( Penulis )
( Editor )
1
Wewarah / Ajaran / Tuntunan Nilai-Nilai Luhur Budaya
Bangsa Nusantara
Dalam Ungkapan Bahasa Jawa
5. Salah – Seleh;
( Berbuat Salah Akhirnya Kalah )
Salah – Seleh adalah ungkapan nilai atau ajaran dari para Leluhur kita
yang harus selalu dihayati,karena mengandung arti barang siapa berbuat
kesalahan yang disengaja dan ditujukan pada orang lain dengan maksud
tertentu, maka orang tersebut mengalami kesulitan, artinya lambat atau
cepat kesalahan yang mereka perbuat itu akan ketahuan dan bahkan
orang tersebut juga akan terkena oleh hasil perbuatannya.
Dari ungkapan atau ajaran Leluhur tersebut di atas diharapkan kepada
kita agar dapat mengetahui atau mengerti mana perbuatan yang salah
dan mana yang benar, sehingga diharapkan setiap orang hendajnya
berbuat baik terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain, atau
alam sekitarnya, tidak boleh merugikan orang lain.
Hendaknya selalu ingat pada Sllah SWT setiap saat, karena dengan ingat
kepada Allah manusia akan terhindar dari kesalahan-kesalahan.
7. Aja Kumingsun ;
4
( Jangan Merasa Dirinya Paling Hebat Atau Egoistis )
Ungkapan ini menunjukkan sifat seseorang yang menganggap dirinya
atau akunya paling hebat, paling kaya, paling bersih tiada salah ataupun
dosa, paling pandai dan egoistis. Dengan didasari rasa akunya inilah
menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan akan merugikan diri sendiri.
Masyarakat akan menilai bahwa tindakan seseorang yang bersifat
“KUMINGSUN” ini tidak disenangi, sehingga orang itu akan dfijauhi dari
masyarakat. Adanya gambaran tersebut, maka timbul ungkapan dari
Leluhur kita, jadi manusia itu hendaknya “ Aja KUMINGSUN “ .
Ungkapan ini mempunyai makna agar seseorang menjauhkan dirinya
bahkan menghilangkan rasa akunya / egoistis, dalam hal ini akunya paling
hebat, pandai, kaya, serba bisa, namun kenyataannya seseorang itu tidak
dapat memepertanggungjawabkan secara moral atas perbuatannya
dengan didasari rasa akunya dimana seseorang sudah yakin- kemampuan
diri yang berlebihan itu akan menumbuhkan rasa sombong, takabur,
kehilangan kewaspadaan, lupa diri, kesabaran, dan akhirnya
menimbulkan sifat angkara murka.
Oleh karena itu, dalam pergaulan sehari-hari diingatkan agar seseorang
selalu bisa mawas diri, mengendalikan diri dari nafsu-nafsu atau
sifat ke-akuannya. Hendaknya seseorang dapat bersikap tenggang rasa
dan rendah hati, sebab diluar dirinya masih ada yang lebih kuasa yaitu
Allah SWT. Disamping itu hendaknya seseorang sadar bahwa manusia
merupakan makhluk kecil dimata ALLAH SWT yang mempunyai kekuasaan
dari segala-galanya.