Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI NILAI KEADILAN DALAM

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN


BERNEGARA DI MASYARAKAT DESA MERANTI
KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TUGAS REKAYASA IDE


Disusun untik memenuhi salah satu Tugas dalam
Mata Kuliah Pendidikan Fisika
Dosen Pengampu : Sulaiman Lubis, SE. MM

Disusun Oleh: Kelompok 3


Nama Kelompok :
Nama : Intan Purnama Sari Siregar (4181121014)
Magdalena Simbolon (4183321012)
Raja Amin Rais (4183321027)
Ramadhani Syahfitri (4183321007)
Sintia Rantika (4181121025)
Windi Fadhila Lubis (4182121018)

Prodi/Kelas : Pendidikan Fisika/Dik-A 2018.


Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetauan Alam

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada kelompok kami, sehingga
kelompok kami mampu menyelesaikan tugas Rekayasa Ide. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “PENDIDIKAN PANCASILA”.
Tugas Rekayasa Ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa tugas Rakayasa Ide ini masih jauh dari
kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan keselahan, kelompok
kami mohon maaf karna sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas,
karna keterbatasan ilmu dan pengetahuan pemahaman kami yang belum seberapa.
Semoga Rekayasa Ide sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Kami berharap semoga tugas
Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami khususnya. Atas
perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 31 Oktober 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan ..................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................
BAB II Uraian Materi Tentang Makna Nilai Kemanusiaan .................................

BAB III Pembahasan Tentang Realitas Implementasi Nilai Kemanuasiaan Dalam


Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara di Desa ..........................

BAB IV Pembahasan Tentang Solusi Perbaikan Dalam Implementasi Nilai


Kemanusiaan di Desa ...................................................................................................

BAB V Uraian Gambar/Image, Sketsa, dan Video Pendukung Pembahasan .......


A. Uraian Gambar/Image ....................................................................................
B. Uraian Sketsa Pendukung ...............................................................................
C. Uraian Video Pendukung ................................................................................

BAB VI Penutup ........................................................................................................


A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang tercantum dalam alenia
keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang telah ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan pedoman untuk
mengatur penyelenggaraan negara dan kehidupan bangsa Indonesia. Menururt Prof. Drs.
Notonagoro SH dalam Rozikin, (1995: 10) Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa indonesia (merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental). Selain sebagai dasar negara Pancasila juga sebagai
sumber dari segala sumber hukum, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dan sebagai
jiwa dan kepribadian bangsa. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
nilai-nilai yang luhur. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila-sila yang
mendahuluinya. Sila kelima didasari dan dijiwai oleh sila-sila yang mendahuluinya, yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Oleh sebab itu pelaksanaan sila kelima ini tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan sila-sila
yang lainnya.
Persatuan dan kesatuan dalam sila kelima dengan sila yang lain senantiasa merupakan
satu kesatuan. Sehingga sila kelima dengan sila yang lain (keempat sila yang mendahuluinya)
saling memiliki keterkaitan. Surip, Ngadino dkk (2016: 218), menjelaskan perumusan
persatuan dan kesatuan sila kelima, yaitu: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradap, bersatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana
dikututip Surip, Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mengimplementasikan nilai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia“ di masyarakat Desa Meranti ?
2. Bagaimana Kendala pengimplementasian nilai keadilan sosial, di masyarakat Desa
Meranti ?
3. Bagaimana Solusi yang akan kami Berikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengimplementasikan nilai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia“ di
masyarakat Desa Meranti.
2. Dapat Mengetahui Kendala pengimplementasian nilai keadilan sosial, di masyarakat
Desa Meranti.
3. Kami dapat memberikan Solusinya.
BAB II

URAIAN MATERI TENTANG MAKNA NILAI PERSATUAN

Nilai dasar, yaitu melekat pada kelima sila Pancasila. Nilai dasar ini merupakan esensi
dari sila-sila Pancasila, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta
nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar tersebut tertuang di dalam pembukaan UUD I945.
Oleh karena itu pembukaan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib
hukum tertinggi, sebagai sumber hukum positif dan memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental. Nilai dasarini bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan
hidup negar'a. Nilai-dasar ini kemudian dijabarkan lebihlanjut dalam pasal-pasal UUD 1945.
Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, srategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai
dasar ideologi Pancasila.
Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam pengalaman
yang bersifat nyata, dalam kchidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam realisasi praktisi nilah penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan
selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan atau reformasi.
Gambaran penggalian nilai-nilai, misalnya pada Sila persatuan Indonesia dapat
diketahui dalam matriks berikut.
NILAI
NILAI DASAR NILAI PRAKTIS
INSTRUMENTAL
 Tidak membeda-bedakan orang lain dan
teman
 Melaksanakan kewajiban untut menuntut
Nilai Keadilan hak
dalam Sila Adil kepada sesama  Menyikapi bobot hak yang dituntut harus
Keadilan sosial sesuai dengan kewajiban yang dilaksanakan
bagi seluruh  Tidak menganak-tirikan orang lain dan
rakyat Indonesia teman
 dst.
Menghargai karya  Mengucapkan selamat dan sukses kepada
orang lain prestasi teman
 Tidak cemburu atas keberhasilan teman
 Tidak menghina terhadap teman yang
prestasinya rendah
 Mengakui keberhasilan teman
 Mencontoh cara teman untuk bisa berhasil
 dst.
 Tidak suka asal jajan
 Tidak bergaya mewah
 Menggunakan uang saku secara hemat,
cermat dan bermanfaat
 Rajin menabung
Kesederhanaan  Berpakaian sewajarnya
 Tidak memakai perhiasan yang berlebihan
dan mahal
 Menggunakan barang sesuai dengan
kebutuhan
 dst.
 Membantu orang lain tanpa pamrih
 Membagi tugas kepengurusan kelas sesuai
dengan kemampuan
Gotong Royong  Bekerjasama dalam kegiatan yang menjadi
tugas bersama
 Bersikap setia kawan
 dst.

(Halking, 2018)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila ke-5 dalam Pancasila.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai yang luhur. Sila
kelima merupakan pengkhususan dari sila-sila yang mendahuluinya. Sila kelima didasari dan
dijiwai oleh sila-sila yang mendahuluinya, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Oleh sebab itu pelaksanaan sila kelima
ini tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan sila-sila yang lainnya. Persatuan dan kesatuan
dalam sila kelima dengan sila yang lain senantiasa merupakan satu kesatuan. Sehingga sila
kelima dengan sila yang lain (keempat sila yang mendahuluinya) saling memiliki keterkaitan.
Surip, Ngadino dkk (2016: 218), menjelaskan perumusan persatuan dan kesatuan sila kelima,
yaitu: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradap, bersatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana dikututip Surip, Ngadino dkk
(2016: 326) yang berbunyi:
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah
menjadikan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Surip, Ngadino dkk
(2016: 324), menjelaskan bahwa nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Penegakan hukum yang adil
merupakan kesejahteraan manusia lahir dan batin. Kesejahteraan rakyat lahir batin yaitu
terjaminnya sandang, pangan, papan, rasa keamanan, dan keadilan serta kebebasan dalam
memeluk agama. Pancasila sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan baik dalam
bidang hukum, ekonomi, politik dan kebudayaan sehingga terciptanya masyarakat yang adil
dan makmur. Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan
melalui kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarkat. Setiap warga harus mengembangkan
sikap kekeluargaan, kerjasama, kerja keras, peduli sesama, dan adil terhadap sesama
warganya. Sikap suka memberikan pertolongan kepada orang ini perlu diajarkan sejak usia
dini agar dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian ia tidak menggunakan hak
miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat semena-mena terhadap orang lain, tidak melakukan
hal hal yang bersifat pemborosan, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Nilai pancasila digali oleh nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia
termasuk nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai Keadilan mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah ataupun batiniah. Keadilan
adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh bangsa. Contoh nilai
Keadilan: bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain; cinta akan
kemajuan dan pembangunan bangsa baik material maupun spiritual.
Keadilan sosial yang tercantum pada sila ke-5 pancasila ini mengandung nilai-nilai
yang merupakan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila ke-5 ini memiliki
makna bahwa seluruh rakyat Indonesia harus mendapatkan perlakuan yang adil sehingga
terbentuknya kehidupan bermasyarakat yang adil dan makmur. Keadilan sosial disini
maksudnya adalah tidak membeda-bedakan perlakuan pada seluruh rakyat Indonesia di
tengah perbedaan yang ada. Semua diperlakukan sama dan sesuai dengan ketentuan atau
porsinya.
Keadilan sosial memiliki makna yang sangat luas. Makna dari sila ke -5 ada pada
butir-butir implementasi Pancasila yang tertera pada ketetapan MPR no. I/MPR/2003 yaitu
sebagai berikut:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk hal yang bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras
10. Suka meghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dimana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila
seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal,
objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain,
walaupun tidak diberi nama Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai
pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri, yaitu
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia,
karena bersumber pada kepribadian bangsa.Nilainilai Pancasila ini menjadi landasan dasar,
serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kenegaraan.Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam
suatu peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk
bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila. Ciri
hukum yang didasari nilai-nilai Pancasila membedakan Indonesia dengan hukum yang ada di
negara lain. Hukum di Indonesia didasari oleh keagamaan, sedangkan di negara sekuler tidak
didasari oleh keagamaan.Sehingga banyak hukum yang bertentangan dengan keagamaan,
misalnya Aborsi yang dilegalkan.Berikut ini adalah nilai-nilai dalam tiap –tiap butir
Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila ini tercermin dari bebasnya rakyat Indonesia
dalam hal memeluk agama dan telah dibuat pasal dalam hal kebebasan memeluk
agama. Ini berarti tiap warga negara Indonesia telah mendapat kebebasan untuk
memeluk agama sebebas bebasnya asal tidak menyimpang dari sila ketuhanan
yang maha esa itu sendiri.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Sila ini sangat menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan yang dilandasi sikap adil dan beradab. Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sila ini tercermin dengan dibuatnya pasal-pasal untuk menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan di Indonesia. Pasal dibuat agar kemanusiaan di Indonesia dijunjung
tinggi dan pemberian hukuman bagi yang melanggar sila tersebut.
3. Persatuan Indonesia, yaitu sila yang dibuat agar seluruh rakyat Indonesia adalah suatu
kesatuan dan bukan merupakan bangsa yang terpecah belah. Tentu saja persatuan
rakyat Indonesia yang bersifat positif yang harus dijunjung tinggi. Beberapa kejadian
yang mencerminkan persatuan Indonesia ialah penggalangan dana bagi bencana alam
di Indonesia. Saat tejadi letusan gunung merapi misalnya, banyak sekali penggalangan
bermunculan untuk meringankan beban korban bencana merapi tersebut ini
menunjukan rakyat Indonesia saling bersatu untuk saling membantu.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, pada dasarnya negara
Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem dari rakyat oleh rakyat untuk
rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial. Ini berarti negara Indonesia dipimpin
oleh seorang presiden. Pemilihan seorang presiden dipilih langsung oleh seluruh
rakyat Indonesia melalui pemilu. Ini bukti pencerminan dari sila keempat yaitu suatu
negara dengan yang dipimpin oleh suatu kepala negara yang dipilih agar mendapat
pemimpin yang bijaksana yang dapat memimpin Indonesia.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini menunjukan agar keadilan
harus dijunjung tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam
masyarakat sila ini dapat tercermin dengan dibuatnya peraturan peraturan atau norma
norma di masyarakat agar tercipta keadilan di masyarakat dan ditetapkannya hukuman
bagi pelanggaran sebuah keadilan karena pada dasarnya Indonesia adalah negara
hukum jadi segala pelanggaran bagi seluruh isi pancasila akan mendapatkan sanksi
hukum yang berlaku di Indonesia.
Pancasila merupakan norma dasar bagi negara dan bangsa Indonesia. Hal ini berarti
bahwa pancasila merupakan peraturan, hukum atau kaidah yang sangat fundamental. Tujuan
mencantumkan pancasila dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk
dipergunakan sebagai dasar negara Rebublik Indonesia, yaitu landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa,
karena unsur-unsurnya telah berabad-abad lamanya terdapat dalam kehidupan bangsa
Indonesia.Oleh karena itu, pancasila adalah pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa yang
sekaligus merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan
bahwa pancasila mempunyai kedudukan sebagai dasar negara republik Indonesia. (Rahman,
2017)
Elkind dan Sweet (dalam Kemendiknas, 2010:13) menyebutkan implimentasi atau
pendidikan dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help
people understand, care about, and act upon core ethical values”. Implimentasi atau
pendidikan pancasila adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli
dan bertindak menurut nilai-nilai etika. Sementara itu menurut Ramli (dalam Kemendiknas,
2010:13), implimentasi atau pendidikan pancasila memiliki esensi dan makna yang sama
dengan implimentasi atau pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik.
Pendidikan moral dan pendidikan karakter tidaklah sama. Perbedaannya terletak pada
ruang lingkup dan lingkungan yang membantu individu dalam mengambil keputusan. Dalam
pendidikan moral, ruang
Lingkupnya adalah kondisi batin seseorang. Sedangkan dalam pendidikan karakter ruang
lingkupnya selain terdapat dalam diri individu, juga memiliki konsekuensi kelembagaan,
yang keputusannya tampil dalam kinerja dan kebijakan lembaga pendidikan (Koesoema,
2010:198).
Dalam implimentasi nilai-nilai Pancasila bukan hanya sekedar bernilai pendidikan
mengkondisi batin seseorang tetapi bagaimana nilai-nilai Pancasila itu menjadi karakter
seseorang, melembaga, dan mewarnai setiap kebijakan.
Sebagai dasar dan ideologi negara, nilai-nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila
itu antara lain sebagai berikut :
a. Nilai Ideologi, sebagai pandangan dan sikap hidup.
b. Nilai Politik, sumber dari segala hukum di Indonesia.
c. Nilai Ekonomi, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
kekeluargaan.
d. Nilai Sosial, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Nilai Kebudayaan, memiliki nilai luhur dari budaya bangsa Indonesia. (Rahman,
2011)
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk menjadi warega
negara yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.Hal inilah yang mendasari betapa pentingnya Pancasila sebagai acuan
ataupun pedoman tentang bagaimana berperilaku menjadi warga negara yang baik (good
citizen) di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara
berfikir dan bertindak yang sesuai dengan ideologi negara.
Pada zaman modern atau zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyaknya pengaruh
negatif terhadap suatu negara salah staunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melakat
disuatu negara, dan inipun yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan banyaknya pengaruh
gelobalisasi saalah satunya adalah pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila, banyaknya warga negara atau masyarakat yang tidak atau kurangnya
memahami betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila tersebut dikarenakan pengaruh negaritif
gelobalisasi.
Ancaman yang muncul dari pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi suatu negara
atau bangsa merupakan suatu ancaman yang besar dan tidak bisa dianggap kecil, dengan
begitu mudahnya pengaruh negatif dari luar yang masuk ke Indonesia, perlahan-lahan akan
berdampak secara tidak disadari terhadap karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan
karakter bangsa dan inilah yang sedang terjadi di Indonesia saat ini.
Permasalahan tersebut dihawatirkan masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri
bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga
negarayang baik (Good Citizen) yang merupakan aplikasi karakter bangsa Indonesia ini
sendiri. Hal ini terlihat dari Majlis PermusyawaratanRakyat (2013, hal.103) yang terlah
menidentifikasikan dalam ketetapan MPR bahwa Ketetapan MPR No/ V /MPR/2000 tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan dan Kondisi Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai
berikut : Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam
berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat hal itu akhirnya melahirkan krisis akhlak
dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi
manusia dan kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan
nilainilai yang terkandung pada setiap sila pancasila dan keterkaitannya satu sama lain, untuk
kemudian diamalkan secara konsisten disegala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara. (Hidayat, 2012)
Pancasila sering disebut sebagai pandangan hidup (way of life) dan ideologi bangsa
Indonesia. Menurut Darmodiharjo (1979), Pancasila sebagai pandangan hidup digunakan
sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala
bidang. Artinya, semua tingkah laku dan tindak-perbuatan setiap manusia Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila, karena Pancasila sebagai
pandangan hidup selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dilepas-pisahkan satu dengan
yang lain; keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis
(Darmodihardjo, 1979). Tidak jauh berbeda dengan Pancasila sebagai pandangan hidup,
Pancasila sebagai ideologi, dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai (value),
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya
(Poespawardojo, 1996). Berdasarkan kedua pengertian mengenai Pancasila sebagai
pandangan hidup dan ideologi bangsa tersebut, dapat dikatakan bahwa Pancasila seharusnya
menjadi landasan bersama bagi setiap komponen yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia
untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individual maupun komunal.
Salah satu cita yang terdapat dalam Pancasila adalah cita integralistik yang secara khusus
tertuang dalam sila ke-3 yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’. Menurut Darmodihardjo
(1979), persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan; sedangkan Indonesia yang dimaksudkan dalam sila ke-3 ini
mengandung makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah
tersebut. Jadi ‘Persatuan Indonesia’ ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat (Darmodihardjo, 1979).
Ditinjau dari sejarah kelahirannya, Pancasila sesungguhnya adalah suatu kompromi atau
kesepakatan politik mengenai dasar negara yang diperlukan untuk mempertahankan kesatuan
negara baru yang bernama Republik Indonesia (Kaisiepo, 2006). Kesatuan ini diperlukan
mengingat struktur dan komposisi masyarakat Indonesia yang sangat pluralis, baik dari segi
agama, suku, etnis, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa hal yang mempersatukan bangsa Indonesia bukanlah kesamaan identitas sebagai suatu
kelompok, melainkan perasaan senasib yang pada akhirnya menumbuhkan tekad bagi bangsa
Indonesia untuk bersatu. (Danniarti, 2017)
Pada hakikatnya segala sesuatu di alam semesta ini memiliki nilai, mulai tumbuhan,
hewan, manusia, laut, gunung, hutan, sampai mikroorganisme yang tidak tampak
sekalipun.Hanya saja, yang perlu dipahami sejauhmana nilai itu berdampak pada kehidupan
manusia, atau bagaimana nilai tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia.Banyak
pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan nilai dan penggolongan
tersebut amat beraneka ragam tergantung pada pandangannya masing-masing.
Max Scheler misalnya mengemukakan bahwa nilai pada hakikatnya berjenjang, jadi tidak
sama tingginya dan tidak sama luhurnya. Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang lebih
tinggi da ada yang lebih rendah bilamana dibandingkan satu dengan yang lainnya.Sejalan
dengan pandangan tersebut, Notonagoro merinci nilai disamping bertingkat juga berdasarkan
jenisnya, ada yang bersifat material dan nonmaterial.Dalam hubungan ini manusia memiliki
orientasi nilai yang berbeda tergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-
masing.Ada sekelompok orang mendasarkan pada orientasi nilai
Material, namun ada pula yang sebaliknya, yaitu berorientasi pada nilai yang nonmaterial.
Bahkan sesuatu yang nonmaterial itu mengandung nilai yang bersifat mutlak bagi manusia.
Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur yaitu menggunakan indera maupun alat
pengukur lainnya seperti berat, panjang, lebar, luas, dan sebagainya. Dalam menilai hal-hal
yang bersifat rohaniah yang menjadi alat ukur adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh
alat indera manusia yaitu cipta, rasa, karsa, serta keyakinan manusia.
Menurut Notonagoro, bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohaniaan, tetapi nilai-
nilai kerohaniaan yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai
Pancasila yang tergolong nilai kerohaniaan itu juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau
estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan
bersifat sistematik-hierarchis, yang mana sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
basisnya sampai dengan sila Keadilan sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo, 1978).
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila I sampai dengan sila V merupakan cita-
cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Seharusnya nilai-nilai tersebut terimplementasi dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Tidak terkecuali, siapapun asalkan dia sebagai
warga Negara, pejabat Negara, aparatur pemerintah kesemuanya berpedoman pada dasar
falsafah Negara yakni Pancasila. Demikian pula institusi sekolah maupun perguruan tinggi
harusnya dapat menterjemahkan nilai-nilai Pancasila sekaligus berupaya dengan beraneka
ragam cara agar perwujudannya dapat dilaksanakan secara konkrit oleh segenap peserta didik
dan pengelola pendidikan.
Insan pendidikan tinggi yang tercakup dalam sivitas akademika, merupakan komponen
bangsa yang berfungsi sebagai pendukung nilai-nilai (subscriber of values) Pancasila.Bangsa
Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan,
dan yang berkeadilan social.Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan,
penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai akan tampak
menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan,
penerimaan atau penghargaan itu telah menggelora dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
manusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini akan kokoh dalam
pendirian menghadapi berbagai pengaruh dalam maupun luar yang akan mengikis identitas
nasional sekaligus akan tetap mengembangkannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
manusia Indonesia. (Gedeona, 2004)
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai,
oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan (Kaelan dan
Zubaidi, 2007: 31). Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya
nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat
subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai
Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena
bersumber pada kepribadian bangsa. Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta
motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan.
Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam suatu
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk
bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila. Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke 3 Pancasila adalah Sifat kodrat manusia monodualis
yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Untuk itu manusia memiliki
perbedaan individu, suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama. Konsekuensinya di
dalam Negara adalah beraneka ragam tetapi mengkatkan diri dalam suatu kesatuan dalam
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. (Aminullah, 2016)
Pancasila pada hakikatnya adalah nilai (Kaelan, 2000) atau berupa jalinan nilai-nilai
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV (HAS Natabaya, 2006). Nilai
adalah sesuatu yang berharga atau berguna. Nilai (value) dalam bidang filsafat menunjuk
pada kata benda abstrak yang artinya keberhargaan dan kebaikan.
Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan bernegara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang berisi lima nilai dasar
yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai persatuan Indonesia, nilai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara singkat, nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan dan
nilai Keadilan.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya itu, maka isinya belum
dapat dioperasionalkan jika belum dijabarkan ke dalam norma atau nilai instrumental.
Sebagai nilai dasar maka nilainilai tersebut menjadi sumber norma atau nilai instrumental.
Artinya, dengan bersumber pada kelima nilai dasar di atas maka dapat dibuat dan dij abarkan
nonna-norma hidup dari penyelenggaraan negara Indonesia. Norma hidup bernegara sebagai
penjabaran nilai Pancasila itu adalah norma etik dan norma hukum negara.
Nilai Pancasila yang menjadi sumber dari norma etik bernegara. Pernah dicontohkan dari
Ketetapan MPR No. II/MPR/l978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
atau Ekaprasetya Pancakarsa. Butir-butir P4 itu dapat dipandang sebagai norma etik
bernegara sebagai penjabaran dari nilai Pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR No.
XVIII/MPR/l998, norma-norma etik seperti dalam P4 tersebut sekarang sudah tidak berlaku
lagi, meskipun dalam kenyataannya tetap diterima masyarakat sebagai suatu panduan
bersikap.
Dewasa ini, MPR telah mengeluarkan Ketetapan MPR No. VI/ MPR/ZOOI tentang Etika
Kehidupan Berbangsa yang dapat dipandang sebagai pengganti Ketetapan MPR No.
II/MPR/l978 mengenai P4 (Ketut Rindjin, 2010). Dinyatakan bahwa etika kehidupan
berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan
dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan bernegara. Ketetapan
mengenai Etika Kehidupan Berbangsa ini dapat pula dianggap sebagai norma moral sebagai
penjabaran nilai etik Pancasila.
Etika Kehidupan Berbangsa bertujuan untuk: (l) memberikan landasan etik moral bagi
seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek;
(2) menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat; dan
(3) menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilaihilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat. (Winaro, 2019)
Ada beberapa alasan penting perlunya Pancasila sebagai dasar, pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian tambang batubara, minyak,
biji besi, emas dan lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua dan lain-lain dengan
menggunakan teknologi canggih mempercepat kemsakan lingkungan. Apabila hal ini
dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan datang menerima risiko kehidupan yang
rawan bencana lantaran kerusakan lingkungan dapat memicu terjadinya bencana seperti,
longsor, banjir, pencemaran akibat limbah dan seterusnya.
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh pada
cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis. Artinya, penggunaan
bendabenda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini telah menggantikan
peran nilai-nilai luhur yang diyakini dapat menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang
memiliki sifat sosial, humanis, dan religius, selain itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus
dan digantikan sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung sekuler.
Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai
digantikan dengan gaya hidup global, seperti sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup
bermewahmewah, konsumerisme, solidaritas sosial digantikan dengan semangat
individualistis, musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.
(Amran, 2018)
Mengenai susunan hierarkis Pancasila kiranya tidak menimbulkan pertanyaan, sebab
sudah jelas bahwa nilai-nilai ketuhanan lebih tinggi daripada nilai kemanusiaan, nilai
kemanusiaan lebih tinggi dari nilai persatuan Indonesia, dan seterusnya, tetapi bentuk
pyramidal kiranya masih perlu penjelasan lebih lanjut terutama mengenai pernyataan
Notonegoro yang berbunyi “ tiap-tiap sila yang di belakang sila lainnya merupakan
pengkhususan dari sila-sila yang di mukanya” . Jadi kalau diterapkan pada pancasila itu
berarti sila kemanusiaan merupakan pengkhususan sila ketuhanan, sila persatuan Indonesia
merupakan pengkhususan sila kemanusiaan, sila kerakyatan merupakan pengkhususan dari
sila persatuan Indonesia dan sila keadilan sosial merupakan pengkhususan sila kerakyatan.
(Harahap, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Ali. 2018. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
Aminullah. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehiduan
Bermasyarakat. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram. Vol 3(1). Hal 620-628. ISSN: 2355-
6358.
Danniarti, Rahma. (2017). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pendukung
Tumbuh Kembang Wawasan Kebangsaan Pada Mata Pelajaran PPkn Di SMP
Negeri 7 Palembang. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. Vol
2(2). Hal 187-202.
Djahir, Yulia. 2019. Suplemen Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Deepublish.
Gedeona, Hendrikus Tri Wibawanto. (2004). Mempertanyakan Nilai Keadilan Sosial
Dalam Pembangunan Ekonomi Di Tengah Kekuatan Modal. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Vol 3(1). Hal 170-188.
Halking, d. (2018). Pendidikan Pancasila. Medan: Universitas Negeri Medan.
Harahap, P., & Marpaung, S. F. (2018). Pendidikan Pancasila. Medan: CV. Widya Puspita.
Hidayat, Syarif Imam. (2012). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Perguruan Tinggi
Melalui Pemberian Mata Kuliah Pendidikan Bela Negara. Jurnal Pendidikan
Pancasila. Vol 3(2). Hal 1-11.
Rahman, Abdul. (2017). Implementasi Nilai “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” Di Masyarakat Desa Meranti. Jurnal Ilmu Sosial. Vol 2(1). Hal 1-11.
Rahman, Arif. (2011). Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jurnal
Pancasila. Vol 3(1). Hal 1-34.
Winarno. (2019). Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai