Teori Orbital Molekul PDF
Teori Orbital Molekul PDF
OLEH :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori orbital molekul?
2 Untuk mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
3 Untuk mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
4 Untuk mengetahui ligan π donor?
5 Untuk mengetahui ligan π akseptor?
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk:
1. Mengetahui teori orbital molekul?
2. Mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
3. Mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
4. Mengetahui ligan π donor?
5. Mengetahui ligan π akseptor?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi teori orbital molekul
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Berdasarkan teori orbital molekul,
pada pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul.
Berdasarkan pendekatan kombinasi liniear, orbital-orbital molekul senyawa kompleks
dianggap merupakan kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital
ligan.karena kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan
yang perbedaan tingkat energinya besar dapat diabaikan, maka dalam menggambarkan
orbital molekul senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital valensinya.
Untuk memudahkan dalam mepelajari pembentukan orbital molekul senyawa kompleks,
perlu diawali dengan penjelasan tentang pembentukan orbital molekul kompleks
hipotetik. [AB]+ berikut. Seandainya suatu basa Lewis B yang memiliki satu pasangan
elektron bebas, dan asam Lewis A+ yang memiliki dua orbital hibrida sp dan sebuah
elektron,, bereaksi membentuk Kompleks [AB]+.
Berdasarkan teori medan Kristal akibat interaksi tersebut dua orbital hibrida sp
dari asam lewis A+ akan mengalami kenaikan tingkat energy. Bila dua orbital sp
tersebut disebut orbital A1 dan orbital A2, dan dalam pengisian kedua elektron orbital
tersebut dinyatakan dengan garis mendatar, -, maka dua orbital tersebut akan mengalami
pemisahan seperti gambar berikut.
Gambar pemisahan dua orbital pada kompleks hipotesis [AB] +.
Pada interaksi tersebut kenaikan tingkat energi orbital A1 adalah lebih tinggi
dibandingkan kenaikan tingkat energi orbital A2 karena orbital A1 berhadapan langsung
dengan basa Lewis B, sedangkan orbital A2 tidak berhadapan langsung. Transisi
elektron dapat terjadi dari orbital A2 dengan energy transisi sebesar ∆E1.
Apabila orbital dari basa disebut orbital B, maka berdasarkan teori ikatan
kovalen murni pembentukan orbital bonding (orbital ikatan), ᴪh, dan orbital antibonding
(orbital anti ikatan), ᴪa, adalah:
ᴪh, = A1 + B
ᴪa = A1 – B
orbital A2 yang tidak digunakan dalam pembentukan ikatan akan menjadi orbital
nonbonding (orbital bukan ikatan) ᴪa, diagram orbital molekul kompleks hipotetik
[AB]* diberikan pada gambar berikutnya.
Tingkat energi [AB]+ adalah minimal apabila distribusi elektron pada kompleks
tersebut adalah ᴪb2 ᴪn1 ᴪa0. Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital
nonbonding ᴪn1 ke orbital antibonding, ᴪa, dengan energy transisi sebesar ∆E2.
Berdasarkan teori orbital molekul, maka pembentukan [AB]+ akan melibatkan
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Pada waktu asam lewis A+
brinteraksi dengan basa lewis B maka interaksi yang pertama terjadi dapat dianggap
interaksi elektrostatik. Interaksi tersebut menyebabkan dua orbital hibrida A1 dan A2 dan
asam lewis A+ akan mengalami kenaikan tingkat energy sedangkan orbital A2
mengalami penurunan tingkat energi.
Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital nonbonding ᴪn ke
orbital bonding ᴪa dengan energy transisi sebesar ∆E seperti pada ga,bar berikut.
Spesis diatomik paling sederhana dibentuk dari satu atom hidrogen dan satu ion
hidrogen, yaitu ion molekulel H2+.
Gambar diagram orbital molekul orbital atom 2s molekul Li2 (fasa gas)
Molekul periode dua yang lain adalah oksigen (O2). Berdasarkan gambar di atas dapat
kita amati, berdasarkan aturan Hund, terdapat 2 elektron tidak berpasangan. Terdapat 2
orde ikatan [3-(2 × ½)], berkesesuaian dengan pengukuran panjang ikatan dan energi
ikat.
senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya
logam) yang dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau
agen pengompleks
Kompleks octahedral
Diagram orbital molekul kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi
kovalen diberikan pada gambar berikut dimana (a) merupakan orbital atom atau ion
logam pada keadaan bebas atau sebelum ada interaksi dengan ligan-ligan. (b)
merupakan orbital atom atau ion logam pada kompleks octahedral bila interaksi antara
atom pusat dengan ligan-ligan hanya interaksi elektrostatik. (c), merupakan orbital-
orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi dengan orbital-orbital atom logam, disebut
dengan orbital-orbital kelompok ligan (ligan group orbitals). (d) orbital molekul
kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen.
Pada waktu atom logam mengadakan interaksi elektrostatik dengan ligan-ligan
maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energy tiga orbital p
meskipun mengalami kenaikan tingkat energi tetapi tetap dalam keadaan degenerat
karena interaksi ligan-ligan dengan tiga orbital p tersebut adalah sama kuat. Lima
orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t2g dan
eg seperti diterangkan pada pembahasan teori medan Kristal di muka. Setelah
mengalami kenaikan energy orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul kompleks
octahedral. Dengan menggunakan diagram yang ditunjukkan pada gambar berikut.
t1h, dan eg. Kedua, mengisikan 6 elektron yang tersisa pada orbital t2g, secara
berpasangan karena kompleks [Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks dengan medan kuat,
harga 10Dq>P . Sifat diamagnetik dari ion kompleks [Co(NH3)6]3+. Ditunjukkan dengan
berpangannya semua elektron yang terdapat pada orbital molekul kompleks tersebut.
Kompleks Tetrahedral
Diagram orbital molekul kompleks tetrahedral yang melibatkan baik interaksi
elektrostatik maupun interaksi kovalen seperti pada gambar berikut. Dimana (a)
merupakan orbital atom ligan atau ion logam pada keadaan bebas atau sebelum ada
interaksi dengan ligan-ligan, (b) merupakan orbital atom pusat dengan ligan-ligan hanya
interaksi elektrostatik, (c) merupakan orbital-orbital kelompok ligan, dan (d) orbital
molekul kompleks tetrahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun
kovalen
Pada waktu atom logam atau ion logam mengadakan interaksi elektrostatik
dengan ligan-ligan maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energi.
Lima orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t2
dan e seperti diterangkan pada teori pembahasan medan Kristal. Setelah mengalami
kenaikan tingkat energi, orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul-molekul
tetrahedral. Kompleks tetrahedral merupakan kompleks dengan medan lemah, harga
10Dq<P.
Contoh [NiCl4]2-
Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [NiCl4]2- memiliki bentuk
tetrahedral dan bersifat paramagnetic dengan kemagnetan setara dengan adanya dua
elektron tak berpasangan. Atom ion kompleks tersebut adalah Ni2+ dengan konfigurasi
elektron [Ar] 3d8. Jumlah elektron pada orbital 3d atom pusat dan elektron-elektron
yang didonorkan oleh 4 ligan Cl- adalah 16 elektron. Enam belas elektron tersebut
diisikan pada orbital molekul kompleks tetrahedral seperti diberikan pada gambar
berikut.
Π back bonding, juga disebut don backdonation. Adalah konsep dari kimia di
mana electron bergerak dari orbital atom pada satu atom ke orbital antibonding simetri
yang tepat pada ligan π-acceptor. Hal ini bias terjadi dalam kimia anorganik logam
transisi dengan ligan multi-atomik seperti karbon monoksida, etilen atau kation
nitrsinium. Elektron ldari logam digunakan untuk mengikat ligan, dalam proses
melepaskan logam dari muatan negatif berlebih. Senyawa dimana b backbonding terjadi
termasuk Ni(CO)4 dan garam zeise.
2.4 ligan π donor dalam teori orbital molekul
Sejumlah ligan seperti CO, CN-, dan NO+, memiliki orbital π kosong yang dapat
bertumpang tindih dengan orbital t2g, dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi
semacam ini seringkali disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding).
Tingkat energy dari orbital π yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi dibandingkan
tingkat energi dari logam, sehingga dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-ligan semacam ini
merupakan ligan medan kuat dan pada deret spektrokimia berada di sebelah kanan.
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital yang telah terisi elektron dan menglami
overlap orbital t2g, dari logam, menghasilkan ikatan t2g, π. Rapatan elektron akan di
transfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π. Ini. Selain dari ikatan π. Yang
terbentuk tadi,transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan δ.
Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan
oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut “kekurangan elektron”. Orbital π. Dari
ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan orbital t 2g,
logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui cara ini akan memperkecil
harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak terletak disebelah kiri dari deret
spektrokimia.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Penutup
kesimpulan dari pembahasan teori orbital molekul adalah Teori orbital molekul
menjelaskan ukuran sifat ionic dan kovalen dari senyawa kompleks. Splitting yang
terjadi pada orbital molekul akibat sifat kovalen dari orbital atom logam dan ligan yang
berikatan. Kuat lemahnya ligan yang berikatan dengan atom logam/pusat memberikan
energi pemisahan yang berbeda sehingga sifat berbeda.
3.2 Saran
La kilo akram. Kimia anorganik struktur dan kereaktifan. Gorontalo: UNG Press
Gorontalo
Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makasar: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Makassar.
Sukarjo, 1985. Ikatan kimia. Jakarta: Rineka Cipta