Anda di halaman 1dari 8

15 Juni 1215 Raja John Tandatangani Magna Carta

Lukisan saat Raja John dipaksa menandatangani Piagam Magna Carta


Foto: Historia
REPUBLIKA.CO.ID,Magna Carta adalah piagam yang dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15
Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak masa Raja John, dari kekuasaan absolut. Raja
John naik tahta sebagai raja Inggris pada tanggal 6 April 1199 sampai kematiannya. Dia sukses
naik tahta sebagai adik dari Raja Richard I (dikenal sebagai Richard si Hati Singa). John
mendapatkan panggilan Lackland (“Sans Terre” bahasa Perancis; “Johann Ohne Land” bahasa
Jerman) dan “Pedang Yang Halus.”
Masa pemerintahan disebut-sebut sebagai masa pemerintahan yang paling kelam dalam sejarah
Inggris: dimulai dari kekalahan-kekalahan peperangan – kehilangan Normandia yang direbut
oleh Philippe dari Prancis, – dan diakhiri dengan perpecahan Inggris akibat perang sipil dan
tekanan rakyat yang ingin dia melepaskan kekuasaannya. Tahun 1213, dia membuat Inggris
harus berurusan dengan Paus ketika berkonflik dengan gereja Katolik Roma.
Saking jengkelnya dengan Raja John, sejumlah baron (tuan tanah) memaksa raja ini untuk
menandatangani Magna Carta.
Piagam Magna Carta mengharuskan raja untuk membatalkan beberapa hak dan menghargai
beberapa prosedur legal, dan untuk menerima bahwa keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum.
Magna Carta adalah langkah pertama dalam proses sejarah yang panjang menuju ke pembuatan
hukum konstitusional.

Charles II dari Inggris


Charles II

Charles II
Raja Skotlandia
Berkuasa 30 Januari 1649 – 3 September 1651[1]
Penobatan 1 Januari 1651
Pendahulu Charles I
Penerus Pemerintahan militer dipimpin oleh George Monck
Raja Inggris, Skotlandia, dan Irlandia
(more...)
Berkuasa 29 Mei 1660[2] – 6 Februari 1685
Penobatan 23 April 1661
Pendahulu Charles I (de jure)
Dewan Negara (de facto)
Penerus James VII & II

Pemakaman Westminster Abbey


Wangsa Wangsa Stuart
Ayah Charles I
Ibu Henrietta Maria dari Prancis
Pasangan Catherine dari Braganza
Agama Anglikan, berpindah menjadi Katolik Roma menjelang
kematiannya
Tanda
tangan

Charles II (1630-1685) adalah seorang raja yang memerintah seluruh


kerajaan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia. Ayahnya, Charles I, dieksekusi pada tanggal 30
Januari 1649 saat akhir Perang Sipil Inggris. Setelah Oliver Cromwell wafat, Charles II kembali
dari pembuangannya di Prancis dan menduduki tahta kerajaan Inggris.
Kehidupan awal
Pangeran Charles adalah putra tertua Raja Charles I. Sebagai seorang anak kecil, ia diangkat
menjadi Pangeran Wales sebagai tanda bahwa suatu hari ia akan menjadi raja. Pada saat ia
tumbuh menjadi seorang pria muda, ayahnya sudah berperang dengan Parlemen. Pangeran
Charles tidak banyak mengambil bagian dalam pertempuran. Ibunya, Henrietta Maria
adalah orang Prancis dan membawa anak-anaknya ke Prancis ketika perang sedang berlan agar
mereka tetap aman. Pangeran Charles baru berusia delapan belas tahun ketika dia mendengar
bahwa ayahnya meninggal. Hal ini yang membuatnya diangkat menjadi raja dan mulai menyebut
dirinya sebagai Raja Charles II, tetapi Parlemen masih mengendalikan Inggris saati itu dan tidak
akan membiarkannya mengambil tahta.
Penyelamatan diri Raja
Pada tahun 1651, Charles II kembali ke Inggris dan berjuang melawan Parlemen
pada Pertempuran Worcester. Charles kalah, tetapi ia tidak tertangkap oleh musuh karena
bersembunyi di sebuah pohon ek. Kemudian, ia terpaksa untuk menyamar sebagai seorang
hamba. Seorang wanita muda bernama Jane Lane membantunya melarikan diri dan ia berlayar ke
Holland di mana terdapat pendukungnya. Dia terus menjaga pengadilan kerajaannya sendiri di
sana sampai 1660.
Pemulihan
Sementara Charles di Belanda, Inggris diperintah oleh Oliver Cromwell, seorang pria biasa yang
telah dipilih sebagai pemimpin negara oleh Parlemen. Cromwell sangat kejam, sehingga para
penduduk mulai lelah dengannya. Ketika Cromwell meninggal pada 1658, putranya, Richard
dipilih menjadi pemimpin berikutnya. Namun, Richard Cromwellmemerintah dengan tidak
efektif dan Raja Charles II diminta kembali untuk memerintah Inggris.
Pada 1660, Charles II kembali ke Inggris dan mengambil tahtanya. Banyak musuhnya yang
dihukum karena telah melawan dan mengeksekusi ayahnya, tetapi Richard Cromwell diizinkan
untuk pergi dan hidup tenang jauh dari London. Charles menjadi populer dan disebut sebagai
"The Merry Monarch" karena mengubah banyak hukum yang telah dibuat Cromwell dan
memungkinkan orang-orang untuk menikmati kebebasn atas dirinya sendiri. Charles sangat
senang pergi ke teater, bermain kartu dan menikmati olahraga seperti balap kuda. Beberapa
orang berpikir bahwa seorang raja harus lebih serius serta tidak menghabiskan banyak waktu dan
uang untuk kesenangan.
Ada juga beberapa orang yang tidak menyukai Raja Charles II karena keyakinan agamanya. Dia
dibesarkan oleh ibunya yang seorang Katolik Roma, sementara kebanyakan orang di negara itu
adalah Protestan. Ia menikah dengan seorang putri dari Portugal, Catherine dari Braganza.
Mereka tidak memiliki anak, tetapi Charles menolak untuk menceraikan Catherine karena
menghormatinya dan tidak setuju dengan perceraian. Sebelum menikah, Charles memiliki
beberapa pacar dan kekasih, bahkan setelah menikah pun ia tetap memiliki kekasih yang disebut
"wanita simpanan". Yang paling terkenal adalah seorang aktris bernama Nell Gwyn. Beberapa
kekasih Charles memiliki bayi, tetapi tidak satupun dari anak-anak tersebut yang diizinkan untuk
mengikuti jejak Charles sebagai raja sebab mereka dianggap tidak sah karena terlahir dari orang
tua yang tidak menikah satu sama lain.
Anak Charles II yang paling terkenal adalah James Scott yang diberikan gelar Adipati
Monmouth. Ibu James telah menjadi kekasih Charles ketika ia tinggal di Belanda dan beberapa
orang mengatakan bahwa mereka telah menikah diam-diam. Jika ini benar maka James
diperbolehkan untuk menjadi raja saat Charles meninggal kelak. Ada banyak orang yang
menginginkan hal ini terjadi karena mereka tidak menyutujui apabila adik Charles menjadi raja
berikutnya. Adiknya yang juga bernama James adalah seorang Katolik Roma dan tidak populer.
Charles II meninggal tiba-tiba dan putranya James, Adipati Monmouth, memulai pemberontakan
dengan harapan dapat menjadi raja berikutnya. Sayangnya, ia dikalahkan oleh tentara kerajaan
yang didukung oleh saudara Charles, James. Adipati Monmouth dieksekusi dengan kepala
dipenggal dan saudara Charles menjadi penguasa berikutnya, Raja James II.

Bill of Rights 1689

Bill of Rights , juga dikenal sebagai English Bill of Rights , adalah Undang - Undang Parlemen
Inggris yang menetapkan hak-hak sipil dasar tertentu dan mengklarifikasi siapa yang selanjutnya
akan mewarisi Mahkota . Ia menerima Persetujuan Kerajaan pada 16 Desember 1689 dan
merupakan pernyataan kembali dalam bentuk undang-undang Deklarasi Hak yang diajukan
oleh Parlemen Konvensi kepada William III dan Mary II pada Februari 1689, mengundang
mereka untuk menjadi kedaulatan bersama Inggris . Bill of Rights menetapkan batas-batas
kekuasaan raja dan menetapkan hak-hak Parlemen, termasuk persyaratan untuk parlemen
reguler, pemilihan umum yang bebas, dan kebebasan berbicara di Parlemen. [1] Ini menetapkan
hak-hak individu tertentu termasuk larangan hukuman yang kejam dan tidak biasa dan
membangun kembali hak Protestan untuk memiliki senjata untuk pertahanan
mereka dalam aturan hukum . Ini juga tidak termasuk hak perpajakan tanpa persetujuan
Parlemen. Selanjutnya, Bill of Rights menggambarkan dan mengutuk beberapa kesalahan James
II dari Inggris.
Bill of Rights [nb 1]

Parlemen Inggris

Judul Suatu Undang-Undang yang


panjang Menyatakan Hak dan Kebebasan
Subjek dan Menentukan Suksesi
Mahkota.

Kutipan 1 William & Mary Sess 2 c 2

tanggal

Persetujuan 16 Desember 1689


kerajaan

Permulaan 1689

Status: Diubah
Teks undang-undang yang direvisi sebagaimana
diubah

RUU Hak

Dibuat 1689

Lokasi Arsip Parlemen

Penulis Parlemen Inggris

Tujuan Menegaskan hak-hak Parlemen dan individu, dan memastikan


supremasi politik Protestan
Ide-ide ini mencerminkan pemikiran para pemikir politik John Locke dan mereka dengan cepat
menjadi populer di Inggris. [3] Ia juga menetapkan - atau, dalam pandangan para penyusunnya,
menyatakan kembali - persyaratan konstitusional tertentu dari Mahkotauntuk meminta
persetujuan rakyat, sebagaimana diwakili di Parlemen. [4]
Di Inggris , Bill of Rights selanjutnya disertai oleh Magna Carta , Petisi Hak , Habeas Corpus
Act 1679 dan Parlemen Act 1911 dan 1949 sebagai beberapa dokumen dasar dari konstitusi
Inggris yang tidak dikodifikasikan. Dokumen terpisah tetapi serupa, Klaim Hak Act 1689 ,
berlaku di Skotlandia . Bill of Rights 1689 adalah salah satu model untuk United States Bill of
Rights 1789, Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948
dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia tahun 1950. [1]
Bersamaan dengan UU Penyelesaian 1701 , Bill of Rights masih berlaku di semua wilayah
Persemakmuran . Mengikuti Perjanjian Perth pada tahun 2011, undang-undang yang mengubah
keduanya mulai berlaku di seluruh wilayah Persemakmuran pada tanggal 26 Maret 2015.
Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
Dokumen Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
Deklarasi Kemerdekaan adalah suatu akta dari Kongres Kontinental Kedua yang
diadopsi pada 4 Juli 1776 yang menyatakan bahwa Tiga Belas
Koloni memerdekakan diri dari Britania Raya. Deklarasi ini, yang sebagian besar ditulis
oleh Thomas Jefferson, menjelaskan pembenaran atau justifikasi untuk melepaskan
diri, dan merupakan pengembangan dari Resolusi Lee tertanggal 2 Juli yang untuk
pertama kalinya menyatakan kemerdekaan AS. Salinan deklarasi ini ditandatangani
oleh para delegasi pada 2 Agustus dan saat ini dipamerkan di National Archives and
Records Administration di Washington, D.C. Deklarasi ini dianggap sebagai salah satu
dokumen pendirian Amerika Serikat dan tanggal 4 Juli dirayakan sebagai Hari
Kemerdekaan.
Publikasi dan reaksi

Lukisan Johannes Adam Simon Oertel Pulling Down the Statue of King George III,
N.Y.C. (bahasa Indonesia: Merobohkan Patung Raja George III), sekitar 1859,
menggambarkan warga menghancurkan patung Raja George setelah Deklarasi
dibacakan di Kota New York pada 9 Juli 1776.
Setelah Kongres menyetujui kata-kata akhir Deklarasi pada 4 Juli, salinan tulisan
tangan itu dikirim beberapa blok ke percetakan John Dunlap. Sepanjang malam, Dunlap
mencetak sekitar 200 selebaran untuk distribusi. Tak lama, Deklarasi dibacakan kepada
khalayak dan dicetak ulang di koran-koran di seluruh 13 negara bagian. Pembacaan
publik resmi pertama dari dokumen tersebut adalah John Nixon dihalaman Balai
Kemerdekaan pada 8 Juli; pembacaan publik juga terjadi pada hari itu di Trenton, New
Jersey dan Easton, Pennsylvania.[1] Terjemahannya dalam Bahasa Jerman diterbitkan
di Philadelphia pada 9 Juli.[2]
Presiden Kongres John Hancock mengirim selebaran kepada Jenderal George
Washington, mengintruksikan kepadanya untuk berproklamasi "kepada Kepala
Angkatan Darat dengan cara itu, kamu harus memikirkannya dengan yang paling
tepat".[3] Washington melakukan pembacaan Deklarasi tersebut kepada pasukannya
di Kota New York pada 9 Juli, dengan pasukan Inggris yang tidak jauh darinya.
Washington dan Kongres berharap Deklarasi akan menginspirasi para prajurit, dan
mendorong orang lain untuk masuk tentara.[1]
Declaration of Independence, Hari Lahirnya Amerika Serikat
Menanggapi situasi keamanan di Boston pasca pemberontakan yang dilakukan oleh para warga
koloni yang menentang kebijakan perdagangan dan pajak yang memberatkan mereka,
pemerintah Inggris lantas mengutus Jenderal Thomas Gage untuk memimpin pasukan Inggris ke
Boston. Misinya kali ini adalah menghentikan pemberontakan dan mengamankan kembali
wilayah Boston, serta memastikan bahwa peraturan pemerintah di wilayah koloni dapat berjalan
dengan baik.
Saat akan melancarkan misinya, Jenderal Thomas Gage mendengar kabar bahwa para penduduk
koloni Massachusetts tengah mengumpulkan senjata di kota Concord. Ia pun segera
mengirimkan sebagian pasukannya ke kota itu untuk menyita perlengkapan perang para
pemberontak. Ketika pasukan Inggris tiba di sebuah desa kecil bernama Lexington, mereka
bertemu dengan sekelompok orang yang hendak melakukan protes kepada pasukan Inggris.
Awalnya orang-orang dari desa Lexington ini tidak berniat melakukan penyerangan kepada
pasukan Inggris. John Parker, pimpinan kelompok masyarakat ini menegaskan bahwa mereka
hanya akan menyerang jika pasukan Inggris menyerang terlebih dahulu.
Tidak telalu jelas apa yang terjadi saat itu, namun yang pasti pertikaian antara kedua kelompok
yang saling bertemu ini tidak dapat dihindarkan. Menurut beberapa orang, awal terjadinya
penyerangan adalah setelah salah seorang pasukan Inggris, yaitu mayor John Pitcaim,
mengeluarkan kalimat provokasi, yang diikuti oleh suara tembakan. Pasukan Inggris menembaki
rombongan orang-orang ini dan menyerang menggunakan bayonet, hingga mengakibatkan
delapan orang tewas. Peristiwa di desa Lexington ini kemudian dikenal dengan sebutan “Ralph
Waldo Emerson”.
Awal pecahnya perang antara warga koloni Amerika dengan pasukan Inggris tidak diikuti oleh
semangat kemerdekaan. Para warga koloni ini hanya ingin membebaskan diri dari pemerintah
Inggris yang selalu membebani kehidupan masyarakat dengan segala peraturannya. Tetapi hal itu
berubah menjadi perang kemerdekaan seiring berjalannya waktu, terutama ketika muncul tulisan
dari salah seorang politikus dan penulis Amerika, Thomas Paine, berjudul “Common Sense”.
Tulisan setebal 50 halaman yang diterbitkan pada 1774 itu, telah dibaca oleh masyarakat luas.
Hanya dalam waktu 3 bulan saja, Thomas Paine berhasil membakar semangat masyarakat
Amerika untuk membulatkan tekad melawan pemerintah Inggris. Dalam tulisannya, Thomas
Paine memberikan pilihan kepada masyarakat, yaitu memilih kebebasan di negara merdeka yang
mandiri, atau terus tunduk pada kekuasaan kerajaan Inggris.
Sebagai bentuk penegasan persatuan di antara para warga koloni, dibutuhkan sebuah deklarasi
secara resmi. Kemudian pada Kongres Kontinental II pada 1775 di Philadelphia, sebanyak 13
koloni Amerika sepakat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Setahun kemudian, tepatnya pada
10 Mei 1776, para koloni setuju membuat resolusi untuk melepaskan diri dari cengkraman
pemerintah Inggris. Pada 7 Juni 1776, Richard Henry Lee dari koloni Virginia, mencetuskan
sebuah resolusi yang menyatakan bahwa serikat koloni adalah negara-negara bagian yang
independen dan bebas. Tak lama setelah itu, sebuah komite yang dipimpin oleh Thomas
Jefferson ditunjuk untuk segera menyiapkan sebuah deklarasi yang akan dinyatakan secara
resmi.
Pada 4 Juli 1776, akhirnya terciptalah sebuah deklarasi yang sangat terkenal, yaitu Declaration of
Independence sebagai sebuah pernyataan para koloni Amerika yang akan memisahkan diri dari
kerajaan Inggris. Para penyusun deklarasi kemerdekaan itu adalah Thomas Jefferson, Benjamin
Franklin, Roger Sherman, Robert Livingstone, dan John Adams. Penandatanganan Declaration
of Independence dilakukann pada 4 Juli 1776, yang akan selalu dikenang sebagai Hari
Kemerdekaan Amerika Serikat.
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant
Book.
Piagam Atlantik

Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan PM Inggris Winston Churchill ketika bertemu di


atas kapal HMS Prince of Wales
Kapal USS McDougal merapat ke kapal HMS Prince of Wales, untuk mengantarkan
Presiden Franklin D. Roosevelt menaiki kapal perang Kerajaan Inggris.
Kapal HMS Prince of Wales ketika berada di perairan Argentia, Newfoundland
Piagam Atlantik adalah sebuah deklarasi bersama yang dikeluarkan oleh Perdana
Menteri Inggris Winston Churchill dan Presiden Amerika Serikat Franklin D.
Roosevelt pada tanggal 14 Agustus 1941 di atas kapal perang Kerajaan Inggris HMS
Prince of Wales (53) di perairan Samudera Atlantik, tepatnya di
wilayah Argentia, Newfoundland, Kanada.
Dalam Piagam Atlantik terdapat 8 poin penting mengenai:
1. tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris;
2. pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat
bersangkutan;
3. hak untuk menentukan nasib sendiri;
4. pengurangan rintangan perdagangan;
5. memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial;
6. kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran;
7. menciptakan kebebasan di laut lepas;
8. pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Eleanor Roosevelt dengan terjemahan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi


Manusia dalam Bahasa Spanyol.
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Bahasa Inggris: Universal
Declaration of Human Rights ; singkatan: UDHR) adalah sebuah pernyataan yang
bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-
Bangsa (A/RES/217, 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris). Pernyataan ini
terdiri atas 30 pasal yang menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB tentang
jaminan hak-hak asasi manusia (HAM) kepada semua orang. Eleanor Roosevelt, ketua
wanita pertama Komisi HAM (Bahasa Inggris: Commission on Human Rights;
singkatan: CHR) yang menyusun deklarasi ini, mengatakan, "Ini bukanlah sebuah
perjanjian... [Pada masa depan] ini mungkin akan menjadi Magna
Carta internasional..."[1]
Isi Pernyataan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia
Universal Declaration of Human Rights (Isi Pernyataan Pernyataan Umum tentang Hak-
Hak Asasi Manusia) antara lain mencantumkan, bahwa setiap orang mempunyai hak:
1. Hidup
2. Kemerdekaan dan keamanan badan
3. Diakui kepribadiannya
4. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk
mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka
umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
5. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
6. Mendapatkan asylum
7. Mendapatkan suatu kebangsaan
8. Mendapatkan hak milik atas benda
9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
10. Bebas memeluk agama
11. Mengeluarkan pendapat
12. Berapat dan berkumpul
13. Mendapat jaminan sosial
14. Mendapatkan pekerjaan
15. Berdagang
16. Mendapatkan pendidikan
17. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
18. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Sambutan
Pujian
 Pernyataan oleh Marcello Spatafora atas nama Uni Eropa pada tanggal 10
Desember 2003: "Lebih dari 55 tahun yang lalu, kemanusiaan telah membuat suatu
kemajuan yang sangat banyak dalam mempromosikan dan melindungi hak-hak
asasi manusia, terima kasih atas kekuatan kreatif yang dihasilkan oleh Pernyataan
Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, tidak perlu diragukan lagi adalah dokumen
paling berpengaruh dalam sejarah. Dokumen yang luar biasa, penuh dengan
idealisme tetapi juga kebulatan tekad untuk belajar dari masa lalu dan untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Yang paling penting, Pernyataan Umum ini
menempatkan hak-hak asasi manusia di tengah-tengah kerangka prinsip dan
kewajiban yang membentuk hubungan di dalam komunitas internasional."
Kritikan
 Negara-negara muslim secara dominan, seperti Sudan, Pakistan, Iran, dan Arab
Saudi, sering mengkritik Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia atas
kegagalan pernyataan ini memahami konteks relijius dan kebudayaan negara-
negara non-Barat. Tahun 1981, perwakilan Iran untuk Amerika Serikat, Said Rajaie-
Khorassani, mengeluarkan pendapat atas posisi negaranya mengenai Pernyataan
Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dengan berkata bahwa UDHR adalah
"sebuah pemahaman sekuler dari tradisi Yahudi-Kristen", yang mana tidak bisa
diimplementasikan oleh muslim tanpa melalui hukum-hukum Islam.[3]

Anda mungkin juga menyukai