Gangguan Panik
Gangguan Panik
GANGGUAN PANIK
Faktor Genetika
Gangguan panik sering diturunkan secara genetik sebagai disfungsi neurochemical.
Kondisi ini memiliki pewarisan moderat, dengan angka pewarisan kira-kira dari
0.3%-0.6%. Pada studi genetik mengemukakan bahwa ada kemungkinan regio
kromosom 13q, 14q, 22q, 4q31-q34, dan mungkin 9q31 berhubungan dengan
pewarisan fenotip gangguan panic (Memon et al., 2011).
Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik.
Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik
sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan
panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan
gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot (Sadock dan
Sadock, 2010).
Faktor Psikososial
Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon
yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan
klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan
yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang
sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan
ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.
Peneliti menyatakan bahwa serangan panik kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik
mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi
psikologis (Sadock dan Sadock, 2010).
A. Ansietas saat berada di tempat atau situasi yang jalan keluarnya sulit (atau
memalukan) atau tidak ada pertolongan saat mengalami serangan panic
dengan predisposisi situasional atau tidak terduga atau gejala mirip panic.
Rasa takut agorafobia secara khas melibatkan kelompok khas situasi yang
mencakup berada jauh dari rumah sendirian; berada di keramaian atau
mengantri; berada di jembatan; dan berjalan-jalan dengan bus, kereta atau
mobil.
B. Situasi tersebut dihindari (cth., bepergian sangat terbatas) atau dijalani dengan
penderitaan yang jelas atau dengan ansietas akan mengalami serangan panic
atau gejala mirip panic, atau membutuhkan adanya teman.
C. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti
fobia social (cth., penghindaran terbatas pada lingkungan social karena rasa
takut malu), fobias spesifik (cth., penghindaran terbatas pada situasi seperti
pada lift), gangguan obsesif konfulsif (cth., penghindaran kotoran oleh
seorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pascatrauma
(cth., penghindaran stimulus terkait stresor hebat), atau gangguan ansietas
perpisahan (cth., mnghindari meninggalkan rumah atau kerabat) (Sadock dan
Sadock, 2010).
a. Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat
anti depresi dan obat anti cemas:
1. SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors), terdiri atas beberapa
macam dapat dipilih salah satu dari sertralin, fluoksetin, fluvoksamin,
escitalopram, dll. Dosis SSRI biasanya dimulai dengan dosis kecil dan
secara bertahap ditambah. Misal pada paroksetin 5-10 mg per hari selama 1-
2 minggu kemudian dosisnya ditingkatkan 10 mg per hari selama 1-2
minggu hingga dosis maksimum 60mg.
2. Benzodiazepin; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-12
minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai
akhirnya dihentikan (selama 4-10 minggu). Jadi setelah itu dan seterusnya,
individu hanya minum golongan SSRI
(Sadock dan Sadock, 2010).
b. Psikoterapi
Terapi Relaksasi
Terapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat serangan panik dan
menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari.
Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu
mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan
mensugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam
proses terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama 20-30 menit.
Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari.
Psikoterapi Dinamik
Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar
menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya pasien lebih banyak
berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. Terapi ini memerlukan waktu
panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu memerlukan
kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta kesabaran kedua belah
pihak (Sadock dan Sadock, 2010).
Dapus
Sadock B. J., Sadock V. A. 2010. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. EGC:
Jakarta.
Memon M. A., Daniels C. Y., dan Harwood R. 2011. Panic Disorder Treatment &
Management. http://emedicine.medscape.com/article/287913-
treatment#a1156 diakses 17 Desember 2012.
MedlinePlus. 2012. Panic Disorder.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/panicdisorder.html diakses 17
Desember 2012.
Shelton R. C. 2008. Anxiety Disorders in CURRENT Diagnosis & Treatment:
Psychiatry, Second Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.