Hal ini dapat sangat berbahaya karena berarti iklan tersebut dapat dengan
disengaja ataupun tidak disengaja terlihat oleh penonton yang masih dibawah umur
atau belum saatnya untuk melihat adegan-adegan seperti itu, atau ada juga iklan
yang memang menampilkan adegan yang tidak sesuai untuk ditayangkan pada
stasiun televisi nasional. Untuk itulah adanya “Etika Pariwara Indonesia” yang
menjadi pedoman bagi setiap orang yang ingin beriklan di Indonesia, dan mengatur
tentang semua konten atau isi iklan yang akan ditayangkan di Indonesia.
1
Contoh iklan nakal banyak ditayangkan di televisi nasional indonesia yang
melanggar etika di masyarakat, contoh mudahnya adalah iklan-iklan yang
menampilkan adegan seksual yang tidak sesuai dengan etika yang ada di
masyarakat dan juga melanggar beberapa pasal pada Etika Pariwara Indonesia
(EPI) yang menjadi pedoman bagi industri iklan untuk membuat iklan yang baik
dengan tanpa melanggar etika-etika yang ada di masyarakat.
Contoh dari iklan nakal yang tayang di televisi nasional Indonesia, dengan
melanggar pasal di Etika Pariwara Indonesia (EPI) adalah iklan “cat tembok
Avian”, dalam iklan pelapis tembok “Avian” diperlihatkan adegan yang
kontroversial ketika pemeran wanitanya mengibaskan rok sehingga mengakibatkan
bagian tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan ke publik menjadi terlihat.
Dalam Etika Pariwara Indonesia yang mengatur tentang gender yaitu poin
3.3.3 juga dibatasi untuk eksekusi iklan yang berisi “Seksualitas; bahwa baik pria
maupun wanita tidak boleh dieksploitasi secara seksual”. Tentu iklan ini sangat
mengeksploitasi pemeran wanitanya untuk dapat menarik minat dari audience yaitu
masyarakat agar melakukan pembelian produk “Avian”.
2
Sementara di iklan ini terlalu banyak adegan seks untuk ukuran sebuah iklan pompa
air. Hal ini tentu melanggar poin yang tercantum dalam undang-undang tersebut.
Dalam bagian Etika Pariwara Indonesia yang mengatur tentang isi iklan
khususnya poin 1.26 disebutkan bahwa “Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme
atau seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun”. Tetapi
dalam iklan ini pemeran wanitanya, banyak melakukan unsur-unsur erotisme baik
dalam kata-kata maupun tarian yang dilakukan dalam bagian akhir iklan.
Karena itu iklan yang menjadi sarana komunikasi utama untuk merebut
pasar. Harus juga dibarengi dengan inovasi dan ide-ide kreatif yang tidak
melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI). Agar terciptanya sebuah iklan yang
bagus tanpa ada sisi kontroversialnya. Sebab itu untuk mendorong efektivitas Etika
Pariwara di Indonesia, PPPI melakukan nota kesepahaman dengan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap beragam pariwara yang muncul di media
massa, khususnya televisi.
Salah satu contoh problem etika bisnis yang sempat marak adalah perang
provider celullar antara XL dan Telkomsel. Berkali-kali kita melihat iklan-iklan
kartu XL dan kartu as/simpati (Telkomsel) saling menjatuhkan dengan cara saling
memurahkan tarif sendiri. Kini perang 2 kartu yang sudah ternama ini kian
meruncing dan langsung tak tanggung-tanggung menyindir satu sama lain secara
vulgar. Bintang iklan yang jadi kontroversi itu adalah SULE, pelawak yang
sekarang sedang naik daun. Awalnya Sule adalah bintang iklan XL. Dengan kurun
waktu yang tidak lama TELKOMSEL dengan meluncurkan iklan kartu AS. Kartu
AS meluncurkan iklan baru dengan bintang sule. Dalam iklan tersebut, sule
menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule sekarang memakai kartu AS
yang katanya murahnya dari awal, jujur. Perang iklan antar operator sebenarnya
sudah lama terjadi. Namun pada perang iklan tersebut, tergolong parah. Biasanya,
tidak ada bintang iklan yang pindah ke produk kompetitor selama jangka waktu
kurang dari 6 bulan. Namun pada kasus ini, saat penayangan iklan XL masih diputar
3
di Televisi, sudah ada iklan lain yang “menjatuhkan” iklan lain dengan
menggunakan bintang iklan yang sama.
Solusi
Setiap provider dapat mengiklankan produk mereka secara sehat tanpa harus
menjatuhkan provider lainnya. Memang terlihat lebih menarik akan tetapi dapat
berdampak buruk bagi provider lain yang bisa saja tersinggung akan “sindiran”
yang dilakukan terang terangan oleh pihak provider simpati/As terhadap XL.
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan
itu sendiri mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis
masyarakat Indonesia tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika
4
periklanan. Iklan mempunyai unsur promosi, merayu konsumen, iklan ingin
mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu bahasa periklanan mempergunakan
retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan dengan segi persuasive
dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya). Karena dimanipulasi,
seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi
ditanamkan dalam dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah
adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut. Etika diakui
sebagai studi konsep-konsep seperti seharusnya, harus, dan sebagainya, sementara
"moral" cenderung ditendensikan pada kegiatan.