LANDASAN TEORI
II.1 Jasa
Menurut Kotler (2004, p.276) pengertian jasa adalah aktivitas atau keuntungan
yang dapat ditawarkan seseorang kepada orang lain, dimana secara esensial tidak
atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya jasa
diproduksi dan dikomsumsi pada saat bersamaan, dimana interaksi antara penyedia
yang ditawarkan untuk dijual dimana penawaran suatu perusahaan bisa mencakup
Dari definisi jasa diatas, dapat disimpulkan bahwa jasa adalah tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa dapat berkaitan
dan jasa. Menurur Kotler (2003, p.488), jasa memiliki empat ciri utama yang
pembeli atau calon pembeli akan mencari tahu tentang kualitas jasa tersebut sebelum
bersamaan. Jika jasa diberikan untuk seseorang, maka orang tersebut merupakan
bagian dari jasa yang diberikan, karena pembeli juga hadir pada saat jasa
disampaikan sehingga interaksi penyedia merupakan ciri khusus dari pemasaran jasa.
3. Bervariasi (Variability)
Jasa sangat bervariasi karena bergantung kepada yang menyediakannya dan kapan
serta dimana disediakan. Sering kali pembeli jasa menyadari akan keanekaragaman
dan membicarakannya dengan orang lain utamanya kepada orang yang pernah
Jika permintaan berfluktasi maka perusahaan jasa mengalami kesulitan yang cukup
rumit terutama yang memiliki kapasitas yang terbatas. Oleh karena itu, perusahaan
harus mengevaluasi kapasitas guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Dalam hal ini perlu dilakukan analisis terhadap biaya dan pendapatan bila kapasitas
Klasifikasi jasa sangat membantu dalam memahami batasan – batasan dari suatu
industri jasa, sehingga tidak hanya memberikan pemahaman sistem pengelolaan data
yang lebih baik. Akan tetapi, pada industri jasa masih didominasi oleh orientasi kepada
operasi yang menyatakan bahwa industri jasa sangat beragam dan berbeda. Untuk itu,
klasifikasi dalam industri jasa sangat diperlukan pihak perusahaan dalam memberikan
pemahaman tentang kebutuhan dan perilaku konsumen secara baik dan benar.
Menurrut Philip Kotler (2003, p.429), komponen jasa merupakan suatu bagian
yang sedikit atau utama dari seluruh penawaran, hal ini dapat dibedakan menjadi lima
pasta gigi, atau gula, dan tidak terdapat jasa yang mendampingi produk tersebut.
service).
Barang berwujud dengan jasa tambahan yang terdiri dari barang nyata, disertai oleh
satu atau lebih jasa untuk memperkuat daya tarik konsumen. Misalnya penjualan
mobil atau komputer yang sangat bergantung pada kualitas barang tersebut dan
4. Jasa utama dengan disertai oleh barang dan jasa tambahan (a major service with a
serta majalah.
Menurut Kotler (2003, p.57) kualitas adalah keseluruhan ciri – ciri dan
karakteristik – karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk
Menurut Wykcof (2002, p.59), kualitas pelayanan adalah tingkat keinginan yang
keinginan pelanggan. Sedangkan menurut Zeithaml dan Beitner (2000, p.34) adalah
relative to customer satisfaction “. Dari pendapat Zeithaml dan Beitner (2000, p.34)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan akan
tercapai bila kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan sama dengan jasa yang
diharapkan, dalam arti kesenjangan atau gap yang terjadi adalah kecil atau masih dalam
batas toleransi.
1. Reliabilitas
2. Responsivitas atau daya tanggap
3. Kompetensi
4. Akses
5. Kesopanan
6. Komunikasi
7. Kredibilitas
8. Keamanan
9. Kemampuan memahami pelanggan
10. Bukti fisik
(Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2007, p. 133) berdasarkan urutan tingkat
1. Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai materi
2. Empati (empathy), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli
penasehat pribadi
- Pernyataan tentang pemahaman kebutuhan konsumen
- Pernyataan tentang mengutamakan kepentingan konsumen
pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen
Pengukurannya meliputi :
- Pernyataan tentang pengetahuan yang dimiliki karyawan
- Pernyataan tentang perasaan nyaman konsumen jika berhubungan dengan
karyawan
- Pernyataan tentang sikap sopan karyawan terhadap konsumen
- Pernyataan tentang kualitas pekerjaan karyawan.
Kata kepuasan (satisfaction) berasala dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup
baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan
sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Menurut Kotler
(2002, p.42), kepuasan adalah perasaan sangat senang atau kesan seseorang berasal dari
perbandingan antar kesannya terhadap kinerja (atau hasilnya) suatu produk dengan
harapan – harapannya.
2011, p.292) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have when
you achieved something or when something that you wanted to happen does happen”
dan “the act of fulfilling a need or desire”. Dari pendapat diatas, dapat diartikan bahwa
kepuasan adalah perasaan menyenangkan yang dimiliki saat mendapatkan sesuatu atau
ketika sesuatu yang diinginkan terjadi dan aksi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan.
Menurut Irawan (2003, p.4), kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi
pelanggan dalam menggunakan barang atau jasa. Pelanggan akan merasa puas apabila
merupakan sikap, penilaian, dan respon emotional yang ditunjukan oleh konsumen
kinerja aktual terhadap suatu produk dan harapannya, serta evaluasi terhadap
Salah satu dari unsur nilai konsumen total adalah kualitas jasa dimana kualitas
jasa merupakan unsur utama yang bersifat positif dalam pembentukan nilai konsumen.
Kualitas jasa bagi konsumen sendiri merupakan pembentuk dari kepuasan konsumen.
Perbandingan harapan konsumen terhadap kualitas jasa dengan dimensi kualitas jasa
yang pada akhirnya akan membentuk kepuasan konsumen. Hal ini sesuai dengan konsep
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan
Keinginan Pelanggan
Produk
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Gambar II.3
Pada dasarnya tujuan organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa
yang dapat memuaskan kebutuuhan konsumen, dengan kata lain bahwa perusahaan
konsumen menjadi tolak ukur keberhasilan kualitas jasa yang dibuat oleh perusahaan.
Sehingga modal utama bagi perusahaan untu mendapatkan tingkat kepuasan konsumen
Konteks kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan telah tercapai
consensus bahwa harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai tanda
perbandingan dan evaluasi kualitas maupun kepuasan. Menurut Olsen dan Dover dalan
keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan
standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut “. Meskipun demikian dalam
beberapa hal belum tercapai kesepakatan, misalnya mengenai sifat standar harapan
produk dan kepuasan konsumen. Harapan atas kinerja produk berlaku sebagai standar
produknya melalui komunikasi iklan atau wiraniaga juga dapat mempengaruhi harapan
konsumen terhadap kinerja produk. Klaim produk yang tidak realistis bisa menimbukan
dissatisfaction yang diukur melalui komponen emosi, ekspektasi, dan minat berperilaku.
Tabel II.3
kebutuhan meningkat
saya di
masa depan
2 Stable Steadiness/ Segala Ya, karena hingga saat ini
seperti apa
adanya
3 Resigned Indifference/ Saya tidak Ya, karena penyedia jasa
berharap
lebih
apa yang
harus saya
lakukan ?
5 Demanding Protest/ Perlu Tidak, karena meskipun
tidak menanggapi
kebutuhan saya
Sumber : Stauss dan Neuhaus (Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra 2008, p.204)
Upaya mewujudkan kepuasan konsumen total bukanlah hal yang mudah. Fandy
Tjiptono (2007, p.170) menyatakan bahwa, “ Kepuasan konsumen total tidak mungkin
tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikan atau
strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan
kepuasan konsumen yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan
produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak, standarnya harus menyamai
pesaing utama dalam industri. Untuk itu berlaku prinsip “quality comes
2. Relationship marketing
Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan konsumen
berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu
kemitraan jangka panjang dengan konsumen secara terus menerus sehingga
besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha gigih. Meskipun demikian,
5. Program pay-for-performance
Program kepuasan konsumen tidak bisa terlaksana tanpa adanya dukungan sumber
juga harus dipuaskan kebutuhannya. Dengan kata lain, total customer satisfaction
harus didukung pula dengan total quality reward yang mengaitkan sistem penilaian
konsumen rutin agar tetap loyal pada produk dari perusahaan yang bersangkutan.
memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkannya benar – benar berfungsi
keluhan.
pendapat, dan keluhan melalui media yang efektif. Metode ini bersifat pasif karena
tidak semua konsumen yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya. Upaya
mendapatkan saran yang baik dari konsumen sulit diwujudkan oleh metode ini.
baik survei melalui telepon, pos, angket, maupun wawancara secara pribadi.
Salah satu cara memperoleh gambaran kepuasan konsumen adalah dengan merekrut
mengenai kekuatan dan kelemahan kualitas jasa perusahaan dan pesaing berdasarkan
pengamatan mereka.
agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi sebagai feedback dalam kebijakan
memuaskan konsumen.
Garvin, Peppard, dan Rowland yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008, p.25)
menyatakan faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu
pelengkap
3. Keandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal pakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana
karakteristik desain operasi memenuhi standar – standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Servicability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta
Menurut Kotler (2005, p.18) customer loyalty adalah suatu pembelian ulang
yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek atau
perusahaan. Pengertian tentang seorang pelanggan yang loyal menurut Griffin (1997,
p.4) adalah sebagai berikut, “ Loyalty is define as non random purchase expressed over
time by some decision making unit “, dari pengertian tersebut terlihat bahwa loyalitas
mengacu pada suatu perilaku yang ditunjukan dengan pembelian rutin yang didasarkan
sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, pemasok berdasarkan sikap
yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu
produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen merupakan manifestasi
dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa
pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen
dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi
pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu.
merupakan salah satu faktor penentu loyalitas pelanggan, faktor lainnya adalah
Menurut Kotler dan Amstrong (1997, p.554), bahwa loyalitas berasal dari
pengalaman pembelian terdahulu oleh konsumen, opini dari teman dan kerabat, dan
janji atau informasi dari pemasar atau pesaing. Ada alasan untuk pengembangan
order
3. Biaya perputaran pelanggan (customer turnover) menjadi berkurang (lebih sedikit
lebih besar
5. Pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebih positif, dengan asumsi para
dan sebagainya)
mendekati loyalitas atau tidak. Griffin (2005, p.31), menyatakan bahwa karakteristik
Untuk menjadi pelanggan yang loyal seseorang harus melalui beberapa tahapan,
pelangan yang loyal timbul secara bertahap. Proses ini dilalui dalam jangka waktu
tertentu, dengan kasih sayang, dan dengan perhatian yang diberikan pada tiap-tiap tahap
pertumbuhan. Setiap tahap memiliki kebutuhan khusus. Dengan mengenali setiap tahap
dan memenuhi kebutuhan khusus tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang lebih
besar untuk mengubah pembeli menjadi pelanggan atau klien yang loyal
Menurut Griffin (2005:35), ada delapan tahapan loyalitas, yaitu:
1. Suspect
Meliputi semua orang yang akan membeli produk atau jasa perusahaan. Kita
menyebutnya sebagai Suspect karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi
belum mengetahui apapun mengenai perusahaan dan produk atau jasa yang
ditawarkan.
2. Prospek (prospect)
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu dan
produk atau jasa yang ditawarkan karena seseorang telah merekomendasikan produk
lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak
dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang
berbeda pula.
6. Klien (client)
Client membeli semua produk atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan dan
membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis pelangan ini sudah kuat dan
berlangsung lama, yang membuat mereka terpengaruh oleh tarikan persaingan
produk lain.
7. Penganjur (advocate)
Seperti layaknya client, advocate membeli seluruh produk atau jasa yang ditawarkan
mereka mendorong teman-teman mereka agar membeli produk atau jasa tersebut. Ia
8. Pelanggan atau ” klien yang hilang ” : Seseorang yang pernah menjadi pelanggan
atau klien tetapi belum membeli kembali dari Anda sedikitnya dalam satu siklus
Griffin (2002, p.22) membagi loyalitas atas empat bagian yang berbeda dengan
keterkaitan yang rendah dan tinggi yang diklasifikasi silang dengan pola pembelian
Tabel II.4
Pembelian Berulang
Lemah
Sumber : Griffin (2002, p.22)
1. Tanpa loyalitas
Untuk beberapa alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap
produk atau jasa tertentu. Secara umum perusahaan harus menghindari membidik
para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang
seperti ini dan lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan.
menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan ini membeli karena kebiasaan. Ini
adalah jenis pembelian “karena kami selalu menggunakannya“. Dengan kata lain
faktor non sikap dan faktor situasi merupakan alasan utama pembeli. Pembeli ini
loyalitas lemah kedalam bentuk loyalitas yang tinggi dengan secara aktif mendekati
produk atau jasa yang ditawarkan dibanding dengan produk lain. Loyalitas produk ini
3. Loyalitas tersembunyi
Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang
yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan
pembelian berulang.
4. Loyalitas peremium
Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada
keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Ini
merupakan jenis loyalitas yang paling disukai untuk semua pelanggan di setiap
perusahaan. Pada tingkatan preferensi paling tinggi tersebut, orang bangga karena
pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen. Hasil temuan dari
Dalam penelitian Cronin, Brady, dan Hult (2000) pada enam industri pelayanan
yang berbeda menemukan bahwa dalam empat kasus, kualitas pelayanan berpengaruh
secara langsung dan positif terhadap behavioral intention. Lebih jauh, pengaruh tidak
langsung dari kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan
pelanggan didukung secara empiris oleh enam perusahaan pelayanan yang diteliti.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
penelitian ini, peneliti fokus pada konsep Parasuraman et al (1994) dengan teori
keseluruhan.