Anda di halaman 1dari 6

MENUJU KAUTAMANING NGAURIP

Dipun serat dening :

KRAT. Wartoyo Hardjodiningrat

( Penulis )

KRT. Tjptosuwongso Wongso Hadiningrat, BSc

( Editor )

Kagem sok sinteno ingkang kayungyun dhumateng “ Kautamaning


Ngaurip “

1
Wewarah / Ajaran / Tuntunan Nilai-Nilai Luhur Budaya
Bangsa Nusantara
Dalam Ungkapan Bahasa Jawa

1. Eling, Percaya Lan Mituhu ;


( Ingat, Percaya, dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa )
Ungkapan ini adalah gambaran yang dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari yaitu gambaran orang yang lupa diri bahwa yang ada pada dirinya
adalah nikmat karunia Allah SWT ( Tuhan Yang maha Esa ). Sehingga orang
yang lupa diri akan menampakkan sikap kurang terpuji. Dalam keadaan
yang lupa diri ini ia tidak sadar akan kehilangan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan ia lupa memenuhi kewajiban ber-TUHAN. Oleh
karena itu, dalam ungkapan yang mengatakan hendaknya seseorang tetap
;
“ Eling, Percaya, dan Mituhu “
Eling berarti Ingat atau Sadar, maksudnya sadar ber TUHAN dan
sadar akan dirinya sendiri, yaitu menempatkan diri pada perilaku yang
baik. Membina Sikap Eling berarti senantiasa menyembah ALLAH SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dengan penuh hati atau penuh keyakinan dan
dilandasi hati yang bening dan suci. Oleh karena itu, seseorang hendaknya
dapat membina sikap Eling atau Ingat kepada Allah SWT ( Tuhan Yang
Maha Esa ) dalam situsi dan kondisi apapun, baik dalam keadaan suka
maupun duka.
Percaya berarti yakin akan kekuasaan ALLah SWT ( Tuhan Yang Maha
Kuasa ). Keyakinan kepada Allah SWT ( Tuhan Yang Maha Kuasa ) sungguh
merupakan hal yang sangat penting karena merupakan dasar, bagaikan
tali yang kuat, yang dapat menghubungkan rasa diri seseorang dengan
Tuhan –nya.
Mituhu berarti taat dan patuh terhadap segala perintah-perintah Nya
dan menjauhi segala larangan-larangan Nya. Taat mempunyai hubungan
yang erat dengan kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia.
Dengan dasar Eling, Percaya dan Mituhu, maka seseorang akan
dapat selalu membina kesadaran diri bahwa hidupnya ada yang
menguasai yaitu ALLah SWT ( Tuhan Yang Maha Kuasa ) dan dalam
kehidupannya senantiasa berhubungan dengan ALLAH SWT ( Tuhan ang
Maha Kuasa ) sekaligus dengan sesamanya.
Seseorang hendaknya selalu bersyukur dan ingat kepada Tuhannya
baik dalam keadaan senang maupun susah. Pada saat senang atau susah
tidak melupakan atas Rahmat yang diberikan padanya, dan pada saat
susah hendaknya dapat menerima segala cobaan. Dan yang lebih penting
harus percaya bahwa semua ini akan memberikan hikmah padanya.
Semua ini dapat diterapkan dalam member nasihat yang berupa ajaran
akhlak dari orang tua kepada anak keturunannya, atau dari guru atau
pinisepuh kepada murid atau anak buahnya.
2
2. Cakra manggilingan;
( Roda Yang Senantiasa Berputar )
Ungkapan ini dimaksudkan member nasehat kepada mereka yang
berada di masa kejayaan. Bahwa kejayaan itu tidak akan langgeng tetapi
ada juga nasa redup atau runtuh, jadi ingatlah pada suatu saat ada
perubahan nasib, untuk mereka diingatkan agar pada masa kejayaan itu
harus digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai pendukung masa redup
atau runtuhnya nanti.
Maka, hendaknya sadar bahwa nasib seseorang tak dapoat ditentukan
dan tidak dapat membebaskan diri dari berbagai musibah. Oleh karena itu,
seseorang harus selalu dekat dengan Allah SWT ( Tuhan Yang Maha
Kuasa ). Apa saja yang diterimanya kiranya dapat lebih mendorong dirinya
untuk lebih ingat dan taqwa kepada Allah SWT ( Tuhan Yang Maha Kuasa
). Oleh karenanya, kepada setiap orang agar selalu dapat mengontrol
dirinya sehingga berindak wajar, dan selalu berdasarkan Ridho ALLAH SWT
( Tuhan Yang Maha Kuasa ).

3. Gusti ALLah Ora sare ;


( ALLah SWT itu tidak Tidur )
Allah SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) adalah Maha Tahu, mengetahui
segala sesuatunya yang terjadi di seluruh alam raya, setiap saat dan di
segala tempat.
Ungkapan ini menanamkan atau mengingatkan keyakinan kepada
setiap orang bahwa Allah SWT ( Tuhan Yang Maha Kuasa ) itu serba tahu.
Allah mengetahui apa yang dipikirkan, diangan-angankan dan dilakukan
oleh setiap manusia atau hambanya, kapan saja dan dimana saja. Allah
mengetahui apa yang dipikirkan oleh manusia tentang baik maupun buruk.
Keyakinan akan kemahatahuan Allah akan mengekang atau
mengendalikan perbuatan yang menyimpang.
Seperti halnya petuah “ Apabila kamu hendak melakukan
perbuatan yang menyimpang dari aturan Allah carilah tempat
persembunyian dan tempat berlindung dari pengawasan Allah itu
sendiri”

4. Gusti Allah tan Kena Kinaya Ngapa;


( ALLAH SWT Tidak dapat digambarkan seperti apapun )
ALLAH SWT merupakan pangkal atau sumber dari segala sumber yang
ada di jagad raya ini. Oleh karena itu, keberadaan Allah SWT nyata dan
pasti, meskipun sifatnya ghoib.. Kenyataan Tuhan yang demikian itu
menunjukkan betapa besar dan mutlak kekuasaanya. Dengan demikian,
kedudukan Allah SWT diatas segalanya, seperti Maha Besar, Maha Tahu,
Maha Suci, Maha Kuasa dengan sifatnya yang Ghoib dan kedudukan yang
Maha segalanya itu, manusia tidak mampu menggambarkan dan tidak
boleh menggambarkan Allah SWT dengan wujud apapun. Dengan demikian
Allah SWT tidak dapat digambarkarkan dengan sesuatu apapun baik
3
wujud, sifat maupun kekuasaan. Kenyataan Allah yang demikian, maka
orang jawa mengatakan dengan ungkapan “ Gusti Tan Kena Kinaya
Ngapa “

5. Salah – Seleh;
( Berbuat Salah Akhirnya Kalah )
Salah – Seleh adalah ungkapan nilai atau ajaran dari para Leluhur kita
yang harus selalu dihayati,karena mengandung arti barang siapa berbuat
kesalahan yang disengaja dan ditujukan pada orang lain dengan maksud
tertentu, maka orang tersebut mengalami kesulitan, artinya lambat atau
cepat kesalahan yang mereka perbuat itu akan ketahuan dan bahkan
orang tersebut juga akan terkena oleh hasil perbuatannya.
Dari ungkapan atau ajaran Leluhur tersebut di atas diharapkan kepada
kita agar dapat mengetahui atau mengerti mana perbuatan yang salah
dan mana yang benar, sehingga diharapkan setiap orang hendajnya
berbuat baik terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain, atau
alam sekitarnya, tidak boleh merugikan orang lain.
Hendaknya selalu ingat pada Sllah SWT setiap saat, karena dengan ingat
kepada Allah manusia akan terhindar dari kesalahan-kesalahan.

6. Manungsa Iku Kedunungan sifat Apes ;


( Manusia Itu Mempunyai Sifat Lemah )
Manusia harus menyadari bahwa Allah SWT mempunyai kedudukan ke-
Maha Esaan secara mutlak, seperti Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Asih,
maha Besar, Maha Suci dan sifat-sifat lainnya yang baik. Manusia sebagai
hamba ciptaan-Nya sangatlah tidak berarti dihadapan Allah SWT.
Manusia bersifat lemah dan tak berdaya kalaupun di dalam dirinya ada
kekuatan, itu karena Kuasa Allah, tetapi semua itu harus diingat bahwa
sifatnya tidak abadi. Manusia diberikan pula perlengkapan hidup yang
bersifat / berwujud nafsu-nafsu yang sering mempermainkan manusia itu
sendiri. Apabila seseorang tidak bisa mengendalikan nafsu buruknya,
kemungkinan akan menemui nasib yang kurang baikpada dirinya, disinilah
manusia mempunyai kemampuan terbatas tidak berdaya, maka dikatakan
“ MANUNGSA iku kedunungan Sifat APES “
Ungkapan ini mengandung nilai pendidikan kea rah pengakuan, bahwa
manusia bersifat lemah, terbatas dan tidak berdaya. Manusia yang
mempunyai sefat serba lemah itu diingatkan agar selalu ingat dan
berserah diri kepada Allah SWT, serta memohon kekuatan lahir maupun
batin, sehingga seserorang akan memperoleh kewaspadaan untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, manusia itu
sangatlah kecil di hadapan Allah SWT, segala sesuatunya terbatas,
mempunyai sifat lemah, dan hanya Allah lah yang memiliki serba MAHA
dan yang mempunyai sifat ke-MAHAAN.

7. Aja Kumingsun ;
4
( Jangan Merasa Dirinya Paling Hebat Atau Egoistis )
Ungkapan ini menunjukkan sifat seseorang yang menganggap dirinya
atau akunya paling hebat, paling kaya, paling bersih tiada salah ataupun
dosa, paling pandai dan egoistis. Dengan didasari rasa akunya inilah
menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan akan merugikan diri sendiri.
Masyarakat akan menilai bahwa tindakan seseorang yang bersifat
“KUMINGSUN” ini tidak disenangi, sehingga orang itu akan dfijauhi dari
masyarakat. Adanya gambaran tersebut, maka timbul ungkapan dari
Leluhur kita, jadi manusia itu hendaknya “ Aja KUMINGSUN “ .
Ungkapan ini mempunyai makna agar seseorang menjauhkan dirinya
bahkan menghilangkan rasa akunya / egoistis, dalam hal ini akunya paling
hebat, pandai, kaya, serba bisa, namun kenyataannya seseorang itu tidak
dapat memepertanggungjawabkan secara moral atas perbuatannya
dengan didasari rasa akunya dimana seseorang sudah yakin- kemampuan
diri yang berlebihan itu akan menumbuhkan rasa sombong, takabur,
kehilangan kewaspadaan, lupa diri, kesabaran, dan akhirnya
menimbulkan sifat angkara murka.
Oleh karena itu, dalam pergaulan sehari-hari diingatkan agar seseorang
selalu bisa mawas diri, mengendalikan diri dari nafsu-nafsu atau
sifat ke-akuannya. Hendaknya seseorang dapat bersikap tenggang rasa
dan rendah hati, sebab diluar dirinya masih ada yang lebih kuasa yaitu
Allah SWT. Disamping itu hendaknya seseorang sadar bahwa manusia
merupakan makhluk kecil dimata ALLAH SWT yang mempunyai kekuasaan
dari segala-galanya.

8. Aja Lali Marang Asale;


( Jangan Lupa pada Asalnya )
Jika keadaan seseorang sudah menjadi lebih baik dari pada waktu
yang lalu hendaknya diingat janganm sampai mengubah sikap terhadap
orang lain, misalnya menjadi sombong atau congkak. Ungkapan ini berarti
pula bahwa seseorang harus selalu ingat sumber dari segala kebaikan
yaitu ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa )
Jika misalnya seseorangh menjadi kaya, harus diingat bahwa kekayaan
itu berasal dari Tuhan YME ( Allah SWT ),oleh karena itu janganlah dengan
kekayaan menyebabkan seseorang menjadi sombong, tetapi sebaliknya
harus lebih berbakti kepada ALLAH. SWT dengan menggunakan
kekayaannya itu kemuliaan ALLAH. SWT.
Demikian pula jika seseorang menjadi orang pandai kita tidak boleh
sombong dengan kepandaiannya. Ungkapan ini mengingatkan agar
seseorang tidak lupa daratan karena kemajuan yang dicapai dalam
kehidupannya, juga diingatkan pada masa lampaunya dimana seseorang
pernah mengalami keadaan yang tidsk stsu kurang menyenangkan, akan
sadar bahwa nasib setiap orang pasti pasang surut.
Kata-kata ini mengingatkan manusia untuk menyadari bahwa apa yang
dimiliki seperti kekayaan, pangkat, ilmu, ataupun jabatan, semua berasal
dari Allah SWT, karena itu harus dipakai untuk mengagungkan Asma
ALLAH. SWT.
5
9. Aja Kurang Pamariksanira / lan den Agung Pangapuranira;
( Jangan Kurang Penelitianmu / Bijaksana dan Besarkanlah
Pemberian Maafmu )
Tuhan menciptakan manusia selalu berbuat baik adalah kebaikan dan
bertindak arif bijaksana yang dimaksud dengan baik disini adalah kebaikan
yang bersumber dari ALLAH .SWT, yaitu kebaikan

10.Purwa, Madya, Lan Wasana;


11.Gusti Allah Iku Adoh Tanpa Wangenan Cedhak Tanpa Senggolan;
12.
13.Pasrah Lan Sumarah;
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.m

Anda mungkin juga menyukai