Anda di halaman 1dari 14

Pengukuran Atribut Kognitif fan Non-Kognitif

& Konstrak Psikologi

MATA KULIAH

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

DOSEN PENGAMPU

Dina Nisrina, M. Psi, Psikolog

Oleh:

Jamilatus Solehah (170104040015)

Pirda (170104040027)

Sarbiah (170104040030)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

BANJARMASIN

2019

0
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Objek pengukuran dapat berupa atribut fisik atau atribut psikologi.
Kelebihan atribut fisik, dapat diukur sampai pada tingkat skala ratio yaitu angka
interval yang memiliki harga 0 mutlak. Sedangkan atribut psikologi hanya dapat
di ukur sampai tingkat skala ordinal. Atribut psikologi dikategorikan menjadi;
atribut kemampuan kognitif (Intelegensi, Bakat dan Prestasi) dan atribut non
kognitif (Atribut kepribadian).
Untuk melakukan pengukuran atribut psikologi tersebut, diperlukan
konstrak untuk penyusunan alat ukur sebagai instrumen yang digunakan.
Konstrak ditetapkan untuk menjelaskan apa yang hendak di susun.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan mengenai pengukuran atribut kognitif dan non
kognitif.
2. Bagaimana penjelasan mengenai konstrak psikologi.

C. TUJUAN
1. Memahami penjelasan mengenai pengukuran atribut kognitif dan non
kognitif.
2. Memahami penjelasan mengenai konstrak psikologi

1
PEMBAHASAN

A. Pengukuran Atribut Kognitif dan Non-Kognitif


1. Pengukuran atribut kognitiF
Pengukuran atribut kognitif harus menggunakan prinsip-prinsip yang
jelas, komprehensif dan spesifik. Pengukuran atribut kognitif di bedakan
menjadi tiga:
a. Tes prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai
siswa melalui suatu kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan
secara individu atau secara kelompok, jadi prestasi belajar paling tidak
memiliki dua ciri yaitu adanya suatu tindakan ( action ) baik yang
dilakukan secara individu maupun kelompok serta adanya suatu hasil (
out put ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu dapat
bersifat eksternal dan internal. Faktor eksternal yakni keadaan diluar
diri siswa meliputi ; kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dan faktor internal yakni keadaan diri siswa yang meliputi ;
keadaan fisik dan psikologis memiliki peranan penting mengingat
bahwa belajar merupakan proses mental yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa meliputi ; minat kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan kognitif.
Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar
siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan
tes prestasi belajar inilah, maka guru dapat mengevaluasi program
pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal
tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan selanjutnya.
Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang
diinginkan mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka
tes prestasi belajar dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok
dasar, yaitu:
1) Tes kemampuan Afektif

2
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi
belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan
aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah aspek yang
berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki
siswa. Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan
moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang
dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab.
2) Tes kemampuan kognitif
Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes prestasi
belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama
proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai
macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan.
Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek
kognitif ini, maka dapat melihat dari hasil saat siswa
mengikuti berbagai ujian atau tes yang diselenggarakan
sekolah dan guru dalam waktu tertentu. Ujian atau tes prestasi
belajar ini merupakan program integral dalam kurikulum
sekolah.
3) Tes kemampuan psikomotor
Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan
keterampilan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan
dan pembelajarannya. Dengan mengetahui tingkat kemampuan
ini, maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa
untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah,
maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan.
Dalam konteks ini, guru atau sekolah mengadakan tes prestasi
belajar siswa dengan evaluasi praktek. Siswa harus melakukan
kegiatan praktek terkait dengan kemampuan yang harus
dimiliki siswa.1

1
Bab 2 Kajian Pustaka hal.9-12 dikutip dari laman
https://www.google.com/url?q=http://digilib.uinsby.ac.id/1040/5/Bab%25202.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwihzez
htrnkAhUXi3AKH3WC4EQFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw020V70SJV4qzuC9UwtLeX pada Rabu, 4
September 2019

3
b. Inteligensi
Tes Inteligensi merupakan tes yang mengukur kemampuan
kognitif. Tes IQ (intelligence quotient) merupakan tes terstandarisasi
yang dirancang untuk mengukur kecerdasan manusia sebagai hal yang
terpisah dari pencapaian.
IQ merupakan pengukuran tingkat inteligensi (kecerdasan) sesuai
umur. Kata ‘quotient’ berarti hasil pembagian kuantitas dan salah satu
definisi inteligensi adalah kemampuan mental atau kecepatan pikiran.2
Berbeda dengan tes keahlian khusus, tes kecerdasan merupakan
pengujian standar yang dirancang untuk mengukur kecerdasan
manusia yang berbeda dari pencapaian. Ada berbagai jenis tes
kecerdasan. Namun tes IQ paling umum terdiri dari tiga bagian,
masing-masingnya menguji kemampuan yang berbeda, biasanya
mencakup penalaran verbal, kemampuan numerik, dan penalaran
diagram atau spasial.3

c. Potensial Khusus
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan potensi dalam
bidang tertentu. Beberapa alasan kenapa tes ini penting, yaitu :
a) Meningkatnya pengakuan terhadap variasi intra individual
dalam kinerja pada tes inteligensi.
b) Menemukan posisi individu pada kelompok soal tertentu.
c) Dimanfaatkan untuk analisis faktor.

Tes potensial khusus banyak dimanfaatkan dalam berbagai


bidang. Misalkan saat seleksi, tes Potensi Akademik, Saat menilai
minat dan bakat seseorang dalam bidang tertentu.4

2
Philip Carter, Tes IQ dan Tes Bakat (2010), Jakarta: PT Indeks hlm 4
3
Philip Carter, Buku Latihan Tes IQ dan Psikometri (2012), Jakarta Barat: PT Indeks hlm. 175 & 176
4
Dinamika Kelompok perspektif psikologi Sosial Pengukuran Atribut Kognitif (PPT) dikutip dari laman
https://www.google.com/url?q=https://vano2000.files.wordpress.com/2012/10/pengukuran-atribut-
kognitif2.pptx&sa=U&ved=2ahUKEwj2lvS-
07nkAhVBjuYKHUMuCCQQFJALegQIARAB&usg+AOvVaw2T8ng5IC3RQqCk4GrSBjru diakses pada
Kamis, 5 September 2019.

4
2. Pengukuran atribut non-kognitif
Atribut psikologi yang bukan kemampuan kognitif kadang-kadang disebut
sebagai atribut kepribadian dan sebagai atribut efektif. Menyangkut metode
penyususnan instrumen, atribut non kognitif dikenal sebagai performasi
tipikal (mengikuti definisi Cronbach, 1970). Performansi tipikal inilah yang
menjadi objek ukur skala-skala psikologi. Untuk pengukuran atribut non
kognitif diperlukan respon jenis ekspresi sentimen, yaitu jenis respon tidak
dapat dinyatakan benar atau salah, atau sering dikatakan semua respon benar
menurut alasannya masing-masing.5

B. Konstrak Psikologi
1. Konstrak psikologi
Konstrak menurut Widhiarso (2010) adalah tingkat abstraksi yang tertinggi
yang berguna untuk menginterpretasikan data dan pengembangan teori. Konstrak
tersebut di manifestasikan dalam bentuk data baik kualitatif maupun kuantitatif.
Manifestasi tersebut dalam sebuah kajian ilmiah melalui berbagai metode
pengumpulan data. Dan setidaknya ada tiga metode utama pengumpulan data,
yaitu : pengukuran, observasi dan wawancara.6
Psikologi di katakan sebagai ilmu karena memahami manusia secara hati-hati
melalui metode penelitian ilmiah. Menurut Lohey (2007) psikologi di definisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental. Psikologi
perlu membuktikan hal-hal tentang perilaku tampak maupun proses mental yang
terwujud dalam konstrak psikologi.
Awalnya, psikologi lebih di terima sebagai bagian dari filsafat. Karena
fenomena psikologis didapat melalui berbagai argumen atau pemikiran logis tanpa
di dasari data lapangan. Kemudian, psikologi dapat membuktikan hal-hal yang
tidak tampak maupun nampak tersebut. Fenomena psikologi sekarang dapat
dimanifestasikan melalui skor yang dapat di uji secara statistika. Ilmu eksakta bisa

5
Halimah, Atribut Kognitif dan non Kognitif dikutip dari laman
https://halimatriirma03.blogspot.com/2015/12/atribut-kognitif-dan-non-kognitif.html diakses pada Kamis, 5
September 2019
6
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi : Aplikasi Praktis (2015), Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 4

5
menerima psikologi melalui metode penelitian kuantitatif tersebut sehingga
psikologi dapat berkembang pesat seperti saat ini.
Dalam mencapai kajian kuantitatif tersebut, psikologi mengukur berbagai jenis
perilaku nampak maupun proses mental. Kegiatan ini di sebut sebagai pengukuran
psikologis.7

2. Pengukuran konstrak psikologi


Menurut Azwar (2016) pengukuran di artikan sebagai prosedur pemberian
angka terhadap atribut atau variabel dalam suatu kontinum.8 Pengukuran psikologi
memiliki perbedaan dengan pengukuran fisik. Pengukuran fisik bersifat pasti,
konsep atau konstrak bisa di persepsikan sama oleh banyak orang dan instrumen
yang di gunakan sudah dapat di terima secara universal. Sedangkan pengukuran
psikologi, konstrak psikologi bersifat hipotetik. Tidak ada kesepakatan universal
tentang suatu konstrak tertentu dan instrumen tidak bisa secara tepat mengukur
konstrak tersebut. Bahkan, instrumen harus di buat sendiri oleh peneliti yang
tentunya sumber error sangat mungkin terjadi.
Melalui pengukuran ini, fenomena yang tampak dan tidak tampak dapat di
wujudkan melalui berbagai angka. Data kuantitatif yang di dapat digunakan untuk
melihat deskripsi, korelasi, uji beda maupun oengaruh suatu variabel. Hal tersebut
belum pernah di lakukan pada masa sebelumnya, saat psikologi menjadi bagian
dari Filsafat. Sekarang, psikologi bisa memberikan skor tentang keadaan emosi
seseorang, bisa melihat apakah ada hubungan kecerdasan antara pria dan wanita.
Lebih lanjut lagi, psikologi bisa memprediksi hal-hal yang mungkin terjadi nanti,
misalnya psikologi melihat pola asuh orangtua terhadap keterampilan komunikasi
seorang anak. Dan semua hal tersebut di dapat melalui data pengukuran.9

3. Pengukuran psikologi dalam penelitian perilaku manusia


Pengukuran psikologi tidak hanya bisa di gunakan untuk proses mental, tetapi
juga bisa di gunakan dalam ilmu yang berhubungan dengan prilaku manusia.
Misalnya; kesehatan, pendidikan, manajemen, politik, hukum, sosiologi. Ilmu
tersebut akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku manusia.

7
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 4
8
Saifudin Azwar, Dasar-Dasar Psikometrika Edisi II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 4
9
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 5

6
Contoh, mahasiswa ilmu pendidikan ingin melakukan penelitian tentang
hubungan antara gaya belajar dengan nilai rapor matematika. Dimana gaya belajar
merupakan ranah psikologi yang membutuhkan instrumen dalam pengukurannya.
Alat ukur psikologi memiliki peran penting dalam penelitian perilaku manusia.
Alat ukur merupakan instrumen yang paling banyak digunakan dalam
penelitian. Instrumen berkaitan dengan validitas internal penelitian, dimana benar
atau salahnya penelitian tergantung pada alat ukur. Jika alat ukur yang digunakan
itu baik, maka betullah apa yang hendak di teliti. Jika tidak baik, kebenaran hal
yang di teliti perlu dipertanyakan.10

4. Pengukuran psikologi yang baik


Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya, pengukuran psikologi memiliki
perbedaan yang mendalam dengan pengukuran fisik. Sebagian besar instrumen
pengukuran fisik sudah ada dan terbukti keakuratannya. Di belahan dunia mana
pun akan menggunakan instrumen yang relatif sama. Sama halnya dengan
keakuratan, hasilnya hampir sama. Hal ini berbeda dengan pengukuran psikologi
yang tidak tidak semudah itu. Pengukuran psikologi merupakan sebuah proses
yang belum tentu mencapai titik akhir. Ada banyak instrumen pengukuran
psikologi yang harus di buat sendiri oleh penggunanya. Dalam pembuatan
instrumen pengukuran psikologi tersebut, perlu di perhatikan persyaratan
pengukuran yang baik sebagai berikut :
a) Valid
Valid diartikan sebagai sah, benar dan betul apa yang hendak di ukur. Isi
atau komponen yang ada di dalam alat ukur tersebut memang mengungkap hal
yang hendak di ungkap. Itu tidak mengungkap hal yang di luar tujuan ukurnya.
Valid merupakan syarat utama dan wajib bagi semua alat ukur. Jika alat ukur
tersebut valid, maka betullah apa yang di ungkap.
b) Reliabel
Reliabel di artikan konsisten terhadap hasil ukur. Hasil ukur akan
menghasilkan skor tertentu. Apakah skor tersebut sama atau berbeda melalui
berbagai metode reliabilitas. Reliabilitas dapat dilakukan dengan metode :
1) Konsistensi internal : satu alat ukur dengan satu kali pengukuran.

10
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 8-9

7
2) Tes paralel : dua alat ukur yang setara dengan satu kurun waktu.
3) Tes ulang : dengan satu alat ukur dua waktu pengukuran yang berbeda.11
c) Diskriminatif
Diskriminatif diartikan kemampuan aitem membedakan individu. Individu
yang memiliki atribut dapat di beritahu oleh aitem. Individu yang tidak
memiliki atribut alat ukur pun dapat di jawab oleh aitem tersebut.
Diskriminatif dapat di tempuh melalui tiga metode; daya beda aitem,
kesukaran aitem dan efektivitas distraktor.

d) Standar
Standar di artikan memiliki kriteria objektif dalam berbagai proses
berkaitan dengan alat ukur. Alat ukur memiliki kelengkapan alat ukur (waktu,
bentuk penyajian, instrumen) setara. Siapa pun yang melakukan tes tersebut
harus dalam durasi waktu yang telah di tentukan. Bentuk penyajian apakah
yang dibacakan, membaca sendiri atau mengerjakan sesuatu harus sama antara
individu satu dengan yang lain. Metode pemberian skor seperti apa yang telah
ditentukan dan bentuk alat ukur harus juga sama baik ukuran, warna maupun
berat.
e) Praktis
Praktis diartika dapat digunakan dengan cara yang mudah. Metode
instruksi yang ada di dalam alat ukur tersebut sederhana. Subjek meupun tester
dapat menggunakan dengan mudah sehingga tidak bertele-tele.
f) Bermanfaat
Alat ukur psikologi harus bermanfaat demi kesejahteraan manusia.
Manfaat minimal adalah dalam penelitian psikologi. alat ukur harus dapat
membantu dalam menjelaskan berbagai fenomena yang ada. Bahkan, alat ukur
tersebut sebaiknya memiliki kekuatan dalam memprediksi perilaku masa
depan. Alat ukur bisa dijadikan dasar dalam mengetahui keadaan psikologis
seseorang untuk berikutnya dilakukan tindak lanjut. Alat ukur bisa memberi
gambaran tentang keadaan emosi, taraf kecerdasan, kepribadian, minat bakat

11
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 20-21

8
seseorang sehingga dapat dilakukan intervensi bagi individu yang
bersangkutan.12

5. Jenis konstrak psikologi


Jenis konstrak merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam penyusunan
alat ukur maupun penelitian psikologi. Periantalo (2014) mengatakan bahwa
pengetahuan jenis konstrak berdampak pada banya hal terutama pada propertis
psikometris. Teknik psikometris apa yang digunakan tergantung pada jenis
konstrak tersebut. Konstrak juga mengambarkan metode penskalaan apa yang
akan digunakan dan metode analisis juga tergantung pada konstrak tersebut.13
Adapun jenis konstrak psikologi adalah :
1) Konstrak linear
Konstrak linear mengungkap satu hal secara satu arah. Komponen
yang ada dalam konstrak tersebut secara bersama mengungkap satu jenis
konstrak saja. Komponen satu dengan yang lain memiliki kesamaan
karakteristik. Komponen tersebut mendukung satu sama lain. Begitu juga
dengan indikator perilaku dan aitem yang ada di dalam konstrak tersebut
mendukung satu sama lain. Komponen, indikator, maupun aitem dalam suatu
konstrak tersebut bida dikatakan mirip. Ketiganya memiliki kesamaan ciri
yang kuat bersama mencapai satu arah. Sebagian besar konstrak psikologi
berkonstrak linear, misalnya; motivasi belajar, komitmen organisasi,
kepuasaan konsumen, stres terhadap ujian dan kepatuhan minum obat
pasien.14
2) Konstrak bipolar
Konstrak bipolar mengungkap dua hal yang berlawanan sekaligus. Jika
seseorang tidak memiliki aspek yang satu, ia berada pada aspek yang kedua.
Dimana saat seseorang memiliki skor yang tinggi pada satu aspek, ia akan
memiliki skor yang rendah pada spek yang lain. Pada dunia psikologi, ada
berbagai alat ukur yang menggunakan konstrak ini. Alat ukur yang paling

12
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm22
13
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 10
14
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 11

9
berkaitan adalah MBTI (Myers Briggs Type Indicator). Alat ukur yang juga
memiliki konstrak bipolar yaitu 16 Personality Factors.15
3) Konstrak ortogonal
Konstrak ortogonal mengungkap hal yang berbeda satu sama lain. Dalam
konstrak ini, terdapat berbagai jenis. Skor akhir dari konstrak ini adalah skor
dari masing-masing jenis tersebut dan tidak ada skor total untuk alat ukur
tersebut secara utuh. Jika konstrak mengungkap tiga jenis, maka akan ada tiga
skor pula. Konstrak seperti ini mudah ditemukan terutama pada alat ukur yang
sudah terstandarisasi. Sebagaian alat ukur yang sudah terstandarisasi
menggunakan model ini, seperti; EPPS, RMIB, Kuder, Papi Kostik, DISC,
Holland.

6. Tahapan penyusunan alat ukur psikologi


a. Penetapan konstrak
Peneliti menetapkan konstrak yang hendak di buat. Penetapan konstrak ini
adalah menjelaskan apa yang hendak di susun. Penliti mencari definisi yang
jelas tentang konstrak tersebut, melihat apa jenis konstraknya. Karena jenis
konstrak berdampak terhadap hal-hal yang dijelaskan berikutnya. Peneliti pun
harus menjelaskan tujuan penyusunan tes.
b. Review konstrak beserta komponennya
Konstrak yang telah ditetapkan harus dilihat komponen yang membentuknya.
Komponen ini dapat berasal dari literatur, penelitian, wawancara, observasi
maupun buku pedoman. Komponen tersebut kemudian harus di review oleh
peneliti, rekan dan tentunya ahli konstrak tersebut. Komponen tersebut
kemudian di jabarkan melalui indikator perilak. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa konstrak, komponen dan indikator perilaku selaras.
c. Penulisan aitem dan pemilihan model penskalaan
Indikator perilaku yang di buat menjadi batu pijak penulisan aitem. Penulisan
aitem memiliki kaidah yang perlu di taati. Penulisan aitem yang tepat

15
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 12

10
mengarah ke validitas alat ukur. Benar atau salahnya suatu alat ukur psikologi
tergantung pada penulisan aitem ini. Dalam penulisan aitem, peneliti juga
melihat format penskalaan yang dipilih, dan berdampak pada tata cara
pemberian skor.
d. Review penulisan aitem
Item yang ditulis harus di review untuk memastikan bahwa aitem yang dibuat
sudah sesuai dengan konstrak. Review aitem di mulai oleh peneliti
memastikan aitem sudah sesuai indikator, kemudian peneliti disarankan
meminta rekan peneliti untuk mereview lagi aitem tersebut. Berikutnya,
peneliti bertemu dengan ahli konstrak melihat aitem tersebut lalu peneliti juga
bertemu dengan ahli psikometri dengan tujuan meminta tanggapan tentang
aitem yang dibuat.
e. Uji validitas
f. Uji coba alat ukur
g. Analisis kuantitatif
h. Perakitan alat ukur final
i. Pembuatan norma dan interpretasi
j. Uji realibilitas
k. Uji validitas konstrak
l. Uji validitas kriteria.16

16
Jelpa Periantalo, Validitas Alat Ukur Psikologi. hlm 23-27

11
PENUTUP

KESIMPULAN

Atribut kemampuan psikologi adalah atribut yang menunjukkan kapasitas intelektual


atau fungsi fikir manusia. Yang meliputi prestasi belajar, intelegensi dan potensi khusus.
Untuk mengukur atribut kognitif ini diperlukan tes sebagai alat ukurnya. Adapun atribut non-
kognitif atau atribut yang bukan kemampuan kognitif kadang-kadang disebut sebagai atribut
kepribadian dan sebagai atribut efektif. Menyangkut metode penyususnan instrumen, atribut
non kognitif dikenal sebagai performasi tipikal (mengikuti definisi Cronbach, 1970).
Performansi tipikal inilah yang menjadi objek ukur skala-skala psikologi. Untuk pengukuran
atribut non kognitif diperlukan respon jenis ekspresi sentimen, yaitu jenis respon tidak dapat
dinyatakan benar atau salah, atau sering dikatakan semua respon benar menurut alasannya
masing-masing.

Konstrak menurut Widhiarso (2010) adalah tingkat abstraksi yang tertinggi yang
berguna untuk menginterpretasikan data dan pengembangan teori. Konstrak tersebut di
manifestasikan dalam bentuk data baik kualitatif maupun kuantitatif. Manifestasi tersebut
dalam sebuah kajian ilmiah melalui berbagai metode pengumpulan data. Dan setidaknya ada
tiga metode utama pengumpulan data, yaitu : pengukuran, observasi dan wawancara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Carter, Philip. (2010). Tes IQ dan Tes Bakat. Jakarta: PT Indeks.

Carter, Philip. (2012). Buku Latihan Tes IQ dan Psikometri. Jakarta Barat: PT
Indeks.

Dinamika Kelompok perspektif psikologi Sosial Pengukuran Atribut Kognitif (PPT)


dikutip dari laman.

(https://www.google.com/url?q=https://vano2000.files.wordpress.com/2012/10/peng
ukuran-atribut-kognitif2.pptx&sa=U&ved=2ahUKEwj2lvS-
07nkAhVBjuYKHUMuCCQQFJALegQIARAB&usg+AOvVaw2T8ng5IC3RQqCk4GrSBjr
u diakses pada Kamis, 5 September 2019).

Halimah, Atribut Kognitif dan non Kognitif dikutip dari laman


https://halimatriirma03.blogspot.com/2015/12/atribut-kognitif-dan-non-kognitif.html diakses
pada Kamis, 5 September 2019

Periantalo, Jelpa. (2015). Validitas Alat Ukur Psikologi : Aplikasi Praktis.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai