Anda di halaman 1dari 11

Epistimologi Akuntansi, dan Auditing Metode Dialektika Mengadopsi Filsafat: George

Wilhelm Friedrich Hegel (1770--1831), Søren Aabye Kierkegaard (1813-1855) **Pendasaran


transformasi ini adalah satu fakta dapat diterangkan menjadi banyak fakta atau penjelasannya
konsep tergantung epistimologinya. Untuk menyusun Dalil-Dalil saya membuat paradigma
ilmu auditing pada gambar berikut ini:

 Dalil (1): Auditing adalah kegiatan dialektika antara Otoritas menulis dengan otoritas kritik
untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai sintesis keduanya. Hasil dialektika ini adalah
proses roh ("realitas") yang mengobjektifkan dalam sejarah pengaruh atau auditing adalah
logika sejarah yang dikonstruksikan dalam ilmu untuk melakukan transliterasi.
 Dalil (2): Auditing adalah kegiatan dialektika, sebagai logika sejarah masa lalu (historis cost)
yang dikonstrusikan. Atau Auditing adalah proses kegiatan dialectic pada isi tulisan klien
dengan memahami kembali seluruh phenomena, Noumena makna konteks, text, dan menulis
isi penilaian dalam bentuk opini (auditor melakukan proses membaca dan menulis).
 Dalil (3) Auditor, Auditee, dan Auditing adalah manusia, merupakan cara manusia
bereksistensi bersifat intersubjektivitas.
 Dalil (4): Akuntansi adalah perilaku menulis yang disampaikan kepada pembaca. Ada aturan
menulis, dan aturan dibuat untuk melindungi pemilik modal (kapitalisme). Menghadirkan
tatanan ilmu akuntansi dan auditing sebagai fungsi produksi teks laporan keuangan kepada
pemakai informasi.
 Dalil (5): Independensi Auditor ("kritik logika murni") idial harus mampu
bereksistensi tampil, menempatkan diri, berdiri, ialah cara manusia berada di dunia sebagai
individu yang bereksistensi dan konkrit. Auditor tidak dapat direduksi ke dalam realitas-
realitas universal dan abstrak, karena apabila auditor direduksi ke dalam realitas-realitas
abstrak dan universal, maka auditor tidak pernah memiliki kebebasan untuk merealisir atau
mewujudkan dirinya sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit.
 Model Riset Invensi Penelitian. Pendasaran Epistimologi Auditing Metode Dialektika
berdasarkan Pada Auditor, dan Auditee: Penelitian dilakuka di Kantor Akuntan Publik di
Jakarta. Metode sampling adalah menggunakan probalility sampling dengan Slovin (Sevilla
et. al., 1960:182), sebagai berikut: jumlah sampel penelitian adalah 145 KAP di Jakarta,
reponden yang mengembalikan kuesioner lengkap 112 mengembalikan kuesioner. Hasil
terlebih dahulu dilakukan pengujian relabilitas, validitas, dan transformasi data ordinal ke
interval variabel baik untuk responden auditor, dan auditee. Hasil Invensi Riset Penelitian
Dialektika untuk Auditor George Wilhelm Friedrich Hegel (1770--1831) . Hasil
pengolahan statistika model PCA adalah Variabel adalah Dialektika Hegelian, Sejarah (data
historis adalah proses dialektika realitas "roh"), pada items pertanyaan no 24 pada kuesioner.
Maka tafsir transliterasi sebagai berikut: Auditing adalah kegiatan dialektika antara
SAK SAK (IFRS, ETAP, ASP, Syariah) dengan SPAP atau Standar Audit untuk
menghasilkan laporan keuangan sebagai sintesis keduanya. Hasil dialektika ini adalah proses
roh yang mengobjektifkan dalam sejarah pengaruh atau auditing adalah logika sejarah yang
dikonstruksikan dalam ilmu untuk melakukan transliterasi. Hegel dalam bukunya
"Philosophy of History" mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada pandangan
Negara merupakan realitas kemajuan pikiran ke arah kesatuan dengan nalar. Hegel melihat
Negara sebagai kesatuan wujud dari kebebasan objektif dan nafsu subjektif adalah organisasi
rasional dari sebuah kebebasan yang sebenarnya berubah-ubah dan sewenang-wenang jika di
biarkan pada tingkah laku individu. Penggunaan dialektika untuk menjelaskan
pandangannya. Sementara dialektika adalah konsep pertentangan menuju kesatuan di mana
seluruh proses yang terjadi selalu mengalami pertentangan sebelum akhirnya menuju ke
sebuah kesatuan. Dialektika sebagai proses terdiri dari tiga tahapan, tahapan pertama adalah
tesis, kemudian tahapan kedua sebagai negasi disebut antitesis dan akhirnya tahapan ketiga
disebut sintesis sebagai kesatuan atau yang mendamaikan kedua tahapan sebelumnya. Hegel
berpendapat tugas seorang filsuf sejarah adalah menemukan rasionalitas sejarah, yakni arti
dari tujuan dalam proses sejarah secara keseluruhan serta mencoba untuk menjawab apakah
sejarah lebih dari hanya sekedar rangkaian peristiwa yang berkaitan satu sama lain. Menurut
Hegel, hanya ada satu asumsi pokok dalam pendekatan sejarah, yakni alasan/tujuannya,
sehingga karena itu sejarah hadir (terjadi) dengan suatu proses rasional. Menurutnya, dalam
filsafat sejarah pengertian pokok adalah budi. Budi tersebut aktif dalam dua bidang. Bidang
pertama, sebagai roh objektif, budi menguasai hal-hal dalam kenyataan objektif, kenyataan
tersebut memperlihatkan tata tertib dan keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip
nasional. Bidang kedua, oleh Hegel disebut dengan roh subjektif. Identifikasi antara roh
objektif dan roh subjektif berlangsung terus menerus, yang pada hakekatnya merupakan suatu
proses sejarah yang saling berjumpa dalam sintesa tertinggi, yakni roh mutlak. Disebut roh
mutlak karena roh objektif telah melepaskan diri dari dikotomi antara subjek dan objek. Bila
tahap roh mutlak sudah tercapai, maka sejarah pun selesai. Sejarah merupakan suatu gerak
menuju sebuah tujuan. Hegel tentang absolut dan roh mutlak, Hegel menyatakan yang absolut
adalah totalitas, yaitu seluruh kenyataan. Seluruh kenyataan ini dipahami Hegel sebagai suatu
"proses menjadi". Namun Hegel tidak hanya menggambarkan pada suatu proses saja
melainkan apa yang menjadi tujuan dalam proses itu sendiri. Kemudian Hegel memahami
yang absolut adalah sebagai subjek di mana objeknya adalah dirinya sendiri. Sehingga Hegel
membuat pernyataan yang absolut adalah subjek yang memikirkan dirinya sendiri atau
pikiran yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, Hegel mengartikan yang
absolut adalah roh mutlak. Karena roh mutlaklah yang memikirkan dirinya sendiri. Atau
dengan kata lain pikiran tentang memikirkan dirinya sendiri itu berasal dari roh mutlak,
sehingga yang absolut adalah roh mutlak.Jika dikatakan yang absolut adalah roh, maka roh
dapat diartikan juga sebagai realitas. Bagi Hegel sendiri realitas adalah roh yang menyadari
dirinya sendiri. Dalam hal ini Hegel terlihat telah mengabstraksikan segala sesuatu menjadi
abstrak dan meninggalkan hal yang konkret. Hegel seperti membalik cara berpikir pada
umumnya. Karena pada umumnya beranggapan roh, yang diartikan Hegel sebagai sesuatu
yang real, dianggap sebagai hal yang tidak real.Dia meyakini adanya esensi Roh Mutlak
adalah ketidakterikatan atau kebebasan. Komponen yang kemudian melahirkan konsepsi
sosial-politik dalam negara. Kebebasan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu negara yang
rasional, dimana kesadaran diri secara sukarela patuh terhadap hukum dilakukan oleh orang-
orang yang sadar (menyadari) sebagai bagian dari budaya mereka. Orang-orang tidak dipaksa
untuk patuh. Kesadaran merupakan pertumbuhan alami dari para warga negara. Kebebasan
yang dimaksudkan adalah kebebasan yang tidak bersifat individualistik, sebab kebebasan
yang individualistik akan selalu melahirkan anarkhi. Perkembanagn kebebasan dalam sejarah
manusia dapat terlihat dalam berbagai phase perkembangan. Berdasarkan pembedaan antara
roh obyektif, roh subjektif, dan roh mutlak, Hegel membedakan tiga macam penulisan
sejarah. Pertama, penulisan sejarah orisinil, di sini masa silam seolah-olah berbicara sendiri
yaitu laporan seseorang mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zamannya sendiri.
Kedua, penulisan sejarah reflektif, yang mengambil jarak terhadap masa silam sehingga
menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh roh subjektif. Dari masa silam diambil hikmah
atau melalui diskusi-diskusi kritis melacak kebenaran mengenai masa silam. Ketiga,
penulisan sejarah secara filsafati. Selama penulisan sejarah masih berada pada tahap roh
subjektif, maka pengertian-pengertiannya mengenai masa silam belum lengkap, maka
diperlukan penyempurnaan. Penyempurnaan ini terjadi di dalam penulisan sejarah secara
filsafati, yaitu padanan bagi roh mutlak. Menurut Hegel, sejarah dapat dikatakan belum
berakhir dalam arti masih ada hari depan, karena peristiwa-peristiwa masih berlangsung.
Namun sebaliknya, ia juga mengatakan sejarah sudah mencapai masa akhir dalam arti tidak
akan ada lagi penemuan-penemuan yang benar-benar baru. Sejarah telah mencapai
puncaknya pada abad ke-19. Sejarahnya dapat mengulangi bentuk-bentuk atau tahap-tahap
yang lama. Transformasi Hegel, dan Dialektika Auditing. Metode dialektik Hegel terdiri
dari tiga tahap. Yang pertama adalah tesis, yakni membangun suatu pernyataan tertentu.
Yang kedua adalah antitesis, yakni suatu pernyataan argumentatif yang menolak tesis. Dan
yang ketiga adalah sintesis, yakni upaya untuk mendamaikan tegangan antara tesis dan
antitesis. Biasanya para ahli mengaitkan konsep dialektika ini dengan filsafat Hegel,
walaupun Hegel sendiri tidak pernah secara eksplisit menyatakan argumennya melalui
konsep tesis, antitesis, dan sintesis. Sebaliknya Hegel justru menyatakan, Hegel
mendapatkan argumen itu dari filsafat Kant. Lepas dari itu metode dialektik memang
nantinya menjadi sangat populer di tangan para filsuf Idealisme Jerman, terutama di dalam
pemikiran Hegel. Hegel memang tidak secara langsung menggunakan konsep tesis-antitesis
sintesis. Namun ia menggunakan logika yang kurang lebih sama di dalam tulisan-tulisannya.
Hegel kerap kali menggunakan konsep abstrak-negatif-konkret (abstract-negative-concrete)
untuk melukiskan cara berpikir dialektisnya tentang realitas. Beberapa kali ia menggunakan
kata langsung-tidak langsung-konkret (immediate-mediated-conrete). Hegel memang
menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menegaskan metode berpikir dialektis yang
digunakannya di dalam seluruh sistem filsafatnya. Rumusan Hegel abstrak-negatif-konkret.
Di dalam rumusan itu sudah diandaikan, tesis, yakni abstrak, memiliki kelemahan,
yakni belum diuji di dalam realitas. Konsep abstrak belum memiliki aspek pengalaman, dan
belum teruji di dalam kerasnya realitas. Di dalam tahap negatif, yang merupakan level
antitesis, apa yang abstrak tadi diceburkan ke dalam realitas, dan berinteraksi dengan
negativitas yang seringkali muncul di dalam pengalaman. Baru setelah itu abstrak dan negatif
mengelami sintesis, dan menjadi konkret. Level konkret baru bisa dicapai, jika level negatif
dan abstrak sudah dilampaui. Inilah esensi dari metode dialektis yang dapat ditemukan di
dalam seluruh filsafat Hegel. Untuk menggambarkan konsep pelampauan negatif dan abstrak
itu, Hegel menggunakan konsep Aufhebung,yang berarti 'melampaui' (overcoming). Secara
kasar konsep Aufhebung, itu bisa dianggap sebagai suatu upaya untuk menerjang batas-batas
konsep yang ada sebelumnya, sambil tetap mengambil sisi positifnya yang tertinggal. Di
dalam bukunya yang berjudul Ilmu Logika (Science of Logic), Hegel mencoba melukiskan
proses dialektika untuk memahami keberadaan manusia. Keberadaan manusia pada awalnya
adalah Ada (Being). Namun ada-murni (pure being) ternyata tidak dapat dibedakan dengan
ketiadaan (Nothing). Sesuatu yang keberadaanya bersifat murni, yakni tidak tergantung pada
realitas inderawi, juga secara logis dapat disamakan dengan tidak ada. Di dalam proses ada-
murni, yang juga berarti ketiadaan, akan melampaui batas-batasnya sendiri, dan kemudian
bersatu di dalam 'menjadi' (becoming). Di dalam kosa kata teori dialektika Hegel, ada-murni
adalah tesis. Ketiadaan adalah antitesis dari ada-murni. Dan menjadi (becoming)
adalah sintesis dari ada-murni dan ketiadaan.Metode dialektika Hegel memiliki unsur
kontradiksi yang sangat kuat. Baginya setiap tahap perkembangan realitas, mulai dari tesis,
antitesis, dan sintesis, muncul dari kontradiksi yang kuat di dalam tahap sebelumnya. Seluruh
sejarah dunia adalah sejarah dialektika dan kontradiksi. Dahulu kala pemerintahan yang ideal
adalah pemerintahan monarki absolut dengan menjadikan satu raja sebagai acuan utama
politik. Monarki absolut tersebut didasarkan pada dua asumsi, yakni legalitas perbudakan
untuk memperoleh tenaga kerja manusia murah, dan asumsi rakyat adalah orang bodoh yang
tidak mampu memimpin ataupun membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Cara pandang itu
mengalami kontradiksi, karena jika asumsi itu terwujud, maka negara justru tidak akan
berkembang. Sekarang ini bentuk pemerintahan ideal adalah demokrasi dengan mengacu
pada warga negara yang bebas dan cerdas.Kontradiksi tidaklah muncul dari luar tesis,
melainkan justru dari dalamnya. Di dalam konsep monarki absolut sebagai acuan filsafat
politik, sudah ada 'anti' dari monarki absolut itu sendiri. Antitesis sudah selalu terkandung di
dalam tesis. Dan sintesis sudah selalu terkandung di dalam tesis dan antitesis. Dalam bahasa
Hegel di dalam Ilmu Logika, di dalam Ada dan Ketiadaan sudah selalu terkandung 'menjadi'.
Tujuan dasar dari dialektika adalah menganalisis realitas pada dirinya sendiri, seturut
geraknya sendiri, dan untuk memahami itu semua dalam terang akal budi. Konsep inti di
dalam metode dialektika Hegel adalah negasi atas negasi (negation of the negation), atau
yang ia sebut juga sebagai Aufhebung. Konsep ini diawali dengan sebuah premis
sederhana, segala sesuatu menjadi apa adanya, karena selalu berada di dalam relasi dengan
yang lainnya, yang bukan sesuatu itu. Meja bisa ada dan diketahui oleh manusia, karena ada
segala sesuatu yang bukan meja. Meja menegasi segala sesuatu yang bukan meja, sehingga ia
menjadi dirinya sendiri. Hegel mau mengajarkan kita untuk melihat realitas sebagai suatu
proses. Proses tersebut melewati tahap-tahap tertentu yang kelihatannya penuh dengan
negativitas. Namun negativitas itu sebenarnya merupakan antitesis yang nantinya akan
'melampaui' tesis dan antitesis sebelumnya. Seluruh realitas menurut Hegel bergerak dengan
pola itu. Dan pada akhir sejarah, realitas akan mengalami sintesis absolut. Itulah akhir sejarah
menurut Hegel. Seluruh proses ini disebut sebagai dialektika, dan unsur penting dari
dialektika itu adalah kontradiksi dan negasi. Kontradiksi dan negasi itu memiliki unsur
negativitas yang kuat, namun diperlukan untuk perkembangan realitas menuju sintesis
absolut. Implikasi penelitian ini adalah (1) auditing adalah proses dialektika antara penulis
laporan keuangan (klien) sebagai tesis, dengan pembaca laporan keuangan (auditor) sebagai
antithesis, dan menghasilkan sintesis baru laporan keuangan yang reliable, relevant sebagai
hasil dialog antara penulis dan pembaca, (2) auditing adalah proses dialektika antara
pemikiran dalam SAK SAK (IFRS, ETAP, ASP, Syariah) dengan pemikiran SPAP atau
Standar Audit. untuk menghasilkan laporan keuangan bagi stakeholders sebagai sintesis
absolut, (3) pada intinya sintesis absolute merupakan gambaran integritas atau tidak adanya
integritas antara auditor dan auditee, (4) dialektika merupakan antara auditor dan auditee
gambaran totalitas secara mikro dan sekaligus gambaran makro suatu masyarakat
keseluruhan, (5) pada struktur SAK (IFRS, ETAP, ASP, Syariah), dengan SPAP atau
Standar Audit dialektika terjadi perubahan seperti tambah tebalnya buku SAK (IFRS, ETAP,
ASP, Syariah), dan SPAP atau Standar Audit. Implikasi penelitian dapat disimpulkan (1)
secara hirarki dan struktur adalah tidak mungkin terjadi sikap mental independent auditor
dalam menjalankan pekerjaannya sebab terjadi proses dialektika, (2) dengan menghadirkan
auditor berarti secara filosofis memiliki dua aspek (a) SAK (IFRS, ETAP, ASP, Syariah),
adalah standard akuntansi yang buruk tidak mampu menjadi pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan, (b) atau SAK (IFRS, ETAP, ASP, Syariah), baik tetapi manusia dan
system yang menjalakannya tidak memiliki kompetensi. Akibat kelemahan ini maka
diperlukan kehadiran SPAP atau Standar Audit supaya dapat dipercaya laporan
keuangannya. Pertanyaan mengapa membutuhkan standard ganda untuk menciptakan kualitas
laporan keuangan. Secara logika ada kesengajaan diciptakan atau memang kebenaran laporan
keuangan bersifat ganda, (3) akibatnya buku SPAP atau Standar Audit dan SAK tambah tebal
dan terus direvisi memiliki makna standard yang ada terlambat memahami praktik akuntansi,
atau regulasi tidak "mampu" menyusun Standar Audit (SA) vs SAK (IFRS, ETAP, ASP,
Syariah) yang memungkinkan adanya the best argument publik yang bermutu. Implikasi
penelitian dapat dsimpulkan (1) laporan keuangan adalah dialektika antara dua waktu
penulisan laporan keuangan dengan waktu penelaah pembaca laporan keuangan. Terdapat
jarak waktu (historis) penulisan dengan waktu penelaah laporan keuangan. (2) Jika SAK SAK
(IFRS, ETAP, ASP, Syariah) mengubah prinsip historical cost menjadi fair value tetap saja
tidak akan mengubah keadaan dan revisi tersebut adalah suatu kesalahan besar, sebab filsafat
Hegel menyatakan ilmu adalah perjalanan sejarah mengobjektifkan diri, (2) dengan
meminjam filsafat Hegel bahwa percaya perjumpaan dialektika antara auditor dengan auditee
adalah perjalanan roh (=realitas) yang mengobjektifkan artinya perjumpaan tersebut adalah
suatu proses penciptaan sejarah. Interprestasi Hasil Penelitian Dialektika Eksistensial
Auditor Søren Aabye Kierkegaard(1813-1855) Hasil pengolahan statistika model PCA
untuk pemikiran Kierkegaard adalah Variabel adalah Dialektika Eksistensial, dengan
indikator Terus menerus mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal, dan subjektif,
pada items pertanyaan no 30 pada kuesioner. adapun tafsir hasil penelitian ini bahwa auditor
yang idial harus mampu bereksistensi kata "eks" yang berarti keluar dan "sistensi" dari kata
"eksistere" yang berarti tampil, menempatkan diri, berdiri, ialah cara manusia berada di dunia
ini membangun satu sistem filsafat yang menempatkan manusia sebagai individu yang
bereksistensi dan konkrit. Auditor tidak dapat direduksi ke dalam realitas-realitas universal
dan abstrak, karena apabila auditor direduksi ke dalam realitas-realitas abstrak dan universal,
maka auditor tidak pernah memiliki kebebasan untuk merealisir atau mewujudkan dirinya
sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Søren Aabye Kierkegaard:manusia tidak
pernah hidup sebagai "aku umum" tetapi sebagai "aku individual" . Eksistensialisme berasal
dari kata "eks" yang berarti keluar dan "sistensi" dari kata "eksistere" yang berarti tampil,
menempatkan diri, berdiri, ialah cara manusia berada di dunia ini. Eksistensialisme
merupakan suatu aliran filsafat yang menggeluti persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
eksistensi terutama eksistensi manusia. Manusia dilihat bukan dari esensinya melainkan
eksistensinya. Kierkegaard dikenal menentang filsafat yang bercorak sistematis, karena
menurutnya, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi
individual.Di sini terlihat Kierkegaard memberi suatu reaksi terhadap idealisme yang sama
sekali berbeda dari reaksi materialisme. Dialektika Eksistensial Søren Aabye
Kierkegaard bertitik tolak dari bangunan filsafat idealisme Jerman. Eksistensialisme
merupakan suatu gugatan terhadap filsafat idealisme yang cenderung mempersoalkan realitas
secara universal dan mengabaikan eksistensi individu. Epistemologi Kirkegaard merupakan
suatu usaha untuk menolak "abstraksionisme" Hegel yang memutlakan Idea abstrak atau Roh
sebagai kenyataan. Kierkegaard melihat ide "abstraksionisme" Hegel merupakan suatu
pereduksian terhadap manusia konkrit atau individu bahkan kesadaran manusia konkrit
hanyalah sebuah dialektika dalam roh (realitas). Karena itu, Kierkegaard melihat
Hegelianisme sebagai ancaman besar terhadap individu, karena individu dilihat tidak lebih
dari sekadar titik atau percikan dalam sejarah. Dengan kata lain, Hegel mereduksi
personalitas atau eksistensi manusia yang konkrit ke dalam realitas yang abstrak. Padahal,
menurut Kierkegaard manusia tidak pernah hidup sebagai "Aku umum" tetapi sebagai "aku
individual" dan tidak diasalkan kepada yang lain. Hanya manusia yang bereksistensi.
Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan pilihan saya sebagai individu yang
bereksistensi. Eksistensi manusia bukanlah suatu "ada" yang statis, melainkan suatu
"menjadi" yang di dalamnya terkandung suatu perpindahan yaitu dari "kemungkinan" ke
"kenyataan." Dialektika Eksistensial Kierkegaard bertitik tolak dari gagasannya tentang
manusia sebagai individu atau persona yang bereksistensi dan konkrit. Hal yang paling
mendasar bagi manusia adalah keadaan dirinya atau eksistensi dirinya. Menurut Kierkegaard,
eksistensi hanya dapat diterapkan kepada manusia sebagai individu yang konkrit, karena
hanya aku individu yang konkrit ini yang bereksistensi, yang sungguh-sungguh ada dan hadir
dalam realitas yang sesungguhnya. Karena itu, aku yang konkrit ini tidak dapat direduksi
kepada realitas-realitas lain, sebab jika aku yang konkrit ini direduksi ke dalam realitas-
realitas yang lain itu, maka realitas diriku yang sesungguhnya sebagai individu yang
bereksistensi tercampur dengan realitas-realitas itu. Dengan demikian, aku individu yang
konkrit ini tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan mewujudkan diriku
sebagaimana adanya karena aku tergantung kepada realitas-realitas itu. Ketergantunganku
kepada realitas-realitas itu membuat aku tidak bisa untuk merealisasikan diriku sebagaimana
aku kehendaki. Padahal menurut Kierkegaard, eksistensi manusia justru terjadi dalam
kebebasannya. Menurut Kierkegaard, bereksistensi bukan berarti hidup dalam pola-pola
abstrak dan mekanis, tetapi terus menerus mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal
dan subjektif. Dengan kata lain, eksistensi manusia merupakan suatu eksistensi yang dipilih
dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus
dilakukan oleh setiap orang bagi dirinya sendiri. Pilihan bukanlah soal konseptual melainkan
soal komitmen total seluruh pribadi individu. Berangkat dari kebebesan sebagai corak
bereksistensi, Kierkegaard dengan demikian tidak menempatkan individu ke dalam realitas
yang abstrak tetapi individu dilihat sebagai satu pribadi yang sungguh-sungguh hadir dan
konkrit. Karena itu, dalam mengambil keputusan, hanya aku yang konkrit ini yang dapat
mengambil keputusan atas diriku sendiri dan bukan orang lain. Manusia lain tidak berhak
untuk menentukan pilihanku dalam mengambil suatu keputusan atas apa yang aku lakukan.
Karena itu, menurut Kierkegaard, barangsiapa yang tidak berani mengambil keputusan, maka
ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hanya orang yang berani mengambil
keputusanlah yang dapat bereksistensi karena dengan mengambil keputusan atas pilihannya
sendiri, maka dia akan menentukan kemana arah hidupnya.Dialektika eksistensial yang
dilontarkan oleh Kierkegaard berangkat dari gugatannya terhadap pemahaman Hegel tentang
dialektika itu sendiri. Sebelum masuk kepada gagasan Kierkegaard tentang dialektika
eksistensial, penulis menguraikan terlebih dahulu bagaimana pandangan Hegel tentang
dialektika. Dapat dikatakan apabila Hegel memahami Roh Mutlak sebagai proses dialektis,
maka Kierkegaard memahaminya sebagai suatu perkembangan kehidupan eksistensial
individu. Menururt Kierkegaard, peralihan dari satu tahap ke tahap lain tidak dilakukan
dengan pemikiran melainkan dengan keputusan kehendak atau pilihan bahkan dengan
suatu lompatan. Karena itu, Kierkegaard melukiskan kehidupan eksistensial manusia dalam
tiga tahap, yaitu tahap estetis, tahap etis dan tahap religius. Implikasi pada penelitian ini
adalah (1) auditor yang idial harus mampu bereksistensi dari kata "eks" yang berarti
keluar dan "sistensi" dari kata "eksistere" yang berarti tampil, menempatkan diri, berdiri,
ialah cara manusia berada di dunia ini membangun satu sistem filsafat yang menempatkan
manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Auditor tidak dapat direduksi ke
dalam realitas-realitas universal dan abstrak, karena apabila auditor direduksi ke dalam
realitas-realitas abstrak dan universal, maka auditor tidak pernah memiliki kebebasan untuk
merealisir atau mewujudkan dirinya sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Hal ini
disebabkan oleh karena auditor tergantung kepada realitas-realitas itu sendiri (auditor yang
independen). Dengan kata lain, realitas-realitas itu memiliki hukum-hukumnya sendiri
(kontek UU Akuntan Publik, dan Standar audit) itu diterapkan kepada auditor yang
bereksistensi, maka auditor tidak harus mengikuti hukum-hukum itu. Auditor tidak
pernah merealisir diri sebagaimana adanya peraturan peraturan dari Institusi seperti IAPI, dan
Lembaga Regulasi lainnya. Dengan demikian auditor yang eksis, pribadi-pribadi yang sadar
bukan sekadar sebagai bagian dari suatu regulasi menghadapi uang, angka-angka,
assets atau kelompok atau benda-benda dalam suatu kumpulan peraturan negara dan
profesi melainkan sebagai pribadi yang bereksistensi, (2) auditor yang berada dalam tahap
ini mencapai suatu kesatuan batiniah yang terungkap dalam satu pendirian dan kematangan
pribadi, artinya UU Akuntan Publilk dan Standar Audit tidaklah menjadi faktor penting
menjadikan auditor yang mampu ber-eksistensi (c) auditor yang berani mengambil
keputusanlah yang dapat bereksistensi karena dengan mengambil keputusan atas pilihannya
sendiri, maka menentukan kemana arah hidupnya, artinya menjadi auditor
idialisme manusia Ugahari atau semacam "Maksim bagi diri sendiri", (d) kemampuan
bereksistensi tersebut dilakukan sebagai kategoris imperative (berlaku mutlak tanpa syarat)
sekalipun dalam kondisi apapun bahwa yang baik adalah baik. Implikasi pada penelitian ini
adalah akhirnya auditor dihadapkan pada paradoks absolutmemiliki realitas kehidupan yang
mendalam sehingga ditantang untuk melompat ke eksistensi yang baru, yaitu
tahap religious tahap tertinggi dari eksistensial manusia (minimal iman manusia Pancasila).
Auditor sebagai realitas Yang Absolut.
Epistemologi

Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos


(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.

Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif,metode deduktif,metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan

a. Empirisme

Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang
kosong, dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut
Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta
memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-
pertama dan sederhana tersebut.

John Locke memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secara pasif
menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun
rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang
pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek
material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah
pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.

b. Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran
dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja.

c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman.
Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis
dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang
sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).

Bagi para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan
pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme
juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman.

d. Intusionisme

Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.

Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini
memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh
indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap
benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan

Hakekat Penyusutan

Hakekat Penyusutan merupakan hal yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap.
Semua aktiva tetap akan mengalami penurunan kemampuan dalam menghasilkan jasa-jasa,
kecuali tanah karena tanah memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya dianggap
sebagai suatu aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan.

Dasar Penyusutan

Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan penyusutan sebagai berikut:

“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan
secara langsung maupun tidak langsung”

(2007:17.1)

Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:

a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi

b. Memiliki masa manfaat yang terbatas

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Sifat penyusutan

Tahukah anda bahwa aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan akan mengalami
penyusutan aktiva tetap tersebut kecuali Tanah. Misalnya kendaraan yang dibeli utk
digunakan mengangkut barang hasil produksi, tentu untuk jangka waktu tertentu kendaraan
tersebut akan memiliki nilai yang lebih rendah dibanding ketika dibeli.

Hal-hal yang menyebabkan penyusutan:

1. Faktor Teknis

a. rusak

b. aus

c. bencana alam dll

2. Faktor Ekonomis

a. Harga perolehan

b. nilai sisa

c. Umur ekonomis

d. Metode penyusutan yang digunakan

Metode Penyusutan sesuai karakter

Untuk menghitung jumlah penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode antara
lain:

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama
besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa
garis lurus.

2. Metode Tarif Tetap atas Nilai Buku

Pada metode ini, penentuan besar penyusutan dilakukan dengan cara pengalokasian harga
perolehan AT dgn persentase ttt dr nilai buku utk setiap periode akuntansi. Ada dua cara
yakni dgn metode saldo menurun dan metode saldo menurun ganda.
ASPEK AKSIOLOGI

Aksiologi adalah yang mengungkap kegunaan ilmu bagi manusia. Francis Bacon menyatakan
“pengetahuan adalah power”, yang merupakan cerminan betapa pentingnya pengetahuan
tersebut. Namun demikian kekuatan yang dimiliki pengetahuan tersebut digunakan untuk
apa? Jawabannya sangat tergantung kepada manusia sebagai pemakai ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat netral. Bentuk umum kerangka analisis yang
diresepkan dalam penelitian akuntansi menurut Kumala Hadi, (1999).

Melalui pendekatan aksiologis kita dimungkinkan untuk menjawab permasalahan


menyangkut pertanyaan untuk apa pengetahuan itu? Bagaimana hubungan antara ilmu dan
nilai (moral)? Inti dari pendekatan aksiologis adalah menjawab apakah manfaat ilmu
pengetahuan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia serta pengembangan ilmu itu
sendiri. (2011:145-146)

Salah satu manfaat penyusutan, untuk kebijakan pajak.

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu,keadilan


pajak,kebijakan ekonomi,dan administrasi, penjelasannya sebagai berikut :

1. Keadilan pajak (tax equity)

Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak, apakah perusahaan
manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur modalnya, padamodal, atau padat
karya. Dengan adanya penyusutan maka kegiatan usaha manufaktur dan jenis usaha yang
padat modal akan lebih diuntungkan dibanding dengan yang lainnya.

2. Kebijakan ekonomi

Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal. Jika penyusutan besar
maka laba setelah pajak juga besar, sehingga arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan
perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat
diatur dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :

a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas

b. Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu

c. Penyusutan berdasarkan jenis aset

d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)

3. Administrasi

Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sederhana dan kompleks.
Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun yang kompleks, bergantung pada
beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi, sumber dayamanusia, dan kepatuhan dari
wajib pajak.
Manfaat penyustan juga buat perusahaan manufaktur. Setiap perusahaan, terutama
perusahaan manufaktur memiliki aktiva tetap yang menjadi hal vital bagi perusahaan untuk
menjalankan aktivitas operasionalnya. Pada umumnya dalam neraca, aktiva tetap memiliki
nilai yang material dibandingkan aktiva lain karena transaksi-transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap biasanya meliputi jumlah uang yang besar karena harga aktiva umumnya relatif
mahal. Oleh sebab itu transaksi-transaksi terkait aktiva harus dicatat dengan teliti. Kesalahan
dalam pencatatan akan berakibat kepada tidak wajarnya penyajian laporan keuangan.

Hubungan antara ilmu dan nilai (moral)?

Pada kenyataannya, banyak perusahaan manufaktur segmen kecil di Indonesia yang belum
menerapkan perlakuan akuntansi yang tepat berkaitan dengan aktiva tetap, khususnya
perhitungan penyusutan aktiva tetap. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa beban penyusutan
aktiva tetap bersifat tidak real karena tidak ada kas yang dikeluarkan. Padahal hal ini akan
berakibat penyajian laporan keuangan perusahaan menjadi tidak wajar.

Jika perusahaan menolak untuk menghitung beban penyusutan dengan alasan beban tersebut
tidak bersifat real karena tidak adanya kas yang dikeluarkan, maka ada beberapa alasan yang
dapat mematahkan anggapan tersebut antara lain:

1. Penyusutan aktiva tetap telah diatur dalam PSAK No 17 yang menyatakan bahwa
setiap aktiva tetap kecuali tanah harus disusutkan sepanjang umur manfaatnya.

2. Jika perusahaan tidak menghitung penyusutan maka perusahaan tidak mengakui


penurunan manfaat aktiva yang terjadi setiap tahunnya. Padahal beban penyusutan tersebut
bisa dijadikan sebagai alokasi perusahaan untuk mengganti aktiva lama yang telah habis masa
manfaatnya tersebut dengan aktiva yang baru.

3. Tidak dihitungnya beban penyusutan menyebabkan perhitungan laba perusahaan pun


menjadi lebih tinggi dari yang semestinya.

4. Jika perusahaan tidak menghitung penyusutan maka perusahaan akan kesulitan dalam
melakukan pencatatan saat aktiva tetap tersebut dihentikan pemakaiannya. Perusahaan akan
mengkredit rekening aktiva untuk menghapus aktiva tersebut dari pembukuan namun tidak
jelas akan mendebit rekening apa karena tidak adanya rekening akumulasi penyusutan aktiva
tetap. Jika keseluruhan nilai aktiva yang dihapus diakui sebagai rugi penghentian aktiva maka
rugi perusahaan pada periode tersebut akan menjadi lebih besar.Dari penjelasan diatas maka
sudah seharusnyalah perusahaan menghitung beban penyusutan setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai