Anda di halaman 1dari 1

Uji kadar sari adalah metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa

yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Uji kadar sari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Pelarut air dimaksudkan
untuk melarutkan senyawa polar dan etanol untuk melarutkan senyawa kurang polar jika
dibandingkan dengan pelarut air yang terdapat dalam sampel. Kedua cara ini didasarkan pada
kelarutan senyawa yang terkandung dalam teh. Kadar sari teh dihitung sebagai perbandingan
(dalam persentase) massa endapan teh yang telah dikeringkan yang sebelumnya diseduh
dengan massa awal teh. Kadar sari yang tinggi menandakan bahwa jumlah kandungan senyawa
yang dapat tersari dalam pelarut air juga tinggi, sebaliknya kadar sari yang rendah menyatakan
bahwa jumlah kandungan senyawa yang dapat tersari dalam pelarut air juga rendah (Najib et
al. 2017). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh kadar sari teh hijau malang sebesar
47,29%, teh hijau kepala jenggot sebesar 49,51%, teh hijau wangi sebesar 43,61%, teh oolong
sebesar 48,94%, teh hitam goapala sebesae 49,13%, dan teh hitam cap botol sebesar 52,42%.
Perbedaan kadar sari pada setiap jenis teh disebabkan oleh perbedaan kandungan
senyawa yang dapat tersari dalam masing-masing teh. Senyawa kimia dalam teh yang
merupakan salah satu kelas flavanol adalah katekin. Jumlah atau kandungan katekin bervariasi
untuk masing-masing jenis teh. Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air serta
membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Semakin muda umur daun akan semakin
tinggi pula kadar katekinnya. Artinya bagian pucuk peko memiliki kandungan katekin tertinggi
dibandingan daun bagian bawahnya (Anjarsari 2016). Pada pengolahan teh hitam, katekin
berubah menjadi theaflavin dan thearubigin ketika mengalami proses pengolahan sehingga
kadar katekin mengalami penurunan. Theaflavin dan thearubigin merupakan senyawa
polifenol yang mudah larut dalam air (Paramita et al. 2019). Sehingga pada uji kadar sari
menggunakan pelarut air, persentase teh hitam akan lebih tinggi daripada teh hijau karena yang
dapat terlarut dalam air banyak. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa kadar sari
produk teh hitam cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan produk teh hijau. Kadar sari
pada sample produk teh sudah memenuhi SNI yaitu diatas 32%.

Anjarsari, IRD. 2016. Katekin teh Indonesia: prospek dan manfaatnya. Kultivasi, 15(2): 99-
106.
Najib, A, Malik, A, Ahmad, AR, Handayani, V, Syarif, RA dan Waris, R. 2017. Standarisasi
ekstrak air daun jati belanda dan teh hijau. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 4(2): 241-245.
Paramita, NLPV, Andani, NMD, Putri, IAPY, Indriyani, NKS dan Susanti, NMP. 2019
Karakteristik simplisia teh hitam dari tanaman Camelia sinensis Var. assamica dari
perkebunan teh bali cahaya amerta, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan, Bali. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry). 13(1): 58-66.

Anda mungkin juga menyukai