Anda di halaman 1dari 9

19 Jenis-Jenis Frasa – Pengertian dan

Contohnya
Jenis-Jenis Frasa – Pengertian dan Contohnya, Manusia memiliki kodrat sebagai
makhluk sosial, sehingga komunikasi dengan sesama manusia pasti tidak terhindarkan setiap
harinya. Salah satu media komunikasi antar perorangan adalah bahasa. Dengan bahasa,
manusia mampu menyampaikan pesan, gagasan, kehendak, informasi ke manusia lainnya.
Bahasa memiliki berbagai satuan yang menyusunnya. Satuan terkecil dalam bahasa
merupakan frasa. Dalam artikel kali ini kita akan membahas mengenai jenis jenis frasa –
pengertian dan contohnya.

Pengertian Frasa

Secara umum, frasa dapat diartikan sebagai gabungan atau suatu kesatuan kata yang
terbentuk dari dua kata atau lebih yang memiiliki satu makna gramatikal. Yang dimaksud
makna gramatikal di sini adalah makna yang berubah ubah sesuai dengan konteks dalam
kalimatnya. Menurut Ramlan (2001), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata
atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Dalam pengertian lain yang
dikemukakan Chaer, frasa merupakan satuan yang terdiri dari dua atau lebih yang
membentuk atau menduduki satu fungsi kalimat (subjek / predikat / objek / keterangan /
pelengkap) dan juga bersifat nonprediktif. perhatikan contoh berikut :

 Mahasiswa tahun pertama sedang kuliah di ruang kelas 301

Pada kalimat di atas, dapat kita temui tiga buah frasa, yakni :

 ‘mahasiswa tahun pertama’ merupakan frasa yang menduduki fungsi sebagai subjek.
 ‘sedang kuliah’ merupakan frasa yang menduduki fungsi sebagai predikat.
 ‘di ruang kelas 301’ merupakan frasa yang menduduki fungsi sebagai keterangan
tempat.

Dalam uraian singkat pada kalimat diatas, frasa merupakan gabungan beberapa kata yang
tidak memiliki predikat, sehingga tidak dapat membentuk kalimat sempurna.

Ciri-Ciri Frasa

Untuk membedakan frasa dari satuan bahasa lain, berikut ini merupakan ciri ciri atau sifat
sifat yang dimiliki frasa, yaitu :

1. Frasa terdiri dari minimal dua kata atau lebih.


2. Frasa menduduki atau memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat (misal: subjek,
predikat, objek, atau lain sebagainya).
3. Frasa memiliki satu makna gramatikal.
4. Frasa bersifat non predikatif (frasa dapat menduduki fungsi sebagai predikat, namun
bukan merupakan kumpulan kata yang memiliki predikat seperti kalimat).

Jenis-Jenis Frasa
Frasa dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan persamaan dstribusi dengan unsurnya,
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, kedudukan, serta makna yang dikandungnya.

A. Pembagian Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya


(Pemadunya)

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya, frasa dibedakan menjadi frasa


endosentris dan frasa eksosentris. Berikut penjelasannya.

1. Frasa Endosentris
Frasa Endosentris merupakan frasa yang kedudukannya sejajar, sehingga dalam suatu fungsi
tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan fungsi tertentu
dari frasa tersebut disebut sebagai unsur pusat. Dengan kata lain frasa endosentris merupakan
frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa di kelas

(S) (P)

Tiga pria di pelabuhan

(S) (P)

Pemilihan umum lima tahun sekali

(S) (P)

Kalimat ‘Sejumlah mahasiswa di kelas’ tidak dapat ditulis menjadi ‘Sejumlah di kelas’
karena kata ‘mahasiswa’ merupakan unsur pusat. Begitu pula dengan kalimat ‘Tiga pria di
pelabuhan’ tidak dapat ditulis sebagai ‘Tiga di pelabuhan’ karena kata ‘pria’ merupakan
unsur pusat pada frasa ‘tiga pria’. Sedangkan pada kalimat ‘Pemilihan umum lima tahun
sekali’ tidak dapat ditulis menjadi ‘umum lima tahun sekali’ atau pun ‘pemilihan lima sekali’
karena kata ‘pemilihan’ dan kata tahun ‘tahun’ merupakan unsur pusat.

Lebih lanjut, frasa endosentris masih dapat dibagi lagi menjadi tiga, yakni frasa endosentris
koordinatif, frasa endosentris atributif, serta frasa endosentris apositif.

1.1. Frasa Endosentris Kontributif

Frasa Endosentris Koordinatif merupakan frasa endosentris yang semua unsurnya adalah
unsur pusat. Untuk unsur yang mengacu pada hal yang berbeda pada tiap unsurnya, frasa
dapat diberi sisipan kata ‘dan’ atau ‘atau’.

Contoh :

 Pekarangan rumah
 Suami istri
 Ayah ibu
 Kakak adik
 Muda mudi
 Pembianaan dan pembangunan
 Pembangunan dan pembaharuan
 Maju atau mundur
 Bekerja atau belajar
 Kuliah atau bekerja

1.2. Frasa Endosentris Atributif

Frasa Endosentris Atributif adalah frasa endosentris yang mempunyai unsur pusat serta unsur
atribut. Atribut merupakan bagian frasa yang bukan termasuk unsur pusat, akan tetapi
menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang yang bermakna.

Contoh :

 Pemilihan presiden

(UP) (Atribut)

 Pembangunan lima tahun

(UP) (Atribut)

 Sekolah Inpres
 Buku baru
 Kemarin malam
 Malam ini
 Minggu ini
 Sedang syuting
 Sangat bahagia
 Orang itu
 Anak Pak Ujang
 Sedang menari

Kata kata yang dicetak miring merupakan unsur pada frasa tersebut, sedangkan kata yang
tidak dicetak miring merupakan atribut yang menerangkan unsur pusat pada frasa tersebut.

1.3. Frasa Endosentris Apositif

Frasa Endosentris Apositif merupakan frasa endosentris yang semua unsur di dalamnya
adalah unsur pusat serta menunjuk pada satu hal yang sama. Atau dengan kata lain, unsur
pusat yang satu merupakan aposisi dari unsur pusat lainnya.

Contoh:

Taufik Hidayat, pebulutangkis Indonesia, meraih medali emas Olimpiade Athena


‘Taufik Hidayat’ merupakan unsur pusat, sedangkan ‘pebulutangkis Indonesia’ merupakan
aposisinya. Sehingga kalimat tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Taufik Hidayat, ……………………………………meraih medali emas Olimpiade Athena

……………………..pebulutangkis Indonesia meraih medali emas Olimpiade Athena

Contoh lain frasa endosentris apositif adalah sebagai berikut :

 Bogor, kota Hujan, ………


 Leonardo di Caprio, pemenang Piala Oscar, ………
 Film ‘La La Land’, peraih lima piala BAFTA, ………..
 Sutarno, pesulap Indonesia, ……….
 Bapak Jokowi, presiden ketujuh Republik Indonesia, ………..
 Ahmad Dhani, calon wakil bupati Bekasi, ………….
 Aulia Rahman, temanku, ………….
 Ibu Ani Yudhoyono, istri Bapak SBY, …………..
 Solo, kota kelahiranku, …………
 Azza, pemain basket FEM, ………..

Frasa yang dicetak miring merupakan unsur pusat, sedangnya frasa yang tidak dicetak miring
merupakan aposisi dari unsur pusat tersebut.

2. Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris merupakan frasa yang tidak memiliki persamaan kedudukan dengan
unsurnya. Dengan kata lain, frasa eksosenyris tidak memiliki unsur pusat atau UP.

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan contoh dari frasa eksosentrik)

 Kedua saudagar mengadakan jual beli


 Mereka bertemu di pelabuhan
 Mahasiswa di lapangan
 Anak itu mengadu pada ibunya
 Saiful dan Aria ke perpustakaan
 Dia baru pulang dari Medan
 Ananda melakukan penelitian di Bogor
 Ia mengirimkan surat pada sahabatnya
 Sindikat pencuri biasa beraksi pada malam
 Ia menunggu di rumah

B. Pembagian Frasa Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya

Menurut pembagian berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibedakan
menjadi enam kategori, yakni frasa nomina, frasa verba, frasa ajektifa, frasa numeralia, frasa
preposisi, dan frasa konjungsi.

1. Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata nomina. Frasa nomina
dibedakan kembali menjadi beberapa kategori sebagai berikut,

1.1. Nomina sebenarnya.

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Pasir pantai itu sangat putih.


 Gerobak itu berwana merah.
 Rumah ini milik keluarga Hasim.
 Jeruk itu manis sekali.
 Roda motornya kempes.

1.2. Pronominal

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Dia itu seorang penulis.


 Mereka semua tergabung dalam grup musik yang sama.
 Kami ini perwakilan universitas.
 Dia itu memang manis.
 Kita itu saudara.

1.3. Nama

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Dian itu saudara sepupu saya.


 Ayah Ahmad seorang pelaut.
 Koki Andita sudah terkenal di mana mana.
 Rihanna itu memang terkenal baik dari dulu.
 Rumanah itu anak dari Pak RT.

1.4. Kata-kata selain nomina yang berubah strukturnya menjadi nomina

Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)

 Dia rajin (verba) – >rajin itu menguntungkan.


 Anak kucing kami tiga ekor (numeralia) -> Tiga itu cuma sedikit dibandingkan yang
diterima sebenarnya.
 Dia berlari (verba) -> Berlari itu bentuk olahraga yang murah dan mudah.
 Dia baik (adjektiva) -> Anak baik itu bernama Ananda.
 Harga rumah kami tiga juta rupiah (numeralia) -> Tiga juta itu hilang dirampok.

2. Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan ditandai dengan
adanya afiks verba. Frasa verba dapat ditambahkan imbuhan kata ‘sedang’ untuk verba aktif
dan kata ‘sudah’ untuk verba yang menyatakan keadaan. Frasa verba tidak dapat diberikan
imbuhan kata ‘sangat’ dan biasanya menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Contoh :

 Berlari kencang.
 Memacu motornya kencang.
 Sedang menjemur.
 Menghitung penghasilan bulan ini.
 Berjalan memutari kompleks.
 Belajar beladiri.
 Membawa keranjang buah.
 Pergi berlibur.
 Membantu teman.
 Menjenguk pamannya.

3. Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata adjektiva. Unsur
dalam frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan ter- (untuk mewakili kata paling). Biasanya
menduduki fungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Contoh :

 Rumahnya sangat besar.


 Alangkah senangnya kami.
 Dia itu sesukanya sendiri.
 Dia memang yang terbaik.
 Ananda sangat baik
 Jalannya sangat panjang.
 Panci itu sangat panas.
 Hasil ujiannya yang paling baik di antara teman temannya
 Pekarangangan itu sangat lebar.
 Dia anak paling penurut di antara saudaranya.

4. Frasa Numeralia
Frasa numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata numeralia atau kata
kata yang menyatakan suatu bilangan atau jumlah tertentu. Frasa numeralia dapat diberi kata
bantu bilangan seperti ekor, buah, satuan mata uang, dan lain sebagainya.

Contoh :

 Dua puluh lima.


 Lima belas ribu.
 Dua ekor.
 Tiga puluh tangkai.
 Lima puluh lima tandan.
 Dua ratus juta rupiah.
 Enam milyar.
 Seratus juta rupiah.
 Tiga ribu dolar Amerika.
 Tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.

5. Frasa Preposisi
Frasa preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan sebagai
penunjuk/indikator dan diikuti kata atau kelompok kata, yang bukan klausa, yang berdiri
sebagai petanda.

Contoh:

 Di teras.
 Di depan rumah.
 Dari sekolah.
 Untuk saya.
 Kepada hadirin yang terhormat.
 Untuk semua murid yang mengikuti upacara bendera.
 Ke stasiun.
 Dari arah utara.
 Menuju rumah.
 Ke arah yang berlawanan.

6. Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya konjungsi atau kata penghubung.
Frasa konjungsi disebut juga sebagai frasa verbal atau keterangan.

Contoh:

 Terus diam.
 Ketika belajar.
 Masa lampau.
 Kemarin malam.
 Akhir minggu.
 Tadi sore.
 Tengah malam.
 Kemarin siang.
 Besok petang.
 Terus berlari.

C. Pembagian Frasa Berdasarkan Kedudukannya

Frasa dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kedudukannya, yakni frasa setara serta frasa
setara bertingkat.
1. Frasa Setara
Frasa setara merupakan frasa yang memiliki hubungan antar unsur setara. Contoh :

 Keluar masuk.
 Depan belakang.
 Hitam putih.
 Muda mudi.
 Tua muda.
 Suami istri
 Maju mundur
 Pergi kembali
 Pulang pergi.
 Asal usul

2. Frasa Setara Bertingkat


Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang kedudukan antar unsurnya tidak setara atau
bertingkat. Contoh :

 Uang tunai.
 Cara baru.
 Pedang tajam.
 Bangku emas.
 Mengayuh sepeda.
 Sedang pergi.
 Dari kantor.
 Bahasa Indonesia.
 Tanah air.
 Musim panen.

D. Pembagian Frasa Berdasarkan Makna yang Dikandungnya

Frasa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya atau
yang dimiliki unsur unsurnya, yakni frasa biasa, frasa idiomatic, serta frasa ambigu.

1. Frasa Biasa
Frasa biasa adalah frasa yang hasil dari pembentukannya berupa makna denotasi atau makna
sebenarnya. Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa biasa)

 Ayah membeli sapi putih.


 Kursi favorit ibu berwarna biru.
 Ibu membeli asam jawa dan garam di warung.
 Arya selalu memantau perkembangan anak laki-lakinya.
 Mobil merah itu buatan Eropa.
 Mobil hitam itu harganya hampir satu milyar rupiah.
 Ibu membeli sayur kangkung.’
 Kasur empuk itu dibeli di toko sebelah.
 Sepeda kecil milik adik
 Sepupuku membeli sepatu baru.

2. Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik merupakan kebalikan dari frasa biasa, yaitu frasa yang hasil pembentukannya
berupa makna konotasi atau makna yang bukan sebenarnya. Contoh :

 Saya baru kembali dari Pangkalpinang. (arti: nama tempat)


 Saya akan berangkat ke luar negeri besok siang. (arti: ke negara lain)
 Akhirnya Ayu menginjakkan kakinya di Negeri Paman Sam. (arti: julukan Amerika)
 Ia memiliki kaki tangan yang dapat diandalkan. (arti; orang kepercayaan)
 Erdi membawa buah tangan dari Surabaya. (arti: oleh oleh)
 Dia menjadi kuda hitam dalam turnamen ini. (arti: jagoan yang tidak terprediksi)
 Aji orangnya sangat ringan tangan. (arti; suka membantu)
 Ia menjadi buah bibir di masyarakat. (arti: omongan)
 Ayah anak itu banting tulang setiap hari. (arti: bekerja)
 Antasari Ashar merasa dijadikan kambing hitam. (arti: orang yang disalahkan)

3. Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang memiliki makna lebih dari satu atau makna ganda tergantung
pada penggunaannya dalam kalimat. Contoh :

 Buah tangan. (arti: ‘buah yang dipegang tangan’ atau ‘oleh oleh’)
 Panjang tangan. (arti: ‘panjang dari sebuah tangan’ atau ‘suka mencuri’)
 Kambing hitam. (arti: ‘kambing yang berwarna hitam’ atau ‘orang yang disalahkan’)
 Sapi perah. (arti: ‘jenis sapi yang diternak untuk diambil susunya’ atau ‘orang yang
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan tertentu)
 Keras kepala. (arti: ‘kepala yang keras’ atau ‘orang yang tidak mau mendengarkan
nasehat orang lain’)
 Haram. (arti: ‘sesuatu yang tidak halal (makanan)’ atau ‘suatu perbuatan yang
dilarang oleh agama

Anda mungkin juga menyukai