NCP Pneumonia Kel 4
NCP Pneumonia Kel 4
DI
Oleh :
Maulika
Mentari Elvi
Munawar
Nuri Nirwana
Nurul Munziah
Siti Arniati
JURUSAN GIZI
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan :
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan pneumonia.
b. Melakukan analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa gizi pada klien dengan
pneumonia.
c. Menerapkan rencana diet pada klien dengan pneumonia.
d. Melakukan implementasi asuhan gizi pada klien dengan pneumonia.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan gizi yang telah dilakukan pada klien
dengan pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan
alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.3 Pada perkembangannya , berdasarkan tempat
terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-
acquired pneumonia/CAP), apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau
pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di
rumah sakit.
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalahpneumonia yang
terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang
rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator. Pneumonia
berhubungan dengan penggunaan ventilator (ventilator-acquired pneumonia/VAP) adalah
pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia
yang didapat di pusat perawatan kesehatan (healthcare-associated pneumonia) adalah pasien
yang dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90
hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau longterm care
facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30
hari proses infeksi ataupun datang ke klinik rumah sakit atau klinik hemodialisa.
2.1.2 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif.7 Bakteri patogen ini di
temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada
pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara
intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. 7 Kuman ini memiliki daya
taman paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas,
yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.8 Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA)
memiliki dampak yang besar dalam pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap
beberapa antibiotik.
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang merupakan
flora normal usus. Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah sakit, di
rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan endotracheal tube.
contoh bakteri gram negatif dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang sangat
khas.
- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul. Pada
pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat
meningkatkan resiko terserang kuman ini.
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau tidak
berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulated type B (HiB).
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. , chlamedia sp. , Legionella
sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet9, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.7 Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus9, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana
spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah
Candida sp. , Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
2.1.3 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami
kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik,
penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas.3Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik >48jam,
lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi
di paru dan menyebabkan infeksi.11Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran
nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan
mekanik ( epitel,cilia,
dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag,
limfosit dan sitokinin).3 Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian
dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal
ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.11 Pada
pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya
dahak dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas12, dapat terjadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya2 :
1) Community-Acquired Pneumonia15
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering di sebabkan oleh
bakteri yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and resistant strains ),
Haemophilus influenza (ampicillin sensitive and resistant strains) and Moraxella catarrhalis
(all strains penicillin resistant). Ketiga bakteri tersebut dijumpai hampir 85% kasus CAP.
CAP biasanya menular karena masuk melalui inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke
segmen paru atau lobus paru-paru. Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan
karakteristik penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen paru.
Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas bronkial.
Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H. Influenza , emphyema
terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S. Pneumonia . Angka kesakitan dan
kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan pasien dengan imunokompromis. Resiko
kematian akan meningkat pada CAP apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan
respiratory rate, hipotensi, demam, multilobar involvement, anemia dan hipoksia.
2) Hospital-Acquired Pneumonia
Berdasarkan America Thoracic Society (ATS) , pneumonia nosokomial ( lebih dikenal
sebagai Hospital-acquired pneumonia atau Health care-associated pneumonia ) didefinisikan
sebagai pneumonia yang muncul setelah lebih dari 48 jam di rawat di rumah sakit tanpa
pemberian intubasi endotrakeal . Terjadinya pneumonia nosokomial akibat tidak
seimbangnya pertahanan inang
dan kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius bagian bawah.
Bakteria yang berperan dalam pneumonia nosokomial adalah P. Aeruginosa , Klebsiella sp,
S. Aureus, S.pneumonia. Penyakit ini secara signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di
rumah sakit dan lama rawat di rumah sakit. ATS membagi pneumonia nosokomial menjadi
early onset (biasanya muncul selama 4 hari perawatan di rumah sakit) dan late onset
(biasanya muncul setelah lebih dari 5 hari perawatan di rumah sakit). Pada early onset
pneumonia nosokomial memili prognosis baik dibandingkan late onset pneumonia
nosokomial; hal ini dipengaruhi pada multidrug-resistant organism sehingga mempengaruhi
peningkatan mortalitas. Pada banyak kasus, diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui
secara klinis, serta dibantu dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif dari sample
bronchoalveolar lavange (BAL).
3) Ventilator-Acquired pneumonia
Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia yang terjadi setelah
48-72 jam atau lebih setelah intubasi trakea.17 Ventilator adalah alat yang dimasukan melalui
mulut atau hidung, atau melalu lubang di depan leher. Infeksi dapat muncul jika bakteri
masuk melalui lubang intubasi dan masuk ke paru-paru.
2.1.6 Pencegahan
2.1.7 Penanganan
Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia dapat mencegah
kematian. Antibiotik yang dianjurkan untuk pneumonia adalah antibiotik sederhana, tidak
mahal seperti kotrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Dosis amoksisilin
25 mg/kg BB dan kotrimoksazol (4 mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB.
Penerapan Pedoman Tatalaksana Baku Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral
sesegera mungkin dapat menurunkan 13-55% mortalitas pneumonia (20% mortalitas bayi dan
24% mortalitas anak balita).
Menurut Kartasasmita (2010), faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang
mengakibatkan seorang anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat. Dari faktor
risiko ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam menentukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan kasus. Faktor risiko menurut WHO adalah karakteristik, tanda atau
kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu dan secara statistik berhubungan
dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya. Faktor risiko yang dicurigai merupakan
faktor risiko yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian dan faktor
risiko yang ditegakkan merupakan faktor risiko yang telah mendapatkan bukti dari hasil
penelitian. Faktor risiko dapat digunakan untuk memprediksi, memperjelas penyebab dan
mendiagnosa kejadian penyakit.
Menurut Notoadmodjo (2010), faktor risiko dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
risiko ekstrinsik (faktor yang berasal dari lingkungan yang memudahkan orang terjangkit
penyakit) dan faktor risiko intrinsik (faktor risiko yang berasal dari dalam organisme sendiri).
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian karena
pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI
( ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko),
suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko),
vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap
bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).
ISI
1. ASSESMENT NUTRITION
a. CLINICAL HISTORY
1. Nama : ILYAS
2. Jenis Kelamin: Laki-laki
3. Umur : 01-07-1950 ( 68 tahun 9 bulan 3 hari)
4. BBSMRS : 80 Kg
5. BB : 55 Kg
6. TB : 178 cm
7. Alamat : Dusun Seuneubuk Aceh
8. Kel/Desa : Meunasah Mee
9. Kec : Muara Dua
10. Kab/Kota : Kota Lhokseumawe
11. Suku : Aceh
12. Pendidikan : Tamat SD
13. Pekerjaan : Petani
14. Agama : Islam
15. Status Perkawinan : Kawin
B. FOOD HISTORY
Recall 24 Jam
Makan pagi :
Nasi
Ayam
Sayur bening ( bayam dan kentang )
tempe
Snack Pagi :
Bubur kacang hijau
Makan Siang:
Nasi
Ikan
Sayur bening ( brokoli dan wortel )
Tempe
Snack Sore:
roti
Makan Malam :
Nasi
Ikan
Sayur bening ( bayam, labu dan wortel )
Tahu
Snack Malam
-
2. Data Biokimia
Hb : 11 gr/dl
Penilaian :
Pasien mengalami anemia.
3. Antropometri :
BB : 55 Kg
TB : 178 cm
BBI :70,2 kg
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (17,40 kg/m2), karena
batasan BB Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the
Asia Pacific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Pemeriksaan fisik :Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah,
Pemeriksaan klinik :
KU : sedang
Kesadaran : CM
Penilaian :
secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien tampak kurus, dan lemah).
5. Riwayat personal
Sekarang :
Pneumonia
No. Indikator
1. Perubahan berat badan +
2. Nafsu makan kurang -
3. Kesulitan Menelan -
4. Mual-muntah -
5. Diare/konstipasi -
6. Alergi -
7. Diet Khusus +
8. Oedema -
9. Enteral/Parenteral -
B. NUTRITIONAL DIAGNOSIS
Domain asupan
Problem Etiologi Tanda
NI.5.5.zat gizi tidak Rasa tidak nyaman Asupan makanan kurang
seimbang akibat rasa sakit dan
tidak nafsu makan
Domain Klinis
Problem Etiologi Tanda
NC.2.2.
perubahan nilai Gangguan fungsi Kadar hb 11 gr/dl (rendah)
lab yang terkait endokrin
gizi
NC.3.1. Berat Nafsu makan menurun IMT: 17,40 Kg/m2
badan kurang Karena rasa nyeri yang (Underweight)
di rasakan
Domain Perilaku
Problem Etiologi Tanda
NB.2.5. kualitas Karena kurangnya Pasien perokok aktif, dan rokok
hidup yang buruk pengetahuan tentang yang dikonsumsi (rokok daun)
hidup sehat
C. Intervention
1. Intervensi
a. Penatalaksanaan Diet
Tujuan :
memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan masing-masing individu
meningkatkan berat badan hingga status gizi normal
memberikan makanan dengan gizi seimbang
membantu proses penyembuhan penyakit
meningkatkan intake makanan serta meningkatkan daya tahan tubuh
Rute makanan :
o Oral
Frekuensi :
o 3X makanan biasa dan 2X selingan
Bentuk makanan :
o Makanan lunak
Syarat Diet :
o Energy yang diberikan sesuai kebutuhan 100 mg/kg BBI, ditambahkan faktor
stress sebesar 20 % dari BBE
o Protein diberikan tinggi sebesar 15 % dari kebutuhan total
o Lemak cukup diberikan 20 % dari kebutuhan total
o KH cukup diberikan 65 % dari kebutuhan total
o Vit cukup, terutama vit B, vit C, vit K, bila perlu ditambahkan suplemen
o Mineral cukup
o Makanan yang diberikan makanan lunak.
1.455,34 kkal
Contoh Menu :
Makan pagi :
Nasi tim
Ayam panggang
Sayur bening ( bayam )
Tahu kecap
Apel
Snack Pagi :
Kolak pisang (pisang, ubi jalar)
Makan Siang:
Nasi tim
Ikan bakar
Sayur bening ( labu siam dan brokoli)
Botok Tempe
Jeruk
Snack Sore:
Jus alpukat
roti
Makan Malam :
Nasi tim
Ikan pepes
Tumis kangkung
Pepes tahu
Papaya
Materi :
o Pengertian pneumonia
o Tanda dan gejala pneumonia
o Jenis pneumonia dan bahayanya
o Penerapan pola makan sehat untuk penyakit pneumonia
o Pencegahan pneumonia
o Makanan yang di anjurkan dan yang tidak di anjurkan untuk penderita
pneumonia
Sasaran :Pasien
Metoda :Ceramah
Alat Peraga : leaflet
Tempat : RSUD ZA
Waktu :Rabu, 24 april 2019