
memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang
diidealkan. Seorang entrepreneur adalah seorang individu yang mengasumsikan
tanggung jawab total dan risiko untuk menemukan atau membuat peluang
menggunakan bakat pribadi, ketrampilan dan energi, dan seseorang yang
mempekerjakan proses perencanaan strategis untuk mentransfer peluang tersebut
menjadi sebuah layanan yang bernilai atau produk (ICN, 2004).
Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan
entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan. Seiring
dengan gencarnya program gerakan nasional kewirausahaan pada masyarakat

8
luas, kalangan kampus adalah salah satu sasarannya. Para calon intelektual yang
tengah dalam studi pada berbagai bidang ilmu berusaha dikenalkan pada dunia
wirausaha. Hal ini merupakan langkah usaha membekali wawasan dan
pengetahuan dasar kepada mereka agar kelak setelah meninggalkan kampus tidak
selalu berorientasi pada keinginan untuk menjadi pegawai atau karyawan, tapi
justru menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Di beberapa kampus yang concern
dalam program ini bahkan sampai membentuk satu wadah resmi pusat pelatihan
dan riset bisnis yang tidak hanya ditujukan pada mahasiswa saja tapi untuk
masyarakat luas. Khusus untuk para mahasiswa ilmu keperawatan, maka istilah
nursepreneur dipakai untuk mengenalkan dan memberi pengetahuan dasar tentang
kewirausahaan. Hal ini diupayakan sebagai sebuah upaya lompatan pola berpikir
menanggulangi pengangguran melalui dunia pendidikan. Lebih jauh lagi memang
ditujukan agar dapat membentuk jiwa-jiwa wirausaha baru yang dapat
berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat, di samping memiliki soft skill dan
keterampilan yang kompeten dalam bidang profesi keperawatan sesuai dengan
disiplin studi yang dijalani (Winarto, 2005).
Nurse entrepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan
pelayanan keperawatan meliputi perawatan lagsung, pendidikan, penelitian,
administratif atau konsultasi. Perawat yang bekerja secara mandiri atau perawat
wirausaha bertanggung jawab langsung kepada klien, kepada siapa, atau atas
nama siapa, pelayanan keperawatan yang disediakan (ICN, 2004).
Sebagian kecil perawat mereklamasi hak tradisional mereka untuk praktek
klinis secara independen dan menjadi wirausaha perawat yang menyediakan
perawatan jasa. Mereka memperluas peran dan menawarkan berbagai layanan
dengan fokus utama pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
kecelakaan, rehabilitasi dan layanan dukungan tetapi termasuk praktik klinis
khusus dan konsultan manajemen. Wirausaha perawat memberikan dan
menyediakan penelitian mengenai kualitas dan efektivitas perawatan dan
membangun gambaran publik yang positif sebagai advokat pasien, penjaga,
konselor dan pendidik di samping dokter yang efisien (ICN, 2004).
Peramalan dan merespon kebutuhan perawatan kesehatan dan
kesenjangan dalam pelayanan telah menjadi kekuatan pendorong yang
memotivasi untuk memajukan profesionalisasi keperawatan. Lingkungan sektor
kesehatan semakin mendorong kompetisi antara penyedia layanan yang pada
9
gilirannya telah memfasilitasi pengembangan kewirausahaan serta usaha
intrapreneurship (ICN, 2004).
Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat professional
dan perusahaan pelayanan kesehatan, karena akan menciptakan kemandirian dan
termotivasi untuk berpikir, lebih produktif, kreatif, dan lebih dapat bersaing
dalam pemasarannya. Mereka akan seperti perusahaan lainnya mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengontrol kariernya sendiri (ICN, 2004).

2.3 Konsep Caring


2.3.1 Pengertian Caring Secara Umum
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring
juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011). Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan.
Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan:
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

2.3.2 Manfaat Caring


Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat
mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang
diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku
manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian
pelayanan kepada pasien. Watson (1979 dalam Tomey & Alligod, 2006)
menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong
kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997) dalam
penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi

10
mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang
perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan klien,
namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan Godkin
(2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan manfaat
finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998) menambahkan
bahwa perilaku caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit
karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan pasien. Dengan demikian, secara
jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dapat memberikan
kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan kesehatan dan
pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien sehingga akan
meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya memberikan
keuntungan finansial bagi rumah sakit.

2.4 Proses Keperawatan Dalam Teori Caring Yang Berhubungan Dengan


Kewirausahaan
Isu kesejahteraan perawat saat ini masih gencar dihembuskan selain isu
profesionalisme. Kesejahteraan perawat yang berbanding lurus dengan gaji perawat
konon berbanding terbalik dengan beban kerja perawat. Mengharapkan pemerintah
untuk melihat hal itu, rasanya tidak mungkin tampak pada ketidakjelasan RUU
Keperawatan karena saat ini perawat di Indonesia masih belum memiliki bargaining
position di mata pemerintah. Salah satu solusi yang bisa diambil untuk mem-backup
kesejahteraan perawat tanpa perlu menggantungkan pada gaji dari pemerintah bagi
perawat yang bekerja sebagai PNS adalah dengan menjadi nurpreseneur (Perawat
Pengusaha).
Konsep nurpreseneur sudah lama muncul dalam dunia keperawatan. Namun,
di Indonesia konsep ini belum begitu familiar. nurpreseneur (Perawat Pengusaha)
berasal dari kata Nurse dan Entrepreneur yang jika diartikan secara harfiah adalah
perawat pengusaha atau perawat pebisnis.
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari
peran dan fungsi perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik
atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi, manager
Nursing Center, manager Balai kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi,
meskipun dalam pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai
pelaksana, dalam hal ini perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas
11
ide, pemilik saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya. Selain peran
tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh adanya tim
riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi
modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit
atau intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS
tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai
rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang
pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya
pelatihan baby siter, pelatihan perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang
akan mendampingi klien saat ibadah haji.

2.5 Strategi Kewirausahaan Dalam Bidang Kesehatan/Keperawatan


Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep nursepreseneur ini, yaitu untuk
menjadi perawat pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya perlu 5 langkah. Uniknya
5 langkah ini sangat sering dilakukan oleh perawat. 5 langkah itu adalah bagian
dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Jika dikaitkan dengan nursepreseneur, proses keperawatan
itu akan menjadi 5 langkah awal untuk menjadi perawat pengusaha atau perawat
pebisnis, yaitu :
1. Pengkajian
Langkah pertama untuk memulai berbisnis adalah kita melakukan pengkajian.
Masalah adalah hal pertama yang kita ingin dapatkan dari proses pengkajian. Maka
untuk memulai bisnis, kita harus mengetahui masalah apa yang terjadi. Saat ini yang
paling berkuasa dalam dunia bisnis adalah pasar (market). Maka pengkajian yang
kita lakukan untuk memulai berbisnis adalah mengkaji kebutuhan pasar. Yang perlu
diperhatikan adalah apa yang masih diminta oleh pasar, bagaimana suasana
persaingan : apakah berat/ringan, berapa dan siapa yang menjadi atau merupakan
peminat langsung, kapan diperlukan : setiap hari atau musiman, dan lain-lain.
Wirausaha harus memfokuskan diri terhadap permintaan pasar, apa yang diinginkan
dan dibutuhkan pelanggan lalu membuat keputusan terhadap bisnis yang akan
dijalankan.

2. Diagnosa
Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah menetapkan diagnosa.
Dalam dunia bisnis, setelah kita mengetahui kebutuhan pasar maka yang selanjutnya

12
dilakukan adalah memetakan potensi yang bisa kita masuki untuk menjawab
kebutuhan pasar. Pemetaan potensi itu dalam langkah ini adalah tahap diagnosa.
Pemetaan potensi suatu bisnis sangat penting bagi seorang entrepreneur agar
usahanya bisa meraih sukses. Pemetaan ini dilakukan untuk menemukan peluang
bisnis dan potensi yang bisa dimanfaatkan, juga akan sangat berguna untuk
mengetahui seberapa besar potensi bisnis yang ada dan berapa lama suatu bisnis bisa
bertahan.
Selalu ada ancaman maupun peluang dari suatu bisnis yang berasal dari
lingkungan makro dan mikro. Maka penting untuk melihat serta memantau
perubahan lingkungan yang terjadi dan kemampuan dalam beradaptasi dari suatu
bisnis agar bisa tumbuh dan bertahan dalam ketatnya persaingan. Terdapat cara atau
metode dalam melakuan pemetaan potensi bisnis yaitu dengan metode analisa
SWOT.
Analisa SWOT adalah suatu analisa terhadap lingkungan internal dan
eksternal wirausaha/perusahaan, dimana analisa internal lebih menitik-beratkan pada
Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan (Weakness), sedangkan analisa eksternal untuk
menggali dan mengidentifikasi (mengamati) semua gejala Peluang (Opportunity)
yang ada dan yang akan datang serta Ancaman (Threat) dari adanya/kemungkinan
adanya pesaing/calon pesaing.
Dengan adanya analisis SWOT seorang wirausaha akan cepat mengetahui peta
kongkret tentang keberadaan dan peluangnya, begitu pula ancamannya. Jadi, dengan
analisis SWOT, perusahaan yang dikelola seorang wirausaha akan menyiapkan jalan
keluarnya secara rasional, tegas, dan lugas di dalam menghadapinya.
Analisa SWOT bertujuan untuk membantu organisasi merespon (antisipasif)
secara efektif perubahan dalam lingkungannya baik internal maupun eksternal.
Adapun manfaat analisa SWOT adalah menyediakan informasi tentang kekuatan dan
kelemahan internal organisasi sehubungan dengan peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi.
3. Perencanaan
Setelah kita mengetahui potensi pasar yang bisa kita masuki, maka langkah
selanjutya adalah menyusun rencana untuk bisa masuk kedalam pasar yang
sesungguhnya. Tahap perencaan ini merupakan tahap ketika kita harus memiliki
konsep usaha yang jelas dan detail. Pada tahap perencanaan yang harus dilakukan
adalah :
a. Menentukan visi dan misi dari bisnis
Hal yang pertama yang harus dirumuskan adalah sasaran-sasaran apa yang
hendak dicapai. Sasaran-sasaran tersebut dapat dirunut dari visi dan misi yang
13
dirumuskan oleh wirausaha. Melalui visi dan misi bisnis, wirausaha dapat
mengetahui untuk tujuan apa bisnis itu didirikan dan mengapa bisnis itu ada.
b. Memilih produk atau jasa yang akan dijual
Produk-produk yang ditawarkan harus dapat memuaskan keinginan konsumen.
Produk di sini tidak hanya terbatas wujud fisik, tetapi juga kualitas model dan
apa saja yang dapat memuaskan keinginan konsumen.
c. Menentukan tempat pemasaran yang baik
Strategi pemasaran dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk
mengadakan reaksi terhadap suatu lingkungan tertentu (misalnya di lingkungan
baru dan khusus) yang dapat dianggap penting.
d. Memastikan jumlah uang yang dibutuhkan
Modal merupakan elemen yang sangat penting dalam bisnis. Wirausaha harus
cukup jeli dalam modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usahanya.
e. Memilih lokasi untuk dijadikan kantor dan toko
Lokasi yang dipilih harus strategis dan mudah dijangkau, agar pelanggan mudah
untuk menghampiri dan membeli produk dan jasa yang ditawarkan.
4. Implementasi
Langkah ini adalah tahap bagi kita untuk take action. Konsep usaha yang jelas
harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Tahap ini merupakan tahap yang paling inti
dalam proses berbisnis dan tentu saja merupakan tahap yang paling sulit. Semua
orang bisa punya ide, namun tidak semua orang berani take action. Konsep usaha
yang jelas harus diwujudkan dalam bentuk nyata.
Penting bahwa pada implementasi rencana-rencana kemungkinan berubah. Beberapa
pengaturan yang penting dalam proses pemasaran dan pembiayaan kemungkinan
untuk berubah atau dilakukan perbaikan terhadap rencana yang telah ada. Hal yang
penting bagi seorang wirausaha adalah bahwa rencana bisnis yang sudah
diimplementasikan tidak berakhir untuk disimpan di suatu tempat setelah bisnis
dimulai, namun harus tetap dievaluasi ulang apakah rencana awal masih sesuai
untuk tetap diaplikasikan dalam kondisi sekarang.
5. Evaluasi
Dalam sistem apapun, evaluasi merupakan bagian penting dan tidak boleh
terlupakan. Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui apakah implementasi yang kita
lakukan berhasil atau tidak. Sama dalam dunia bisnis, evaluasi akan memberikan
gambaran kepada kita apakah konsep yang sudah kita jalankan berhasil atau tidak.
Jika berhasil, maka kita bisa lakukan peningkatan, namun jika tidak, perubahan
rencana dan strategi bisa dilakukan
Jadi, yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian
untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis.

14
Inilah yang membuat entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang
segar, melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Entrepreneurship atau kewirausahaan, berasal dari entrepreneur (wirausahawan,
berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti mengambil pekerjaan
(to undertake). Konsep mengenai entrepreneur adalah: the entrepreneur is one who
undertakes to organize, manage, and assume the risk of business.
Untuk menjadi nursepreneur yang sukses juga harus pintar untuk mengambil
keputusan disetiap peluang dan bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Jadi yang
terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk mengambil
risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang membuat
entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus
pemikiran orang banyak atau kreatif.
15
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak
keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir
seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam
philosofi dan etis perspektif.
Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep nursepreseneur ini, yaitu untuk
menjadi perawat pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya perlu 5 langkah. 5 langkah
itu adalah bagian dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

16

Anda mungkin juga menyukai