Tugas Abortus Fix
Tugas Abortus Fix
Disusun Oleh :
Rosiah (081901000
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus” ini disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Maternitas studi ilmu
keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
RINGKASAN JURNAL
A. Judul
B. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni
antara 12-21 tahun. Masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan
yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yaitu pada umur 11 sampai 12
tahun pada wanita dan lebih tua sedikit pada laki-laki (Gunarsa S. & Gunarsa Y., 2008).
luar. Anak mungkin akan hidup di dunia luar jika beratnya telah mencapai 1000 gram
atau umur kehamilan 28 minggu. Yang diterima sebagai abortus umumnya adalah usia
kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Purwoastuti dan Walyani. 2015)
Berdasarkan data, ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman di dunia, dimana 19
dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman (9,5%) terjadi di negara berkembang (WHO,
2011). Angka aborsi di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 2,4 juta per tahun.
Bahkan menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Republik Indonesia, terjadi peningkatan sekitar 15% setiap tahunnya, dan
dari jumlah tersebut 800.000 diantaranya dilakukan oleh remaja putri yang masih
berstatus pelajar. BKKBN mencatat, remaja yang melaporkan hamil di luar nikah atau
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) hanya sebanyak 55 orang, pada 2009. Setahun
kemudian melonjak 254 orang, dan pada tahun 2011 naik lagi menjadi 454 orang. Pada
tahun 2012 angka kasus yang memprihatinkan ini mencapai 521 orang atau naik
1
2
14,75%. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Pengaruh
C. Tujuan Penelitian
remaja
D. Metode Penelitian
E. Hasil Penelitian
penyuluhan kurang baik, tingkat pengetahuan remaja di SMA Spektrum kota Manado
sesudah dilakukan penyuluhan biak, dan dapat pengaruh signifikan pada penyuluhan
Manado
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja”
adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11%
dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah
rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat
melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu
termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia
saat ini pada tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian
penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca,
2011).
3
4
masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan
juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun.
Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 444
kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E,
2011).
tingkat 1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus
2478 orang dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu
yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang
dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan
B. Rumusan Masalah
4. Apa Penyebababortus?
C. Tujuan Penulisan
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
ANALISIS PUSTAKA
A. Definisi
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim
yaitu kurang dari 20 minggu usia kehamilan dengan berat janin kurang dari 500 gram
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau kehamilan kurang dari 28
minggu (Chandranita,2010)
dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Anak yang baru lahir mungkin hidup di dunia luar
apabila beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Ada juga
yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika
anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature
(Prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kami menyimpulkan bahwa abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan 100-999
6
7
B. Macam-macam Abortus
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi
spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau
janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa
jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi
definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
a. Abortus medisinalis
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
C. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tapi terdapat
1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden
abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Risiko ibu
c. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek
10
3. Pengaruh Luar
4. Kelainan Plasenta
dapat berfungsi
menimbulkan keguguran
5. Penyakit Ibu
dan penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan
abnormal seperti bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia
postpartum (Manuamba,2010)
6. Riwayat Abortus
abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data
menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus akan berisiko mengalami abortus 15%
(Soepanda, 2010)
11
7. Faktor Anatomi
endometrium.
8. Faktor Infeksi
abortus
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai beriku (Soepardan, 2010)
1. Amenore
3. Perdarahan, dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, peradahan biasanya berupa
darah beku.
4. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
5. Sakit perut dan mulas- mulas dan sudah keluar jaringan atau bagian janian
8. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dan hal ini dapat
E. Komplikasi
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
13
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basialis, dikuti nekrotis
jaringan yang menyebbkan hasil kosepsi terlepas dan dianggap benda asing oleh uterus.
Apabila terjadi pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga konsesi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-
14 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat
Jika janin yang telah meninggal tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka ia
akan diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi prose modifikasi janin mongering. Kemungkinan lain yang
terjadi adalah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
G. Pathway
Risiko Infeksi
Penurunan syaraf
Vegetatif
Hipetermi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
f. Rasa mulas atau kram perut, didaerah simfisis, sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uteru
b. Pengawasan pernafasan
sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih dari 100 kali/ menit
16
f. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <16
Berikan infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml caitan (Nacl 0,9 % atau
J. Proses Keperawatan
Proses keperawtan pada pasien dengan post kuret abortus inkomplit sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pada anamnesis yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyali sekarang,
a. Keluahan Utama
Keluahan yang paling sering muncul adalah rasa nyeri. Keluahn nyeri
(ardiansyah, 2012).
ada anggota keluarga ada yang mengelami hal yang sama dengan klien.
Penyekit yang pernah dialami keluarag. Bila ada keluarga yang meninggal,
d. Pemeriksaan fisik
Sistem reproduksi
Sisitem kardiovaskuler
Sistem eliminasi
Sistem gastrointestinal
masalah pencernaan yang muncul pada pasien seperti mual dan muntah.
Sistem neurologis
Sistem imunologis
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara memeriksa suhu tubuh dan
Sistem integument
Sisitem musculoskeletal
K. Diagnosa Keperawatan
Analgesic administration
1. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama kali
2. Cek riwayat alergi
3. Kolaborasikan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
4. Berikan analgesic tepat
waktu
5. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda, dan
gejala
20
Kasus:
mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan
sepeda motor. Klien jatuh ke aspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda
motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalam keadaan sadarkan diri dengan
posisi terlentang, terlihat darah segardari daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga
nadi 110 x/menit, suhu 37,4 C, RR 23 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin
(Gcs 13), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis, perdarahan pervaginam (+), hasil
A. PENGKAJIAN
1. Primary survey
b. Bretiang :
c. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga, hidung, mulut,
21
22
2. Pengkajian sekunder
A. Biodata
1. Nama : Ny “N”
2. Umur : 25 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
1. Nama : Tn. W
2. Umur : 29 Tahun
3. Pekerjaan : PNS
4. Pendidikan : S1 PGSD
1. Alasan datang/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak
berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan
2. Keluhan utama
23
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang,
terlihat darah segar ke arah kaki, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20
minggu
3. Riwayat Menstruasi
4. Riwayat perkawinan
6. Riwayat Konsepsi
b . Kunjungan ANC
1) Trimester I
Frekuensi : 2x
2). Trimester II
Frekuensi : -
Keluhan : -
Komplikasi : -
Terapi : -
3) Trimester III
Frekuensi : -
Keluhan : -
Komplikasi : -
Terapi : -
c. Imunisasi TT : 1 kali
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis),
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang menderita penyakit
Jantung, Ginjal )
25
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat keturunan
kembar.
4. Riwayat operasi
a. Nutrisi
Makan
Minum
b. Eliminasi
BAB
BAK
c. Istirahat
Tidur siang
Tidur malam
d. Personal Hygien
e. Pola seksualitas
olah raga.
8. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
20
saja.
3. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
BB : 52kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
d. Hidung :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, ada gerak cuping hidung
saat bernafas
e. Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan
g. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
j. Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada
bekas operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae
gravidarum.
Palpasi
Auskultasi
DJJ : - x/mnt
tidak ada odema, tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.
tidak ada odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna merah
muda.
m. Genetalia luar : Terjadi pengeluaran darah segar dan gumpalan darah, tidak ada
odema, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
(Bila perlu)
3. Pemeriksaan penunjang
4. Data Penunjang
Hasil Lab:
Hematokrit : 28,3 %
Clorida : 97mmol/L
31
B. ANALISA DATA
DO:
Ku: Sedang Risiko Perdarahan
Kes :
composmentis
TD : 90/70
mmHG
N: 110x/menit
R: 23x/menit
S: 37,4 C
Konjungtiva
anemis
Pasien tampak
pucat
Pemeriksaan
Penunjang:
HB: 9,8 g/dL
Hematokrit :
28,3 %
Leukosit :
15.000 /uL
Trombosit :
240.000 /uL
32
Pasien
mengatakan nyeri Benturan
pada perut bagian
bawah dan
menjalar pada perdarahan
pinggang. Nyeri
terasa ditusuk
tusuk dan mulas nyeri abdomen
mulas.
Pasien tampak
kesakitan
Skala nyeri 6 (0-
10)
N: 110x/ menit
TD: 90/70
R: 23x/ menit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perdarahan
2. Nyeri akut
33
D. RENCANA KEPERAWATAN
memberitahukan
apabila ada tanda
tanda perdarahan
10. Mengatur ketersedian
darah untuk transfuse,
jika diperlukan
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Pain management
keperawatan selama …..x 24 jam
diharapkan masalah nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian
teratasi dengan kriteria hasil : nyeri secara
komprehensif
NOC: Pain level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
Indikator awal akhir frekuensi, kualitas,
1. Melaporkan 1 5 dan faktor presipitasi
adanya nyeri 2. Observasi reaksi non
2. Frekuensi nyeri 1 5 verbal dan
3. Ekspresi wajah 1 5 ketidaknyamanan
4. Tanda – tanda 1 5 3. Gunakan teknik
vital komunikasiterapeutik
untuk mengetahui
keterangan : pengalaman nyeri
1: Sangat berat pasien
2: Berat 4. Control lingkungan
3: Sedang yang dapat
4. Ringan mempengaruhi sperti
5. Tidak ada suhu, pencahayaan,
dan kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Ajarkan teknik non
farmakologi
7. Tingkatkan istirahat
8. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
sesuai indikasi
Analgesic administration
1. Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
35
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
O:
KU : Sedang Kes: Cm
Konjungtiva : Anemis
CRT <3
TD: 110/80
N: 98 x/ menit
S: 36,9 C
R: 21 x/ menit
A: Risiko perdarahan
P: Lanjutkan Intervensi
R/ Cek ulang H2TL/ 12 jam
(instruksi dokter) jam 22:00
O:
KU : Sedang Kes: Cm
TD: 110/80
N: 98 x/ menit
S: 36,9 C
R: 21 x/ menit
Skala nyeri 4 (0-10)
Pasien tampak tenang
Pasien dapat tidur dan beristirahat
Pasien dapat melakukan teknik
relaksasi tarik nafas dalam
39
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
40