Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325288504

Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya terhadap Pasar Tradisional di DKI


Jakarta

Article · January 2017


DOI: 10.21002/jepi.v17i2.768

CITATIONS READS

0 820

2 authors, including:

Chaikal Nuryakin
University of Indonesia
22 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Chaikal Nuryakin on 12 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia
Vol. 17 No. 2 Januari 2017: 195–208
p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280
DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i2.768 195

Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya terhadap Pasar Tradisional di


DKI Jakarta
The Modern Retail and Its Impact to Traditional Markets in DKI Jakarta

Dianur Hikmawatia , Chaikal Nuryakina,∗


a Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[diterima: 12 Mei 2017 — disetujui: 8 Februari 2018 — terbit daring: 7 Maret 2018]

Abstract
This study aimed to analyze the impact of modern retail coexistence with traditional retail on traditional retail’s
performance. Our observation is the 153 markets PD Pasar Jaya spread across DKI Jakarta and the modern retails
(minimarkets, supermarkets, hypermarkets) location based on the retail zoning policy of Jakarta Regional Regulation
No. 2/2002. This study used number of traditional retailers as a proxy of performance variable. The regression results
indicate a non linear relationship between the number of modern retails–especially supermarket–and traditional retails
performance in which the coexistence of one supermarket is positive for traditional market performance and negative
afterwards.
Keywords: Traditional Retail; Modern Retail; Zoning Policy; Performance

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak keberadaan ritel modern terhadap kinerja ritel
tradisional dalam kebijakan zonasi ritel Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002. Penelitian
dilakukan terhadap 153 ritel tradisional PD Pasar Jaya di DKI Jakarta dan keberadaan ritel modern
(minimarket, supermarket, dan hypermarket) yang melanggar ketentuan kebijakan zonasi ritel. Penelitian ini
menggunakan data jumlah pedagang ritel tradisional sebagai proksi variabel kinerja ritel tradisional. Hasil
regresi mengindikasikan hubungan tidak linier antara jumlah ritel modern–terutama supermarket– dan
kinerja pasar tradisional yaitu berpengaruh positif jika terdapat satu ritel modern kemudian menjadi negatif
jika melebihi jumlah tersebut.
Kata kunci: Ritel Tradisional; Ritel Modern; Kebijakan Zonasi; Kinerja

Kode Klasifikasi JEL: D22; D25

Pendahuluan dalam komponen perdagangan yang memberikan


kontribusi cukup besar yaitu sebesar 19–31% terha-
Ritel merupakan kegiatan bisnis yang menjual pro- dap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
duk dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tam- tiap daerah yang ada di Indonesia. Selain itu, sektor
bah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, ritel juga merupakan sektor yang menyerap tenaga
kelompok, atau pengguna akhir dalam jumlah ecer- kerja terbesar selain sektor pertanian dengan serap-
an. Ritel menjadi mata rantai yang penting dalam an pada tahun 2011 mencapai 23,4 juta tenaga kerja
proses distribusi barang dan merupakan mata rantai atau 21,3% dari total tenaga kerja Indonesia (Basri
terakhir dalam suatu proses distribusi yang meng- et al., 2012).
hubungkan produsen dengan konsumen (Utami,
2010). Ritel atau yang juga sering disebut dengan bis- Sejalan dengan hal tersebut, saat ini bisnis ritel
nis eceran termasuk salah satu indikator ekonomi di Indonesia berkembang semakin pesat seiring
dengan kemajuan perekonomian Indonesia. Dalam
∗ Alamat Korespondensi: Jl. Salemba Raya No. 4, RT. 1 RW. periode beberapa tahun terakhir, dari tahun 2005
4, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota hingga 2013, jumlah gerai usaha ritel di Indonesia
Jakarta 10430. E-mail: chaikal.nuryakin@ui.ac.id. mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 19% un-
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
196 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

tuk pertumbuhan jumlah ritel modern dan sekitar dengan hal tersebut, maka tujuan penelitian yang
6% per tahun untuk pertumbuhan jumlah ritel tra- akan dikaji dalam penelitian ini adalah untuk meng-
disional. Jumlah ritel di wilayah DKI Jakarta sendiri analisis gambaran dan dampak keberadaan ritel
juga cukup banyak dan menyebar hampir di selu- modern yang terkait dengan kebijakan zonasi ritel
ruh wilayah Provinsi DKI Jakarta, serta cukup besar dalam Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 terha-
menyerap tenaga kerja yang ada. Hanya dalam wak- dap kinerja ritel tradisional tahun 2015 di wilayah
tu 3 tahun, total semua jenis ritel modern di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Provinsi DKI Jakarta tumbuh sekitar 13% dari jum-
lah sebelumnya di tahun 2011. Dari pertumbuhan
ritel modern dalam 3 tahun terakhir, yang paling Tinjauan Literatur
besar berkembang jumlahnya adalah jumlah outlet
minimarket yang bertambah sebanyak 280 outlet di Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ”ritellier”,
tahun 2014 (atau sekitar 15% pertumbuhan outlet- yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Da-
nya). Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah lam Bahasa Indonesia, kata ritel bisa juga diartikan
ritel tradisional yang tidak mengalami pertumbuh- ”eceran”. Terkait dengan aktivitas yang dijalankan,
an dalam tiga tahun terakhir (Biro Perekonomian maka ritel menggambarkan kegiatan untuk me-
DKI Jakarta, 2015). mecah barang atau produk yang dihasilkan dan
Disinyalir, dengan berkembang pesatnya ritel mo- didistribusikan dalam jumlah besar dan massal un-
dern, akan menimbulkan potensi persaingan usaha tuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam
yang kurang sehat dan berpotensi dapat mematik- jumlah kecil sesuai dengan kebutuhannya (Utami,
an sektor ritel tradisional jika tidak diatur secara 2010). Penggolongan bisnis ritel di Indonesia dapat
jelas. Hal ini, melatarbelakangi Pemerintah Provin- dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu ritel yang
si (Pemprov) DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan bersifat tradisional (konvensional) dan yang bersi-
pengaturan perpasaran, terutama dalam hal penga- fat modern. Ciri utama dari ritel tradisional adalah
turan jarak dan zonasi dalam Peraturan Daerah manajemen belum profesional; skala kecil; modal
(Perda) Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 ten- kecil; harga tawar-menawar; transaksi tunai, jarang
tang Perpasaran Swasta di Propinsi Daerah Khusus ada program promosi; dikelola Pemerintah; terse-
Ibukota Jakarta. Berdasarkan Perda tersebut, izin bar di kota dan desa; kondisi bangunan umumnya
lokasi usaha ritel modern harus berjarak dari pasar kurang terawat; dan konsumen menengah bawah.
lingkungan, yaitu peritel seluas 100–200 m2 harus Sedangkan ciri utama ritel modern adalah mana-
berjarak 500 meter, peritel seluas 1.000–2.000 m2 ha- jemen modern; teknologi modern; bermodal kuat;
rus berjarak 1.500 meter, peritel seluas 2.000–4.000 harga sudah pasti; fasilitas canggih; pembayaran
m2 harus berjarak 2.000 meter, dan peritel seluas dapat menggunakan kartu kredit, kartu debit, atau
lebih dari 4.000 m2 harus berjarak 2.500 meter. e-money; prinsip swalayan; banyak kegiatan promo-
Namun sejak dikeluarkan kebijakan Perda ini, si, diskon, dan hadiah; umumnya dikelola pihak
ditemukan masih banyak pihak pelaku usaha, khu- swasta; kebanyakan ada di daerah perkotaan; kondi-
susnya di sektor ritel modern, yang tidak menaati si bangunan umumnya bersih dan terawat dengan
dan melanggar ketentuan Perda ini. Berdasarkan baik; dan konsumen menengah atas (Purnomo et
catatan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia al., 2013).
(APPSI), sebanyak 30 gerai ritel dianggap melang- Perkembangan ritel modern dari tahun ke tahun
gar kebijakan zonasi ritel dalam Perda DKI Jakarta yang semakin berkembang pesat dan tidak terben-
No. 2 Tahun 2002. Akibat pelanggaran tersebut, dung melatarbelakangi Pemerintah mengeluarkan
setidaknya 75 ritel tradisional terancam karena ri- kebijakan dan regulasi agar kondisi dalam industri
tel yang melanggar perda tersebut. APPSI juga bisnis ritel ini menjadi lebih baik, yaitu salah satu-
mencatat, secara umum ritel tradisional di Jakarta nya dengan kebijakan zonasi ritel. Zonasi terhadap
mengalami penurunan jumlah omzet sebesar 35% lahan terkait dengan pengaturan lokasi ritel meru-
dari tahun ke tahun serta penurunan tingkat hunian pakan kebijakan yang dibuat guna menghindarkan
kurang dari 80%, bahkan ada yang tingkat huni- persaingan head to head antara ritel modern dengan
annya hanya 30% (Tempo.co, 2009). Hal inilah yang ritel tradisional. Hal ini disebabkan ukuran kedua-
kemudian membuat beberapa ritel tradisional mu- nya yang berbeda apabila dibandingkan dari sudut
lai merasakan ketidaknyamanan, bahkan beberapa kapital, sehingga kemampuan menciptakan value
ritel kecil/tradisional terancam tutup. Sehubungan creation keduanya pun berbeda. Zonasi dalam hal
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 197

ini merupakan sebuah upaya untuk menciptakan ritel modern kepada kinerja pasar tradisional dalam
equal playing field, sehingga persaingan diharapkan jangka menengah dan panjang.
berlangsung dalam suasana yang sangat sehat (fair Sedangkan variabel bebas yang termasuk dalam
competition) karena berada dalam ”kelas” yang sama. penelitian ini adalah jumlah ritel modern yang ter-
Sesungguhnya dengan melakukan zonasi, ketika dekat dengan ritel tradisional yang melanggar kebi-
zona-zona ditetapkan untuk ritel modern, adalah jakan zonasi pengaturan jarak dalam Perda DKI No.
sebenarnya ditujukan untuk membatasi menjamur- 2 Tahun 2002. Peneliti juga menambahkan variabel
nya jumlah ritel modern di suatu wilayah. Melalui revitalisasi pasar dan potensi pasar. Revitalisasi pa-
zonasi, market power yang dimiliki ritel modern ti- sar terbukti efektif terhadap pengembangan ritel
dak akan berkembang sangat pesat seperti yang tradisional yang juga berdampak pada peningkat-
terjadi belakangan ini (Marhaendradjaja, 2010). an kinerja dan daya saing ritel tradisional yang
Beberapa penelitian telah dilakukan guna menge- dilihat dari pangsa pasar (Adiyadnya, 2015). Po-
tahui dampak keberadaan ritel modern terhadap tensi pasar juga tidak kalah penting memengaruhi
ritel tradisional di suatu wilayah. Effandi (2010) kinerja ritel tradisional. Potensi pasar merupakan
meneliti pengaruh pola distribusi sebaran minimar- salah satu poin penting yang harus diperhatikan
ket dengan kinerja usaha toko pengecer tradisio- oleh para pedagang ritel tradisional di tahap awal
nal. Suryadarma et al. (2007) melakukan penelitian dalam mempertimbangkan lokasi di mana akan
untuk mengukur dampak supermarket pada pe- memulai kegiatan bisnis ritelnya. Hal ini sesuai
dagang pasar tradisional di pusat-pusat perkotaan dengan teori yang dikemukakan oleh Boone dan
di Indonesia dengan hasilnya adalah, secara sta- Kurtz (2003), bahwa dalam menjalankan sebuah bis-
tistik, keberadaan supermarket hanya berdampak nis, langkah yang paling penting dilakukan adalah
pada pasar tradisional melalui jumlah karyawan analisis potensi pasar. Dengan demikian maka mo-
yang bekerja di pasar tradisional (jumlah pedagang del kerangka pemikian penelitian ini digambarkan
pasar tradisional). Marhaendradjaja (2010) juga me- pada Gambar 1.
lakukan penelitian serupa, namun ritel modern
yang diteliti dikhususkan pada ritel minimarket
dengan faktor yang berpengaruh terhadap penu- Metode
runan kinerja dari ritel tradisional sebagai akibat
keberadaan ritel modern minimarket (salah satu- Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
nya adalah jarak). Fongkam (2015) juga melakukan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan da-
penelitian mengenai faktor-faktor yang memenga- lam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
ruhi tingkat persaingan ritel tradisional di Chiang dan analisis regresi berganda dengan metode He-
Mai, Thailand. Dari beberapa variabel yang diteliti teroskedasticity and Autocorrelation Consistent (HAC)
menunjukkan bahwa tingkat persaingan ritel tradi- Standard Errors & Covariance Newey-West. Untuk
sional di Chiang Mai, Thailand, dipengaruhi oleh mengukur sejauh mana dampak keberadaan ritel
jumlah tenaga kerja/pedagang tradisional, produk modern terhadap kinerja sektor ritel tradisional da-
yang ditawarkan, lokasi ritel, layout store ritel, varia- lam kebijakan zonasi ritel Perda DKI Jakarta No. 2
si produk dan servis, hubungan dengan kompetitor, Tahun 2002, maka model persamaan regresi dalam
harga, keuntungan, promosi, dan distribusi. penelitian ini terbagi menjadi dua model, yaitu mo-
Berangkat dari penelitian-penelitian yang dise- del agregat dan model persamaan sederhana per
butkan sebelumnya, maka variabel yang digunakan variabel.
dalam penelitian ini adalah jumlah pedagang ritel Model Agregat:
tradisional sebagai proksi dari variabel kinerja sek-
tor ritel tradisional (Effandi, 2010; Suryadarma et al., kiner jatradisionali = a1 + b1 ritelmoderni
2007). Jumlah pedagang selalu menjadi indikator + b2 ritelmodern2i
(1)
outcome dari adanya persaingan antara ritel tradi- + b3 revitalisasipasari
sional dengan ritel modern. Secara mikroekonomi, + b4 potensipasari + e
dengan adanya keterbatasan skala usaha, jumlah
pedagang menjadi ukuran yang tepat sebagai indi- Model Sederhana:
kator kinerja pasar tradisional dalam jangka mene-
ngah dan panjang. Dengan demikian, penelitian ini kiner jatradisionali = a2 + c1 ritelminimarketi
(2)
dapat dikatakan menganalisis dampak keberadaan + c2 ritelminimarket2i + e
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
198 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

Gambar 1: Kerangka Pemikiran Penelitian


Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208


Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 199

dan ritelhypermarket2 bertujuan untuk mengetahui


kiner jatradisionali = a3 + d1 ritelsupermarketi apakah hubungan masing-masing jenis ritel mo-
(3)
+ d2 ritelsupermarket2i + e dern seperti minimarket, supermarket, dan hyper-
market (yang jaraknya dekat dengan ritel tradisional)
terhadap kinerja ritel tradisional bersifat linier atau
kiner jatradisionali = a4 + h1 ritelhypermarketi tidak linier. Hubungan linier menandakan bahwa
(4)
+ h2 ritelhypermarket2i + e dengan kondisi dan rentang jumlah berapa pun
antara ketiga jumlah jenis ritel modern tersebut
Model Persamaan (1) merupakan model agregat berbanding lurus dengan kinerja ritel tradisional.
yang akan menjadi fokus utama penelitian ini de- Apabila hubungannya positif, maka kinerja ritel
ngan kiner jatradisional adalah variabel terikat, yaitu meningkat seterusnya hingga rentang jumlah tak
kinerja ritel tradisional yang menggunakan indi- terbatas dan apabila hubungannya negatif, maka
kator jumlah pedagang ritel tradisional sebagai kinerja ritel menurun seterusnya hingga rentang
proksi pendekatan variabel kinerja ritel. Variabel jumlah yang tak terbatas pula. Sedangkan hubung-
bebas ritelmodern adalah jumlah total ritel modern an yang tidak linier menandakan bahwa antara
(minimarket, supermarket, dan hypermarket) yang jumlah ketiga jenis ritel modern tersebut tidak serta
terdekat dengan ritel tradisional yang mana semua merta selalu berbanding lurus dengan kinerja ritel
jenis ritel modern tersebut melanggar ketentuan tradisional, sehingga pada rentang jumlah tertentu
zonasi ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002. Variabel kondisi akan berubah (berbentuk kurva distribu-
ritelmodern2 digunakan untuk menggambarkan apa- si normal). Apabila pada awalnya hubungannya
kah hubungan ritel modern (yang jaraknya dekat positif, maka kinerja ritel meningkat hingga batas
dengan ritel tradisional) dengan kinerja ritel tradi- jumlah maksimum dan apabila telah melewati batas
sional bersifat linier atau tidak linier. Variabel bebas jumlah maksimum, maka hubungan akan menjadi
revitalisasipasar adalah program revitalisasi yang negatif, sehingga kinerja ritel menurun, begitupun
dilakukan PD Pasar Jaya terhadap ritel tradisio- dengan kondisi sebaliknya.
nal, yang mana variabel ini dalam bentuk variabel Data utama yang digunakan dalam penelitian
dummy (1 untuk ritel tradisional yang sudah di- ini adalah data sekunder yang didapatkan dari
lakukan revitalisasi dan 0 untuk ritel tradisional PD Pasar Jaya berupa data kinerja ritel tradisional
yang belum dilakukan revitalisasi). Variabel bebas yang dilihat dari proksi pendekatan jumlah peda-
potensipasar adalah tingkat kesanggupan, kemam- gang yang ada di 153 ritel tradisional di Provinsi
puan, dan kekuatan ekonomi masing-masing ritel DKI Jakarta tahun 2015. Selain itu, data sekun-
tradisional yang telah diklasifikasikan oleh pengelo- der yang digunakan adalah data laporan program
la ritel tradisional, yaitu PD Pasar Jaya, yang mana revitalisasi yang sudah dilakukan PD Pasar Jaya
variabel ini dalam bentuk variabel dummy (1 untuk serta pembagian klasifikasi potensi pasar sesuai
potensi pasar maju/besar dan 0 untuk potensi pasar dengan karakteristik masing-masing ritel tradisio-
yang bukan maju (potensi sedang dan kecil)). nal. Berbagai literatur atau dokumen seperti buku,
Variabel bebas ritelminimarket dalam model seder- laporan penelitian, karya ilmiah, jurnal, peraturan
hana pada Persamaan (2), (3), dan (4) adalah jumlah perundang-undangan, dan media massa juga turut
total ritel minimarket yang terdekat dengan ritel melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian
tradisional yang melanggar ketentuan zonasi ritel ini. Untuk data jumlah ritel modern yang terdekat,
Perda DKI No. 2 Tahun 2002, yaitu dalam radius ku- baik untuk jenis ritel minimarket, supermarket, dan
rang dari 500 meter. Variabel bebas ritelsupermarket hypermarket, dilakukan dengan cara mapping ritel
adalah jumlah total ritel supermarket yang terdekat modern tersebut yang terdekat dengan ritel tradi-
dengan ritel tradisional yang melanggar ketentuan sional sesuai dengan ketentuan Perda DKI Jakarta
zonasi ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002, yaitu da- No. 2 Tahun 2002. Mapping dilakukan dengan meng-
lam radius kurang dari 2.000 meter. Variabel bebas gunakan aplikasi Googlemaps dan Googlestreet pada
ritelhypermarket adalah jumlah total ritel hypermarket tahun 2015.
yang terdekat dengan ritel tradisional yang melang- Dikarenakan keterbatasan data dan tidak ada
gar ketentuan zonasi ritel Perda DKI No. 2 Tahun data historis sebelumnya mengenai kinerja ritel tra-
2002, yaitu dalam radius kurang dari 2.500 meter. disional, maka periode waktu penelitian ini hanya
Penambahan variabel kuadrat untuk jenis ritel dilakukan pada satu tahun yaitu pada tahun 2015,
modern seperti ritelminimarket2 , ritelsupermarket2 , sehingga penelitian ini bersifat cross-sectional karena
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
200 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

dilakukan pada satu waktu tertentu saja dengan nya tuntutan pelanggan, ritel tradisional di Provinsi
sejumlah objek penelitian yang menjadi fokus uta- DKI Jakarta dikelola langsung oleh Badan Usaha Mi-
ma yang diteliti. Data yang bersifat cross-section ini lik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta, yaitu PD
sangat rentan terhadap pelanggaran terhadap uji Pasar Jaya. Pasar Jaya adalah Perusahaan Daerah
asumsi klasik. Oleh karena itu, peneliti menggu- (PD) milik Pemprov DKI Jakarta yang melaksana-
nakan metode Heteroscedasticity and Autocorrelation kan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan
Consistent (HAC) Standard Errors & Covariance un- area pasar, membina pedagang pasar, ikut memban-
tuk mendapatkan validitas eksternal serta menghi- tu stabilitas harga, dan kelancaran distribusi barang
langkan heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dan jasa.
terdapat di dalam model persamaan ekonometri- Saat ini, PD Pasar Jaya mengelola 153 pasar di se-
ka, sehingga model persamaannya dapat bersifat luruh wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan omzet
robust. bisnis yang diperdagangkan lebih dari 150 triliun
rupiah per tahun dengan total 117.519 tempat usa-
ha. Berdasarkan hasil survei, pasar/ritel tradisional
Hasil dan Analisis yang dikelola oleh PD Pasar Jaya dikunjungi lebih
dari 2 juta pengunjung setiap harinya, atau kurang
Ritel merupakan salah satu bagian pokok yang me- lebih dari 20% dari penduduk DKI Jakarta (Pasar
nunjang masyarakat dalam memenuhi kebutuhan Jaya, 2015). Gambar 2, 3, 4, dan 5 serta Tabel 1, 2,
hidup sehari-hari. Ritel sebagian besar muncul dari dan 3 memaparkan analisis deskriptif yang berka-
kebutuhan masyarakat umum yang membutuhkan itan dengan variabel-variabel yang diteliti, mulai
tempat untuk menjual barang yang dihasilkan ser- dari jumlah ritel tradisional PD Pasar Jaya, jumlah
ta konsumen yang membutuhkan barang-barang pedagang, jumlah ritel yang telah dilakukan revi-
tertentu untuk kehidupan sehari-hari. Semakin ber- talisasi, potensi pasar, hingga mapping jarak antara
kembangnya jumlah populasi dan kepadatan pen- ritel modern yang terdekat dengan ritel tradisional
duduk di suatu wilayah, akan berdampak pada dan melanggar ketentuan zonasi ritel.
semakin meningkatnya permintaan kebutuhan hi- Berdasarkan Tabel 1, untuk jenis ritel modern
dup masyarakat. Hal ini berdampak pada demand minimarket, dari 153 ritel tradisional yang ada, selu-
masyarakat akan fasilitas yang mampu menyedi- ruhnya (100%) dikelilingi oleh jaringan minimarket
akan kebutuhan hidup juga semakin tinggi. Hal kurang dari radius 500 m. Rata-rata (mean) kese-
tersebut menjadi salah satu peluang yang diman- luruhan jumlah minimarket di DKI Jakarta yang
faatkan bagi masyarakat atau pelaku bisnis untuk mengelilingi ritel tradisional dalam jarak kurang
membangun dan mengembangkan ritel. Sebagian dari radius 500 m adalah sebanyak 7 minimarket
besar masyarakat yang memiliki modal terbatas a- untuk setiap ritel tradisional.
kan lebih banyak bergerak di bidang ritel tradisio- Pada Tabel 2, untuk jenis ritel modern super-
nal, sedangkan untuk pelaku usaha atau pelaku market, dari 153 ritel tradisional yang ada, sebesar
bisnis yang memiliki modal besar akan bergerak 69% ritel tradisional dikepung oleh jaringan su-
banyak di bidang ritel modern. permarket kurang dari radius 2.000 m. Rata-rata
Sektor ritel tradisional, yang merupakan cikal (mean) keseluruhan jumlah supermarket di DKI
bakal ritel tradisional di Provinsi DKI Jakarta, awal- Jakarta yang mengelilingi ritel tradisional dalam
nya berasal dari pasar kaget dan pasar inpres yang jarak kurang dari radius 2.000 m adalah sebanyak 1
sering berada di lingkungan masyarakat. Dengan supermarket untuk setiap ritel tradisional.
bergulirnya waktu, pasar akan terus berkembang. Pada Tabel 3, untuk jenis ritel modern hypermar-
Pada mulanya, pasar merupakan tempat bertemu- ket, dari 153 ritel tradisional yang ada, sebesar 90%
nya pedagang dan pembeli serta terjadinya transak- ritel tradisional dikepung oleh jaringan hypermarket
si langsung. Seiring berjalannya waktu dan tuntutan kurang dari radius 2.500 m. Rata-rata (mean) kese-
konsumen pasar yang terus berubah, maka pasar luruhan jumlah hypermarket di DKI Jakarta yang
tidak hanya sekedar menjadi tempat bertemunya mengelilingi ritel tradisional dalam jarak kurang
pedagang dan konsumen. Pasar (dalam hal ini ritel dari radius 2.500 m adalah sebanyak 3 hypermarket
tradisional) sudah merupakan entitas bisnis yang untuk setiap ritel tradisional.
lengkap dan kompleks dengan kenyamanan dan Analisis ekonometrika yang dilakukan dalam pe-
kepuasan pelanggan yang menjadi tujuan utama. nelitian ini adalah menggunakan analisis regresi
Oleh karena itu, untuk mengakomodir meningkat- berganda dengan metode HAC Newey West untuk
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 201

Gambar 2: Distribusi Ritel Tradisional PD Pasar Jaya di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
Sumber: PD Pasar Jaya (2015c), diolah

Gambar 3: Distribusi Jumlah Pedagang Ritel Tradisional PD Pasar Jaya di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
Sumber: PD Pasar Jaya (2015d), diolah

Tabel 1: Distribusi Jumlah dan Rata-Rata Minimarket yang Terdekat dengan Ritel Tradisional dan Melanggar Ketentuan
Zonasi Ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 Periode Tahun 2015

Total Jumlah Minimarket yang Terdekat Rata-rata Jumlah Minimarket yang Terdekat
Wilayah dengan Ritel Tradisional dengan Ritel Tradisional
Jumlah Minimarket Terdekat % Proporsi Rata-rata Jumlah Minimarket Terdekat % Proporsi
Jakarta Pusat 309 28% 8 23%
Jakarta Barat 249 23% 9 26%
Jakarta Utara 186 17% 7 20%
Jakarta Selatan 141 13% 5 14%
Jakarta Timur 212 19% 6 17%
Total 1.097 100% 7 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208


202 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

Gambar 4: Distribusi Jumlah Ritel Tradisional PD Pasar Jaya di Provinsi DKI Jakarta yang Sudah Direvitalisasi Hingga
Tahun 2015
Sumber: PD Pasar Jaya (2015a), diolah

Tabel 2: Distribusi Jumlah dan Rata-Rata Supermarket yang Terdekat dengan Ritel Tradisional dan Melanggar
Ketentuan Zonasi Ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 Periode Tahun 2015

Total Jumlah Supermarket yang Terdekat Rata-rata Jumlah Supermarket yang Terdekat
Wilayah dengan Ritel Tradisional dengan Ritel Tradisional
Jumlah Supermarket Terdekat % Proporsi Rata-rata Jumlah Supermarket Terdekat % Proporsi
Jakarta Pusat 62 29% 2 29%
Jakarta Barat 38 18% 1 14%
Jakarta Utara 43 20% 2 29%
Jakarta Selatan 32 15% 1 14%
Jakarta Timur 38 18% 1 14%
Total 213 100% 1 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 3: Distribusi Jumlah dan Rata-Rata Hypermarket yang Terdekat dengan Ritel Tradisional dan Melanggar Ketentuan
Zonasi Ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 Periode Tahun 2015

Total Jumlah Hypermarket yang Terdekat Rata-rata Jumlah Hypermarket yang Terdekat
Wilayah dengan Ritel Tradisional dengan Ritel Tradisional
Jumlah Hypermarket Terdekat % Proporsi Rata-rata Jumlah Hypermarket Terdekat % Proporsi
Jakarta Pusat 143 28% 4 24%
Jakarta Barat 102 20% 4 24%
Jakarta Utara 60 12% 2 12%
Jakarta Selatan 112 22% 4 24%
Jakarta Timur 85 17% 3 18%
Total 502 100% 3 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208


Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 203

1. pengujian antara variabel jumlah minimarket


yang terdekat dan melanggar ketentuan zona-
si ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 dengan
kinerja sektor ritel tradisional;
2. pengujian antara variabel jumlah supermarket
yang terdekat dan melanggar ketentuan zona-
si ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 dengan
kinerja sektor ritel tradisional; dan
3. pengujian antara variabel jumlah hypermarket
yang terdekat dan melanggar ketentuan zona-
si ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002 dengan
kinerja sektor ritel tradisional.
Tabel 5 memperlihatkan hasil regresi sederhana
Gambar 5: Distribusi Jumlah Ritel Tradisional PD Pasar
pada ketiga model persamaan sederhana per varia-
Jaya di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Potensi Pasar
Tahun 2015 bel. Dari hasil regresi sederhana tersebut, membuk-
Sumber: PD Pasar Jaya (2015b), diolah tikan bahwa dari semua jenis ritel modern seperti
minimarket, supermarket, dan hypermarket, bah-
wa ritel supermarketlah yang paling berpengaruh
signifikan terhadap kinerja sektor ritel tradisional.
model agregat serta menggunakan analisis regre- Dari nilai koefisien variabel jumlah ritel super-
si sederhana untuk model persamaan sederhana market yang terdekat dengan ritel tradisional, dida-
biasa. Dari ketiga variabel bebas yang diuji, yang patkan hubungan yang tidak linier antara jumlah
memiliki hubungan signifikan terhadap variabel ritel supermarket yang terdekat dengan variabel
terikat (kinerja sektor ritel tradisional) adalah varia- kinerja ritel tradisional. Pada awal kondisi berdi-
bel jumlah ritel modern yang terdekat (ritelmodern) rinya, ritel supermarket berdampak positif pada
dan potensi pasar (potensipasar) (lihat Tabel 4). peningkatan kinerja tradisional, yaitu dengan ba-
nyaknya ritel supermarket yang berdiri di dekat
Tabel 4: Hasil Pengolahan Data Regresi Berganda lokasi ritel tradisional akan menstimulus pening-
dengan Metode Heteroscedasticity and Autocorrelation katan jumlah pedagang di ritel tradisional. Dalam
Consistent (HAC) Standard Errors & Covariance Newey
hal ini, ritel tradisional dan supermarket masih ber-
West
saing secara sehat, karena jika melihat karakteristik
keduanya yang bersifat saling melengkapi (kom-
Variabel Koefisien Probabilitas
C 6,617823 0,9493 plementer). Namun pada rentang jumlah tertentu,
ritelmodern 43,26547 0,0346** apabila jumlah ritel supermarket melebihi batas
ritelmodern2 -1,384270 0,0823*** maksimum, maka hubungannya menjadi negatif,
revitalisasipasar 11,91253 0,8517
dan/atau sebaliknya.
potensipasar 727,2295 0,0030*
R-squared 0,366214 Adapun untuk menghitung batasan jumlah mak-
Adjusted R-squared 0,349085 simum ritel modern yang dapat berdiri di sekitar
F-statistic 21,37934 wilayah ritel tradisional, sehingga dapat menyela-
Prob (F-statistic) 0,000000
raskan persaingan usaha di antara ritel modern de-
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: * signifikan pada taraf 10% ngan ritel tradisional, maka peneliti menggunakan
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5% fungsi diferensiasi. Berdasarkan hasil penghitung-
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1% an diferensiasi pada persamaan sederhana, jumlah
maksimum ritel supermarket yang dapat berdiri
Untuk mengetahui jenis ritel modern manakah di sekitar ritel tradisional adalah hanya sebanyak 1
yang paling berpengaruh dengan kinerja sektor ritel outlet supermarket saja. Apabila melebihi dari ba-
tradisional dan berapakah jumlah batas jenis ritel tas maksimum tersebut, bahkan bertambah 2 outlet
modern tersebut agar tetap dapat menyeimbang- supermarket pun, akan menyebabkan hubungan
kan persaingan usaha di antara ritel modern dengan yang negatif pada kinerja sektor ritel tradisional. Di-
ritel tradisional, maka dilakukan regresi sederhana anggap bahwa, adanya 2 outlet supermarket sudah
terhadap masing-masing variabel bebas ritel mo- mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehing-
dern terhadap kinerja sektor ritel tradisional, yaitu: ga ritel tradisional secara perlahan mulai diting-
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
204 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

Tabel 5: Hasil Pengolahan Data Regresi Sederhana dengan Metode HAC

Model Persamaan Sederhana Model Persamaan Sederhana Model Persamaan Sederhana


Minimarket (2a) Supermarket (2b) Hypermarket (2c)
Variabel Koefisien Prob. Variabel Koefisien Prob. Variabel Koefisien Prob.
C 244,8611 0,0013 C 358,1576 0,0000 C 228,4953 0,0001
ritelminimarket 36,47462 0,1095 ritelsupermarket 276,8137 0,0171** ritelhypermarket 50,03432 0,2292
ritelminimarket2 -1,702677 0,1405 ritelsupermarket2 -114,7379 0,0079*** ritelhypermarket2 -1,566895 0,6609
R-squared 0,012565 R-squared 0,054511 R-squared 0,046381
P Value 0,387382 P Value 0,014936 P Value 0,028388
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%

galkan oleh konsumennya (masyarakat). dari penurunan jumlah pedagang ritel tradisional
yang berjualan. Pada awalnya, asumsi peneliti juga
memikirkan hal yang sama, bahwa terdapat hu-
Pengaruh Jumlah Ritel Modern yang Ja- bungan linier antara variabel ritel modern (super-
raknya Terdekat dengan Ritel Tradisio- market) dengan kinerja ritel tradisional, sehingga
nal peneliti menambahkan variabel ritelmodern2 untuk
model agregat dan ritelsupermarket2 untuk model
Variabel pengaruh jumlah ritel modern yang jarak-
persamaan sederhana, guna mengetahui linier atau
nya terdekat dengan ritel tradisional memberikan
tidak linier hubungan di antara variabel tersebut.
dampak yang signifikan terhadap kinerja sektor
ritel tradisional. Adapun dari ketiga jenis ritel mo- Dari hasil penambahan variabel tersebut mem-
dern yang ada, jenis ritel modern supermarketlah buktikan bahwa hubungan antara jumlah ritel mo-
yang paling signifikan memberikan pengaruhnya dern, khususnya ritel supermarket, hubungannya
terhadap kinerja sektor ritel tradisional (dengan tidak linier (non-linier). Pada awalnya, ritel super-
proksi pendekatan jumlah pedagang). Hal ini di- market dan tradisional masih bersaing secara sehat
dukung dengan penelitian sebelumnya yang dila- dan bersifat saling melengkapi karena karakteristik
kukan oleh SMERU Research Institute tahun 2007 bisnis dan barang yang dijual hampir sama, se-
dengan hasil penelitiannya secara statistik bahwa, hingga secara tidak langsung dapat menstimulus
dampak supermarket (yang diwakilkan variabel peningkatan jumlah pedagang di ritel tradisional.
jarak dengan ritel supermarket terdekat) pada jum- Namun, apabila melebihi batas maksimum jumlah
lah pedagang di ritel tradisional secara statistik supermarket (jumlah maksimum = 1 outlet), maka
signifikan. Selain itu, hasil dalam penelitian ini juga kinerja ritel tradisional akan menurun. Jika jumlah
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh supermarket banyak berdiri di sekitar wilayah ritel
Marhaendrajaja (2010), yang dari hasil penelitian- tradisional dan jaraknya sangat berdekatan, maka
nya didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh akan timbul aglomerasi ritel di antara kedua jenis
terhadap kinerja dari ritel tradisional sebagai akibat ritel tersebut.
keberadaan ritel modern adalah salah satunya jarak, Menurut Hotelling, dua perusahaan yang men-
yaitu jarak terdekat antara ritel modern dengan ritel jual barang yang homogen akan beraglomerasi di
tradisional yang ada. pusat pasar. Chamberlin (1933) dalam Eppli dan
Walaupun variabel jumlah ritel modern yang ja- Benjamin (1994) menyebutkan bahwa tiga perusa-
raknya terdekat dengan ritel tradisional memberi- haan yang menjual barang homogen dan beraglo-
kan dampak yang signifikan terhadap kinerja sektor merasi di pusat pasar akan saling tumpang-tindih
ritel tradisional, namun jika dilihat dari tanda koe- dalam menangkap pelanggan, sehingga tidak akan
fisien variabel berdasarkan hasil regresi berganda tercapai ekuilibrium. Hal tersebut juga berpoten-
dengan metode HAC Newey West, memiliki hubung- si memunculkan persaingan yang ketat di antara
an yang tidak linier dan bertanda positif. Hal ini kedua jenis ritel tersebut. Kondisi yang demikian
berbeda dengan dua penelitian sebelumnya yang tidak sejalan dengan tujuan Pasal 3 poin (b) Undang-
menyatakan bahwa dengan adanya ritel modern Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larang-
(khususnya ritel supermarket), justru akan menu- an Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
runkan kinerja sektor ritel tradisional yang dilihat Sehat yang menyatakan bahwa tujuan pembentuk-
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 205

an undang-undang ini untuk mewujudkan iklim ini memiliki banyak celah untuk dilanggar. Sank-
usaha yang kondusif melalui pengaturan persaing- si yang kurang tegas dan beberapa aturan yang
an usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya tidak secara jelas menjadi celah untuk dilanggar.
kepastian kesempatan berusaha bagi pelaku usaha Dalam Perda DKI No. 2 Tahun 2002 tidak secara
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha tegas memberikan larangan ataupun ketentuan ter-
kecil. Bahkan dalam Pasal 3 poin (b) tersebut dinya- hadap proses berdirinya sebuah ritel. Banyak ritel
takan bahwa tujuan pembentukan UU ini adalah modern di DKI Jakarta umumnya beroperasi tanpa
untuk mencegah praktek monopoli. Oleh karena mempertimbangkan rencana tata ruang yang ada,
itu, ketentuan jarak zonasi ritel inilah yang menjadi jarak terdekat dengan ritel tradisional, serta perlu
barrier atau hambatan di dalam persaingan guna dilakukan kajian kelayakan seperti dampak terha-
melindungi sektor ritel tradisional. Apabila tidak dap ekonomi masyarakat sekitar yang berprofesi
diatur secara jelas, maka kekuatan ritel modern sebagai pedagang ritel tradisional.
tidak dapat diimbangi oleh ritel tradisional dengan Berbicara tentang pelaksanaan hukum atau pene-
kondisi saat ini, dan ritel tradisional akan kalah gakan hukum dalam rangka mengimplementasik-
bersaing. an suatu kebijakan publik (dalam hal ini kebijakan
Di sisi lain, fenomena menjamurnya ritel mo- zonasi ritel Perda DKI No. 2 Tahun 2002) adalah
dern yang jaraknya sangat dekat dan pada rentang suatu proses untuk mewujudkan keinginan hukum
tertentu akan berpotensi menurunkan kinerja ritel menjadi kenyataan. Kebijakan dibuat sebenarnya
tradisional, juga berkaitan erat dengan Central Place adalah untuk dilaksanakan. Faktor-faktor yang da-
Theory dari Walter Christaller (1933) dalam Eppli pat memengaruhi berfungsinya suatu kebijakan
dan Benjamin (1994). Prinsip yang dikemukakan dalam masyarakat dapat bersumber dari berbagai
oleh Christaller adalah mengenai range (jarak) dan hal (Kupita dan Bintoro, 2012) di antaranya ada-
threshold (ambang batas). Dari komponen range dan lah (a) faktor hukum/peraturan; (b) faktor penegak
threshold, lahir prinsip optimalisasi pasar (market hukum; (c) faktor sarana dan fasilitas; (d) faktor ma-
optimizing principle), bahwa dengan adanya optima- syarakat/pemegang peran; dan (e) faktor budaya.
lisasi pasar dalam suatu wilayah akan terbentuk Oleh karena itu, dalam hal ini peran Pemerintah
wilayah tempat pusat (central place). Pusat terse- sangat berkontribusi di dalam implementasi Perda
but menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi DKI No. 2 Tahun 2002, terutama terkait pemberian
penduduk sekitarnya. Apabila sebuah pusat dalam izin pendirian ritel modern.
range dan threshold yang membentuk lingkaran ber-
temu dengan pusat yang lain yang juga memiliki Pengaruh Revitalisasi Pasar
range dan threshold tertentu, maka akan terjadi dae-
rah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat Revitalisasi pasar adalah suatu proses yang harus
tinggal di daerah yang bertampalan akan memiliki dilaksanakan oleh ritel tradisional dalam persaing-
kesempatan yang relatif sama untuk pergi ke dua an era globalisasi. Banyaknya ritel modern dengan
pusat pasar itu. Pasar dalam hal ini adalah ritel. fasilitas yang memadai akan mengurangi peran
Namun pada kenyataannya, umumnya konsumen ritel tradisional. Permasalahan umum yang diha-
hanya akan memilih salah satu di antara dari dua dapi ritel tradisional antara lain terkait faktor fisik,
pasar/ritel tersebut. Konsumen diasumsikan berada rendahnya kesadaran pedagang untuk mengem-
pada tingkat pendapatan yang sama akan tersebar bangkan usahanya, dan permasalahan lainnya yang
merata di seluruh wilayah, sehingga jarak adalah mendorong Pemerintah melakukan berbagai upaya
satu-satunya hambatan bagi konsumen dalam me- untuk melindungi sektor ritel tradisional, yaitu di
lakukan perjalanan. Dengan demikian, faktor jarak antaranya dengan program revitalisasi. Oleh karena
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam itu, revitalisasi merupakan suatu upaya yang dila-
pendirian ritel modern guna melindung ritel tra- kukan untuk memvitalkan kembali suatu kawasan
disional yang ada sejak lama. Oleh karena itu, su- yang dulunya pernah hidup namun mengalami
dah seharusnya jumlah ritel modern yang jaraknya degradasi oleh perkembangan zaman.
berdekatan dengan ritel tradisional dibatasi dan Variabel pengaruh revitalisasi pasar dalam pe-
dibendung karena akan berpotensi menurunkan nelitian ini menunjukkan hasil yang tidak signi-
kinerja sektor ritel tradisional. fikan secara statistik terhadap kinerja sektor ritel
Adanya pelanggaran terhadap ketentuan jarak tradisional. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pendirian ritel mengindikasikan bahwa kebijakan dengan adanya revitalisasi pasar, tidak serta merta
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
206 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

mampu menaikkan jumlah pedagang di ritel tra- ritel tradisional. Berubahnya preferensi dan peri-
disional. Hal ini bertolak belakang dari penelitian laku berbelanja konsumen ke ritel modern pada
sebelumnya yang dilakukan oleh Adiyadnya (2015), umumnya lebih dikarenakan pada faktor kondisi
bahwa dengan adanya program revitalisasi tradi- fisik ritel dan kelengkapan produk. Hal tersebut
sional akan meningkatkan jumlah pedagang dan dapat terjadi karena terdapat perubahan pola kon-
efektif meningkatkan daya saing ritel tradisional. sumsi yang erat kaitannya dengan peningkatan
Hal ini mungkin dapat disebabkan karena pende- pendapatan rata-rata masyarakat (Komisi Penga-
katan dalam menggunakan indikator kinerja antara was Persaingan Usaha/KPPU, 2007).
penelitian ini dengan penelitian Adiyadnya berbe-
da. Dalam penelitian ini, indikator kinerja yang
digunakan hanya menggunakan pendekatan dari Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat,
jumlah pedagang ritel tradisional saja, sedangkan maka kurva budget line akan shifting. Untuk men-
penelitian Adiyadnya menggunakan omzet penjual- dapatkan kepuasan maksimum, pergeseran kurva
an sebagai indikator kinerja, sehingga dampak anta- budget line harus menyinggung dengan indifferen-
ra revitalisasi pasar dengan jumlah pedagang tidak ce curve, sehingga didapatkan utilitas maksimum
berdampak signifikan. Namun demikian, program yang diinginkan oleh konsumen atau masyarakat.
revitalisasi perlu dilaksanakan agar ritel tradisional Meningkatnya pendapatan akan memengaruhi da-
memiliki daya saing, baik dari sisi revitalisasi fisik ya beli masyarakat dan tentunya ekspektasi untuk
maupun non-fisik. mendapatkan utilitas maksimum dalam berbelan-
ja juga akan semakin meningkat. Secara perlahan,
Pengaruh Potensi Pasar preferensi konsumen akan bergeser dan lambat la-
un ritel tradisional berpotensi banyak kehilangan
Potensi pasar merupakan salah satu poin penting pelanggan.
yang harus diperhatikan oleh para pedagang ritel
tradisional di tahap awal dalam mempertimbangk-
an lokasi di mana para pedagang akan memulai Hasil penelitian yang dilakukan Sunanto (2012)
kegiatan bisnis ritelnya. Para pedagang akan cen- pada beberapa faktor yang memengaruhi berubah-
derung memilih lokasi ritel yang memilliki potensi nya preferensi konsumen dalam berbelanja di ritel
pasar yang tinggi dengan harapan akan menda- adalah terkait dengan product availability, product
patkan keuntungan atas bisnis ritel yang dijalankan. quality, dan product prices. KPPU (2004) juga mela-
Dalam penelitian ini, secara statistik didapatkan kukan survei terhadap masyarakat untuk mengeta-
hasil bahwa, antara variabel potensi pasar ritel tradi- hui tingkat preferensi konsumen, yakni sebesar 69%
sional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat atau konsumen yang disurvei memilih
kinerja sektor ritel tradisional yang diwakili proksi ritel modern dibandingkan dengan ritel tradisio-
pendekatan jumlah pedagang. Berdasarkan hasil uji nal. Alasannya adalah harga yang murah (24%),
koefisien variabel juga didapatkan hubungan yang produk yang dijual lengkap (23%), dan suasana
positif antara potensi pasar dengan kinerja ritel yang nyaman (16%) ditawarkan oleh ritel modern.
tradisional. Artinya, semakin tinggi potensi pasar Sedangkan alasan utama tidak memilih berbelanja
yang ada di ritel tradisional, maka jumlah pedagang di ritel tradisional lebih dikarenakan kondisi ritel
(kinerja) ritel tradisional juga akan meningkat sebe- tradisional yang tidak nyaman (33%), tidak bersih
sar koefisiennya. Hal ini sesuai dengan teori yang (33%), dan kualitas barangnya yang rendah (17%).
dikemukakan oleh Boone dan Kurtz (2003), bahwa Di sisi lain, Marhendrajaja (2010) mengemukakan
dalam menjalankan sebuah bisnis, langkah yang bahwa sebesar 7,2% yang menyatakan bahwa jam
paling penting dilakukan adalah analisis potensi operasional berpengaruh terhadap keputusan me-
pasar. milih ritel modern. Karena pada umumnya untuk
jenis ritel modern, jam buka pelayanan operasio-
Analisis Consumer Behavioral nalnya lebih panjang dibandingkan dengan ritel
tradisional, bahkan ada banyak gerai ritel modern
Tidak hanya terkait dengan aspek jarak yang ber- yang buka hingga 24 jam. Sedangkan jam pelayanan
pengaruh terhadap kinerja ritel tradisional, namun operasional di ritel tradisional pada umumnya di-
preferensi dan perilaku dari berbelanja konsumen lakukan dari pagi hingga sore hari (rata-rata hanya
juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja di bawah jam 18.00).
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
Hikmawati, D. & Nuryakin, C. 207

Kesimpulan disesuaikan dengan wilayah jangkauan pelayanan


ritel (range), tingkat perkembangan populasi pendu-
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang duk di suatu wilayah, demand masyarakat terhadap
dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa keberadaan ritel, serta disesuaikan dengan rencana
pertama, gambaran implementasi kebijakan zona- tata ruang dan wilayah (RTRW) yang berlaku. Tidak
si ritel, terkait pengaturan jarak pendirian lokasi hanya mengenai ketentuan jarak yang perlu diatur,
ritel modern dengan ritel tradisional dalam Perda tetapi perlu diimbangi dengan kebijakan lain.
DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2002, terdapat banyak Kedua, komitmen Pemerintah dalam membatasi
pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usa- serbuan jaringan ritel modern. Pemda sendiri ha-
ha ritel modern. Kedua, dampak keberadaan ritel rus tegas dalam membatasi serbuan jaringan ritel
modern yang terdekat dengan ritel tradisional dan modern yang salah satunya dengan memperketat
melanggar ketentuan zonasi ritel Perda DKI No. 2 masalah perizinan pendirian ritel modern. Pemda
Tahun 2002 berpengaruh signifikan terhadap kiner- harus berkomitmen dalam memperketat perizin-
ja ritel tradisional yang diwakili proksi pendekat- an pendirian ritel modern, salah satunya dengan
an jumlah pedagang. Di sisi lain, variabel potensi mengacu RTRW yang berlaku. Ketiga, optimalisasi
pasar ritel tradisional juga berpengaruh signifik- program revitalisasi fisik dan non-fisik pasar ritel
an terhadap peningkatan kinerja ritel tradisional tradisional. Sebaiknya, dalam melakukan program
yang diwakili proksi pendekatan jumlah pedagang. revitalisasi pasar ritel tradisional, Pemda dan PD
Untuk identifikasi jenis ritel modern yang paling Pasar Jaya tidak hanya fokus terhadap revitalisasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja sektor ritel dari sisi fisik saja, seperti renovasi bangunan dan pe-
tradisional adalah supermarket. nambahan fasilitas pasar, namun juga perlu adanya
Ketiga, terdapat hubungan tidak linier (non-linier) revitalisasi non-fisik, yaitu peningkatan manajemen
antara variabel jumlah ritel modern yang terdekat pengelolaan ritel tradisional dari pengelola pasar
dengan ritel tradisional dengan kinerja ritel tradisio- itu sendiri, baik pengelolaan pedagang maupun
nal (melalui proksi pendekatan jumlah pedagang). pasar/ritel tersebut. Selain itu, peningkatan kemam-
Pada mulanya, ritel modern berdampak positif pa- puan dan kapasitas pedagang ritel tradisional itu
da peningkatan kinerja ritel tradisional, yaitu ritel sendiri sangat berperan penting guna mendukung
modern yang berdiri di dekat lokasi ritel tradisional dan mengoptimalisasi program revitalisasi pasar
akan menstimulus peningkatan jumlah pedagang tradisional. Adanya optimalisasi program revita-
di ritel tradisional dan persaingan di antara kedua- lisasi pasar, baik secara fisik maupun non-fisik,
nya masih bersifat normal karena karakteristiknya diharapkan dapat meningkatkan potensi pasar dari
yang mirip dan sifatnya saling komplemen (me- masing-masing ritel tradisional yang ada.
lengkapi). Namun pada rentang jumlah tertentu, Keterbatasan dalam penelitian ini dapat menjadi
apabila jumlah ritel modern (dalam hal ini, khusus rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, yang
untuk jenis ritel supermarket) melebihi batas maksi- meliputi pertama, dalam penelitian ini, jumlah peda-
mum (ambang batas = 1 outlet ritel modern), maka gang menjadi dasar untuk menggambarkan varia-
hubungannya menjadi negatif, sehingga terdapat bel kinerja sektor ritel tradisional. Sebaiknya, tidak
penurunan jumlah pedagang dan/atau sebaliknya. hanya menggunakan data jumlah pedagang ritel
Dianggap bahwa outlet supermarket sudah mampu tradisional untuk indikator yang akan digunakan
memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga ritel dalam menggambarkan variabel kinerja sektor ritel
tradisional secara perlahan mulai ditinggalkan oleh tradisional, tetapi juga perlu menggunakan variabel
konsumennya (masyarakat). seperti rata-rata jumlah omzet pedagang per hari,
rata-rata keuntungan yang didapatkan pedagang
Rekomendasi per hari, dan lainnya, agar dapat menggambark-
an variabel kinerja secara lebih representatif dan
Adapun rekomendasi yang dapat dilakukan guna komprehensi.
mengatasi permasalahan adalah pertama, mengkaji Kedua, dikarenakan tidak adanya data historis se-
ulang (review) Perda DKI No. 2 Tahun 2002. Peme- belumnya yang menggambarkan kinerja ritel tradi-
rintah Daerah (Pemda) perlu mengkaji ulang meng- sional, maka penelitian ini dilakukan dalam waktu
enai kebijakan pengaturan ritel yang mengacu pada 1 tahun, yaitu tahun 2015. Maka, untuk penelitian
kebijakan nasional yang dibuat oleh pemerintah selanjutnya perlu menggunakan rentang periode
pusat. Terutama dalam hal penetapan jarak yang lebih dari satu tahun agar dapat melakukan per-
JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208
208 Keberadaan Ritel Modern dan Dampaknya ...

bandingan dan melihat tren, sehingga analisa yang of Economics, Business and Management, 3(2), 297–301. doi:
akan didapat lebih komprehensif. Selain itu, karena 10.7763/JOEBM.2015.V3.198.
[8] KPPU. (2004). Kajian Persaingan dalam Industri Ritel. La-
periode yang digunakan dalam penelitian ini ha- poran. Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
nya satu tahun, maka data ini bersifat cross-sectional [9] KPPU. (2007). Saran Pertimbangan terhadap Rancangan Pera-
yang sangat rentan terhadap pelanggaran terhadap turan Presiden tentang Penataan dan Pembinaan Usaha Pasar
uji asumsi klasik. Oleh karena itu, dalam penelitian Modern dan Usaha Toko Modern. www.kpu.go.id. Tanggal
akses 12 Februari 2015.
ini peneliti menggunakan metode Heteroscedasti- [10] Kupita, W., & Bintoro, R. W. (2012). Implementasi Kebi-
city and Autocorrelation Consistent (HAC) Standard jakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi
Errors & Covariance untuk mendapatkan validitas di Kabupaten Purbalingga). Jurnal Dinamika Hukum, 12(1),
eksternal serta menghilangkan heteroskedastisitas 45–59. doi: http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2012.12.1.201.
[11] Marhaendradjaja, B. (2010). Dampak Keberadaan Ritel
dan autokorelasi yang terdapat di dalam model Modern (Minimarket) terhadap Ritel Tradisional (Toko
persamaan ekonometrika, sehingga model persa- Kelontong dan Warung) di DKI Jakarta. Tesis. Program Ma-
maannya dapat bersifat robust. gister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ketiga, dalam penelitian ini, untuk mapping jarak [12] PD Pasar Jaya. (2015a). Data Pasar Tradisional yang Sudah
ritel modern dengan ritel tradisional menggunakan Dilakukan Revitalisasi di DKI Jakarta Sepuluh Tahun Ter-
aplikasi Googlemaps dengan skala tertentu. Maka akhir. Laporan Internal. Jakarta: Perusahaan Daerah (PD)
untuk penelitian selanjutnya, dibutuhkan data ja- Pasar Jaya.
[13] PD Pasar Jaya. (2015b). Data Potensi Pasar di Pasar Tradi-
rak yang spesifik untuk dilakukan analisis secara sional PD Pasar Jaya. Laporan Internal. Jakarta: Perusahaan
mendalam, sehingga dapat diketahui signifikansi Daerah (PD) Pasar Jaya.
pengaruh sejauh mana variabel jarak yang sesung- [14] PD Pasar Jaya. (2015c). Jumlah dan Lokasi Pasar Tradisional
PD Pasar Jaya di DKI Jakarta. Laporan Internal. Jakarta:
guhnya terhadap kinerja ritel tradisional. Keempat,
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya.
dibutuhkan survei lapangan secara langsung terha- [15] PD Pasar Jaya. (2015d). Laporan Aktivitas Produksi Tempat
dap masyarakat guna mengetahui apakah dalam Usaha Periode 2013–2015. Laporan Internal. Jakarta: Perusa-
memilih tempat tinggal masyarakat juga memper- haan Daerah (PD) Pasar Jaya.
[16] Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2002). Peraturan Daerah
timbangkan keberadaan fasilitas ritel modern dan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2002
tradisional. Hal ini dilakukan guna mengkaji lebih tentang Perpasaran Swasta di Propinsi Daerah Khusus Ibu-
dalam terkait dengan penjelasan hubungan yang kota Jakarta. Jakarta: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
non-linier antara jumlah keberadaan ritel modern Ibukota Jakarta.
[17] Purnomo, S. D., Serfiyani, C. Y., & Hariyani, I. (2013). Sukses
yang jaraknya terdekat dengan ritel tradisional de- Bisnis Ritel Modern. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
ngan kinerja ritel tradisional itu sendiri (khususnya [18] Suryadarma, D., Poesoro, A., Budiyati, S., Akhmadi, & Ro-
penjelasan hubungan awal yang positif di kedua sfadhila, M. (2007). Impact of supermarkets on traditional
variabel tersebut). markets and retailers in Indonesia’s urban centers. SMERU
Research Report August 2007. The SMERU Research Institu-
te. Diakses dari http://www.smeru.or.id/sites/default/files/
publication/supermarket eng.pdf. Tanggal akses 13 April
2015.
Daftar Pustaka [19] Sunanto, S. (2012). Modern Retail Impact on Store Preferen-
ce and Traditional Retailers in West Java. Asian Journal of
[1] Adiyadnya. (2015). Analisis Tingkat Efektivitas dan Da- Business Research, 2(2).
ya Saing Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar [20] Tempo.co. (2009, 18 November). 30 Gerai Ri-
Agung Peninjoan Desa Peguyangan Kangin. Tesis. Program tel di Jakarta Langgar Aturan Jarak Pasar.
Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Udayana. Tempo.co. Diakses dari http://www.tempo.co/
[2] Basri, M. C., dkk. (2012). Rumah Ekonomi Rumah Budaya. read/news.https://bisnis.tempo.co/read/208934/
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 30-gerai-ritel-di-jakarta-langgar-aturan-jarak-pasar.
[3] Biro Perekonomian DKI Jakarta. (2015). Rekapitulasi Perpa- Tanggal akses akses 13 Februari 2015.
saran Swasta di DKI Jakarta Tahun 2014. Laporan Internal. [21] Utami, C. W. (2010). Manajemen Ritel: Strategi dan Imple-
[4] Boone, L. E., & Kurtz, D. L. (2003). Comtemporary Business. mentasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Jakarta:
South Western: Thomson. Penerbit Empat Salemba.
[5] Effandi, F. (2010). Pola Sebaran Minimarket dengan Kiner-
ja Usaha Toko Pengecer Tradisional di Kota Kecil (Studi
Kasus: Kota Soreang, Tanjungsari, dan Lembang). Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 21(3), 183–196.
[6] Eppli, M., & Benjamin, J. (1994). The evolution of shopping
center research: a review and analysis. Journal of Real Estate
Research, 9(1), 5–32.
[7] Fongkam, P. (2015). Factors Affecting Traditional Retail
Stores Competitiveness in Chiang Mai, Thailand. Journal

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 195–208

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai