Anda di halaman 1dari 20

PERTEMUAN KE 9 (-SEMBILAN )

JUDUL (Sistem Pasar Sektor Informal)

B. PENGERTIAN SEKTOR INFORMAL

Sektor informal mempunyai banyak pengertian, hal ini tergantung perspektif apa yang

digunakan oleh sang pemikir. Sektor Informal secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu

usaha yang tidak terdaftar secara resmi, tidak mempunyai organisasi, tidak teratur, serta tidak

terdaftar di dalam badan usaha resmi milik negara dan sektor informal ini tidak perlu membayar

pajak kepada negara atas usahanya tersebut. Pengertian sektor informal yaitu berupa lingkungan

usaha tidak resmi atau lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari

kerja seperti wiraswasta contohnya membuka usaha informal berupa rumah makan di tempat-

tempat ramai.

Sektor informal sebagai pasaran tenaga kerja yang tidak dilindungi. Kegiatan sektor informal

dapat bervariasi.[10] Kegiatan tersebut bisa dilakukan sebagai pekerjaan paruh waktu setelah

bekerja, bagi kaum imigran pekerjaan sektor informal lebih mudah didapatkan karena mereka

tidak diperkenankan bekerja pada sektor formal.[11] Istilah sektor informal biasanya digunakan

untuk mengambarkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Alasan berskala kecil

karena : umumnya mereka berasal dari kalangan miskin, sebagai suatu manifestasi dari situasi

pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang, bertujuan untuk mencari kesempatan

kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan, umumnya mereka berpendidikan sangat

rendah, mempunyai keterampilan rendah, dan umumnya dilakukan oleh para migran.[12]

94
Sektor Informal juga dapat diartikan sebagai unit kegiatan usaha kecil yang melakukan kegiatan

produksi dan atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan

menghasilkan sebuah pendapatan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan

keterbatasan modal, fisik, tenaga maupun keahlian.[13] Sektor informal memiliki karakteristik

seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau

keluarga, teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan keterampilan

yang rendah, akses ke lembaga keuangan daerah, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan

tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal. Penggunaan modal pada

sektor informal relatif sedikit bila dibandingkan dengan sektor formal sehingga cukup dengan

modal sedikit dapat memeprkerjakan orang. Dengan menyediakan akses pelatihan dan

ketrampilan, sektor informal dapat memiliki peran yang yang besar dalam pengembangan

sumber daya manusia. Sektor informal memunculkan permintaan untuk tenaga kerja

semiterampil dan tidak terampil. Sektor informal biasanya menggunakan teknologi tepat guna

dan menggunakan sumber daya lokal sehingga akan menciptakan efisiensi alokasi sumber daya.

Sektor informal juga sering terkait dengan pengolahan limbah atau sampah. Sektor informal

dapat memperbaiki distribusi hasil-hasil pembangunan kepada penduduk miskin.[14]

Sektor informal sebagai proses perolehan penghasilan diluar ssstem regulasi. Istilah ini

merupakan suatu ide akal sehat (common sense) yang karena batas-batas sosialnya terus

bergeser, tidak dapat dipahami dengan definisi yang ketat. Mereka melihat bahwa sektor

informal sebagai suatu proses perolehan penghasilan mempunyai ciri-ciri sentral yaitu tidak

diatur oleh lembaga-lembaga sosial dalam suatu lingkungan legal dan sosial. Menurut mereka

95
batas-batas ekonomi informal bervariasi secara substansial sesuai dengan konteks dan kondisi

historisnya masing-masing.[15] Sektor informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah

kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Alasan berskala kecil karena : umumnya mereka berasal

dari kalangan miskin, sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di

negara berkembang, bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk

memperoleh keuntungan, umumnya mereka berpendidikan sangat rendah, mempunyai

keterampilan rendah, dan umumnya dilakukan oleh para migran.[16]Definisi lainnya mengenai

sektor informal adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap,

tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job security), tempat bekerja yang tidak

ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan

hukum.[17]

Sektor informal mempunyai tipe yang bermacam-macam dan mempunyai ciri-ciri tersendiri,

tetapi secara umum sektor informal mempunyai ciri seperti diatas. Dalam usahanya sektor

informal cenderung tidak diperhatikan oleh pemerintah dan dianggap sebagai penghambat.

Sektor informal merupakan kegiatannya yang tidak resmi atau legal dan tidak terdaftar dalam

usaha yang memberikan atau membayar pajak secara teratur terhadap negara. Sektor informal

juga sering disebut sebagai berwiraswasta, orang-orang mendirikan usaha informal karena

mereka menganggap usaha informal jauh lebih menguntungkan daripada bekerja pada sektor

formal yang lapangan pekerjaannya semakin berkurang. Pendirian usaha informal ini pun dapat

didirikan dengan modal yang kecil sesuai dengan yang dimiliki pendirinya, tidak selalu harus

96
bermodal besar. Namun dalam era modern ini banyak sektor informal yang didirikan dengan
modal yang lumayan besar pula.

Sektor informal melakukan usaha produksi dan distribusi barang serta jasa walaupun tujuannya

berbeda-beda. Sektor informal yang memungkinkan tumbuh pesat di kota memungkinkan

adanya urbanisasi masyarakat desa ke kota demi kehidupan yang lebih baik. Karena di desa

banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan mereka berbondong-bondong mencari pekerjaan di

kota, mereka berpikir akan mendapatkan hidup yang lebih layak dengan bekerja pada sektor-

sektor formal di kota besar seperti surabaya dan jakarta. Namun mencari pekerjaan tidak

semudah yang dibayangkan karena itu pada akhirnya mereka menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri berupa usaha-usaha informal demi memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun dalam

kenyataannya di kota mereka tinggal di pemukiman-pemukiman yang kumuh dan akses

pelayanan publik seperti listrik, air bersih, transportasi, kesehatan, pendidikan sangat minim.

Masyarakat di pedesaan yang pengangguran itu melakukan urbanisasi sehingga mengurangi


angka kemiskinan dan angka pengangguran di desa.

Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit berusaha dibidang produksi

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Usaha

tersebut dilaksanakan di tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang

informal.[18]

97
Tempat-tempat strategis itu misalnya dekat dengan pabrik, tempat wisata, universitas, dll. Usaha

yang didirikan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan kelompok sosial yang ada di daerah

strategis itu. Perdagangan di sektor informal ini kurang dapat berkembang kearah usaha yang

lebih besar walaupun mempunyai daya jual yang cukup tinggi, hal ini disebabkan adanya

keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan usaha yang masih bersifat tradisional, tambahan

modal kredit dari pihak ketiga yang masih kecil dan informasi tentang dunia usaha sangat

terbatas, jumlah dan kualitas tenaga kerja yang terbatas, sifat kualitas barang yang dijual hanya

sebatas kebutuhan untuk barang dagangan saja. Karena itu yang harus dicapai dalam usaha

sektor informal ini dalam peningkatan pendapatan usaha harus didukung oleh penguasaan

terhadap usaha tersebut. Dalam meningkatkan pendapatannya di sektor informal banyak

kesulitan yang akan dihadapi misalnya tidak adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak

yang dapat membantu mengembangkan usaha informal, misalnya tidak adanya dukungan dari
pemerintah.

Ciri-ciri dari sektor informal yaitu ditandai oleh satuan-satuan usaha kecil dalam jumlah yang

banyak dan biasanya dimiliki oleh keluarga dengan menggunakan teknik produksi yang

sederhana dan padat karya. Golongan angkatan kerja di sektor informal biasanya mempunyai

pendidikan dan keterampilan yang terbatas.[19] Dari ciri-ciri tersebut bisa diambil sebuah

kesimpulan bahwa sektor informal tersebut merupakan upaya menciptakan sebuah kesempatan

kerja dan mendapatkan pendapatan untuk dirinya pribadi.

98
Ciri lain tergolong sektor informal yaitu sebagai berikut : Kegiatan usaha umumnya sederhana,

skala usaha relatif kecil, umumnya tidak mempunyai izin usaha, bekerja di sektor informal lebih

mudah daripada di sektor formal, tingkat pendapatan di sektor informal biasanya rendah, serta

Usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam. Usaha-usaha sektor informal yang

dimaksud diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagian tukang

cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha-usaha rumah tangga seperti

: pembuat tempe, pembuat kue, pembuat es mambo, barang-barang anyaman dan lain-lain.[20]

Sektor informal adalah usaha yang pada umumnya bekerja tanpa bantuan orang lain atau bekerja

dibantu anggota keluarga ataupun buruh tidak tetap yang kebanyakan mereka bekerja dalam jam

kerja yang tidak teratur dan jumlah jam kerja di bawah kewajaran, melakukan sembarangan

kegiatan yang tidak sesuai dengan pendidikan atau keahliannya.[21]

Menurut berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sektor informal merupakan hal yang

berfokus kepada aspek-aspek ekonomi, aspek sosial dan budaya. Aspek ekonomi yaitu

diantaranya meliputi penggunaan modal yang rendah, pendapatan yang rendah, dan skala usaha

yang relatif kecil. Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat pendidikan formal rendah berasal

dari kalangan ekonomi lemah, masyarakat umumnya berasal dari pendatang. Sedangkan dari

aspek budaya diantaranya meliputi kecenderungan untuk bekerja diluar sistem pemerintah,
penggunaan teknologi yang sederhana, dan tidak terikat oleh waktu kerja.

Sektor informal lebih memfokuskan upaya untuk memperoleh penghasilan demi

mempertahankan hidup. Selanjutnya, munculnya sektor informal dapat dilihat dari dua sisi yaitu

99
sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif diantaranya mampu menciptakan lapangan pekerjaan,

kemampuan menyerap angkatan kerja, mengurangi pengangguran, mengurangi tingkat

kemiskinan, menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat kalangan ekonomi menengah ke

bawah. Sedangkan sisi negatifnya adalah sektor informal mengganggu lalulintas, mengganggu

keindahan kota dan mengganggu kebersihan. Berdasarkan pendapat di atas, maka ciri-ciri

kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut : manajemennya sederhana, fidak

memerlukan izin usaha dari pemerintah, modal kecil, tingkat pendidikan formal biasanya rendah,

penggunaan teknologi yang masih sederhana, pekerjanya adalah keluarga dan kepemilikan usaha

adalah milik keluarga sendiri, usaha dapat mudah didirikan dan dibubarkan, dan tidak adanya
dukungan dari pemerintah.

Sektor informal dapat dikategorikan kepada dua hal yaitu pertama adalah orang yang bekerja

pada dirinya sendiri dan yang kedua adalah buruh temporer. Di Negara-negara yang sedang

berkembang jenis yang pertama adalah yang banyak. Termasuk dalam sektor ini adalah

pedagang kaki lima (PKL), pedagang asongan, tukang becak, tukang parkir, pengamen, anak
jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

100
C. MUNCULNYA SEKTOR INFORMAL

Pembahasan mengenai munculnya sektor informal mencapai puncaknya pada era 1970-

an. Ini terlihat dari banyaknya studi dan penelitian yang dilakukan terutama di Amerika Latin,

seperti studi Bromley (1979) di Colombia dan Keith Hart (1973) di Ghana. Perkembangan sektor

informal khususnya di perkotaan tidak terlepas dari tingginya arus urbanisasi dan terbatasnya

lapangan pekerjaan di sektor formal terutama bagi penduduk yang berpendidikan rendah,

berketerampilan rendah, dan berusia nonproduktif.

Sejarah munculnya sektor informal ini diawali oleh Keith Hart, Keith Hart dari University of

Manchester. Kata “Sektor Informal” diperkenalkan oleh Keith Hart, ahli ekonomi dari Inggris,

yang melakukan penelitian tentang kegiatan ekonomi didaerah perkotaan Ghana. Istilah sektor

informal pertama kali dikemukakan oleh Hart pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor

informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Keith Hart seorang antropolog

Inggris adalah orang pertama kali melontarkan gagasan sektor informal dalam penelitiannya di

suatu kota di Ghana pada tahun 1973.[22]

Konsep sektor informal di negara sedang berkembang pertama kali muncul pada saat dilakukan

serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep yang

dikemukakan oleh Keith Hart seorang antropolog Inggris ini menggambarkan sektor informal

sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Keith Hart dalam tulisannya yang berjudul

“Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana”, mengemukakan

penyelidikan empirisnya yaitu bahwa penyelidikan atau penelitian tentang kewiraswastaan di

kota-kota Afrika sangat bertentangan dengan apa yang selama ini dibicarakan dalam

101
pembangunan ekonomi.[23] Dalam laporannya kepada ILO Keith Hart mengajukan laporan

berupa model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan kerja

khususnya di perkotaan. Model dualisme ini diawali dengan pembagian kegiatan ekonomi ke

dalam sektor tradisional dan modern. Pendekatan dualisme telah menjadi dasar teoritis sebagian

besar literatur dan hampir dilembagakan dalam analisa-analisa

liberal dan neoklasik ekonomi negara dunia ketiga. Pekerjaan yang ada di perkotaan dapat dibagi

kedalam tiga tipe yaitu formal, informal sah dan informal tidak sah. Pekerjaan formal yang ada

di perkotaan cenderung menuntut agar seseorang mempunyai keterampilan yang berbeda setiap

orangnya. Seorang pendatang dari daerah pedesaan pasti kalah jika dibandingkan dengan

penduduk asli daerah tersebut dalam hal keterampilan, karena itu banyak pendatang itu hanya

dapat bekerja pada sektor informal. Dalam sektor informal pendirinya umumnya hanya

mempunyai modal sedikit, miskin, berpendidikan rendah, serta berpenghasilan rendah. Mereka

terpaksa mendirikan usaha di sektor informal karena dalam sektor formal semakin sulit untuk

mencari lowongan pekerjaan. Dengan adanya sektor informal maka pengangguran yang

diakibatkan oleh sektor formal akan dapat terkurangi. Sektor informal pada akhirnya dianggap

sebagai sebuah jawaban yang cocok dan mudah atas masalah ketenagakerjaan di perkotaan

akibat tidak adanya kesempatan kerja di sektor formal. Namun bagi pendatang yang mempunyai

pendidikan tinggi serta diperoleh dari pendidikan lembaga yang formal mereka akan sangat

mudah bekerja pada sekrot formal pula. Sedangkan untuk mereka pendatang yang tidak

mempunyai keterampilan serta tidak mempunyai dasar pendidikan tinggi mereka akan mencari

alternatif lain yaitu mendirikan usaha informal sebagai cara agar dapat bertahan hidup. Sektor

102
informal menjadi pilihan hidup mereka, peranan sektor informal bagi mereka juga sangat penting
dan strategis.

Konsep sektor informal muncul ketika teori pembangunan mengalami sebuah krisis, teori

pembangunan mengalami krisis karena adanya akibat dari berkembangnya teori itu sendiri di

negara yang sedang berkembang. Teori pembangunan tidak dapat diterapkan pada negara-negara

berkembang, teori pembangunan telah gagal untuk melepaskan negara yang sedang berkembang

dari masalah kemiskinan dan lapangan pekerjaan. Kata sektor informal dipakai untuk

menggambarkan angkatan kerja yang berada di luar usaha formal. Istilah sektor informal adalah

sektor yang dimana para individunya bekerja untuk dirinya sendiri. Meskipun begitu pada

akhirnya konsep atau istilah sektor informal terus mengalami perkembangan yaitu dengan

masuknya kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dilupakan dalam model teori pembangunan dan
neraca ekonomi.

Konsep atau istilah Sektor informal muncul ketika adanya keterlibatan para pakar-pakar

internasional di dalam perencanaan pembangunan dunia ketiga. Dunia ketiga muncul setelah

lahirnya negara-negara maju pasca perang dunia kedua. Pasca perang dunia kedua muncullah

gagasan atau ide-ide di tingkat internasional untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di

negara-negara yang sedang berkembang sebagai wujud tanggung jawab negara maju atas apa

yang dilakukakan terhadap negara yang sedang berkembang di saat perang dunia, maka dari itu

dibuatlah lembaga-lembaga internasional guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi

103
misalnya IMF, The world Bank, dan ILO. Lembaga-lembaga perkonomian internasional tersebut

melakukan berbagai langkah-langkah nyata dalam kebijakan-kebijakan dan pengambilan

keputusan-keputusan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara sedang

berkembang. Pada akhirnya ILO pada tahun 1972 meluncurkan program WEP (World

Employment Progamme) sebagai konsep sektor informal yang pertama kali dikenalkan ILO

kepada dunia. Kegiatan ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan

perlindungan oleh pemerintahan tetapi mempunyai makna ekonomi yang penting karena bersifat

kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar
kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal.

Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian oleh ILO disebut sebagai sektor informal. Kriteria yang

sering digunakan ILO untuk menjelaskan istilah sektor informal yaitu sektor yang tidak

menerima bantuan ekonomi apapun dari pemerintah, sektor yang belum menggunakan bantuan

ekonomi dari pemerintah meskpun sebenarnya bantuan itu ada, sektor yang telah menerima

bantuan ekonomi dari pemerintah tetapi bantuan tersebut belum dapat menjadikan sektor

informal mengalami kemandirian. Konsep sektor informal pada akhirnya mendapat pengertian

baru dengan fokusnya pada kerangka hukum yang merupakan bagian utama yang mebedakan

antar sektor formal dan sektor informal. Pendekatan ini menghubungkan munculnya sektor

informal dengan kebijakan-kebijakan yang diambil serta dengan biaya bertransaksi.

104
Pendekatan ini bertujuan agar sektor informal lebih berkembang, karena itu deregulasi pasar,

hak-hak kepemilikan swasta yang jauh lebih besar, dan penghilangan campur tangan pemerintah

sangat dibutuhkan.[24]

Namun sektor informal menurut ILO didefinisikan ulang sebagai hal yang bersinonim dengan

kemiskinan. Sektor informal menunjuk pada cara masyarakat perkotaan melakukan suatu hal

dengan ciri-ciri : mudah mempelajarinya dalam hal keahlian, modal dan organisasi, perusahaan

milik keluarga, beroperasi pada skala kecil, intensif tenaga kerja dalam produksi dan

menggunakan teknologi sederhana serta pasar yang tidak teratur dan kompetitif. Konsep ini

mendapat kritikan tajam dari Leys (1974). Menurut Leys konsep dan garis-garis kebijakan ILO

tentang sektor informal akan memicu berkembangnya kapitalisme lokal yang otonom
berdasarkan pemerasan tenaga kerja dengan biaya yang murah.

Di masa globalisasi sekarang ini sektor informal mengalami perkembangan yang sangat pesat

dan mempunyai peran yang penting, sektor informal dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan yang

ilegal (tidak resmi) yang melawan hukum contohnya yaitu pedagang Narkotika dan kegiatan

legal (resmi) tetapi tidak tercatat sebagai penyumbang pajak kepada negara contohnya pedagang

kaki lima (PKL), pedagang asongan, tukang becak, tukang parkir, pengamen, anak jalanan,
pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

Munculnya sektor informal juga dimulai dari istilah-istilah ekonomi yaitu ekonomi bayangan

(shadow economy), black economy, serta underground economy. Aktifitas perekonomian yang

105
ada dan berlangsung di suatu negara dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu Recorded Economy

dan Unrecorded Hidden Economy. Jika ditinjau dari pencatatan aktifitas ekonomi tersebut ke

GDP (Gross Domestic Product), Unrecorded Hidden Economy inilah yang lebih sering kita

dengar sebagai shadow economy atau black economy atau underground economy. Menurut
Edgar L. Feigi, Underground Economy dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Illegal Economy yaitu aktifitas ekonomi yang tidak sah atau tidak resmi, pendapatan

yang dihasilkan merupakan pendapatan dari kegiatan yang melanggar undang-undang.

2. Unreported Economy yaitu kegiatan ekonomi dimana pendapatan yang dihasilkan tidak

dilaporkan kepada pemerintah dengan maksud menghindari tanggung jawab untuk

membayar pajak.

3. Unrecorded Economy yaitu kegiatan ekonomi dimana pendapatan yang seharusnya

tercatat dalam daftar pemerintah namun tidak tercatat.

4. Informal Economy merupakan pendapatan yang diperoleh dari agen ekonomi secara

informal. Para pelaku ekonomi yang berada dalam sektor ini kemungkinan tidak memiliki

izin komersial, perjanjian kerja atau kredit keuangan.

D. SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA

TIPE-TIPE EKONOMI INFORMAL.


Tipe-tipe ekonomi infomal dalam kegiatan perekonomian ada 3 tipe yaitu :

106
Produksi Subsistensi, produksi yang dilakukan baik barang maupun jasa bertujuan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup. Distribusi barang dari produksi subsistensi ini

yaitu melalui pasar langsung. Ciri-ciri yang bisa dilihat yaitu bahwa produksi yang

dilakukan hanya berorientasi komsumsi, dan tenaga kerjanya pun tidak dibayar karena

biasanya berasal dari keluarga sendiri.

Sektor Informal, bertujuan untuk peningkatan fleksibilitas managerial dan pengurangan

biaya tenaga kerja dari perusahaan sektor formal melalui subkontrak kepada tenaga kerja

sektor inforamal atau penggajian yang dicatat di dalam pembukuan tidak resmi. Ciri-ciri

dari sektor informal ini yaitu adanya jaringan sosial, magang, terkadang pendapatannya

lebih tinggi dibanding bekerja pada sektor formal, fenomena ini ada di negara maju dan

berkembang.

Sektor Informal Bayangan, bertujuan untuk akumulasi modal oleh perusahaan kecil

melalui hubungan kesetiakawanan, fleksibilitas dan pembiayaan yang rendah.

E. CIRI-CIRI SEKTOR INFORMAL

Berdasarkan definisi-definisi mengenai sektor informal diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa sektor informal di Indonesia mempunyai ciri-ciri :

Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena unit usaha muncul tanpa

menggunakan fasilitas atau lembaga formal yang tersedia.

Unit usaha pada umumnya tidak memiliki izin usaha.

Pola kegiatannya (lokasi dan jam kerja) tidak teratur dengan baik.

107
Unit usaha berganti-ganti dari satu bidang penjualan ke bidang lainnya.

Tekonologi yang digunakan masih sangat sederhana

Modal dan perputaran usahanya relatif kecil sehingga operasinya juga kecil.

Tidak perlu pendidikan formal.

Unit usaha biasanya terdiri dari para pekerja yang berasal dari keluarganya sendiri.

Sumber modal berasal dari tabungan sendiri atau dari kredit.

Hasil produksi ditujukan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.


Ciri sektor informal di kota menurut Alan Gilbert dan Josef Gogler (1996) yaitu :

Mudah untuk dimasuki siapapun

Bersandar pada sumber daya lokal

Usaha milik sendiri

Operasinya skala kecil

Padat karya dan teknologi bersifat adaptif

Ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal

Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya tidak kompetitif.

F. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SEKTOR INFORMAL

Sektor informal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat tidak selamanya langsung

diterima begitu saja, pasti ada pro dan kontra. Juga kemunculannya pasti menimbulkan sisi
positif maupun negatif. Berikut kelebihan dan kelemahan sektor informal yaitu:

108
Kelebihan :

Sektor informal dapat bertahan dan berkembang pesat dari tahun ke tahun.

Sektor informal adalah usaha berskala kecil dan terkadang bersifat padat karya.

Produksi yang dilakukan masih bersifat sederhana sehingga pekerja tidak harus

berpendidikan formal.

Adanya keahlian khusus (traditional skills).

Modal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha kecil.

Persayaratan masuk ke sektor informal sangat mudah.

Kebebasan waktu kerja.

Tidak adanya batasan umur untuk angkatan kerja.

Jenjang pendidikan tidak menjadi ukuran uatam.

Mempunyai kemampuan menyerap tenaga kerja tinggi.

Menciptakan lapangan pekerjaan.

Mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.


Kelemahan :

Adanya hambatan dan kendala-kendala baik internal maupun eksternal..

Keterbatasan modal, karena modal yang digunakan untuk mendirikan usaha informal

berasal dari uang sendiri.

109
Pemasaran barang dan jasa terbatas.

Ketersediaan bahan baku tidak selalu terjamin.

Sumber daya manusia terbatas pada pekerja yang umumnya berasal dari keluarganya

sendiri.

Tidak efisien.

Menimbulkan suasana yang kacau.

Pengetahuan tentang bisnis dan ekonomi tidak luas.

Teknologi canggih untuk proses produksi belum menguasai.

Persaingan sangat tajam dan terbuka.

Kemampuan berkomunikasi sangat rendah.

Akses terhadap fasilitas- fasilitas terbatas.

Kesulitan meningkatkan kualitas produk.

Dianggap sebagai beban.

Mencemari keindahan dan ketertiban umum.

G. PERKEMBANGAN SEKTOR INFORMAL DI INDONESIA

Sektor informal dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang sangat pesat mulai dari

awal kemunculannya hingga era sekarang ini. Meskipun pada tahun 1971 pertumbuhan ekonomi

selama pembangunan jangka panjang yang pertama berkisar antara 5-8 % per tahun, proporsi

pekerja sektor informal khususnya di perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun tersebut

tingkat pekerja sektor informal terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 %.

110
Angka ini terus meningkat menjadi sekitar 36 % pada 1980 dan menjadi 42 % pada tahun 1990.
Di tahun 2000 angka tersebut berubah menjadi sekitar 65%.

H. PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM EKONOMI INDONESIA

Peran sektor informal dalam perekonomian Indonesia relatif sangat tinggi dibanding sektor

formal dalam usaha menyerap tenaga kerja untuk beberapa jenis pekerjaan di sektor informal.

Gambaran sektor informal dapat menjadi sinyal pendukung perekonomian negara yaitu dapat

dilihat pada penjelasan-penjelasan sebelumnya dan juga berdasarkan data yang dipublikasikan

oleh BPS. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas

sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun
nilai tambah yang diciptakannya tidak sebesar nilai tambah sektor formal.

Peran sektor informal di perkotaan sangat penting sebagai pengaman adanya angka

pengangguran. Di berbagai kota besar di Indonesia, ketika situasi krisis melanda dan

pengangguran terjadi di mana-mana, maka peluang usaha satu-satunya yang dapat

menyelamatkan kelangsungan hidup jutaan angkatan kerja korban PHK dan pengangguran dari

desa adalah sektor informal. Di Jakarta, misalnya, sektor informal yang ada menurut survei BPS

DKI Jakarta ternyata mampu menyerap 193 ribu tenaga kerja (Koran Tempo, 13/2 dalam
Suyanto, 2006).

111
Sektor informal di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga

kerja, mengurangi angka pengangguran, juga mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Sektor

informal memberikan kemungkinan kepada tenaga kerja yang berlebih di pedesaan untuk
migrasi dari kemiskinan dan pengangguran.

Sektor informal sangat berkaitan dengan sektor formal di perkotaan. Sektor formal tergantung

pada sektor informal terutama dalam hal input murah dan penyediaan barang-barang bagi pekerja

di sektor formal. Sebaliknya, sektor informal tergantung dari pertumbuhan di sektor formal.

Sektor informal kadang-kadang justru mensubsidi sektor formal dengan menyediakan barang-

barang dan kebutuhan dasar yang murah bagi pekerja di sektor formal. Pemberian insentif,

kemudahan izin usaha serta pengaplikasian good governance menjadi salah satu instrumen dalam

mengendalikan sektor informal, jangan sampai masyarakat tidak mendapatkan insentif malah

terdisinsentif untuk membentuk usaha yang formal. Perbaikan dalam pendidikan dan pelatihan

keahlian juga merupakan jawaban yang cukup tepat untuk mengubah potensi sektor informal ini
menjadi besar sehingga dapat menjadi pendapatn potensial bagi negara.

Untuk mewujudkan itu semua sektor informal memerlukan pengawalan dan pengawasan dari

pemerintah karena sektor informal inilah tempat dimana para pekerja sesungguhnya berada

dengan segala keterjangkauannya. Sektor informal juga harus diawasi agar perlindungan

terhadap bisnis dan pekerja pada sektor ini lebih terjamin. Diperlukan suatu peraturan yang

secara khusus dapat mengatur sektor informal sehingga menjadi sektor yang bermanfaat bagi

112
masyarakat dan pemerintah sehingga lebih mampu berperan aktif dalam usaha perbaikan
ekonomi.

Untuk memperdalam pemahaman andi jawablah soal-soal dibawah ini


1. Jelas pengertian sistim informal dan contohnya ?
2. Sebutkan ciri-ciri dari sistim informal pasar ?
3. Sebutkan faktor pendukung dan penghambat sistim informal dan
pasar?
4. Berikan ringkasan dari materi diatas dan sebutkan yang intinya?

[24]

113

Anda mungkin juga menyukai