Anda di halaman 1dari 74

Tugas KWN Kelas 10

TOLAK UKUR KETAHANAN NASIONAL


PROVINSI ACEH

Institut Teknologi Bandung


Bandung
2019
KATA PENGANTAR

Senantiasa kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Tolak Ukur Ketahanan
Nasional Aceh”. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
Agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah ini.
ANGGOTA KELOMPOK

NIM Nama Parameter


10518016 Elvina Laksmi Khairunisa Ketua
10518026 Finka Lidya Wati 1, 26
10518036 Anas Syuhud Rabbani 2, 27
10518060 Carel Hansel Yonathan 3, 28
10518070 Jehnni Jessica Septhila 4, 29
10518078 Azizah Nabila Putri Setiawan 5, 30
10518090 Agniya Dwiputri Aminah 6, 31
12318004 Amelia Cahyani Putri 7, 32
13118019 Indira Anjanique 8, 33
13518024 Jovan Karuna Cahyadi 9, 34
13518122 Stefanus Stanley Yoga Setiawan 10, 35
15018007 Suranta Sembiring 11, 36
15018013 Tasya Raishania Amarin Gata 12, 37
15018021 Imam Ramadhan 13, 38
15018032 Freddy S.A Panjaitan 14, 39
15018038 Habbab Ahmad Faza 15, 4
15018050 Dennise Ardhia Regita A 16, 41
15018068 Widya Ramadani 17, 42
15018096 Reyhan Widya Rahman 18, 43
15018133 Muhammad Zaky Ar-Razzaq Z 19, 44
15018147 Ahmad Shodiq Multazim 20, 45
15018151 Deric 21, 1
15018156 Tri Mulianita 22, 2
15118072 Muhammad Rasendriya Nabil N 23, 3
15518018 Yolanda 24, 4
17518031 Sawsan Latifa Suharso 25, 5
BAB 1

ANALISIS DAN PENILAIAN PARAMETER KETAHANAN


NASIONAL ACEH

Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribu kota Banda Aceh. Aceh
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga
diberi kewenangan otonomi khusus. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan
provinsi paling barat di Indonesia. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa.
Letaknya dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut
Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di
sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan
selatan.

Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi dan gas
alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh adalah yang terbesar di dunia.
Aceh juga terkenal dengan hutannya yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari
Kutacane di Aceh Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional bernama
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara.

Pada bab ini kami akan melakukan penelitian pada parameter ketahanan nasional Aceh.
Terdapat 8 aspek (Astagatra) dan setiap aspek memiliki beberapa parameter sehingga terdapat
total parameter sejumlah 45. 8 Aspek tersebut meliputi geografi, kependudukan, sumber
kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan dan keamanan.
Setiap parameter memiliki bobotnya sendiri yang menandakan seberapa pengaruhnya
parameter tersebut terhadap ketahanan Aceh.
Nama : Finka Lidya Wati Wilayah

NIM : 10518026 Parameter 1: Posisi Silang dan Terbuka Geografi Wilayah

Secara geografis wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) berada pada
posisi silang di antara dua benua dan dua samudera. Wilayah NAD diapit oleh Benua Asia dan
Benua Australia, juga diapit oleh Selat Malaka dan Samudera Hindia. Kondisi geografis
tersebut bernilai strategis dan terbuka. Strategis bermakna letaknya baik dan menguntungkan,
sedangkan terbuka berarti NAD terbuka oleh jalur hubungan antarpulau dan antarnegara.

Dengan memiliki letak posisi silang, kawasan NAD menerima dampak positif dan negatif
akibat timbulnya hubungan antarnegara yang melewati wilayah ini. Dampak positif dari posisi
silang, yakni NAD dapat berperan menjadi jembatan lalu lintas perdagangan dan pelayaran
internasional. NAD pun bisa menjadi tempat persinggahan sementara bagi kapal-kapal yang
melewatinya. Hal ini dapat membuka peluang perekonomian bagi masyarakat NAD dan
Indonesia pada umumnya. Dengan memaksimalkan kualitas dari pelabuhan dan sarana
prasarana lainnya, NAD sangat bisa menjadi salah satu pelabuhan internasional di Indonesia.

Adapun dampak negatf dari posisi silang, yaitu mudah mendatangkan bahaya dan
ancaman dari luar terhadap NAD, dan Indonesia pada umumnya. Selain itu, mudah masuknya
budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat NAD. Untuk mengatasi ancaman
keamanan nasional, perlu dilakukan pengawasan yang serius dan ketat dari pemerintah
nasional agar NAD sebagai salah satu “pintu gerbang” Indonesia tidak dimanfaatkan oleh
oknum-oknum luar yang ingin membawa pengaruh buruk atau memiliki niat-niat buruk bagi
Indonesia.

Nilai: 60
Nama: Anas Syuhud Rabbani Wilayah

NIM: 10518036 Parameter 2: Rawan Bencana

Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dikhawatirkan terhadap
bencana. Ini disebabkan Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang
memiliki sejarah kejadian bencana terbesar. Beberapa bencana terjadi menimbulkan bencana
baru lainnya (bencana turunan) yang sama-sama memiliki dampak. Provinsi Aceh tercatat
pernah mengalami gempabumi yang mengakibatkan korban jiwa (meninggal dan luka-luka),
dan kerugian fisik ekonomi lainnya pada tanggal 26 Desember 2004. Risiko ini diperparah
dengan munculnya bencana tsunami yang mengakibatkan 166.541 jiwa meninggal, 1.129 jiwa
lukaluka, 6.220 jiwa hilang, 322.821 rumah rusak berat, 96.576 rumah rusak ringan yang
diketahui berdasarkan pencatatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI). Selain itu,
berdasarkan catatan dari DIBI tersebut, gempabumi dan tsunami pernah terjadi pada tahun
1797, 1891, 1907, 1936, 1964, 1967, 1983, 1990, 1998, 2000, 2002, 2003, 2004, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012, 2013, 2015 yang memberikan dampak masingmasingnya.

Kawasan dengan potensi rawan tsunami yaitu di sepanjang pesisir pantai wilayah Aceh
yang berhadapan dengan perairan laut yang potensial mengalami tsunami seperti Samudera
Hindia di sebelah barat. Setiap bencana terjadi disebabkan kerentanan wilayah terhadap
bencana yang tinggi. Rentannya wilayah Provinsi Aceh dilihat dari geologis Provinsi Aceh
yang berada di atas pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia serta struktur alam
Provinsi Aceh yang beragam. Tidak hanya gempabumi dan tsunami, tetapi bencana lain pun
memiliki potensi terjadi di Provinsi Aceh. Intensitas kejadian bencana dan dampak yang
ditimbulkan setiap bencana membutuhkan penanganan serius dan menyeluruh untuk
pengurangan potensi jiwa terpapar, harta benda yang hilang, dan lingkungan yang rusak untuk
masing-masing bencana.

Nilai: 60
Nama : Carel Hansel Yonathan Wilayah

NIM : 10518060 Parameter 3:Luas Wilayah

Provinsi Aceh memiliki luas wilayah sebesar 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan
terluas yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha.
Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Cakupan wilayah Aceh
terdiri dari 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai utama.

Hasil dari perkebunan rakyat meliputi padi, kelapa, pinang, nilam, kakao, sayur-
sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, kopi, dan kayu. Terdapat beberapa industri terkenal
seperti ExxonMobil yang merupakan kilang gas alam dan pertamina hulu energi sebagai
industry gas alam dan kilang minyak. Terdapat juga hutan hujan tropis.

Tata guna lahan di aceh sudah cukup baik karena sebagian besar lahan nya sudah
dipergunakan dengan baik, kedepannya lahan-lahan yang masih belum terpakai bisa digunakan
sebagai lahan industri maupun lahan perkebunan rakyat yang bisa menjadi batu loncatan
perekonomian Aceh, juga luas lahan hutan yang harus dipertahankan karena hutan merupakan
paru-paru dunia.

Kemudian diperlukannya efektivitas terhadap tata guna lahan di Aceh karena sudah
banyak lahan perkebunan dan industri namun akses jalan ke lahan perkebunan dan industri
masih minim. Diperlukan penataan kembali wilayah agar semua wilayah perkebunan dan
industri memiliki akses jalan, karena bila tidak adanya akses jalan akan menghambat
pendistribusian hasil perkebunan dan industri sehingga menjadi kurang efektif.

Nilai : 80
Nama : Jehnni Jessica Septhila Wilayah

NIM : 10518070 Parameter 4: Bentuk Geografi

Provinsi Aceh menempati wilayah ujung paling barat di pulau Sumatra dan Negara
Indonesia, di mana titik terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak di Pulau Rondo,
sementara itu kilometer Nol Indonesia berada di pulau Weh. Secara geografis Aceh terletak
antara 2° - 6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter
diatas permukaan laut. Batas batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah utara dan timur berbatasan
dengan Selat Malaka, sebelah selatan adalah satu-satunya perbatasan darat dengan Sumatra
Utara dan sebelah barat dengan Samudera Hindia.

Provinsi Aceh memiliki Luas Wilayah sebesar 56.770, 81 km2 atau sekitar 5.677.081
ha (12,26% dari luas Sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha dengan garis
pantai 2.666,27 km2 , dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.290.874 ha, diikuti
lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil
yaitu 3.928 ha. Cakupan wilayah Aceh terdiri dari 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai
utama.

Provinsi Aceh memiliki topografi datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi
daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga
bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Berdasarkan kelas topografi wilayah,
Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar (0 - 2%) tersebar di sepanjang pantai barat –
selatan dan pantai utara – timur sebesar 24.83 persen dari total wilayah; landai (2 – 15%)
tersebar di antara pegunungan Seulawah dengan Sungai Krueng Aceh, dibagian pantai barat –
selatan dan pantai utara – timur sebesar 11,29 persen dari total wilayah; agak curam (15 -40%)
sebesar 25,82 persen dan sangat curam (> 40%) . Provinsi Aceh memiliki ketinggian rata-rata
125 m diatas permukaan laut.Persentase wilayah berdasarkan ketinggiannya yaitu: (1) Daerah
berketinggian 0-25m dpl merupakan 22,62 persen luas wilayah (1,283,877.27 ha), (2) Daerah
berketinggian 25-1.000 m dpl sebesar 54,22 persen luas wilayah (3,077,445.87 ha),dan (3)
Daerah berketinggian di atas 1.000 m dpl sebesar 23,16 persen luas wilayah(1,314,526.86 ha).

Nilai: 80
Nama : Azizah Nabilah Putri Wilayah

NIM : 10518078 Parameter 5:Iklim

Pada bulan oktober mulai memasuki musim hujan dan cuaca berawan. Dari analisis
cuaca setiap hari nya tidak terlalu berubah ubah sehingga iklim Cukup bagus di wilayah aceh.

Indonesia berada pada posisi strategis. Terletak di daerah tropis, di antara Benua Asia
dan Australia, di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa.
Negara ini juga terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur. Memiliki
banyak selat dan teluk. Kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan
iklim/cuaca. Pun dengan Banda Aceh, sebagai ibu kota Provinsi Aceh. Aceh beriklim tropis.
Hanya ada dua musim setiap tahunnya. Musim kering (Maret-Agustus) dan musim hujan
(September – Februari).

Kelembaban udara di Aceh mencapai 79%, dengan rata rata curah hujan adalah 131,4
mm. Di daerah pesisir, curah hujan berkisar antara 1.000 – 2.000 mm dan di dataran tinggi dan
pantai barat selatan antara 1.500 – 2.500 mm. Penyebaran hujan ke semua daerah tak sama.
Curah hujan di daerah dataran tinggi dan pantai barat selatan relatif lebih tinggi. Rata-rata suhu
udara mencapai 26,9°C. Suhu udara maksimum 32,5° C dan minimumnya 22,9°C, dan tekanan
udara mencapai 1.008,8 atm.

Nilai: 65
Nama : Agniya Dwiputri Aminah Wilayah

NIM : 10518090 Parameter 6 : Daerah Inti

Provinsi Aceh mempunyai beragam kekayaan sumberdaya alam antara lain minyak dan
gas bumi, pertanian, industri, perkebunan, perikanan darat dan laut, pertambangan umum yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh.
Penempatan Wilayah Pengembangan (WP)

Wilayah Kabupaten/Kot Luas


N Pusat Kegiatan
Pengemban a yang WP
O
gan (WP) Tercakup (Ha)
1 2 3 4 5

1 Banda Aceh dan sekitarnya

WP Basajan PKNp Banda Aceh Kota Banda


PKW/PKSN Sabang Aceh Kota -
(Banda Aceh-Sabang_Jantho) PKL Jantho Sabang
Kab. Aceh Besar
2 Pesisir Timur

WP Timur 1 PKW Langsa Kota Langsa


PKL Ka. Simpang-Kr Kab. Aceh -
(Langsa-Kuala Simpang-Idi Baru PKL Idi Utara Kab.
Rayeuk) Reyeuk Bireuen
WP Timur 2 PKN Kota
Lhokseumawe Lhokseumawe 146,900.00
(Lhokseumawe-Bireuen-Lhok PKL Bireuen Kab. Bireuen
Sukon) PKL Lhok Sukon Kab. Aceh Utara
WP Timur 3 Kab. Pidie Kab. Pidie
157,050.00
(Sigli-Meureudu) Kab. Pidie jaya Kab. Pidie Jaya
3 Pegunungan Tengah

WP Tengah 1 PKW Takengon Kab. Aceh Tengah


140,800.00
(Takengon-Sp. Tiga Redelong PKL Sp. Tiga Redelong Kab. Bener Meriah
WP Tengah 2 PKL Kutacane Kab. Aceh Tengah
290,701.32
(Kutacane-Blangkejeren) PKL Blangkejeren Kab. Gayo Lues
4 Pesisir Barat
WP Barat 1 PKW Kab. Aceh
Meulaboh Barat Kab. 351,832.53
(Meulaboh-Calang_Suka Mak- PKL Calang Aceh Jaya
mue) PKWp Jeuram-Suka Kab. Nagan Raya
Mamue

WP Barat 2 PKL Tapaktuan Kab. Aceh Selatan


291,650.00
(Tapaktuan-Blangpidie) PKWp Blangpidie Kab. Aceh Barat
Daya

WP Barat 3 PKWp Subulussalam Kota Subulussalam


84,862.90
(Subulussalam-Singkil) PKL Singkil Kab. Aceh Singkil

WP Barat 4 Sinabang Kab. Simeulue


11.37
(Sinabang)
Sumber : Bappeda Aceb (RTRWA,), 2010

Secara umum, penetapan Wilayah Pengembangan (WP) di Aceh dikelompokkan


berdasarkan posisi geografis, yaitu: (1) Banda Aceh dan sekitar, (2) Pesisir Timur, (3)
Pegunungan Tengah, dan (4) Pesisir Barat. Wilayah Pengembangan yang dimaksud memiliki
beberapa pusat kegiatan di wilayah tersebut yang dapat merupakan: Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW merupakan kewenangan pemerintah, dan
telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Sementara PKL
ditetapkan dalam RTRW Provinsi, sesuai dengan ketentuan pada Pasal 11 ayat (3) Peraturan
Pemerintah (PP) No.26/2008 tentang RTRWN.

Nilai: 65
Nama : Amelia Cahyani Putri Kependudukan

NIM : 12318004 Parameter 7: Struktur, Jumlah & Perubahan

Menurut data yang telah dihimpun dari sumber Badan Pusat Statistik Aceh
menunjukkan bahwa jumlah penduduk (dalam persen) berdasarkan kelompok umur dan gender
aadalah sebagai berikut :

Penduduk Mennurut Kelompok Umur (Persen)


Kelompok Umur Laki laki +
Laki - laki Perempuan
Perempuan
0-4 10.44 9.86 10.15
5-9 11.63 11.34 11.48
10-14 10.27 9.36 9.81
15-19 8.89 8.93 8.91
20-24 8.8 8.54 8.7
25-29 9.18 9.44 9.31
30-34 7.96 8.21 8.09
40-44 7.44 7.8 7.62
45-49 6.41 6.27 6.34
50-54 5.3 5.3 5.3
55-59 4.16 3.38 4.39
60-64 3.61 2.41 3.49
65-69 2.4 1.81 2.4
70-74 1.58 1.19 1.69
75++ 0.99 1.55 1.09
Jumlah 100 100 100

Berdasarkan data dai table tersebut dapat disimpulkan bahwa total presentase penduduk
produktif pada Provinsi Aceh pada usia 15-64 tahun ialah 72.02%. Angka ini termasuk angka
yang cukup baik untuk jumlah penduduk yang produktif. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Aceh menyebutkan jumlah pengangguran terbuka di provinsi setempat pada Agustus sebanyak
150 ribu orang. Kepala BPS Provinsi Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, mengatakan jumlah
pengangguran terbuka di provinsi setempat mengalami penurunan sebanyak 22 ribu orang jika
dibandingkan Februari 2017 mencapai 172 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
di Provinsi Aceh pada Agustus 2017 mencapai 6,57 persen atau lebih rendah 0,82 persen dari
TPT bulan Februari 2017 sebesar 7,39 persen. Turunnya jumlah TPT pada periode tersebut
disebabkan selama periode 2016-2017 terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah
penduduk yang berkerja sehingga jumlah angkatan kerja yang meningkat hampir dapat diserap
oleh pasar tenaga kerja. Artinya, jumlah angkatan kerja yang meningkat hampir selururhnya
diserap oleh pasar tenaga kerja sehingga jumlah penduduk yang menganggur juga ikut
berkurang," katanya. Jumlah angkatan kerja di provinsi Aceh bulan Agustus 2017 berjumlah
2.289 juta orang, berkurang 41 orang dibandingkan dengan Februari 2017 yang mencapai 2.330
juta orang. Selanjutnya jumlah penduduk Aceh yang bekerja pada Agustus 2017 sebanyak
2.139 juta orang, berkurang 20 ribu orang dibandingkan Februari 2017 yang mencapai sebesar
2,158 juta orang. Berdasarkan penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama,
sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap ketersediaan lapangan kerja di
provinsi ujung paling barat Indonesia itu. Sektor pertanian berperan besar dalam menyerap
tenaga kerja di Aceh, sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk sektor tersebut.
Jika Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota berkomitmen meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menyejahterakan masyarakat maka yang perlu diperhatikan yaitu terkait sektor yang
menjadi pengangan utama masyarakat yakni sektor pertanian.

Nilai : 85
Nama : Indira Anjanique Kependudukan
NIM : 13118019 Parameter 8: Kepadatan dan Persebaran

Aceh adalah salah satu provinsi dari Indonesia yang terletak pada ujung utara pulau
Sumatra. Berdasarkan riset Badan Pusat Statistik, Provinsi Aceh memiliki luas 57.956,00 km2
dan 5.152.887 jiwa penduduk (tahun 2017). Terdapat 18 kabupaten, 5 kota, 289 kecamatan,
dan 6.497 gampong di Provinsi Aceh 1. Berikut adalah data yang ditarik dari jumlah penduduk
di Provinsi Aceh pada tahun 2017,

Luas
Penduduk Kepadatan
No. Kabupaten/Kota Wilayah Kecamatan Gampong
(jiwa) (jiwa/km2)
(km2)

1 Kab. Aceh Barat 2.927,95 189.119 64,59 12 322

2 Kab. Aceh Barat Daya 1.490,60 148.687 99,75 9 152

3 Kab. Aceh Besar 2.969,00 384.661 129,56 23 604

4 Kab. Aceh Jaya 3.812,99 86.058 22,57 9 172

5 Kab. Aceh Selatan 3.841,60 230.254 59,94 18 260

6 Kab. Aceh Singkil 2.185,00 129.963 59,48 11 116

7 Kab. Aceh Tamiang 1.956,72 287.733 147,05 12 213

8 Kab. Aceh Tengah 4.318,39 208.407 48,26 14 295

9 Kab. Aceh Tenggara 4.231,43 221.684 52,39 16 385

10 Kab. Aceh Timur 6.286,01 422.261 67,17 24 513

11 Kab. Aceh Utara 3.236,86 575.895 177,92 27 852

1
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 55 Tahun 2017 Kode dan Nama Wilayah Kerja Statistik Tahun
2017
12 Kab. Bener Meriah 1.454,09 154.509 106,26 10 232

13 Kab. Bireuen 1.901,20 432.870 227,68 17 609

14 Kab. Gayo Lues 5.719,58 95.370 16,67 11 136

15 Kab. Nagan Raya 3.363,72 167.672 49,85 10 222

16 Kab. Pidie 3.086,95 437.740 141,80 23 730

17 Kab. Pidie Jaya 1.073,60 157.588 146,78 8 222

18 Kab. Simeulue 2.051,48 89.327 43,54 10 138

19 Kota Banda Aceh 61,36 238.814 3.892,01 9 90

20 Kota Langsa 262,41 182.424 695,19 5 66

21 Kota Lhokseumawe 181,06 190.624 1.052,82 4 68

22 Kota Sabang 153,00 40.040 261,70 2 18

23 Kota Subulussalam 1.391,00 81.187 58,37 5 82

TOTAL 57.956,00 5.152.887 88,91 289 6.497

Kepadatan penduduk merupakan suatu perbandingan antara banyaknya penduduk serta


luas wilayahnya Terdapat beberapa jenis kepadatan penduduk yaitu kepadatan penduduk
aritmatik, kepadatan penduduk agraris, kepadatan penduduk fisiologis, serta kepadatan
penduduk ekonomis. Jenis kepadatan penduduk yang digunakan untuk analisis ini adalah
kepadatan penduduk aritmatik yaitu umlah rata-rata penduduk yang tinggal disuatu wilayah
yang luasnya 1 km2.
Sementara, persebaran penduduk adalah penyebaran penduduk pada suatu wilayah ke
wilayah yang lainnya dalam suatu negara atau daerah dan dapat menjadi indikator apakah
sudah merata atau tidak persebaran penduduk di dalam wilayah tersebut. Wilayah persebaran
yang digunakan pada analisis Provinsi Aceh ini adalah wilayah kabupaten atau kota yang ada
di dalamnya.
Berdasarkan data dari tabel tersebut, total kepadatan penduduk Provinsi Aceh adalah
88,91 jiwa/km2. Secara keseluruhan, Negara Indonesia menempati posisi negara ke-61 dengan
kepadatan penduduk tertinggi sedunia yaitu 126 jiwa/km2. Kepadatan penduduk Provinsi Aceh
lebih rendah 29,44% dibandingan kepadatan penduduk keseluruhan kepadatan penduduk
Negara Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa Provinsi Aceh memiliki jumlah penduduk
yang relatif sedikit.
Di dalam Provinsi Aceh terdapat jangkauan 3.965,34 jiwa/km2 antara kabupaten/kota
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kota Banda Aceh (3.965,34 jiwa/km2) dan
kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Kabupaten Gayo Lues (16,67
jiwa/km2). Sementara, deviasi standar dari persebaran kepadatan penduduk pada tiap
kabupaten/kota di Provinsi Aceh adalah 811,754. Nilai standar deviasi dan jangkauan tersebut
dianggap tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan terdapat kesenjangan yang tinggi di antara
daerah-daerah yang ada di Provinsi Aceh dan persebaran penduduknya masih tidak merata.

Nilai: 42
Nama : Jovan Karuna Cahyadi Kependudukan
NIM : 13518024 Parameter 9: Kemandirian/Keterampilan

Provinsi Aceh merupakan sebuah provinsi dengan jumlah penduduk sebesar


5.096.248 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.545.113 jiwa dan perempuan sebanyak
2.551.135 jiwa, data ini diambil pada tahun 2016 dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.
Dari data jumlah penduduk 2016 diatas, didapatkan pula tabel dari Badan Pusat
Statistik Provinsi Aceh tentang angkatan kerja tahun 2016 dilihat dari pendidikannya serta
status pekerjaan utama tahun 2016 yang dilihat dari faktor kelamin.
Angkatan Kerja
Pendidikan Tertinggi Yang Jumlah Angkatan
Bekerja Pengangguran
ditamatkan Kerja
2016 2016 2016
Tidak/Belum pernah sekolah 35.611 3.119 38.730
Tidak/ Belum Tamat SD 172.002 4.503 176.505
Sekolah Dasar 430.318 12.612 442.930
SLTP Umum 421.558 13.099 434.657
SLTA Umum 650.591 99.141 749.732
Diploma
376.965 38.424 415.389
I/II/III/Akademi/Universitas/
Jumlah 2.087.045 170.898 2.257.943

Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin


Status Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Total
2016 2016 2016
Berusaha sendiri 281.127 140.541 421.668
Berusaha dibantu buruh tidak
208.808 79.430 288.238
tetap/buruh tak dibayar
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh
77.295 10.148 87.443
dibayar
Buruh/Karyawan/Pegawai 519.281 287.243 806.524
Pekerja bebas 160.986 39.371 200.357
Pekerja keluarga/tak dibayar 70.515 212.300 282.815
Jumlah 1.318.012 769.033 2.087.045

Tingkat
Partisipasi
Golongan
Angkatan Kerja
Umur
(%)
2016
15-19 25.02
20-24 64.25
25-29 72.88
30-34 75.79
35-39 76.28
40-44 79.87
45-49 80.08
50-54 73.34
55+ 50.92
Jumlah 64.26

Dari data diatas, didapatkan bahwa pada tahun 2016, persentase angkatan kerja yang
bekerja adalah 92,43% dengan pekerjanya yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 63,15% dan
perempuan sebesar 36,85%. Dari data golongan umur didapatkan golongan umur yang
memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja paling tinggi adalah masyarakat dengan golongan
umur 45-49 tahun yaitu, 80,08%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa provinsi Aceh sudah
memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi terutama di golongan umur 45-49 tahun,
namun untuk lapangan pekerjaan yang terkait dengan jenis kelamin masih belum seimbang
karena pekerja laki-laki dan perempuan selisih persentasenya lumayan jauh.

Penilaian : 70
Nama: Stefanus Stanley Yoga Setiawan Kekayaan di darat, laut, dan udara

NIM : 13518122 Parameter 10: Bahan Makanan

Pada tahun 2017, Aceh menghasilkan volume ikan hasil tangkapan sebanyak 236.205
ton, menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (https://kkp.go.id/setjen/satudata/page/1453-
kelautan-dan-perikanan-dalam-angka). Jika dilihat dari persentase total tangkapan ikan secara
nasional, Aceh menyumbang sekitar 3.3%.

Pada sektor pertanian, khususnya jagung, terjadi peningkatan pada tahun 2017 sekitar
14.06%. hal ini menunjukkan pertumbuhan pangan, khususnya jagung akan terus meningkat
di tahun-tahun berikutnya.

Penilaian: 80
Nama : Suranta Sembiring Kekayaan di darat, laut, udara

NIM : 15018007 Parameter 11: Mineral, flora & fauna

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya , termasuk kaya akan sumber daya alam.
Sumber kekayaan alam di Indonesia sangat variative dan hampir memiliki semua jenis mineral.
Hampir disetiap provinsi di Indonesia memiliki sumber galian berupa mineral yang tersebar
merata dan melimpah. Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam juga termasuk provinsi yang sangat
kaya akan potensi dan sumber mineral terutama mineral bahan galian B dan C. Kekayaan
mineral ini merupakan dampak positif dari cincin api yang juga melewati provinsi ini. Jenis
mineral yang terdapat di Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam antara lain Au (emas), Cu
(tembaga), Fe (Besi), Mo (molibdenum), Pb (timbal), Sn (timah), Zn (seng), dan Fet (besi ore)
yang tersebar merata di hampir seluruh wilayah di provinsi ini.

Dari bidang fauna, Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam memiliki fauna (hewan) yang
beragam pula. Sebagian besar jenis fauna yang terdapat di Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam
yaitu hewan primate, harimau, gajah, burung, dll. Dalam hal pemenuhan kebutuhan akan
daging, fauna yang terdapat di Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam yaitu sapi, kambing,ayam,
itik, babi, kelinci, dan merpati. Sesuai dengan data dari Dinas Peternakan Aceh, total daging
yang diproduksi Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam pada tahun 2016 adalah 36.422 ton dalam
satu tahun dan terus meningkat dengan gradien sekitar 2000 ton tiap tahunnya. Jumlah tersebut
sangat mencukupi kebutuhan akan daging dari provinsi ini.

Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam merupakan sebuah provinsi yang cukup luas yaitu
memiliki luas 5.677.081 hektar. Dengan luas hutan mencapai 2.290.874 Hektar atau sekitar
40.3 % dari luas total. Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam juga memiliki lahan perkebunan
rakyat sebesar 800.553 hektar . Luasnya area provinsi ini juga sebanding dengan kekayaan
flora yang terdapat .Hal tersebut dibuktikan dengan pemilihan logo provinsi ini yaitu Bunga
Jeumpa atau Cempaka Kuning (Magnolia champaca).

Penilaian : 85 (Tangguh sekali)


Nama : Tasya Raishania Amarin Gata SKA

NIM : 15018013 Parameter 12: Energi

Dalam rangka menyambut kemerdekaan RI ke-74, PLN mempercepat pembangunan


listrik di desa yang berada di Aceh. Hingga Agustus kemarin, sudah 6.494 desa di Provinsi
Aceh dapat menikmati listrik dari PLN. Sekarang hanya tersisa dua desa yang masih belum
bisa menikmati listrik dari PLN, yaitu Desa Tampur Boor di wilayah Aceh Timur dan Desa
Suka Makmur di Aceh Singkil. Terdapat 60 rumah yang belum bisa menikmati listrik dari PLN
di desa tersebut. Akan tetapi, target 100 persen Desa Berlistrik PLN sedang dalam proses dan
target tersebut rencananya akan tercapai pada Oktober 2019. Dalam upaya mencapai target 100
persen Desa Berlistrik tersebut, PLN baru saja membangun tiga gardu induk dan satu saluran
udara tegangan tinggi di Provinsi Aceh, Takengon. Upaya ini dapat dibilang berhasil sebab laju
penjualan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Disisi lain, Aceh memiliki potensi sumber energi yang cukup besar. Potensi panas bumi
sebesar 589 MW, potensi tenaga air sebesar 1.482 MW, hutan dengan luas 2.270.080 ha, serta
lahan perkebunan rakyat dengan luas 700.350 ha. Potensi panas bumi dan tenaga air yang ada
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan pembangkit listrik. Lahan perkebunan
rakyat sebesar 198.246 ha ditanami oleh kelapa sawit. Limbah sawit yang dihasilkan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan pembangkit listrik yaitu pembangkit listrik
tenaga biomassa (PLTB). Limbah kelapa sawit menjadi sumber gas metana yang dapat
menggerakan generator listrik. Sedangkan minyak kelapa sawit mentah dapat digunakan
sebagai biodiesel pengganti solar. Daun dan batang kelapa sawit serta kulit buahnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar tungku pengganti batu bara. Selain itu, sebesar 91.676 ha lahan
perkebunan rakyat ditanami oleh jagung. Pada tahun 2017, produksi jagung mencapai 327.256
ton. Limbah jagung yang dihasilkan juga dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan guna
mengurangi bahan bakar konvensional. Selain itu, wilayah Dataran Tinggi Gayo memproduksi
kopi Arabika yang telah diekspor ke berbagai negara. Kulit biji kopi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif (bio-bean).
Iklim tropis membuat Aceh mendapat energi surya berupa sinar dan panas matahari yang
berlimpah. Maka dari itu banyak tumbuhan yang dapat tumbuh cepat dengan siklus pendek
seperti Eucalyptus, Sengon, Nyamplung, Acacia, Kaliandra dan Kemiri. Potongan tanaman
tersebut dapat dibentuk menjadi pelet kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
untuk tungku biomassa, memanaskan ketel, serta menghasilkan uap untuk menggerakkan
turbin pembangkit listrik.

Peternakan sapi dan kerbau juga berkembang di Aceh. Terdapat lebih dari 700.000 sapi
dan 300.000 kerbau di Aceh. Gas metana yang dihasilkan juga besar. Gas metana tersebut dapat
menggerakan generator listrik.

Lokasi Aceh yang berada di ujung barat Indonesia dan dikelilingi oleh laut membuat
Aceh mendapatkan energi dari gelombang laut yang cukup besar. Energi gelombang laut
tersebut merupakan bentuk energi yang lebih padat daripada angin atau tenaga surya. Daerah
yang memiliki gelombang laut dengan kecepatan 3,41 m/detik berada di Selat Aroih Cut,
dimana potensi maksimum tenaga listrik yang dihasilkan bisa mencapai 20.414,67 W/menit.

Nilai : 90
Nama : Imam Ramadhan Sumber Kekayaan Alam

NIM : 15018021 Parameter 13 : Tingkat Eksplorasi

Eksplorasi merupakan kegiatan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan


menemukan sesuatu. Untuk meninjau tingkat eksplorasi di Banda Aceh, ada 3 (tiga) yang akan
ditinjau, yaitu sbb.

Pertama, dari bidang produksi perikanan laut, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Aceh menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap di Banda Aceh terus meningkat hingga
saat terakhir dicatat, pada 2018, didapat angka 14 ribu ton. Berdasarkan data statistik, didapat
bahwa produksi perikanan tangkap terus mengalami peningkatan terutama dalam empat tahun
terakhir. Produksi perikanan tangkap tercatat sebanyak 8.519 ton lebih pada 2014, pada 2015
meningkat menjadi 12.154 ton lebih, lalu di tahun 2016 tercatat produksi perikanan tangkap di
pelabuhan setempat total 12.579 ton, dan terakhir pada 2017 ikan yang didaratkan oleh nelayan
hampir 14 ribu ton. Dari data yang sudah didapat, diperkirakan tingkat produksi perikanan laut
di Aceh akan terus meningkat mengingat besarnya potensi di sektor perikanan yang belum
tergarap secara maksimal, sedangkan posisi geografis Aceh sendiri sudah diuntungkan dengan
adanya tiga sisi yang berbatasan dengan laut sehingga memiliki sumberdaya kelautan yang
sangat besar.

Selanjutnya, Aceh merupakan salah satu provinsi yang aktif dalam memproduksi kayu
bulat. Hal ini kemungkinan dikarenakan luasnya hutan produksi di Aceh yang sangat besar,
yaitu memiliki luas sekitar 680 hektar. Kayu Bulat merupakan semua kayu bulat
(gelondongan) yang ditebang atau dipanen yang bisa dijadikan sebagai bahan baku produksi
pengolahan kayu hulu (IPKH). Produksi kayu bulat ini dihasilkan dari hutan alam melalui
kegiatan perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH/IUPHHK), kegiatan Ijin Pemanfaatan
Kayu (IPK) dalam rangka pembukaan wilayah hutan, kegiatan hutan hak atau hutan rakyat,
dari Hutan Tanaman Industri (HTI), dari kegiatan Perhutani dan kegiatan pengusahaan hutan
lainnya. Data jumlah produksi kayu bulat di Aceh tidak merata karena minimnya data yang
tercatat. Dari data yang tercatat, jumlah produksi kayu bulat terbesar di Aceh sebesar 180.064
m3, yaitu pada tahun 2012.
Dan tinjauan yang terakhir, Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam termasuk salah satu
provinsi yang sangat kaya akan potensi dan sumber mineral terutama mineral bahan galian B
dan C. Kekayaan mineral ini merupakan dampak positif dari cincin api yang juga melewati
provinsi ini. Jenis mineral yang terdapat di Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam antara lain Au
(emas), Cu (tembaga), Fe (Besi), Mo (molibdenum), Pb (timbal), Sn (timah), Zn (seng), dan
Fet (besi ore) yang tersebar merata di hampir seluruh wilayah di provinsi ini.

Penilaian : 70
Nama : Freddy S A Panjaitan Ideologi

NIM : 15018032 Parameter 14: Penghayatan agama dan kepercayaan

Provinsi Aceh adalah Provinsi yang penduduknya mayoritas beragama muslim dan
dikenal saat taat pada syariat islam. Terbukti dengan data dari Kementrian Agama Provinsi
Aceh yang mencatat terdapat 3.928 masjid di Aceh, dengan terdapat 61 gereja yang terdiri dari
19 gereja katolik dan 42 gereje protestan dan sembilan unit vihara serta dua pura. Dari data ini
kita bisa melihat betapa besarnya jumlah masyarakat yang beragama islam di Aceh, sehingga
dapat dimaklumi nilai-nilai yang berkembang dan menjadi budaya di Aceh adala nilai-nilai dan
budaya islam.

Dalam utilitas dan kualitas dari rumah ibadah, provinsi Aceh menjadi salah satu
provinsi yang paling banyak terjadi pergesekan keagamaan. Salah satu yang paling dikenal
adalah pembakaran gereja di singkil. Salah satu yang menjadi masalah adalah tersebarnya surat
pemprov aceh tahun 2007 saat gubernurya adalah Irwandi Yusuf. Di surat edaran ini, ada
peraturan pemerintah daerah yang menyatakan bahwa pendirian rumah ibadah harus punya 150
jemaat dan mendapat dukungan dari 120 warga sekitar. Surat ini bertentengan dengan
peraturan dari pemerintah pusat dimana minimal jemaat adalah 90 orang dan harus mendapat
persetujuan 60 warga sekitar. Kurangnya koordinasi antara oemerintah daerah dan pusat
menyebabkan insiden seperti ini menyebabkan keambiguan dalam masyarakat. Dalam hal ini,
implementasi peraturan pemerintah masih belum berjala dengan baik dalam masyarakat.

Namun dalam perkembangannya saat ini, pemerintah provinsi aceh sudah berusaha
mengembangkan dan menyosialisasikan mengenai keagamaan, seperti perbedaan rumah ibadat
dan tempat ibadah, yang dalam hal ini perlu punya peraturan yang berbeda. Semua orang bebas
beribadah dmanapun namun rumah ibadah butuh izin dalam pembangunannya. Begitu juga
dalam kualitas dan utilitas yang telah disebutkan di atas, rumah ibadah yang ada di aceh saat
ini sudah membaik utilitas dan kuaitasnya sejalan dengan teah diperbaharuinya peraturan oleh
pemerintah daerah.

Penilaian : 65
Nama : Habbab Ahmad Faza IDEOLOGI

NIM : 15018038 Parameter 15 : Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Banyak karya seni dari Aceh yang telah diakui dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya
Nonbelanda Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Adapun seni
budaya lokal Aceh yang teah diakui sebagai Warisan Budaya Indonesia seperti Tari Saman dari
Gayo, kerajinan Rancong dari Aceh Besar, Seni Didong dari Aceh Tengah, Karawang Gayo
dari Aceh Tengah dan Kupiah Riman, Tari Seudati dari Pidie, Rumoeh Aceh dari Aceh Besar,
Pintoe Aceh dari Kota Banda Aceh, Tari Rabbani Wahid dari Bireuen, Tari Binnes dari Gayo
Lues, Tari Dampeng dari Singkil dan Rapai Geleng dari Aceh Barat Daya.

Ada juga salah satu budaya Aceh yang sudah diakui dunia, yaitu Tari Saman dari Gayo
sudah diakui sebagai warisan Budaya dunia tak benda oleh UNESCO pada tahun 2011. Salah
satu karya lainnya adalah lukisan karya Muhammad Bintang Samad. Lukisan karya anak 5
tahun ini menjadi salah satu favorit pengunjung pameran Galeri Nasional pada Juli 2019 lalu.
Karya anak Aceh ini menjadi favorit karena sangat jarang ditemui karya anak berumur 5 tahun
yang beraliran abstraktif.

Provinsi Aceh menjadi salah satu penyumbang karya terbanyak di Indonesia. Dapat kita
lihat dari banyaknya karya-karya yang diakui oleh Negara Indonesia khususnya dan dunia pada
umumnya. Salah satu diantaranya adalah Tari Saman yang sudah diakui UNESCO pada 2011.
Tari Saman ini merupakan salah satu media dakwah yang mencerminkan pendidikan,
keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan. Tari ini umumnya
dilakukan oleh belasan orang dengan 2 orang sebagai pemegang aba-aba. Tarian ini dilakukan
sambil menyanyikan suatu syair dengan 2 unsur gerakan yang menjadi unsur dasar dalam tarian
yaitu tepuk tangan dan tepuk dada.

Penilaian : 90
Nama : Dennise Ardhia Regita A IDEOLOGI

NIM : 15018050 Parameter 16: Demokratisasi yang mengutamakan NKRI

Parameter demokratisasi mengukur seberapa tingkat demokrasi dilaksanakn di tiap-tiap provinsi,


nilai parameter ini dapat dilihat dari Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). IDI adalah indikator komposit
yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia yang capaiannya diukur berdasarkan
pelaksanaan dan perkembangan tiga askpek demokrasi, yakni kepebasan sipil, hak-hak politik, dan
lembaga-lembaga demokrasi. Metodelogi perhitungan yang digunakan menggunakan 4 sumber data
yaitu review surat kabar lkcal, review dokumen (Perda, Pergub, dan lain-lain), dan wawancara
mendalam.

Pada tahun 2018, IDI Provinsi Aceh mencapai angka 79,97 dalam skala 0 sampai dengan 100.
Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun seblumnya, yakni di angka 70,93.
Peningkatan tersebut merupakan peningkatan IDI tertinggi di anatara seluruh provinsi di Indonesia
menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Walaupun menglami peningkatan,
capaian kinerja demokrasi Provinsi Aceh tersebut masih dalam kategori “sedang”. Capaian IDI Provinsi
Aceh selama beberapa tahun ke belakang mengalami fluktuasi. Pada awal tahun 2009, capaian IDI
hanya sebesar 66,29. Angka ini terus mengalami perubahan hingga mencapai momen tertingginya pada
tahun 2014 sebesar 72,29 walaupun pada akhirnya kembali turun menjadi 67,78 di tahun 2015 dan
kembali naik menjadi 72,48 di tahun 2016. Tetapi di tahun 2017 kembali turun menjadi 70.93.Terakhir,
di tahun 2018 kembali naik menjadi 79,97.

Secara garis besar, perubahan angka ini dipengaruhi oleh tiga aspek demokrasi yakni kebebasan
sipil naik 9,52 poin (dari 87.27 menjadi 96,79), hak-hak politik naik 4,15 poin dari 63,94 menajdi
68,09), dan lembaga-lembaga demokrasi yang meningkat 16,20 poin (61.47 menjadi 77,67). Pada tahun
2018 terdapat dua variabel yang mengalami penurunan indeks dan enam variabel yang mengalami
peningkatan. Dari dua variabel yang mengalami penurunan, variabel peran birokrasi pemerintah daerah
menurun paling tajam yaitu sebesar 31,33 poin, dari 79,84 pada 2017 menjadi 48,51 pada 2018.
Penurunan berikutnya terjadi pada variabel hak memilih dan dipilih yang turun 0,40 poin, dari 77,88
pada 2017 menjadi 77,49 pada 2018. Di sisi lain, variabel kebebasan berpendapat dan peran partai
politik meningkat secara bermakna sebesar 72,23 poin dan 64,04 poin. Variabel lain yang juga
meningkat adalah variabel kebebasan berkeyakinan, partisipasi politik dalam pengambilan keputusan
dan pengawasan, peran DPRD, dan variabel peran peradilan yang indpenden. Dari angka-angka tersebut
dapat menunjukkan bahwa proses demokrasi di Aceh telah cukup baik walaupun perlu ditingkatkan di
beberapa askpek.

Penilaian: 70
Nama : Widya Ramadani IDEOLOGI
NIM : 15018068 Parameter 17: kewaspadaan dalam berbangsa

Masa transisi sebenarnya tidak hanya menitikberatkan pada fase atau tahapan-tahapan
penyempurnaan infra dan suprasutruktur pemerintahan hingga bisa berfungsi normal dalam
sebuah Negara. Tetapi juga mengacu pada seperti apa pola peralihan dari pemerintahan lama
ke pemerintahan baru. Masa transisi biasanya dipenuhi mitos-mitos konflik dibandingkan
politik yang berwawasan. Akhirnya masyarakat cenderung memilih pemimpin yang dianggap
mampu mempertahankan perdamaian (perspektif keamanan) dibandingkan seorang fasilitator
pembagunan atau manajer yang telaten.
Meskipun proyek rekonstruksi, pembangunan, dan perdamaian Aceh telah menghabiskan
tak kurang Rp 120 triliun selama lima tahun terakhir, efek kesejahteraan tidak semakin nyata.
Kemiskinan, pengangguran, dan tuna pendidikan masih menjadi fenomena umum. Sebagian
besar anggaran dikonsumsi dengan logika neo-liberalisme oleh lembaga donor dan BRR di
masa lalu telah meninggalkan luka lingkungan dan sosial. Masalah makin berat karena
ketidaksempurnaan pekerjaan era rekonstruksi menjadi limbah pembangunan. Delusi
masyarakat atas situasi ini hanya mengarah pada pemerintah daerah (yang kebetulan berasal
dari “kelompok pejuang kemerdekaan”) sebagai pemikul semua beban. Dalam keadaan miskin,
terpuruk, dan tuna informasi, masyarakat korban tentu tak memiliki ruang untuk
merasionalisasi situasi, sehingga menimbulkan kesimpulan demokrasi Aceh gagal dan
demokrasi lokal menjadi biang kerok atas fenomena kemiskinan dan kebodohan. Begitupun,
sikap terbaik adalah tak perlu menyalahkan proses demokrasi, karena tanpa demokrasi, Aceh
masih meringkuk dalam kesesakan konflik. Adapun ketidakberhasilan “kelompok demokrat
baru” bisa diobati dengan memperdalam proses demokrasi (deepening democracy) melalui
institusi-institusi pendukung program kesejahteraan dan menyumbat institusi demagogi yang
mengancam demokrasi substansial tumbuh subur. Karena kegagalan demokrasi transisional
bisa lebih seram: munculnya kembang api konflik baru dan bergentayangan praktik korupsi
yang lebih parah dan massif, seperti terlihat di Sri Langka dan Kenya.
Transisi demokrasi di Aceh memperlihatkan sisi yang paradoks. Tak seperti
kebanyakan proses transi si menuju konsolidasi demokrasi di negara-negara lain, demokrasi di
Aceh tak muncul dari bentuk antitesis atas sejarah otoritarian rezim sebelumnya oleh kaum
oposisi reformis. Institusionalisasi demokrasi di Aceh hadir dari perjanjian damai antara
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah pusat sebagai titik akhir negosiasi atas konflik
separatisme 30 tahun.

Pelanggaran HAM yang terjadi pada periode 4 Desember 1976 hingga 15 Agustus
2005, atau selama konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik
Indonesia (RI) berlangsung.

Pada periode konflik GAM-RI tersebut, kawasan Aceh Utara dan Lhokseumawe
merupakan daerah merah, atau yang mengalami konflik berat di Aceh. Dua kasus pelanggaran
HAM berat terjadi di wilayah itu.
Pertama adalah Tragedi Gedung KNPI Lhokseumawe, Aceh Utara. Insiden ini terjadi pada 9
Januari 1999. Peristiwa yang menewaskan 5 warga tersebut berawal dari penggerebekan yang
dilakukan TNI untuk mencari anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Muhammad Rasyid
(Ahmad Kandang).

Kemudian, Tragedi Simpang KKA (PT Kertas Kraft Aceh), dikenal juga sebagai
Insiden Dewantara, yang terjadi pada 3 Mei 1999. Ketika itu terjadi bentrokan antara warga
dengan TNI di Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. Dilaporkan 46 orang tewas, ratusan cedera,
dan 10 warga hilang akibat insiden berdarah itu.
Ketua KKR Aceh, Afridal Darmi, menuturkan selama dua hari ke depan, KKR Aceh
akan memperdengarkan kesaksian dari 16 korban atau keluarga korban yang mengalami
kekerasan saat konflik berlangsung di masa lampau. Semua korban yang bersaksi berasal dari
Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.

KKR Aceh adalah lembaga negara non-struktural yang dibentuk berdasarkan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Qanun Aceh Nomor 17 tahun
2013 tentang KKR Aceh.

KKR Aceh dibentuk atas tiga tujuan, yaitu memperkuat perdamaian dengan
mengungkap kebenaran terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu, membantu
tercapainya rekonsiliasi antara pelaku pelanggaran HAM baik individu maupun lembaga
dengan korban, dan merekomendasikan reparasi menyeluruh bagi korban pelanggaran HAM
sesuai dengan standar universal yang berkaitan dengan hak-hak korban.

Mengenai antipasti terhadap bangsa lain, kita dapat mengambil 1 contoh dari sejarah
rakyat aceh. Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh
diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup lama karena
banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942
terjadi penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali
Jepang berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh
rakyat Aceh dengan serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah
Lhokseumawe. Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan
Tengku Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah. Kebencian rakyat pun
semakin bertambah.

Penilaian: 60
Nama : Reyhan Widya Rahman Astragatra 4 : Ideologi
NIM : 15018096 Parameter 18 : Kewaspadaan terhadap Ideologi Lain

Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) republik


Indonesia, Provinsi Aceh adalah salah satu dari 12 provinsi yang rawan akan paham
radikalisme di Indonesia. Hal itu dinilai dari beberapa hal, salah satunya adalah munculnya
kegiatan latihan militer terorisme di Aceh beberapa tahun lalu.
Hal tersebut dikemukakan oleh Peneliti dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme
(FKPT) Aceh, Mukhlisuddin Ilyas. Pertama, secara prkatis Aceh muncul saat latihan militer
yang kemudian diklaim sebagai latihan teroris di perbukitan Jalin, Jantho, Aceh Besar pada
tahun 2010. “Kemudian adanya kekerasan yang mengatasnamakan agama, hal ini dipicu oleh
beberapa isu yang mencuat, seperti aliran sesat, perbedaan pandangan dalam memahami Islam,
dan persoalan pendangkalan akidah,” sebut Mukhlisuddin.
Selanjutnya, munculnya gejala intoleransi di kalangan masyarakat menjadi potensi
ketiga. Selanjutnya muncul perbedaan interpretasi terhadap ajaran Islam di kalangan muslim
di Aceh.
“Yang terakhir, munculnya berbagai varian konflik di Aceh paska MoU Helsinki. Yang
harus kita pahami juga adalah, paham radikalisme tak selalu mencuat karena soal politik atau
gama, tapi juga ada kaitan dengan ekonomi dan sosial masyarakat,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kearifan lokal harus menjadi benteng dasar bagi masyarakat untuk
mencegah paham radikalisme berkembang di Aceh. Menurutnya, kearifan lokal menjadi salah
satu kekuatan masyarakat untuk upaya preventif paham radikalisme.
Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang menetapkan syariat Islam sebagai
peraturan daerahnya. Di antara aturan itu misalnya, perempuan diwajibkan menutup aurat dan
banyaknya peraturan yang tidak memberi celah kepada masyarakat agar tidak melupakan
budaya mereka sendiri dan tidak terpengaruh gaya berbusana yang kebarat-baratan dan
menampakkan aurat.
Namun, dewasa ini kecanggihan teknologi memegang peranan penting, remaja Aceh
juga mulai terpengaruh budaya asing, semakin kurangnya pengetahuan tentang budaya sendiri,
bahkan ada yang menganggap budayanya sendiri adalah budaya yang norak dan ketinggalan
zaman.
Banyaknya remaja Aceh yang juga kehilangan sopan santun terhadap orang yang lebih
tua, dan gaya berbusana remaja Aceh sendiri juga terpengaruh oleh budaya asing. Namun,
karena adanya peraturan daerah yang mewajibkan perempuan Aceh untuk menutup aurat
sebagaimana perempuan muslim, remaja Aceh mengombinasikan gaya berbusananya dengan
hijab sehingga kedua poin yang diinginkan tercapai.
Kesenjangan di bidang ekonomi masih terjadi di Aceh yang merupakan wilayah bekas
konflik. Walaupun konflik sudah berakhir, investor masih enggan melirik Aceh. Anggota DPD
RI asal Aceh, Ghazali Abbas Adan menyatakan, keengganan investor masuk ke Aceh
disebabkan tiga hal. Selain karena faktor risiko keamanan, masalah fleksibilitas seperti
kelistrikan dan birokrasi yang berbelit masih menghantui. “Itu adalah pernyataan Bank Dunia,
dan kita harus melihatnya sebagai kritik yang membangun,” ujarnya.
Penilaian : 65 (Tangguh)
Nama : Muhammad Zaky Ar-Razzaq Zulkarnain Politik
NIM : 15018133 Parameter 19 : Sistem Manajemen Nasional

Sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara nilai, struktur, dan proses
untuk mencapai untuk mencapai kehematan, daya guna, dan daya nasional demi mencapai
tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi siklus kegiatan
perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan kebijaksanaan (policy
implementation), dan penilaian hasil kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai
kebijakan nasional. Dalam proses melaraskan diri serta pengaruh-mempengaruhi dengan
lingkungan itu, SIMMENAS memiliki fungsi pokok ”pemasyarakatan politik” hal ini berarti
bahwa segenap usaha dan kegiatan SIMENNAS diarahkan pada penjaminan hak dan
penertiban kewajiban rakyat. Hak rakyat pada pokoknya adalah terpenuhinya berbagai
kepentingan, sedangkan kewajiban rakyat pada pokoknya adalah keikutsertaan dan tanggung
jawab atas terbentuknya situasi dan kondisi kewarganegaraan yang baik.
Status Provinsi Aceh sebagai daerah otonomi khusus mendongkrak peningkatan aliran
dana publik yang dikelola pemerintah daerah. Sayangnya, lembaga-lembaga pemerintah yang
ada di Aceh saat ini belum memiliki kemampuan yang cukup dalam mengelola dan
membelanjakan dana publik secara efektif dan efisien. Hal lain yang masih menjadi masalah
utama adalah korupsi. Lembaga FITRA pada tahun 2012 lalu bahkan menempatkan
Pemerintah Aceh sebagai pemerintah daerah terkorup nomor dua setelah Jakarta (Aceh
National Post, 14/12/2012). Pemerintah Aceh sering dikritik dan disorot oleh lembaga
pemerhati korupsi terhadap kegagalannya mengelola dana publik secara baik, terutama dalam
proses penganggaran, implementasi, serta pelaksanaan prosedur akuntansi. Tetapi, di kota
Banda Aceh sejak tahun 2000 sering mendapatkan penghargaan dalam hal tata kelola
pemerintahan yang baik, termasuk pengakuan tertinggi untuk kebersihan, manajemen lalu
lintas, udara bersih, pengembangan perumahan, akses ke teknologi dan informasi, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan manajemen perkotaan.
Penilaian: 70
Nama : Ahmad Shodiq Multazim POLITIK
NIM : 15018147 Parameter 20: Sistem Kehidupan Politik

Bentuk asimetris politik di Provinsi Aceh dapat dicermati pada subtansi isi dari UU No.
11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. UU tersebut menegaskan konsep asimetris secara
politik masih berada dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
merupakan sub-sistem dalam sebuah sistem pemerintahan secara nasional. Oleh karena itu,
pemberlakuan otsus Aceh pada dasarnya bukanlah sekedar hak, melainkan merupakan
kewajiban konstitusional untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan masyarakat
Aceh.
Merujuk pada regulasi UU No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh dapat difahami
berbagai bentuk asimetris politik Aceh yang termaktub dalam regulasi tersebut. Berdasarkan
hasil kajian, maka didapatkan sebanyak 9 (sembilan) pasal yang memperlihatkan keasimetrisan
Aceh dari sisi politiknya.
Pertama, dimulai dari penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Aceh
yang berpedoman pada Qanun Aceh sebagaimana Pasal 66 Ayat 6 UUPA. Kedua, terlihat pada
Pilkada gubernur, bupati, dan walikota di kabupaten/kota di Aceh dipilih melalui pemilihan
yang diajukan oleh partai politik nasional, partai politik lokal serta calon perseorangan. Ketiga,
keberadaan KIP dalam menyelenggarakan Pemilu baik Pilkada, Pemilu Legislatif (Pileg)
maupun Pemilihan Presiden (Pilpres), berbeda dari daerah lain. Di Aceh penyelenggara Pemilu
dilaksanakan oleh KIP Aceh untuk tingkat provinsi dan KIP Kabupaten/Kota untuk tingkat
Kabupaten/Kota. Keempat, Pengawas Pemilihan yakni Panitia Pengawas Pemilihan
(Panwaslih) untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan Pilkada. Selanjutnya Kelima,
keberadaan partai politik lokal (parlok) yang secara tegas diatur dalam Pasal 75 UU No. 11
Tahun 2006, yang kemudian telah dikeluarkan Paraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2007
tentang Partai Politik Lokal di Aceh. Keenam, berkaitan dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Aceh (DPRA/DPRK), bahwa jumlah anggota DPRA 125% dari ketentuan nasional, hal ini
diatur dalam Pasal 22 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2006. Berikutnya Ketujuh, kewajiban
menjalankan syariat agamanya bagi calon kepala daerah di Aceh. Kedelapan, kekhususan
dalam hal dukungan bagi calon perseorangan. Terakhir Kesembilan, bentuk asimetris politik
Aceh yaitu kekhususan dalam hal dukungan bagi calon yang diusung oleh partai.

Nilai: 83
Nama : Deric Politik
NIM : 15018151 Parameter 21: Pembagian Wilayah

Aceh merupakan salah satu provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Letaknya
berada di ujung pulau Sumatra dan merupakan provinsi yang paling barat di Indonesia. Aceh
juga dikenal sebagai daerah istimewa dan daerah khusus.. Hal ini telah di atur dalam UU
Nomor 44 Tahun 1999 dan UU Nomor 11 Tahun 2006.
Sejak tahun 1999, Aceh telah mengalami beberapa pemekaran wilayah dan hingga
sekarang tercatat sudah melakukan 13 kali pemekaran wilayah yaitu sebagai berikut.
No Hasil Pemekaran Pemekaran dari Tanggal
1. Kabupaten Simeulue Kabupaten Aceh Barat 4 Oktober 1999
2. Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Aceh Barat 10 April 2002
3. Kabupaten Aceh Jaya Kabupaten Aceh Barat 10 April 2002
4. Kabupaten Aceh Singkil Kabupaten Aceh Selaran 20 April 1999
5. Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Selatan 10 April 2002
Daya
6. Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Aceh Tengah 19 Desember
2003
7. Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Aceh 10 April 2002
Tenggara
8. Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Timur 10 April 2002
9. Kota Langsa Kabupaten Aceh Utara 21 Juni 2001
10. Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara 21 Juni 2001
11. Kabupaten Bireuen Kabupaten Aceh Utara 4 Oktober 1999
12. Kabupaten Subulussalam Kabupaten Aceh Singkil 2 Januari 2007
13. Kabupaten Pidie Jaya Kabupaten Pidie 2 Januari 2007

Pemekaran di wilayah Aceh memiliki 4 semangat dasar yaitu:


1. Pemekaran wilayah adalah upaya legal membuat kekuasaan lebih dekat dengan
masyarakat, bukan dalam rangka mengendalikan dan menindas, tapi untuk secara
langsung mengetahui persoalan rill yang dihadapi masyrakat.
2. Pemekaran wilayah juga mendorong peningkatan dan percepatan pembangunan.
3. Pemekaran wilayah memungkinkan unit-unit pertahanan dan keamanan menjadi lebih
kuat karena memiliki wilayah pengawasan yang relatif lebih sempit sehingga
pemekaran wilayah meningkatkan pertahanan dan kondisi keamanan Aceh.
4. Pemekaran wilayah sebagai strategi mendistribusikan kekuasaan agar melahirkan
balance of power.
Dari beberapa poin di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dilakukannya
pemekaran di Provinsi Aceh dapat secara tidak langsung meningkatkan keterjangkauan
pemerintah daerah, pemerataan dalam hal peningkatan pembangunan, penyeimbang
kekuasaan, dan yang paling penting yaitu meningkatkan pertahanan dan keamanan dari
Provinsi Aceh. Poin terakhir menjadi penting karena jika kita lihat, Provinsi Aceh adalah
provinsi paling barat dan dekat dengan negara lain yang mungkin dapat mengancam pertahanan
dan keamanan wilayah NKRI.
Penilaian: 85
Nama : Tri Mulianita Pendidikan politik, Komunikasi politik

NIM : 15018156 Parameter 22 : Otonomi daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setermpat sesuai
dengan peraturan perundang – undangan. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang memiliki status “otonomi khusus” pada tahun 2001 melalui UU No.10 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus. Sebelumnya, disahkan UU No.44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Provinsi Aceh diberikan
Keistimewaan dalam Pendidikan, Adat dan peran Ulama dalam pembangunan Aceh. Peran
ulama ini ditindaklanjuti dengan terbentuknya sebuah badan yang anggotanya terdiri atas para
ulama yang bersifat independen dan berfungsi dalam memberikan pertimbangan terhadap
kebijakan daerah, termasuk bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, serta
tatanan ekonomi islami yang menyebabkan terdapat landasan yang kuat dalam melaksanakan
syarat Islam dalam provinsi Aceh.

UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi NAD, menyebutkan
bahwa Provinsi Daerah Istimewa Aceh diberi otonomi khusus dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. UU Sedangkan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh menyebutkan bahwa Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin
oleh seorang gubernur. Undang – undang ini juga memberikan Aceh kekuasaan lebih besar
untuk menentukan sistem pengadilan dan pendidikannya sendiri, serta pendapatan dari
sumberdaya minyak dan gas yang besar hingga 70%. Ketetapan ini melebihi otonomi biasa,
dimana pendapatan pemerintah provinsi hanya mendapatkan 15% dari minyak dan 35% dari
gas.

Penilaian : 85
Nama : Muhammad Rasendriya Nabil Nugany Pendidikan Politik, Komunikasi Politik
NIM : 15118072 Parameter 23 : Dukungan Internasional

Untuk mengantisipasi perubahan ekonomi yang terjadi pasca gelombang tsunami,


setelah para donor menyelesaikan bantuan dan kegiatan BRR yang akan segera usai maka
pemerintah Banda Aceh berusaha meningkatkan kesiapan dengan peningkatan kapasitas
manajemen termasuk koordinasi antara eksekutif dengan lembaga legislatif, antara pemerintah
dengan stakeholder dan antar Kabupaten/Kota yang

Kerjasama Regional BASAJAN didasarkan pada keinginan untuk memajukan daerah


dan kesadaran bahwa dengan memadukan potensi akan diperoleh hasil yang lebih baik. Ketiga
daerah menyadari hal ini dan sepakat membentuk wadah kerjasama daerah yang merupakan
bentuk ikatan yang saling menguntungkan sehingga akan mempercepat proses pembangunan
dan meningkatkan kemajuan daerah

Didasari keinginan yang kuat untuk maju, dibantu oleh pihak GTZ-SLGSR maka
selama periode Desember 2007-Maret 2008 dibuatlah serangkaian pertemuan sebagai
persiapan untuk pertemuan puncak untuk mencapai kesepakatan yang dilakukan oleh tim teknis
BASAJAN di ketiga daerah dengan Kepala Daerah dan pemangku jabatan lain. BASAJAN
adalah akronim dari nama tiga ibukota kabupaten/kota di provinsi Aceh, yakni Banda Aceh –
Sabang – Jantho (Aceh Besar).

BASAJAN merupakan sebuah konsep dan strategi kerjasama pembangunan terpadu


antar-tiga daerah tersebut, khususnya di bidang Pariwisata, Infrastruktur dan Sumber Daya
Manusia (SDM). Dalam bahasa Aceh basajan bermakna selalu dibawa bersama.

Secara khusus BASAJAN mendapat dukungan DED dan GTZ dari Jerman. Tindak
lanjut dari berbagai dukungan tersebut mengkristal dalam konferensi internasional BASAJAN
di kantor Euro House di Banda Aceh, pada pertengahan tahun 2008, dan secara resmi didirikan
dalam suatu acara khusus di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh pada 18 Juli 2008.

Selain BASAJAN, bentuk dukungan internasional lainnya jugater dapat pada Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Aceh dan American Indonesian Chamber of Commerce
(AICC) yang sepakat untuk meningkatkan perdangangan antara Aceh dengan Amerika Serikat
baik secara langsung maupun melalui negera ketiga. kerja sama yang dapat dilakukan dengan
Amerika Serikat tidak hanya bidang perdangangan tapi juga pendidikan dan riset yang
mendukung investasi ke Indonesia.

Penilaian: 70
Nama : Yolanda Ekonomi

NIM : 15518018 Parameter 24 : Pertanian

Selain sektor kelautannya, Aceh memiliki potensi besar pada sektor pertaniannya.
Produktivitas padi untuk daerah Aceh dari tahun 2013 hingga tahun 2016 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 jumlahnya 46,68 KU/Ha, tahun 2014 (48,39 KU/Ha), 2015
(50,59 KU/Ha), dan tahun 2016 (51,34 KU/Ha). Menurut Kabid Tanaman Pangan pada Dinas
Pertanian dan Perkebunan Aceh Mukhlis SP, MA, jumlah produksi padi tersebut didapat dari
luas lokasi tanam dimana pada tahun 2013 (397.887 Ha), tahun 2014 (439.533 Ha), 2015
(461.883 Ha), tahun 2016 (447.718 Ha).Membaiknya kinerja sektor ini karena produksi
komoditas pertanian seperti padi, jagung dan kedelai memiliki target peningkatan produksi
yang signifikan. Peningkatan itu berdampak terhadap meningkatnya kontribusi sektor
pertanian di Provinsi Aceh. Hasil kajian BI, peningkatan produktivitas di sektor pertanian dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.

Pemantapan ketahanan pangan yakni dengan swasembada pangan yang stabil dan
berkelanjutan meski dinamis untuk suatu bisnis merupakan sasaran pembangunan bidang
pertanian. Aceh memiliki potensi bidang pertanian yang amat baik, namun sayangnya tidak
banyak sumber daya manusia yang ingin mengolah pertanian tersebut. Bisa dibayangkan bila
masyarakat lebih ingin terjun ke sector pertanian, maka pasti pertanian Aceh yang sudah baik
ini akan semakin berkembang pesat.

Penilaian : 80
Nama : Sawsan Latifa Suharso Ekonomi
NIM : 17518031 Parameter 25: Perindustrian

Aceh merupakan provinsi di Indonesia yang beribu kota Banda Aceh. Salah satu
provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa sekaligus diberi kewenangan
otonomi khusus. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling
barat di Indonesia. Aceh memiliki jumlah penduduk sekitar 4.500.000 jiwa
Aceh memiliki sejumlah industri besar, diantaranya : Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Arun Lhokseumawe yang diresmikan beroperasi oleh Presiden Republik Indonesia,
Bapak Joko Widodo pada tanggal 14 Desember 2018, PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh
Utara, Kawasan Industri Aceh (KIA) di Gampong Ladong, Kecamatan Masjid Raya,
Kabupaten Aceh Besar, dan masih banyak lagi.
Pada 20 Desember 2018, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh; Nova Iriansyah
meresmikan Pusat Logistik Berikat dan Pergudangan Terpadu milik PT. Trans Continent di
Kawasan Industri Aceh (KIA) di Gampong Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten
Aceh Besar.
Peresmian pusat logistik ini berpotensi memperluas pasokan kebutuhan barang serta
meningkatkan jalur ekspor produk daerah serta sebagai pemasok dan pemenuhan kebutuhan
bahan pokok serta tempat produksi komoditi ekspor bagi Banda Aceh dan Aceh Besar.
Ketepatan waktu dalam proses produksi industri tak lagi jadi masalah.
Potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan mengadakan kebijakan pengembangan
menjadi daerah kawasan Industri dan perdagangan melihat letak Provinsi Aceh yang juga dapat
dikatakan dalam posisi strategis karena berada pada salah satu jalur pelayaran internasional
yang terpadat di dunia.

Penilaian :80
Nama : Finka Lidya Wati Ekonomi

NIM : 10518026 Parameter 26: Modal

Pengertian Investasi adalah suatu aktivitas menempatkan dana pada satu periode
tertentu dengan harapan penggunaan dana tersebut bisa menghasilkan keuntungan dan/atau
peningkatan nilai investasi.

Dilansir dari gatra.com pada tanggal 8 Oktober 2019, Kantor Perwakilan Bursa Efek
Indonesia (BEI) Aceh mencatat jumlah investor di pasar modal di Provinsi tersebut mencapai
10.800 orang atau naik 48 persen bila dibandingkan tahun 2018.

Menurut Kepala Kantor BEI Aceh, Thasrif Murhadi di Aceh Besar, Kenaikan jumlah
investor pada tahun 2018 mencapai 10.800 orang dari sebelumnya 7.400 orang, hingga akhir
September 2019.

Kenaikan jumlah investor di pasar modal tersebut, menurutnya, tidak terlepas dari
meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap pasar modal, serta peran dari media dalam
mensosialisasikan pasar modal di Aceh. Untuk itu, pihaknya akan terus meningkatkan edukasi
kepada masyarakat dalam berbagai kegiatan termasuk juga sekolah pasar modal.

Sosialisasi terkait pasar modal harus terus ditingkatkan dalam berbagai kegiatan
termasuk pameran dan pertemuan dalam semua segmen sehingga masyarakat dapat memahami
dengan baik terkait pasar modal.

Lebih lanjut, Ia menyebutkan, untuk investor yang paling banyak melantai di bursa
saham di provinsi ujung paling barat Indonesia itu ditempati kalangan mahasiswa dan umum.
Untuk itu, kata Thasrif, pihaknya optimistis jumlah investor asal Aceh yang akan melantai di
pasar modal akan terus meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan data di atas, ketahanan nasional dari provinsi NAD dalam parameter
ekonomi modal sangat berkembang dan meningkat seiring dengan meningkatnya laju investasi
di provinsi ini

Penilaian: 80
Nama: Anas Syuhud Rabbani Ekonomi

NIM: 10518036 Parameter 27: Manajemen

PEMBANGUNAN Aceh ke depan akan menghadapi tantangan cukup berat. Problem


mismanajemen diperparah oleh ketergantungan sumber daya akut pada pemerintah pusat, serta
rendahnya kemampuan untuk mengakumulasi sumber daya tersebut untuk memperkuat
kapasitas keuangan daerah sebagai modal dan garansi bagi pembangunan berkelanjutan hingga
berujung pada akumulasi kegagalan dan kesia-siaan pembangunan telah membawa Aceh pada
situasi yang cukup mengkhawatirkan.

Turunan nyata dari tanda-tanda bahaya ini adalah fakta kemiskinan yang seolah kini
sudah identik dengan Aceh dan tak kunjung terentaskan. Jika kita amati dalam keseharian,
maka tidak ada isu paling populer sekaligus menguras pikiran publik Aceh belakangan ini
selain isu kemiskinan, plus pengangguran. Publikasi intens media mengutip sumber BPS akan
fakta kemiskinan dan pengangguran di daerah ini dengan catatan selalu masuk dalam kelompok
peringkat terburuk baik secara nasional maupun se-Sumatera.

Nilai: 50
Nama : Carel Hansel Yonathan Ekonomi

NIM : 10518060 Parameter 28: Daya saing

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National University of Singapore (NUS)


daya saing masyarakat provinsi Aceh berada di posisi 26 dari 33 provinsi di Indonesia pada
tahun 2016. Daya saing tersebut masih buruk disebabkan karena infrastruktur, kebijakan
investasi, adopsi IT, stabilitas ekonomi, kesehatan, skil tenaga kerja, pasar produk, pasar tenaga
kerja, sistem keuangan, ukuran pasar, dinamisme pasar, dan inovasi masih rendah.

Agar daya saing masyarakat Aceh bisa ditingkatkan maka diperlukan peningkatan skil
dari tenaga kerja dengan diadakannya pelatihan terhadap tenaga-tenaga kerjanya juga
dibutuhkan keefektifan dalam bekerja karena masih banyak masyarakat yang bekerja sambil
bermalas-malasan, kemudian diperlukannya pengetahuan tentang penggunaan teknologi,
karena pada jaman ini pengetahuan tentang teknologi sangatlah dibutuhkan, jika kita tidak
mengetahui tentang teknologi kita tidak bisa bersaing dengan orang-orang asing. Lalu perlu
adanya kemudahan dalam kebijakan investasi dan infrastruktur yang memadai, karena banyak
investor asing yang enggan berinvestasi di Aceh karena kebijakan investasi nya yang sulit juga
buruknya infrastruktur di Aceh, karena dengan adanya investor asing maka dengan otomatis
masyarakat Aceh mau tidak mau bersaing dengan investor asing tersebut.

Nilai: 50
Nama : Jehnni Jessica Septhila Ekonomi

NIM : 10518070 Parameter 29 : Prasarana

Secara keseluruhan panjang jalan di Aceh yaitu 17,066.19 km yang terdiri dari jalan
nasional (1.782,78 km), provinsi (1.701,82 km) dan kabupaten/kota (13.581,89 km). Aceh
memiliki 19 pelabuhan, 12 unit bandara dan 33 unit terminal bis yang tersebar di
kabupaten/kota. Pelabuhan laut yang terbesar adalah Malahayati, Krueng Geukueh, Meulaboh
dan Ulee Lheu sebagai pelabuhan penyebarangan dan angkutan. Bandara Sultan Iskandar
Muda adalah bandara internasional yang berlokasi di Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan
terminal bis berlokasi di seluruh kabupaten/kota.

Kondisi pelabuhan laut dan udara ditinjau dari kelengkapan prasaran fasilitas pokok,
fasilitas keselamatan dan fasilitas penunjang, memiliki persentase yang bervariasi.
menunjukkan bahwa Pelabuhan laut Malahayati dan Lhokseumawe memiliki persentase
perlengkapan sarana dan prasarana yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelabuhan laut
lainnya. Sementara itu Bandar udara internasional Sultan Iskandar Muda merupakan bandara
bertaraf internasional dan memiliki persentase kelengkapan sarana dan prasarana yang
terlengkap dibandingkan seluruh bandara lainnya.

Lahan merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai secara ekonomis. Saat ini,
jumlah luas lahan pertanian dan kehutanan Aceh setiap tahun mengalami pengurangan.
Berkurangnya jumlah lahan pertanian dan kehutanan adalah akibat adanya peningkatan jumlah
dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunanUntuk daerah perkotaan, alih fungsi lahan
dapat dilihat dari persentase ruang terbuka hijau. Meskipun secara proporsional masih
memenuhi rasio yang ditetapkan (30%), namun beberapa kota di Aceh antara lain Kota Banda
Aceh, Lhokseumawe dan Langsa menunjukkan kecenderungan pengurangan persentase ruang
terbuka hijau sebagai akibat kegiatan pembangunan khususnya bidang infrastruktur dan
pemukiman yang belum sepenuhnya mengikuti rencana tata ruang yang ditetapkan.

Nilai: 78
Nama : Azizah Nabilah Putri Ekonomi

NIM : 10518078 Parameter 30:Perdagangan

Ekspor Aceh terus menurun sebagaimana produksi gas yang berkurang. Jumlah
keseluruhan ekspor menurun sebesar 6 persen pada tahun 2007, terhitung sebesar US$ 1,8
miliar. Akan tetapi ekspor non migas meningkat secara signifikan, sebesar US$ 84,3 juta tahun
2007. Peningkatan ini di motori oleh produksi pupuk yang merupakan 80 persen dari
keseluruhan ekspor non-migas yang sempat berhenti berproduksi pada tahun 2006. Produksi
pupuk dan kertas kembali beroperasi setelah pemerintah berkomitmen untuk terus mensubsidi
bahan baku gas bagi ke dua industri ini hingga tahun 2010.

Ekspor komoditas pertanian terus meningkat pada pertengahan tahun dan mencapai
US$ 14 juta pada tahun 2007. Pertumbuhan di sektor ini sebagian besar diakibatkan oleh
berakhirnya konflik bersenjata demikian juga bantuan-bantuan rekonstruksi, serta
meningkatnya harga-harga komoditas di pasar internasional. 3 Ekspor perikanan tercatat
sebesar U$ 1 juta tahun 2007, meningkat signifikan sejak tsunami, tetapi tetap jauh dibawah
produksi tertinggi pada tahun 2000, sebesar US$ 13 juta. Impor menurun pada tahun 2007,
sebagian besar diakibatkan dari menurunnya impor terhadap bahan baku produksi gas dan
mesinmesin yang digunakan dalam proses produksi gas. Akan tetapi impor terhadap bahan
makanan meningkat secara berturut-turut dalam 3 tahun terakhir. Terdapat sebagian besar
barang import bagi Aceh masuk melalui Medan, terutama untuk kebutuhan rekonstruksi.
Sebagai ilustrasi, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah import bagi bahan
bangunan, seperti besi untuk perumahan yang meningkat sebesar 23 persen pada 2006 dan 18
persen pada tahun 2007 (BPS, Medan).

Nilai: 80
Nama : Agniya Dwiputri Aminah Ekonomi

NIM : 10518090 Parameter 31 : Moneter

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2018 tercatat tumbuh 5,43%(yoy), meningkat


dibanding angka triwulan sebelumnya (4,06%, yoy) maupun dengan periode yang sama di
tahun sebelumnya (3,55%, yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan tersebut bersumber dari sektor
pertanian, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan. Sementara dari sisi pengeluaran,
peningkatan terutama disebabkan positifnya kinerja investasi, konsumsi rumah tangga dan
ekspor luar negeri. Perkembangan Keuangan Daerah

Tingkat realisasi pendapatan terhadap pagu APBA Pemerintah Provinsi Aceh pada
triwulan IV-2018 lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun
sebelumnya. Penurunan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari penurunan realisasi
Pendapatan Asli Aceh, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Realisasi
belanja terhadap pagu APBA mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Penurunan realisasi belanja APBA terutama didorong oleh penurunan
realisasi Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Transfer. Begitupun dengan belanja APBN yang
mengalami penurunan dan bersumber dari pos Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Stabilitas sistem keuangan di Provinsi Aceh pada tiwulan IV 2018 masih terjaga
ditopang oleh kinerja korporasi dan rumah tangga. Hal tersebut ikut mendorong meningkatnya
kinerja perekonomian di Provinsi Aceh. Kinerja sektor perbankan menunjukkan kinerja yang
meningkat ditunjukkan oleh LDR yang semakin optimal dengan tingkat risiko yang dapat
dipertahankan pada level yang rendah menandakan fungsi intermediari yang semakin baik.
Penyaluran kredit kelompok Korporasi dan Rumah Tangga menunjukkan kinerja yang masih
positif diiringi dengan penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan
(NPL). Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan namun masih
berada di atas 5%.

Perekonomian Aceh pada triwulan II-2019 diperkirakan tumbuh 5,04%-5,44%(yoy)


sedangkan pada tahun 2019 diperkirakan tumbuh 5,12%-5,52%(yoy). Angka tersebut tercatat
lebih tinggi dibanding triwulan II-2018 (5,71, yoy) dan tahun 2018 (4,61%, yoy).
Meningkatnya kinerja ekonomi tersebut diperkirakan bersumber dari konsumsi pemerintah dan
investasi. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan masih berada dalam kisaran yang
terkendali dalam rentang 3,04%-3,44%(yoy) dengan perkiraan sumber inflasi berasal dari
komponen volatile food.

Penilaian : 70
Nama : Amelia Cahyani Putri Ekonomi

NIM : 12318004 Parameter 32: Devisa

Pengusaha kelapa sawit mengklaim telah mengonversi hampir 100 persen devisa hasil
ekspor yang diperoleh ke dalam bentuk mata uang rupiah. Selain karena adanya regulasi terkait
dari Bank Indonesia (BI), konversi tersebut dilakukan karena para pengusaha kelapa sawit
relatif membutuhkan rupiah untuk kegiatan operasionalnya. Adapun kegiatan operasional yang
dimaksud itu meliputi pembelian raw material, seperti minyak sawit dan Tandan Buah Segar
(TBS), serta membayar upah petani sawitnya. “Devisa hasil ekspor dari sawit itu hampir 100
persen pulang dan dikonversi. Untuk ekspor sawit sendiri, 75 persennya berbentuk produk,
sementara 25 persennya lagi dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil),” kata Sekretaris Jenderal
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang di Jakarta pada Rabu
(8/8/2018). Lebih lanjut, Togar meyakini devisa dari sektor industri kelapa sawit yang masih
tertahan dipergunakan untuk membayar utang dalam bentuk dolar AS. Terkait hal itu, Togar
menyebutkan bahwa setiap perusahaan memiliki perencanaan dan batas akhir pembayaran
utangnya masing-masing. Togar pun tak menampik apabila industri kelapa sawit menjadi yang
paling pertama disorot saat pembicaraan tentang defisit transaksi berjalan mencuat. Hal itu tak
lepas dari kenyataan industri sawit di Indonesia masih menjadi penyumbang devisa terbesar.
“Kami yang pertama dipanggil, karena posisi kami sebagai penyumbang devisa terbesar. Ini
bisa diasosiasikan bahwa teman-teman di [industri] sawit menyimpan [dolar AS]. Tapi
kenyataannya tidak,” ucap Togar. Gapki sendiri melihat tren penurunan ekspor CPO dan
turunannya masih akan terus berlanjut. Salah satu faktor yang memengaruhi ialah terkait
pemberlakuan pajak ekspor di beberapa kawasan, seperti Uni Eropa dan India. Adapun Togar
mengatakan bahwa ekspor pada Januari-Juli 2018 tidak sebesar tahun lalu, dan kondisi
penurunan itu pun masih akan berlanjut di kisaran 5 persen. “Ini lari dari perkiraan di awal
tahun. Untuk itu, kami berharap ada insentif lain yang lebih cepat dengan rate yang lebih bagus,
sehingga semakin mempermudah untuk menjalankan bisnis,” ungkap Togar.

Nilai: 50
Nama : Indira Anjanique Sosial Budaya
NIM : 13118019 Parameter 33 (Kerukunan/toleransi)

Mayoritas referensi yang digunakan pada analisis Provinsi Aceh ini diambil dari Kota
Banda Aceh, sebagai perwakilan dari keseluruhan provinsi. Hal ini disebabkan kurangnya data
yang valid untuk meninjau dan menarik kesimpulan dari keseluruhan Provinsi Aceh.
Menurut hasil survei oleh LSM SETARA Institute pada tahun 2018, Kota Banda Aceh
mendapat peringkat ke-2 kota yang paling tidak toleran di Indonesia. Munculnya hasil survei
ini mendapat protes keras dari Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman. Usman
menyebutkan Pemeritah Kota Banda Aceh kerap menggelar pertemuan dengan Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk mempererat kerukunan. Selama ini pun belum
pernah ada konflik antar umat beragama yang terjadi Kota Banda Aceh.
Fraksi PKS DPR Kota Banda Aceh, Irwansyah, pun memprotes survei tersebut dan
mempertanyakan indikator penilaiannya. Irwansyah meminta SETARA Institute agar tidak
asal menuding. Selain itu, dia juga mempertanyakan lokasi survei yang dilakukan SETARA
Institute.
Menurut rangakaian metodologi pada Indeks Kota Toleran (IKT) Tahun 2018, hal yang
dijadikan tolak ukur toleransi bukan sebatas agama saja melainkan terdapat empat variabel
yang ditetapkan sebagai alat ukur dengan mengadopsi kerangka pengukuran yang
diperkenalkan oleh Grim dan Finke, yaitu:
1. Regulasi Pemerintah Kota
Indikator:
1) Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya
dan
2) Kebijakan diskriminatif

2. Tindakan Pemerintah
Indikator:
3) Pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi
4) Tindakan nyata terkait peristiwa

C) Regulasi Sosial
Indikator:
5) Peristiwa intoleransi dan
6) Dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi

D) Demografi Agama
Indikator:
7) Heteregonitas keagamaan penduduk, dan
8) Inklusi sosial keagamaan
Selain itu, dalam melakukan penskoran pada rubrik sub-sub indikator, SETARA
Institute menambahkan tiga isu, yaitu isu gender, inklusi sosial, dan partisipasi masyarakat
sipil.
Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
menerapkan otonomi daerah khusus berupa penerapan syariat Islam dalam penyelenggaran
pemerintahan. Pemerintah Kota Banda Aceh adalah lembaga yang mempunyai kewenangan
menyusun kebijakan publik yang menjadi dasar dan landasan bersikap dan bertindak dalam
penyelenggaran pemerintahan. Pemerintah kota Aceh pun dalam kenyataannya mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang bersifat diskriminatif. Salah satunya adalah aturan jam malam untuk
pekerja perempuan dengan dalih melindungi perempuan. Kebijakan ini bersifat diskriminatif
karena membatasi ruang gerak sekelompok manusia (perempuan) pada publik, bagaimanapun
intensi latar belakangnya.
Selain diskriminasi gender, terdapa juga isu diskriminasi agama. Qanun adalah
Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang mengatur penyelenggaraan
pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Provinsi Aceh. Keberadaan qanun yang
diberlakukan dihampir semua wilayah Aceh membawa dampak buruk terhadap diskriminasi
terhadap masyarakat non-muslim yang tidak mempunyai hubungan dengan pemberlakuan
qanun. Pada Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 terdapat hukum jinayat. Hukum jinayat adalah
hukum yang mengatur tentang jarimah dan ‘uqubat. 16. Jarimah adalah perbuatan yang
dilarang oleh Syariat Islam. Sementara, ‘uqubat adalah hukuman yang dapat dijatuhkan oleh
hakim terhadap pelaku. Dalam Qunan ini diatur tentang hukum cambuk beserta rinciannya.
Beberapa pelanggaran yang diatur menurut hukum pidana Islam meliputi produksi, distribusi,
dan konsumsi minuman beralkohol, perjudian, perzinahan, bermesraan di luar hubungan nikah,
dan seks sesama jenis.
Qanun Jinayat yang menganut Syariat Islam ini diterapkan bagi seluruh penduduk
Aceh, bukan hanya bagi pemeluk agama Islam. Hal ini diatur pada Pasal 5 Rancangan Qanun
Jinayat adalah sebagai berikut;
Qanun ini berlaku untuk:
(a) setiap orang beragama Islam yang melakukan jarimah di Aceh;
(b) setiap orang beragama bukan Islam yang melakukan jarimah di Aceh bersama-sama
dengan orang Islam dan memilih serta menundukkan diri secara sukarela pada Hukum
Jinayat;
(c) setiap orang beragama bukan Islam yang melakukan perbuatan jarimah di Aceh
yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau ketentuan
pidana di luar KUHP, tetapi diatur dalam Qanun ini; dan
(d) badan usaha yang menjalankan kegiatan usaha di Aceh.

Ada pula Wilayatul Hisbah yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
dengan tujuan menjadi “penegak hukum syariat Islam” yang bertugas melakukan sosialisasi,
pengawasan, dan pembinaan Qunan sering melakukan diskriminasi dalam penegakan hukum.
Hal ini dianggap bersifat diskriminatif terhadap kaum minoritas yang tidak memegang syariat
Islam.
Sikap intoleran dalam agama yang sama pun pernah terjadi seperti pada kasus
pembakaran masjid Muhammadiyah di Bireun, Aceh. Menurut banyak opini, pembakaran itu
merupakan buntut pertikaian dan persaingan antara Muhammadiyah dan Dayah yang beraliran
Aswaja. MPU pun mengeluarkan kebijakan tersebut berdasarkan dua dalil. Pertama,
pembakaran fondasi dasar masjid menunjukkan masyarakat resah akan kehadiran
Muhammadiyah. Kedua, karena Muhammadiyah minoritas, maka wajib mengikuti mayoritas.
Prinsip keadilan yang dipakai MPU adalah logika utilitarianisme yang menunjukkan situasi
bahwa kebahagiaan mayoritas lebih penting daripada kebahagiaan minoritas. Mayoritanisme
dalam kasus ini pun dibalut slogan "kearifan lokal."

Nilai : 35
Nama : Jovan Karuna Cahyadi Sosial
Budaya NIM : 13518024 Parameter 34: Persatuan Bangsa

Persatuan dan kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia
baik dalam rangka merebut, mempertahankan maupun mengisi kemerdekaan. Persatuan
mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi.” Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia.
Aceh merupakan provinsi yang berada di wilayah Indonesia, oleh sebab itu
masyarakat di Aceh juga perlu berjuang untuk persatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari
sebuah komunitas di Aceh yang mengajak masyarakat Aceh, khususnya kaum muda-mudi di
Aceh untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Komunitas ini yaitu, Angkatan Muda
Pembaharuan Indonesia (AMPI). Hal tersebut disampaikan Ketua AMPI, Khalid S.Pd melalui
pres rilisnya yang diterima pada Jumat, 6 September 2019. Ia juga menjelaskan dalam konteks
kearifan lokal, apalagi Aceh memiliki sejarah masa lalu yang kelam dengan goresan sejarah
konflik berkepanjangan yang telah memberi banyak pelajaran bagi masyarakat Aceh untuk
bersatu, maka daripada itu pihaknya meminta merawat perdamaian yang telah dicapai.
Menjaga kesatuan dan persatuan adalah tugas bersama yang harus dimiliki setiap individu,
maka dari itu AMPI berharap kepada pemuda Aceh khususnya dapat menjaga kedamaian Aceh.
Selain itu terdapat juga museum-museum di Aceh yang dapat mempererat persatuan
bangsa, terutama musem Tsunami Aceh. Museum Tsunami Aceh memang sengaja dibangun
oleh pemerintah dalam hal ini Badan Rahabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh-Nias sebagai
pengingat dan sebagai lembaga pembelajaran dan mitigasi bencana bagi warga di Aceh.
Komunitas Jejak Langkah Sejarah (Jelajah) menobatkan Museum Tsunami Aceh sebagai
Museum Terpopuler di Indonesia. Hal ini dinilai dari aktivitas kunjungan pada Museum
Tsunami Aceh yang cukup tinggi, setiap harinya. Dapat dilihat bahwa masyarakat Aceh sering
berkunjung ke musem tersebut dengan maksud untuk mempelajari tentang hal-hal yang terjadi
saat tsunami, artinya masyarakat Aceh masih peduli dengan persatuan bangsa

Penilaian : 75
Nama: Stefanus Stanley Yoga Setiawan Etika, Moral

NIM: 13518122 Parameter 35:Pendidikan Nasional

Pada tahun 2016, angka melek huruf yang terdapat di provinsi Aceh mencapai
angka 97.74%, sedangkan di Indonesia sendiri, tingkat melek hurufnya 95.38%. Pada tahun
2017, angka melek huruf di Aceh mencapai angka 97.94%, sedangkan di Indonesia mencapai
angka 95.50%. Jika dilihat dari perbandingan kedua angka tersebut, Aceh bisa dibilang sebagai
provinsi yang memiliki penduduk yang tingkat pendidikannya di atas rata-rata.

Dari tabel tersebut terlihat persentase penduduk yang berpendidikan SLTP ke


atas mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 penduduk yang telah menamatkan pendidikannya
minimal SLTP sebesar 53,03 persen dan pada tahun 2017 naik menjadi 55,71 persen.

Secara keseluruhan proporsi penduduk yang belum memiliki pendidikan dasar masih
rendah. Proporsi penduduk yang tidak tamat SD nilainya mengalami kenaikan dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari 14,69 persen menjadi 17,07 persen.
Penilaian: 75
Nama : Suranta Sembiring Etika, moral

NIM : 15018007 Parameter 36: Kesehatan

Salah satu parameter ketahanan dari suatu wilayah juga dilihat dari tingkat pelayanan
kesehatan terhadap masyarakatnya. Selain itu, ada banyak aspek lain dari kesehatan masyarakat
yang harus ditinjau, seperti pemberian vaksin, distibusi tenaga medis,fasiitas medis, dan obat-
obatan, penanggulangan penyebaran penyakit baik menular ataupun tidak, serta kepedulian
pihak berwenang dalam meningkatkan kesehatan lingkungan pada wilayah tersebut. Di
Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam sendiri terdapat 23 kabupaten/kota dan memiliki sekitar
6497 gampong/desa yang sebagian dari desa /gampong tersebut berada di pedalaman hutan dan
akses yang sulit. Hal tersebut membuat distribusi pelayanan kesehatan akan menjadi lebih sulit.

Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam memiliki sekitar 62 rumah sakit termasuk rumah
sakit umum dan rumah sakit TNI/POLRI dengan keterangan hanya terdapat 2 (dua) rumah sakit
berakreditas A, 8 (delapan) rumah sakit berakreditas B, 26 berakreditas C, serta terdapat 23
rumah sakit berakreditas D. Rumah sakit yang berakreditas A hanya terdapat di ibukota
provinsi yaitu di kota Banda Aceh.

Dari data di atas di simpulkan bahwa tren pelayanan kesehatan yang terdapat di Provinsi
Nangroe Aceh Darrussalam masih kurang baik, karena mayoritas rumah sakit yang ada di
Provinsi Nangroe Aceh Darrussalam terakreditas C muapun D. Selain itu distribusi pelayanan
kesehatan juga sangat buruk, dimana terdapat 7 rumah sakit di ibukota provinsi, sedangkan di
kabupaten lain sebagian besar hanya terdapat 1 rumah sakit dan itupun memiliki akreditas C
dan D.

Penilaian : 50 (Kurang tangguh)


Nama : Tasya Raishania Amarin Gata Sosial Budaya

NIM : 15018013 Parameter 37: Kesadaran Hukum

Data yang ada menunjukkan indeks kriminal di Aceh sebesar 43,01 sedangkan
indeks keamanan di Aceh sebesar 56,99 dan tingkat kejahatan sebesar 43,75. Tingkat kejahatan
di Aceh meningkat dalam 3 tahun terakhir sebesar 75,00. Tingkat pembobolan dan pencurian
rumah sebesar 31,25. Tingkat perampokan dan pencopetan sebesar 31,25. Tingkat pencurian
mobil sebesar 12,5 dan tingkat pencurian barang dari mobil sebesar 25,00. Tingkat
penyerangan sebesar 37,5. Tingkat penghinaan sebesar 62,50. Tingkat penyerangan fisik
karena warna kulit, etnis asal, atau agama sebesar 81,25. Tingkat penggunaan narkoba sebesar
68,75. Tingkat vandalisme dan pencurian properti sebesar 37,59. Tingkat kekerasan seperti
penyerangan dan perampokan bersenjata sebesar 12,50. Serta tingkat korupsi dan penyuapan
sebesar 37,50. Tingkat keamanan berjalan sendirian ketika siang hari sebesar 93,75 sedangkan
tingkat keamanan berjalan sendirian ketika malam hari sebesar 18,75.

Aceh pernah dinobatkan sebagai provinsi paling rawan tindak kekerasan seksual.
Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak-Anak, Aceh berada diposisi
pertama dalam hal melanggar hal tersebut. Selain itu, Aceh pernah dinobatkan sebagai sebagai
provinsi paling rawan tindakan kekerasan politik. Sebab bukan sekali dua kali adanya
penembakan ataupun penyerangan yang memberikan rasa takut dan intimidatif kepada
masyarakat. Akan tetapi, angka kriminal di wilayah hukum Polresta Banda Aceh pada tahun
2017 menurun dibandingkan tahun 2016. Satreskrim mencatat pada tahun 2016 ada 111 kasus
kriminal yang terjadi. Sementara pada tahun 2017 turun menjadi 88 kasus. Yang menjadi
trending topik adalah kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur dan yang paling banyak
adalah kasus pencurian dengan pemberatan dan kasus curanmor. Meski tingkat krimialitas di
Banda Aceh secara umum terjadi penurunan, namun pihak yang berwenang tetap melakukan
upaya pencegahan dan penindakan agar kota Banda Aceh aman dari berbagai tindakan
kejahatan. Salah satu tindakan sebagai upaya pencegahan adalah sosialisasi.

Nilai : 50
Nama : Imam Ramadhan Sosial Budaya

NIM : 15018021 Parameter 38 : Penguasaan dan Pengembangan IPTEK

Penguasaan teknologi informasi di zaman ini, sudah menjadi keharusan. Teknologi


informasi menjadi tools dalam berkomunikasi dan menambah pengetahuan di zaman
Globalisasi dan era informasi. Di Aceh. penguasaan dan pengembangan IPTEK di Aceh
terbilang standar. Penguasaan IPTEK pada sektor industri sendiri sudah mirip dengan
kebanyakan kota-kota besar di Indonesia. Untuk pengukuran yang paling standar untuk masa
kini ialah, sudah adannya ojek online yang beroperasi disana, dimana ojek online tersebut
belum tersedia di semua kota. Sedangkan pada sektor pemerintahan, Penggunaan teknologi
informasi ini menciptakan sistem e-goverment kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru
seperti: G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government
to Government).

Dalam hal pengembangan IPTEK, dalam konteks provisi Banda Aceh, lebih baik
dipilih ssuatu sektor yang sekiaranya bisa dijadikan salah satu sektor industri andalan dan
mengaplikasikan IPTEK terkini. Sumber daya alam pertanian di Aceh (salah satu contoh)
memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi salah satu model eco-development. Dalam
rangka menentukan peran Iptek di dalam pengembangan agroindustri di Aceh, tentunya harus
didefinisikan terlebih dahulu konsep agroindustri berkelanjutan dan di mana Iptek itu akan
berperan. Negara Thailand adalah wilayah tetangga yang dapat dijadikan wilayah referensi
pengembangan agroindustri berbasis Iptek.

Penilaian : 60
Nama : Freddy S A Panjaitan Sosial Budaya

NIM : 15018032 Parameter 39: Generasi muda & peran perempuan dalam pembangunan

Secara umum, peran perampuan dalam pembangunan di aceh masih belum baik. Hal
ini ditandai dengan kurangnya partisipasi perempuan dalam kegiatan pemerintahan atau
pembangunan berskala besar, dengan kata lain, perempuan belum mendapat tanggung jawab
yang besar dalam pembangunan di aceh. Namun, peran perempuan di Aceh tidak seburuk itu.
Terbukti kota Banda Aceh sempat dipimpin oleh seorang walikota perempuan, yaitu Illiza
Sa'aduddin Djamal. Beliau telah menjabat sebagai wakil walikota Banda Aceh sejak 2007
hingga 2017 dengan sempat menjadi plh walikota pada tahun 2014 dengan sebelum itu semua
beliau adalah anggota DPRD Banda Aceh.

Begitu juga di dalam parleman baik provinsi maupun kabupaten/kota, jumlah majelis
perempuan masih belum bisa dikatakan berimbang jika dibandingkan dengan laki-laki, yaitu
12 orang dari 81 di tingkat provinsi dan 57 dari 650 orang atau 8,8%. Jelas hal ini menandakan
kurangnya partisipasi perempuan dalam bidang politik dan pembangunan. Walaupun hal ini
termasuk dalam bidang politik, namun hal ini juga masuk ke bidang sosial, seperti bagaimana
peran perempuan dalam masyarakat dan bagaimana perempuan ingin berperan dalam
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Dilihat dari bukti ini, sebenarnya Aceh punya potensi besar dalam melibatkan
perempua dalam pembangunannya, mengingat sejak zaman dahulu aceh sering dipimpin oleh
perempuan baik pada masa perjuangan sebeum kemerdekaan maupun saat dipimpin oleh
sultanah dalam kesultanan aceh. Oleh sebab itu peran perempuan dalam pembangunan di Aceh
harus semakin digencarkan. Tentu saja semua hal itu bisa terjadi jika ada perbaikan dalam
bidang pendidikan. Pendidikan harsu semakin adil dan menjangkau semua gender. Lalu
perlindungan terhadap perempuan. Kekerasan yang ada harus bisa diberantas dan dicegah.
Lagi-lagi dengan pendidikan.

Lalu peran generasi muda dalam pembangunan. Generasi muda berperan penting
dalam pembangunan. Gerakan pemuda seperti pramuka juga sudah baik, ditambah perhatian
pemerintah terhadap pramuka yang lumayan baik. Begitu juga dengan organisasi atau
perkumpulan pemuda lainnya yang banyak didasari oleh keagamaan, jika potensi ini bisa
dikembangkan dengan baik, maka generasi muda akan punya peran yang lebih besar dalam
pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan di Aceh.

Penilaian:60
Nama : Habbab Ahmad Faza SOSIAL BUDAYA

NIM : 15018038 Parameter 40 : Disiplin Nasional

Pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi harga diri
sebuah daerah. Betapapun majunya pembangunan di sebuah daerah, tanpa mampu
mewujudkan kondisi lingkungan yang bersih dan indah, maka orang akan menganggap bahwa
tidak ada kemajuan di daerah tersebut. Salah satu daerah yang sadar betul akan pengelolaan
lingkungan adalah Provinsi Aceh. Hal ini dapat kita lihat dari salah satu program tahunan yang
ada di Aceh. Mengutip dari Serambinews.com, pada 2 Maret 2019 lalu, Pemerintah Aceh
bersama ratusan pegiat lingkungan dan aktivis berbagai komunitas mendeklarasikan Aceh
bebas sampah. Hal ini dilakukan dalam rangka mempperingati Hari Peduli Sampah Nasional
tahun 2019. Hal ini patut kita apresiasi dan ini merupakan suatu tekad untuk menjadikan
Provinsi Aceh sebagai provinsi yang bersih dan bebas sampah. Tekad ini sangat relevan
dideklarasikan di Aceh, mengingat provinsi ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang
bersyariat Islam. Dalam Islam sendiri menjaga kebersihan merupakan hal yang utama, karena
kebersihan merupakan bagian dari iman.

Namun disamping usaha untuk menjaga kebersihan lingkungan demi kehidupan yang
lebih bersih dan lebih sehat, ternyata masih ada masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh
Provinsi Aceh. Diantaranya angka kematian ibu yang masih tinggi, stunting, juga harapan
hidup yang masih di bawah angka nasional. Mengutip dari infopublik.id, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia mengatakan usia harapan hidup Indonesia sudah 71,5% namun untuk
Provinsi Aceh angkanya masih memprihatinkan karena di bawah angka nasional yaitu 67,8%.
Pemerintah Aceh saat ini telah memberikan sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sesuai dengan standar yang ditetapkan Kemenkes, namun masih ada tantangan yang harus
dihadapi seperti kurangnya tenaga dokter, utamanya di rumah sakit daerah serta belum adanya
tenaga medis yang memadai di puskesmas. Selain itu warga pun masih rentan terkena penyakit
jantung dan stroke.

Penilaian : 80
Nama : Dennise Ardhia Regita A HANKAM

NIM : 15018050 Parameter 41: Kesadaran Global

Perkembangan teknologi mengakibatkan pertukaran informasi dan pengetahun semakin cepat


dan mendorong terjadinya globalisasi. Menurut KBBI, globalisasi adalah proses masuknya ke ruang
lingkup dunia. Globalisasi menyebabkan informasi, pengetahuan, dan kultur dari negeri di belahan satu
dapat tersebar hingga ke belahan lain dalam sekejap mata. Tentunya yang disebarkan tak selamanya
bersifat positif, namun dengan adanya globalisasi kini kinerja tiap orang dipermudah dengan teknologi
yang canggih serta bisa mendapatlan pembelajaran dari negara yang lebih maju maupun tidak untuk
membangun negeri.

Provinsi Aceh telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya globalisasi. Bahkan pada beberapa
waktu lalu, Aceh telah menyiapkan stategi dalam menyambut arus deras Globalisasi dan MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN). Plt Sekda Aceh, Ir Helvizar MSi, menyadari untuk memasuki
perputaran era globalisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) dituntut untuk semakin terampil menghadapi
segala perkembangan dan persaingan, maka dari itu, hanya individu-individu yang kreatif dan punya
skill di bidangnya yang dapat memenangkan persaingan. Maka dari itu, Maka dari itu, kini Pemerintah
Aceh sedang mengajak masyarakatnya untuk lebih memperahli dan meningkatkan kualitas diri, melalui
pelatihan kebahasaan, keterampilan hingga mengikuti pendidikan tinggi.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, tak selamanya globalisasi membawa pengaruh positif.
Narkoba dan pergaulan bebas adalah salah satu di antara pengeruh negatif dari globalisasi yang sangat
meresahkan. Buktinya, penyebaran narkoba tidak hanya di wilayah perkotaan Aceh bahkan hingga ke
gampong-gampong. Tokoh-tokoh penting di Aceh juga merasa resah dan tak jarang melakukan
pelatihan dan/atau pencerdasan kepada warganya dalam menghadapi era globalisasi. Beberapa waktu
lalu pada peringatan Maulid Nabi, Wali Kota Banda Aceh menyatakan untuk memperkuat ilmu agama
yang dimiliki salah satunya dengan merenungkan keteladan Rasulullah SAW serta menjadikannya
cerminan untuk mengiktroskpeksi diri dengan mengikuti sifat dan sunnah-sunah beliau. Dari upaya
yang dilakukan pemerintah Aceh terhadap globalisasi mulai dari strategi memanfaatkannya hingga
mencegah hal negatif, maka dapat disimpulkan Provinsi Aceh tidak menolak adanya globalisasi
cenderung menerima dan memanfaatkannya dengan baik sehingga dapat disebut memiliki kesadaran
global.

Penilaian: 60
Nama : Widya Ramadani HANKAM
NIM : 15018068 Parameter 42: Kepemimpinan

Mereka adalah sebagian dari total 900 tenaga kontrak yang tidak diperpanjang karena Anggaran
Pendapatan dan Belanja Aceh tahun 2018 tak kunjung disahkan hingga awal Maret ini.

Pemprov Aceh menyatakan pemberhentian ratusan polisi syariah tidak melemahkan penindakan
terhadap pelanggaran qanun jinayat atau hukum pidana berbasis syariat Islam.

Kepala Satpol PP dan WH Aceh, Dedy Yuswandi, menyebut pihaknya mengerahkan 70 polisi
syariah berstatus pegawai negeri sipil untuk mengawasi pelaksanaan qanun.

Pemberhentian polisi syariah tidak terjadi di setiap kabupaten atau kota di Aceh.

Di wilayah tingkat dua mempekerjakan kurang lebih 200 polisi syariah, baik pegawai kontrak
maupun PNS, sehingga jika angka dikalikan dengan 23 kabupaten dan kota di seluruh Aceh, maka polisi
syariah di provinsi setidaknya berjumlah 4.600 orang.

Meski kerap represif terhadap minoritas seperti kelompok lesbian, gay, biseksual, dan
transgender bahkan anak punk, pemerintah Aceh diminta mempertahankan jumlah polisi syariah.

Seorang perempuan dihukum cambuk di Masjid Syuhada, Banda Aceh, Mei 2017, karena
tertangkap tangan tengah bersama seorang pria yang bukan suaminya.

Otto Syamsuddin, pengajar ilmu politik dan sosial di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
menyebut minimnya polisi syariah berpotensi memunculkan anarkisme massa.

Tak hanya mempertahankan jumlah personel, Otto juga mendorong seleksi dan pembinaan yang
ketat terhadap para polisi syariah. Menurutnya, polisi syariah perlu diberikan pemahaman tentang hak
asasi manusia. Polisi syariah dibentuk dan diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. UU
18/2001 tentang Nanggroe Aceh Darussalam memberi kewenangan pada pronvinsi itu membentuk
peradilan syariat Islam yang berbasis qanun.

Sementara itu undang-undang lainnya, UU 11/2006 tentang Pemerintah Aceh, menyebut setiap
kepala daerah di berbagai tingkat pemerintahan dapat membentuk unit wilayatul hisbah dalam Dinas
Satpol PP.

Nilai: 60
Nama : Reyhan Widya Rahman Astragatra 8 : Hankam
NIM : 15018096 Parameter 43 : Sistem Pertahanan Negara

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian,
mengapresiasi langkah Pemerintah Aceh dalam mendukung kinerja kepolisian daerah di Aceh.
Menurutnya, dukungan pemerintah dalam pembangunan sarana prasarana kebutuhan Polisi
merupakan bentuk kepedulian dalam peningkatan rasa aman di Provinsi Aceh.
“Dua tahun terakhir ini, ada 101 pilkada. Tujuh pemilihan gubernur dan sisanya pemilihan
bupati dan wali kota. Menurut analisa ada beberapa potensi rawan seperti DKI Jakarta, Aceh ,
dan Papua Barat. Namun yang goyang sedikit hanya Jakarta. Tapi Aceh dan Papua Barat
terbukti aman,” kata Tito.
Hal positif juga datang dari pertahanan udara di Aceh. Kinerja Kolonel Nav Indrastanto
Setiawan, S.Sos., selama kurang lebih satu tahun menjabat Komandan menurut Plt. Gubernur
Aceh Nova Iriansyah, telah banyak berbuat dan membantu Pemerintah dan masyarakat Aceh,
terutama dalam menjaga, mengawal keamanan dirgantara dan ketentraman wilayah serta
merawat perdamaian. Hal ini dapat dilihat dari kesuksesan berbagai kegiatan kunjungan VIP
dan VVIP baik yang melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda maupun Lanud
Sultan Iskandar Muda, termasuk juga mendukung kelancaran berbagai event bertaraf
internasional, salah satunya Torch Relay Asian Games 2018.
Sejauh ini, pemerintah Aceh telah mendukung renovasi shelter dan pelebaran apron shelter
Lanud Sultan Iskandar Muda yang menjadikan TNI Angkatan Udara dalam hal ini Lanud
Sultan Iskandar Muda lebih siap dan maksimal dalam memberikan dukungan operasi,
khususnya operasi pesawat tempur dalam menjaga wilayah udara khususnya di Aceh. Ke
depan, TNI akan terus menguatkan alutsista dan dengan bantuan pemerintah Aceh, makan
Lanud Sultan Iskandar Muda semakin siap menjadi Lanud tipe A.
Aceh juga menaruh perhatian terhadap usaha meredam perkembangan terorisme di daerah.
Direktorat Pembinaan Kemampuan pada Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan
Kemampuan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menyelenggarakan
kegiatan Pengembangan Sistem Fungsi Intelijen Terkait Modus Operandi dan Perkembangan
Terorisme di Aceh pada hari Rabu (11/9) dan Kamis (12/9). Adapun tujuannya untuk
mendapatkan gambaran pola pedoman koordinasi penyelenggara intelijen, meningkatkan
sinergisitas, dan koordinasi antaraparat intelijen.
Menurut salah satu narasumber, sejarah menunjukkan bahwa Aceh pernah dijadikan tempat
latihan militer kelompok radikal. Meskipun masyarakat Aceh memiliki kultur yang dapat
mereduksi paham radikal terorisme, masih terdapat celah yang harus diwaspadai yakni faktor
geografis Aceh.
Diharapkan lebih banyak pihak memahami lebih jauh mengenai pentingnya deteksi dini atau
early warning sebagai langkah pencegahan aksi terorisme sehingga Aceh tetap aman dan
kondusif. Selain itu, para narasumber juga menekankan pentingnya sinergi dalam rangka
deteksi dini agar kelompok dan paham radikal tidak masuk bahkan ke celah tersempit di Aceh
dan di Indonesia secara keseluruhan.
Penilaian : 77 (Tangguh)
Nama : Muhammad Zaky Ar-Razzaq Zulkarnain Hankam

NIM : 15018133 Parameter 44 : Keamanan Lingkungan

Keamanan lingkungan mempelajari ancaman peristiwa lingkungan terhadap manusia,


masyarakat, atau bangsa. Kajian ini berfokus pada dampak konflik manusia dan hubungan internasional
terhadap lingkungan serta bagaimana masalah lingkungan bergerak melintasi batas negara. Proyek
Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa menyusun definisi keamanan lingkungan dan membuat definisi
terpadu. Keamanan lingkungan adalah kelayakan lingkungan bagi makhluk hidup dengan tiga sub-
elemen: mencegah atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat militer, mencegah atau menanggapi
konflik lingkungan, dan melindungi lingkungan karena mengandung nilai moral. Keamanan lingkungan
mempertimbangkan kemampuan manusia, masyarakat, atau bangsa menghadapi risiko lingkungan,
perubahan atau konflik, atau keterbatasan sumber daya alam. Misalnya, perubahan iklim dapat
dipandang sebagai ancaman terhadap keamanan lingkungan. Aktivitas manusia memengaruhi emisi
karbon dioksida, perubahan iklim dan lingkungan kawasan dan global, dan perubahan hasil panen. Hal
ini dapat memicu kelangkaan pangan yang kemudian menimbulkan perdebatan politik, ketegangan
suku, dan kerusuhan masyarakat.

Seperti yang terjadi di Aceh, Nakhoda kapal Malaysia yang tertangkap mencuri ikan di perairan
Lampulo, Aceh. Mereka ditangkap tim Kapal Pengawas Perikanan saat berada di Perairan Selat Malaka.
Para pelaku kemungkinan akan dideportasi ke negara asal, sedangkan nahkoda proses sesuai hukum.
pihak PSDKP masih berkonsultasi dengan Satgas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Ilegal
(Satgas 115) Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta untuk menentukan nasib kapal tersebut
langsung ditenggelamkan atau menunggu putusan pengadilan. Disamping keamanan laut, Aceh
berencana membentuk komunitas sadar api yang diharapkan mampu tampil sebagai ujung tombak bagi
upaya-upaya pencegahan karhutla. Langkah penegakan hukum bagi pelaku karhutla juga harus
dipertegas agar masyarakat harus terlibat dalam upaya pengendalian karhutla. Setelah itu, dalam
beberapa tahun terakhir, banjir luapan dan tanah longsor kerap melanda Aceh. Itu karena Aceh dibagi
dalam beberapa wilayah bencana, yaitu gelombang pasang, rawan banjir, rawan kekeringan, berpotensi
terjadinya badai, serta abrasi. Aceh sedang mempersiapkan regulasi terkait tanggap darurat bencana.
Penyusunan regulasi daerah seperti ini penting mengingat Indonesia negara potensial bencana, tetapi
rendah pemahaman mitigasinya. Tahap rencana penyusunan regulasi dimulai dengan mengadakan
Focus Group Discussion , simulasi, dan akan dipasang rambu-rambu jalur evakuasi untuk mitigasi atau
menekan sekecil-kecilnya risiko diterima masyarakat ketika terjadi bencana alam.

Nilai: 60
Nama : Ahmad Shodiq Multazim HANKAM

NIM : 15018147 Parameter 45: Industri & Prasarana Pendukung Pertahanan

Pada dasarnya setiap Provinsi wajib memiliki pertahanan guna untuk menjaga wilayahnya.
Pengertian pertahanan sendiri adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan, keutuhan
wilayah dan keselamatan rakyat dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan rakyat

Pertahanan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

• Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan

• Pertahanan nonmiliter / nirmiliter untuk menghadapi ancaman nonmiliter / nirmiliter.

Selain jenis pertahanan juga terdapat beberapa komponen pertahanan, diantaranya adalah
komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung.

a. Komponen utama

Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk melaksanakan
tugas tugas pertahanan.

b. Komponen cadangan

Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

c. Komponen pendukung

Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak
membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan fisik.

Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :

1. Para militer

• Polisi (Brimob)

• Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

• Perlindungan masyarakat (Linmas) / pertahanan sipil (Hansip)

• Resimen Mahasiswa (Menwa)

2. Tenaga ahli / profesi

Sumber daya manusia sesuai keahlian atau berdasarkan profesi.


3. Industri

Semua Industri yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kekuatan utama dan kekuatan
cadangan dalam menghadapi ancaman.

5. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia adalah warga provinsi Aceh yang secara psikis dan fisik dapat dibina dan
disiapkan kemampuannya untuk mendukung komponen kekuatan pertahanan keamanan provinsi Aceh.
Seluruh warga provinsi Yogyakarta secara individu atau kelompok, misalnya organisasi masyarakat
(seperti: LSM, dsb).

Penilaian: 85
ANALISIS DATA KETAHANAN

Astagrata Unsur Parameter Bobot Nilai Total NA


1 Posisi silang & terbuka 2 60 120
2 Rawan Bencana 2 60 120
3 Luas wilayah 1 80 80
Geografi Wilayah
4 Bentuk Geografi 1 80 80
5 Iklim 1 65 65
6 Daerah Inti 1 65 65
Total 8 410 530 66.3
Kuantitas 7 Struktur, jumlah & perubah 4 85 340
Kependud
&kualitas 8 Kepadatan & persebaran 4 42 168
ukan
penduduk 9 Kemandirian/Keterampilan 4 70 280
Total 12 197 788 66
10 Bahan makanan 2 80 160
Kekayaan
11 Mineral flora &fauna 1 85 85
SKA didarat,
12 Energi 2 90 180
laut, udara
13 Tingkat Eksplorasi 1 70 70
Total 6 325 495 82.5
Penghayatan Agama
14 3 65 195
&kepecayaan
Kesadaran berbangsa &
Penghayata 15 3 90 270
bernegara
n,
Demokratisasi yang
Ideologi pengalama 16 3 70 210
mengutamakan NKRI
n,kewaspad
Kewaspadaan dalam
aan 17 3 60 180
berbangsa
Kewaspadaan terhadap
18 3 65 195
ideologi lain
Total 15 350 1050 70
Pendidika 19 Sistem manajemen Nasional 2 70 140
n& 20 Sistem kehidupan politik 2 83 166
Politik
komunikas 21 Pembagian Wilayah 2 85 170
i politik 22 Otonomi Daerah 2 85 170
23 Dukungan Internasional 1 70 70
Total 9 398 716 79.6
Pertanian (ternak,
24 2 80 160
perikanan & perkebunan)
Pendayagu
25 Perindustrian 2 80 160
naan
26 Modal 2 80 160
potensi
27 Manajemen 1.5 50 75
Ekonomi dan
28 Daya Saing 1.5 50 75
keproaktif
29 Prasarana 2 78 156
an
30 Perdagangan 2 80 160
ekonomi
31 Moneter 1.5 70 105
32 Devisa 1.5 50 75
Total 16 618 1126 70.4
33 Kerukunan/toleransi 3 35 105
34 Persatuan bangsa 3 75 225
35 Pendidikan nasional 3 75 225
36 Kesehatan 3 50 150
37 Kesadaran hokum 3 50 150
Sosial Etika,
Penguasaan
Budaya moral 38 3 60 180
pengembangan iptek
Generasi muda dan
39 peranan perempuan dalam 3 60 180
pembangunan
40 Disiplin nasional 3 80 240
Total 24 485 1455 60.6
41 Kesadaran global paradoks 2 60 120
Partisipasi
42 Kepemimpinan 2 60 120
masyaraka
43 System pertahanan negara 2 77 154
Hankam t,
44 Keamanan lingkungan 2 60 120
kemandiri
Industri &prasarana
an 45 2 85 170
pendukung pertahanan
Total 10 342 684 68.4
Nilai Ketahanan Nasional 70.5
BAB 2

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis dan penilaian terhadap parameter tolak ukur
ketahanan nasional, didapatkan nilai tolak ukur ketahanan nasional Provinsi Aceh yaitu 70.5
yang berada di kategori pertahanan nasional yang Tangguh.

Aceh unggul dalam sumber energi yang dimilikinya seperti minyak bumi dan bahan
tambang mineral lainnya. Aceh juga unggul dalam kesadaran berbangsa dan bernegaranya.
Walaupun memiliki kekayaan yang melimpah, kepadatan dan persebaran wilayah Aceh masih
sangat mengkhawatirkan serta etika dan moral pun masih sangat dikhawatirkan.

2.2 Saran

Walaupun nilai ketahanan nasional Aceh mencapai 70.5 yang dapat dikategorikan
sebagai wilayah yang tangguh, tetapi angka ini bukanlah angka optimal yang dapat diraih oleh
Aceh. Masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan agar terjalin keseimbangan antara aspek-
aspek satu sama lain. Maka, diharapkan Aceh dapat berkembang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/4602927/BAB_II_GAMBARAN_UMUM_KONDISI_ACEH_FI
NAL_6012011_edi_26012011

https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh#Transportasi

https://www.bandaacehtourism.com/info/fakta-2-iklim-dan-cuaca-banda-
aceh/#.XaBriNMxXqA

https://bappeda.bandaacehkota.go.id/wp-content/download/rpjmd1217.pdf diakses pada 11


Oktober 2019

https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/aceh/Pages/Kajian-Ekonomi-dan-
Keuangan-Aceh-Februari-2019.aspx diakses pada 11 Oktober 2019

https://elshinta.com/news/126462/0000/00/00/bps-jumlah-pengangguran-aceh-150-ribu-
orang

https://aceh.bps.go.id/dynamictable/2017/03/30/160/persentase-penduduk-menurut-
kelompok-umur-5-tahunan-dan-jenis-kelamin-2016.html

https://aceh.bps.go.id/statictable/2018/04/13/96/penduduk-berumur-15-tahun-keatas-
menurut-karakteristik-jenis-kelamin-dan-tipe-daerah-agustus-2017.html

https://waspadaaceh.com/2019/10/03/sepanjang-sejarah-di-banda-aceh-belum-pernah-
terjadi-konflik-agama/
https://bisnis.tempo.co/read/1092171/kota-banda-aceh-raih-wtp-dari-bpk-10-kali-berturut-
turut
https://nasional.kompas.com/read/2011/06/15/22341062/Kerukunan.Umat.Beragama.di.Ac
eh.Terjaga
https://kumparan.com/acehkini/fkub-praktik-baik-kerukunan-umat-beragama-di-aceh-perlu-
dikampanyekan-1rP33nLriI
https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/aceh-miliki-tradisi-toleransi-beragama-kuat/133436

https://aceh.bps.go.id

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 55 Tahun 2017 tentang Kode dan Nama
Wilayah Kerja Statistik Tahun 2017
https://www.greenbook.org/marketing-research/how-to-interpret-standard-deviation-and-standard-
error-in-survey-research-03377

https://aceh.bps.go.id diakses pada 10 Oktober 2019


https://nurutamidarojah.wordpress.com/sesi-3/bab-3-memelihara-semengat-persatuan/b-arti-
penting-persatuan-dan-kesatuan-indonesia/ di akses pada 10 Oktober 2019.
https://www.liputanaceh.com/ketua-ampi-aceh-ajak-masyarakat-dan-pemuda-jaga-persatuan-
dan-kesatuan/ di akses pada 10 Oktober 2019.
https://regional.kompas.com/read/2018/10/23/07215351/menuntaskan-rasa-penasaran-di-
museum-tsunami-aceh?page=all di akses pada 10 Oktober 2019.
Kelautan dan Perikanan dalam Angka (https://kkp.go.id/setjen/satudata/page/1453-kelautan-
dan-perikanan-dalam-angka)

Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh


(https://distanbun.acehprov.go.id/uploads/LAKIP_2017_DISTANBUN1.pdf)

Statistik Pendidikan Provinsi Aceh 2017


(https://aceh.bps.go.id/publication/2018/09/13/9117ee738935ed18ea2efed6/statistik-pendidikan-
provinsi-aceh-2017.html)

https://m.liputan6.com/bisnis/read/4040536/pln-percepat-elektrifikasi-di-aceh

https://m.liputan6.com/bisnis/read/3937343/operasikan-3-gardu-induk-listrik-di-aceh-pln-hemat-
rp-2655-miliar-per-tahun

https://www.pln.co.id/statics/uploads/2018/06/Laporan-Statistik-PLN-2017-Indonesia.pdf

https://www.academia.edu/32767808/POTENSI_SUMBER_ENERGI_TERBARUKAN_ACEH

https://distanbun.acehprov.go.id/uploads/LAKIP_2017_DISTANBUN1.pdf

https://steemit.com/technology/@jeulamei/energi-terbarukan-apa-saja-yang-dimiliki-aceh

https://www.numbeo.com/crime/in/Banda-Aceh-Indonesia

https://www.lintasatjeh.com/2017/05/menyikapi-kriminalitas-di-aceh.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/aceh-masuk-peringkat-pertama-
rawan-pelecehan-seksual-jatim-kedua.html

https://m.republika.co.id/berita/n1wrfi/aceh-paling-rawan-tindak-kekerasan-politik

https://aceh.antaranews.com/berita/43936/produksi-ikan-aceh-meningkat-empat-tahun-terakhir

https://data.go.id/dataset/produksi-kayu-bulat-perusahaan-hak-pengusahaan-hutan-hph-menurut-
provinsi-m3
https://aceh.tribunnews.com/2014/11/28/ini-potensi-kekayaan-aceh-yang-melimpah

https://aceh.tribunnews.com/2012/01/09/pembangunan-berbasis-iptek

Kemenag.go.id diakses pada 10 Oktober 2019


Kbr.id diakses pada 10 Oktober 2019
https://acehprov.go.id diakses 10 Oktober 2019

https://id.wikipedia.org diakses 10 Oktober 2019

http://rri.co.id/post/berita/699696/budaya_dan_wisata/karya_pelukis_berusia_5_tahun_asal_a
ceh_dipamerkan_di_galeri_nasional.html

https://regional.kompas.com/read/2015/11/29/09013271/12.Karya.Seni.Aceh.Ditetapkan.Jadi.
Warisan.Budaya.Nonbenda

https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman

https://aceh.tribunnews.com/2019/03/04/aceh-harusnya-jadi-provinsi-terbersih

http://infopublik.id/kategori/nusantara/331340/menkes-nila-menyoroti-beberapa-masalah-
kesehatan-di-aceh

BPS Provinsi Aceh. 2019. Indeks Demokrasi (IDI) Tahun 2018 Provinsi Aceh. Diperoleh dar
https://aceh.bps.go.id/pressrelease/2019/07/29/517/indeks-demokrasi-indonesia--idi--tahun-
2018-provinsi-aceh.html. Diakses pada 11 Oktober 2019.

Suryatmojo, Heru. 2019. Aceh Tertinggi Kenaikan Angka IDI 2018 di Seluruh Indonesia. Diperoleh
dari https://aceh.antaranews.com/berita/89502/aceh-tertinggi-kenaikan-angka-idi-2018-di-
seluruh-indonesia. Diakses pada 11 Oktober 2019.

Bustami. 2019. Hadapi MEA dan Globalisasi, Perlu Peninngkatan SDM Aceh. Diperoleh dari
http://mediaaceh.co/2019/07/hadapi-mea-dan-globalisasi-perlu-peningkatan-sdm-aceh/. Diakses
pada 11 Oktober 2019.

Pemerintah Aceh. 2019. Hadapi Tantangan Era Globalisasi, Wali Kota Ajak Pelajar Pedomani Sifat
dan Sunnah Nabi. Diperoleh dari https://acehprov.go.id/news/read/2019/01/15/6124/hadapi-
tantangan-era-globalisasi-wali-kota-ajak-pelajar-pedomani-sifat-dan-sunnah-nabi.html. Diakses
pada 11 Oktober 2019.

Pemerintah Aceh. 2019. Penyalahgunaan Narkoba dalah Pengaruh Buruk dari Globalisasi. Diperoleh
dari https://acehprov.go.id/news/read/2019/04/22/6341/penyalahgunaan-narkoba-adalah-
pengaruh-buruk-globalisasi.html. Diakses pada 11 Oktober 2019.
https://regional.kompas.com/read/2011/10/28/18131891/Paradoks.Demokrasi.Aceh.dan.Probl
em.Rekonsiliasi?page=all
https://www.kompasiana.com/didiksuyuthi/551840b2a333117807b66552/memotret-transisi-
demokrasi-di-nad
https://beritagar.id/artikel/berita/16-korban-pelanggaran-ham-konflik-aceh-beri-kesaksian

https://blog.ruangguru.com/bentuk-perlawanan-rakyat-indonesia-terhadap-jepang
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43316146
https://aceh.tribunnews.com/2016/07/28/aceh-rawan-paham-radikalisme

http://portalsatu.com/read/opini/remaja-aceh-dan-budaya-asing-30309

https://aceh.tribunnews.com/2019/06/16/ghazali-abbas-adantiga-faktor-investor-enggan-masuk-
aceh-keamanan-kelistrikan-dan-birokrasi

https://www.acehprov.go.id/news/read/2019/02/25/6184/kapolri-sebut-pemerintah-aceh-sangat-
peduli-terhadap-keamanan.html

https://tni-au.mil.id/sinergitas-tni-polri-dan-pemerintah-modal-pembangunan-menuju-aceh-hebat/

https://www.bnpt.go.id/antisipasi-perkembangan-terorisme-di-aceh-bnpt-selenggarakan-kegiatan-
pengembangan-sistem-fungsi-intelijen.html

http://feb.unsyiah.ac.id/good-governance-pengelolaan-dana-publik/

http://jurnal.unsyiah.ac.id/JAA/article/view/4479/3856

https://www.majalahict.com/wujudkan-good-governance-pemerintah-kota-banda-aceh-adopsi-e-
kinerja/

https://news.detik.com/berita/d-4313590/pembangunan-abaikan-lingkungan-aceh-darurat-bencana

https://beritagar.id/artikel/berita/jatim-dan-aceh-rancang-regulasi-tanggap-darurat-bencana

https://kumparan.com/acehkini/kendali-kebakaran-hutan-aceh-bentuk-komunitas-sadar-api-
1rcYkZYpa6A

http://acehasia.com/sikapi-kebakaran-hutan-dan-lahan-pemerintah-aceh-akan-bentuk-komunitas-
sadar-api/

https://news.detik.com/berita/d-3839012/nakhoda-diadili-3-abk-asing-pencuri-ikan-di-aceh-
dideportasi

http://www.imparsial.org/publikasi/opini/desentralisasi-asimetris-politik-aceh-dan-papua/
http://www.wilayahpertahanan.com/rapim-tni-dan-permasalahan-pertahanan-2011/
http://www.dmcindonesia.web.id/modules.php?name=News&file=article&sid=65

https://www.ajnn.net/news/menimbang-pemekaran-wilayah-di-aceh/index.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemekaran_daerah_di_Indonesia#Aceh

https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh

https://www.liputan6.com/regional/read/4083947/vincen-tewas-tertimpa-reruntuhan-ruko-
saat-gempa-mengguncang-ambon

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah

http://elisaawanditaputri.blogspot.com/2017/07/otonomi-khusus-daerah-aceh-dki-jakarta.html

http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/otonomi-khusus-untuk-aceh-dan-papua-barat

https://www.ajnn.net/news/peluang-kerja-paling-banyak-di-aceh-sektor-pertanian/index.html.

https://www.acehtrend.com/2018/01/13/data-capaian-produksi-padi-dan-luas-sawah-di-aceh/

https://dialeksis.com/aceh/aceh-miliki-potensi-besar-di-pertanian-perikanan-dan-pariwisata/

1. Indeks Kota Toleran (IKT) Tahun 2018 oleh LSM SETARA Institute

2. Artikel Protes Keras Banda Aceh 3 Kali Masuk Kategori Kota Tidak Toleran (Agus
Setyadi – detikNews)

3. https://www.acehprov.go.id/hukum

4. Qanun Aceh Nomor 8 Tahun Tentang Pokok-Pokok Syariat Islam

5. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat

6. Syariah Aceh berlaku bagi non-Muslim (BBC News)

Anda mungkin juga menyukai