Anda di halaman 1dari 6

Bab 6 Kontraksi Otot Rangka

Jumlah Tumpang Tindih Filamen Aktin dan Miosin Menen- Kisaran normal kontraksi
tukan Tegangan yang Dihasilkan oleh Otot yang berkon-
raksi
Tegangan
Gambar 6-9 memperlihatkan efek panjang sarkomer dan jumlah selama

Tension of muscle
tumpang tindih filamen aktin-miosin terhadap tegangan aktif kontraksi
Penambahan tegangan

II
yang ditimbulkan oleh serabut otot yang berkontraksi. Di sebelah selama kontraksi
kanan, ditunjukkan dengan warna hitam, merupakan berbagai
derajat tumpang tindih filamen miosin dan aktin pada berbagai
panjang sarkomer. Di titik D pada diagram, filamen aktin telah Tegangan
tertarik ke ujung filamen miosin, tanpa adanya tumpang tindih sebelum
aktin-miosin. Di titik ini, tegangan yang dibentuk oleh otot yang kontraksi
teraktivasi adalah nol. Kemudian, bila sarkomer memendek dan 0
filamen aktin mulai tumpang tindih dengan filamen miosin, 1/2 Normal 2×
normal normal
tegangan meningkat secara progresif sampai panjang sarkomer
Panjang otot
berkurang menjadi kira-kira 2,2 µm. Pada saat ini, filamen aktin
Gambar 6-10 Hubungan antara panjang otot dan tegangan otot
telah tumpang tindih pada semua jembatan silang filamen miosin
sebelum dan selama kontraksi otot.
tetapi masih belum mencapai pusat filamen miosin. Dengan
pemendekan selanjutnya, sarkomer tetap tegang sepenuhnya
otot tidak selalu berkontraksi dalam jumlah yang sama. Oleh
sampai titik B tercapai, saat panjang sarkomer sekitar 2,0 µm.
karena itu, kurva tersebut memiliki beberapa perbedaan
Pada saat ini, ujung-ujung kedua filamen aktin mulai saling
dimensi dari kurva yang digambarkan untuk satu serabut otot,
tumpang tindih, selain tumpang tindih dengan filamen miosin.
tetapi hal itu menunjukkan bentuk umum yang sama untuk
Pada waktu panjang sarkomer berkurang dari 2 µm menjadi
lereng pada rentang normal kontraksi, seperti yang terlihat pada
sekitar 1,65 µm, pada titik A, kekuatan kontraksi berkurang
Gambar 6-10.
dengan cepat. Pada titik ini, kedua lempeng Z sarkomer
bersentuhan dengan ujung-ujung filamen miosin. Kemudian, bila Perhatikan pada Gambar 6-10 bahwa bila otot berada dalam
kontraksi terus berlangsung sehingga lebih memendekkan keadaan panjang istirahat normalnya, yaitu pada panjang
panjang sarkomer, ujung-ujung filamen miosin menjadi kusut sarkomer sekitar 2 µm, ia akan berkontraksi saat aktivasi
dan, seperti yang ditunjukkan dalam gambar, kekuatan kontraksi dengan kekuatan kontraksi mendekati maksimum. Tapi,
mencapai nol, namun sarkomer sekarang berkontraksi sampai peningkatan tegangan yang muncul selama kontraksi, yang
mencapai ukuran terpendeknya. disebut tegangan aktif akan menurun bila otot diregangkan
melebihi panjang normalnya yaitu, hingga panjang sarkomer
Pengaruh Panjang Otot terhadap Kekuatan Kontraksi lebih dari 2,2 µm. Hal ini diperlihatkan dengan adanya
pada Otot yang Utuh. Kurva atas pada Gambar 6-10 mirip penurunan panjang panah dalam gambar pada panjang otot
dengan kurva pada Gambar 6-9, tetapi kurva pada Gambar 6-10 yang melebihi normal.
memperlihatkan tegangan otot yang utuh dan lenglcap, bukan Hubungan antara Kecepatan Kontraksi dan Beban
satu serabut otot saja. Otot yang lengkap memiliki banyak sekali
Sebuah otot rangka akan berkontraksi cepat bila ia
jaringan ikat di dalamnya; demikian pula, sarkomer di berbagai
berkontraksi tanpa melawan beban mencapai keadaan
kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-rata.
D
B C Bila beban diberikan, kecepatan kontraksi akan menurun
C
100 secara progresif seiring dengan penambahan beban, seperti
B
A
yang ditunjukkan pada Gambar 6-11. Dengan demikian, bila
A
tegangan (persen)
Penambahan

30
Kecepatan kontraksi (cm/detik

50

20

D
0 10
0 1 2 3 4
Panjang sarkomer (mikrometer)
Gambar 6-9 Diagram panjang-tegangan untuk satu sarkomer
yang mengalami kontraksi penuh, menggambarkan kekuatan 0
0 1 2 3 4
kontraksi maksimum bila panjang sarkomer antara 2,0 sampai
2,2 mikrometer. Pada bagian kanan atas diperlihatkan posisi Berat kontraksi (kg)
relatif filamen aktin dan miosin pada berbagai panjang sarkomer Gambar 6-11 Hubungan antara beban dan kecepatan kontraksi
dari titik A ke titik D. (Dimodifikasi dari Gordon AM, Huxley AF, pada sebuah otot rangka dengan potongan melintang sebesar 1
dan Julian FJ: The length-tension diagram of single vertebrate cm persegi dan panjang 8 cm.
striated muscle fibers. J. Physiol. 171:28P, 1964.)
77
Unit II fisiologi Membran, Saraf, dan Otot

beban telah ditingkatkan sampai sama dengan kekuatan kembali ATP Namun, jumlah total kreatinfosfat pada serabut
maksium yang dapat dilakukan otot tersebut, kecepatan otot juga sangat kecil hanya sekitar lima kali lebih besar daripada
kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali, jumlah ATP. Oleh karena itu, kombinasi energi dari ATP
walaupun terjadi aktivitas serabut otot. cadangan dan kreatinfosfat di dalam otot dapat menimbulkan
Penurunan kecepatan kontraksi dengan beban ini disebabkan kontraksi otot maksimal hanya untuk 5 sampai 8 detik.
oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang berkontraksi adalah Sumber energi penting kedua, yang digunakan untuk
kekuatan berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat menyusun kembali kreatinfosfat dan ATP, adalah "glikolisis" dari
kontraksi otot. Oleh karena itu, kekuatan neto yang tersedia untuk
glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot. Pemecahan
menimbulkan kecepatan pemendekan akan berkurang secara sesuai.
glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat
yang berlangsung dengan cepat akan membebaskan energi yang
Energetika Kontraksi Otot digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP; ATP kemudian
dapat digunakan secara langsung untuk memberi energi bagi
Hasil Kerja Selama Kontraksi Otot kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali
Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban, otot ini simpanan kreatinfosfat.
akan melakukan kerja. Hal ini berarti bahwa ada energi yang Makna penting mekanisme glikolisis ini ada dua. Pertama,
dipindahkan dari otot ke beban eksternal, sebagai contoh, reaksi glikolisis ini dapat terjadi bahkan bila tidak ada oksigen,
untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau sehingga kontraksi otot dapat tetap dipertahankan untuk beberapa
untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak. detik dan kadang sampai lebih dari satu menit, bahkan bila tidak
Pada perhitungan matematis, kerja ini didefinisikan oleh tersedia oksigen yang dihantarkan lewat darah. Kedua, kecepatan
persamaan berikut. W=L×D pembentukan ATP oleh proses glikolisis kira-kira 2,5 kali
dengan W adalah hasil kerja, L adalah beban, dan D adalah kecepatan pembentukan ATP sebagai respons terhadap zat
jarak pergerakan terhadap beban. Energi yang dibutuhkan makanan sel yang bereaksi dengan oksigen. Namun, begitu banyak
untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia di sel otot produk akhir glikolisis berkumpul dalam sel otot sehingga
selama kontraksi, yang dibicarakan dalam bagian berikut glikolisis kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
kontraksi otot maksimum setelah sekitar 1 menit.

Sumber Energi untuk Kontraksi Otot Sumber energi ketiga sekaligus yang terakhir adalah
metabolisme oksidatif. Hal ini berarti mengombinasikan oksigen
Kita telah melihat bahwa kontraksi otot bergantung pada dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan sel
energi yang disediakan oleh ATP Sebagian besar energi ini lainnya untuk membebaskan ATP. Lebih dari 95 persen energi
dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme "berjalan- yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka panjang yang
bersama" (walk-along mechanism) ketika jembatan silang berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang
menarik filamen-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energi dikonsumsi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Untuk
dibutuhkan untuk: (1) memompa ion kalsium dan aktivitas otot maksimal yang berlangsung sangat lama lebih dari
sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berjam-jam proporsi energi yang terbesar berasal dari lemak,
berakhir, dan (2) memompa ion-ion natrium dan kalium tetapi untuk periode kontraksi selama 2 sampai 4 jam, separuh
melalui membran serabut otot untuk mempertahankan energinya dapat berasal dari karbohidrat.
lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial
aksi serabut otot. Mekanisme terperinci proses energetika ini dibicarakan di Bab
67 sampai 72. Selain itu, makna penting berbagai mekanisme
Konsentrasi ATP di dalam serabut otot, kira-kira 4 pelepasan energi saat melakukan bermacam-macam olahraga
milimolar, cukup untuk mempertahankan kontraksi penuh dibicarakan di Bab 84 pada fisiologi olahraga.
hanya selama 1 sampai 2 detik. ATP tersebut pecah untuk
membentuk ADP, yang memindahkan energi dari molekul Efisiensi Kontraksi Otot. Efisiensi sebuah mesin atau motor
ATP ke perangkat kontraksi serabut otot. Lalu, seperti yang dihitung sebagai persentase masukan energi yang diubah menjadi
sudah dijelaskan di Bab 2, ADP mengalami refosforilasi untuk kerja, bukan menjadi panas. Persentase energi yang masuk ke otot
membentuk ATP baru dalam sepersekian detik lagi, yang (energi kimiawi dalam zat gizi) yang dapat diubah menjadi kerja,
membiarkan otot untuk melanjutkan kontraksi. Terdapat bahkan dalam kondisi terbaik, adalah kurang dari 25 persen, dan
beberapa sumber energi untuk proses refosforilasi ini. sisanya menjadi panas. Penyebab dari efisiensi yang rendah ini karena
Sumber energi pertama yang digunakan untuk menyusun kira-kira separuh energi di dalam zat makanan akan hilang pada
kembali ATP adalah substansi keratinfosfat, yang membawa pembentukan ATP, dan kemudian, hanya 40 sampai 45 persen energi
ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan ikatan ATP dalam ATP itu sendiri yang kemudian dapat diubah menjadi kerja.
Ikatan fosfat berenergi tinggi dari kreatinfosfat memiliki jumlah Efisiensi maksimum dapat diwujudkan hanya bila otot berkontraksi
energi bebas yang sedikit lebih tinggi daripada yang dimiliki dengan kecepatan sedang. Bila otot berkontraksi secara lambat atau tanpa
oleh setiap ikatan ATP, yang dibicarakan lebih menyeluruh di pergerakan sama sekali, sejumlah kecil panas pemeliharaan (maintenance
Bab 67 dan 72. Oleh karena itu, kreatinfosfat segera dipecahkan, heat) dilepaskan selama proses kontraksi, walaupun demikian kerja yang
dan pelepasan energinya menyebabkan menyebabkan dilakukan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali, sehingga menurunkan
terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk menyusun efisiensi menjadi nol. Sebaliknya,

78
Bab 6 Kontraksi Otot Rangka

bila kontraksi terlalu cepat, sejumlah besar energi digunakan untuk Durasi
melawan gesekan viskositas di dalam otot itu sendiri, dan hal ini, depolarasasi
juga, akan mengurangi efisiensi kontraksi. Biasanya, efisiensi
maksimum terbentuk bila kecepatan kontraksi kira-kira 30 persen

Daya kontraksi
nilai maksimum. Soleus

II
Karakteristik Kontraksi Seberkas Otot Gastroknemius

Banyak sifat kontraksi otot dapat diperlihatkan dengan Otot


menimbulkan kedutan tunggal otot. Hal ini dapat dicapai dengan okular
memberi eksitasi listrik secara tiba-tiba pada saraf yang menyarafi
0 40 80 120 160 200
otot atau dengan melewatkan rangsangan listrik singkat ke otot itu
Milidetik
sendiri. Hal ini akan menimbulkan kontraksi tunggal yang
mendadak dan berlangsung sepersekian detik. Gambar 6-13 Lama kontraksi isometrik berbagai jenis otot
rangka mamalia, yang memperlihatkan masa laten antara
Kontraksi Isometrik versus Kontraksi Isotonik. potensial aksi (depolarisasi) dan kontraksi otot.
Kontraksi otot dikatakan isometrik bila otot tidak memendek yang mempunyai lama kontraksi isometrik kurang dari 1/50
selama kontraksi, dan dikatakan isotonik bila otot memendek detik; otot gastroknemius, yang mempunyai lama kontraksi kira-
namun tegangan pada otot tetap konstan selama kontraksi. Sistem kira 1/15 detilc, dan otot soleus yang mempunyai lama kontraksi
yang mencatat kedua jenis kontraksi otot ini ditunjukkan pada kira-kira 1/5 detik. Hal yang menarik adalah bahwa lama kontraksi
Gambar 6-12. ini disesuaikan dengan fungsi otot.tersebut. Pergerakan mata harus
Pada sistem isometrik, otot berkontraksi melawan transduser sangat cepat agar dapat mempertahankan fiksasi mata pada objek-
kekuatan tanpa mengurangi panjang otot, seperti yang diperlihat- objek dan diperoleh penglihatan yang akurat. Otot gastroknemius
kan pada bagian kanan Gambar 6-12. Pada sistem isotonik, otot harus berkontraksi cukup cepat untuk menghasilkan kecepatan
memendek melawan beban yang tetap; hal ini digambarkan pada yang cukup pada pergerakan tungkai untuk berlari dan melompat,
bagian kiri dalam gambar, yang memperlihatkan suatu otot yang dan otot soleus pada dasarnya berhubungan dengan kontraksi
sedang mengangkat sejumlah beban. Gambaran khas kontraksi lambat untuk menyokong tubuh terhadap gaya gravitasi dalam
isotonik bergantung pada beban yang dilawan oleh kontraksi waktu yang lama secara kontinu.
otot, serta inersia beban. Namun, sistem isometrik hanya Serabut Otot Cepat versus Serabut Otot Lambat.
merekam perubahan pada kekuatan kontraksi otot itu sendiri
Seperti yang akan kita bicarakan lebih mendalam di Bab 84
saja. Oleh karena itu sistem isometrik adalah sistem yang paling
mengenai fisiologi olahraga, setiap otot tubuh terdiri atas campuran
sering digunakan bila kita hendak membandingkan karakteristik
serabut otot cepat dan lambat, serta serabut otot lain dengan
fungsional berbagai jenis otot.
kecepatan antara kedua kecepatan ekstrem di atas. Otot-otot yang
Karakteristik Kedutan Isometrik yang Direkam dari bereaksi dengan cepat, terutama otot tibialis anterior, terutama
terdiri atas serabut-serabut "cepat" dengan hanya sejumlah kecil
Berbagai Otot. Tubuh manusia mempunyai otot rangka
serabut jenis lambat. Sebaliknya, otot seperti otot soleus yang
dengan berbagai ukuran dari otot stapedius dalam telinga tengah
bereaksi lambat tetapi dengan kontraksi yang lama terutama terdiri
sepanjang hanya beberapa milimeter dan berdiameter satu
atas serabut-serabut "lambat" Perbedaan antara kedua jenis serabut
milimeter, hingga otot kuadrisep yang besar, yakni setengah juta
ini adalah sebagai berikut.
kali lebih besar daripada otot stapedius. Selanjutnya, serabut-
serabut dapat berdiameter sekecil 10 µm atau sebesar 80 µm. Serabut Lambat (Tipe I, Otot Merah) . (1) Serabutnya
Akhirnya, energetika kontraksi otot sangat bervariasi dari otot lebih kecil. (2) Juga dipersarafi oleh serat-serat saraf yang lebih
yang satu dengan otot yang lain. Oleh karena itu, tidak kecil. (3) Sistem pembuluh darah dan kapiler yang lebih luas untuk
mengherankan bila karakteristik mekanis kontraksi otot berbeda menyediakan sejumlah oksigen tambahan. (4) Peningkatan hebat
untuk masing-masing otot. pada jumlah mitokondria, juga untuk membantu tingkat meta-
bolisme oksidatif yang tinggi. (5) Serabut-serabut mengandung
Gambar 6-13 menunjukkan rekaman kontraksi isometrik dari sejumlah besar mioglobin, yakni suatu protein yang mengandung
tiga jenis otot rangka: otot mata, besi serupa dengan hemoglobin sel-sel darah merah. Mioglobin
Menstimulasi Menstimulasi bergabung dengan oksigen dan menyimpan oksigen tersebut
elekroda-elekroda elektroda- sampai diperlukan; hal ini juga sangat mempercepat transpor
elektroda oksigen ke mitokondria. Pada otot lambat, mioglobin memberi
warna kemerah-merahan sehingga dinamakan otot merah.
Kimografi Otot
Serabut Cepat (Tipe II , Otot Putih) . (1) Serabut besar
untuk kekuatan kontraksi yang besar. (2) Retikulum sarkoplasma
yang luas sehingga dapat dengan cepat melepaskan ion-ion kalsium
Transedur daya untuk memulai kontraksi. (3) Sejumlah besar enzim glikolisis untuk
Berat elektronik pelepasan energi yang cepat melalui proses glikolisis. (4) Suplai
Ke perekam darah yang tidak terlalu luas karena metabolisme oksidatif tidak
elektronik begitu penting. (5) Lebih sedikit mitokondria, juga karena
Sistem isotonik Sistem isometrik metabolisme oksidatif tidak begitu penting. Jumlah mioglobin
Gambar 6-12 Sistem isometrik dan isotonik untuk merekam merah yang sedikit pada otot cepat sehingga otot ini dinamakan
kontraksi otot. otot putih.

79
Unit ll Fislotogi Membran, Saraf, dan Otot

Mekanisme Kontraksi Otot Rangka


Unit Motorik-Seluruh Serabut otot Diinervasi oleh Serat
Saraf Tunggal. Setiap motoneuron yang meninggalkan medula Tetanization

Kekuatan kontraksi otot


spinalis akan mempersarafi berbagai serabut otot, dan jumlahnya
bergantung pada jenis otot. Semua serabut otot yang dipersarafi oleh
satu serat saraf disebut unit motorik. Pada umumnya, otot-otot kecil
yang bereaksi dengan cepat dan yang pengaturannya harus tepat
mempunyai lebih banyak serat saraf untuk serabut otot yang lebih
sedikit jumlahnya (misalnya, hanya dua sampai tiga serabut otot per
unit motorik pada beberapa otot laring). Sebaliknya, otot besar yang
tidak memerlukan pengaturan halus, seperti otot soleus, mungkin
mempunyai beberapa ratus serabut otot dalam satu unit motorik. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Gambaran umum untuk semua otot tubuh masih dipertanyakan, Kecepatan terhadap stimulasi (waktu per detik)
tetapi dugaan kuat adalah sekitar 80 sampai 100 serabut otot untuk Gambar 6-14 Frekuensi sumasi dan tetanisasi
satu unit motorik
Serabut-serabut otot dalam setiap unit motorik tidak seluruhnya sehingga kontraksi-kontraksi tersebut benar-benar bersatu bersama-
terkumpul bersama-sama dalam satu otot tetapi tumpang tindih sama, dan kontraksi secara keseluruhan nampak halus dan
dengan unit motorik lain dalam suatu berkas mikro yang terdiri atas berlangsung terus-menerus, seperti yang tampak dalam Gambar.
3 sampai 15 serabut. Pertautan ini menyebabkan unit motorik yang Peristiwa ini disebut tetanisasi. Pada frekuensi yang sedikit lebih
terpisah akan berkontraksi untuk membantu unit yang lain dan tinggi, kekuatan kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya,
bukan secara keseluruhan sebagai segmen tersendiri. sehingga tambahan peningkatan apa pun pada frekuensi di atas titik
ini tidak akan memberi efek peningkatan kekuatan kontraksi lebih
Kontraksi Otot pada Kekuatan yang Berbeda-Beda lanjut. Hal ini terjadi karena terdapat cukup ion kalsium yang
—Sumasi Kekuatan. Sumasi berarti penjumlahan setiap dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan di antara potensial
kontraksi kedutan untuk meningkatkan intensitas keseluruhan aksi, sehingga terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung
kontraksi otot. Sumasi terjadi dalam dua cara: (1) dengan terus-menerus tanpa memungkinkan adanya relaksasi apa pun di
meningkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara antara potensial aksi.
bersama-sama, yang disebut sumasi serabut multipel, dan (2)
dengan meningkatkan frekuensi kontraksi, yang disebut sumasi Kekuatan Maksimum Kontraksi. Kekuatan maksimum pada
frekuensi dan dapat menimbulkan tetanisasi. kontraksi tetani sebuah otot yang bekerja pada panjang otot normal,
Sumasi Serabut Multipel. Bila sistem saraf pusat rata-rata antara 3 dan 4 kg per cm persegi otot, atau SO pon per inci
persegi. Oleh karena otot kuadriseps dapat memiliki bagian perut
mengirimkan sinyal yang lemah untuk menimbulkan kontraksi otot,
otot sampai 16 inci persegi, maka tegangan sebesar 800 pon dapat
yang lebih sering terangsang adalah unit motorik dalam otot yang
diberikan pada tendo patela. Oleh karenanya, kita dapat mengerti
mengandung serabut otot yang lebih kecil daripada unit motorik yang
bahwa otot dapat menarik tendonnya keluar dan insersinya di tulang.
lebih besar. Kemudian. ketika kekuatan sinyal meningkat, unit
motorik yang mulai terangsang juga semakin besar, dengan unit Perubahan Kekuatan Otot pada Onset Kontraksi—
motorik yang terbesar sering kali memiliki kekuatan kontraksi SO kali Efek Tangga (Treppe). Bila sebuah otot memulai kontraksi
lebih kuat daripada kekuatan kontraksi unit yang paling kecil. Hal ini sesudah periode istirahat yang lama, kekuatan kontraksi permulaan-
disebut prinsip ukuran. Peristiwa tersebut bersifat penting, karena nya mungkin hanya setengah kekuatan dari 10 sampai 50 kedutan
dapat menghasilkan gradasi kekuatan otot untuk menimbulkan sesudahnya. Artinya, kekuatan kontraksi meningkat sampai garis
kontraksi lemah pada tahap kecil, sementara tahap-tahap ini secara mendatar (plateau), suatu fenomena yang disebut efek tangga, atau
progresif akan menjadi semakin besar saat diperlukan sejumlah besar treppe.
daya. Penyebab prinsip ukuran ini adalah unit motorik yang lebih Meskipun semua kemungkinan penyebab dari efek tangga ini
kecil dirangsang oleh serabut saraf motorik yang kecil, dan belum diketahui, diduga penyebab utamanya ialah peningkatan ion
motoneuron kecil dalam medula spinalis lebih mudah terangsang kalsium dalam sitosol akibat pelepasan ion yang semakin banyak dari
daripada motoneuron yang besar, sehingga secara alami motoneuron retikulum sarkoplasma pada setiap potensial aksi otot yang
kecil yang pertama kali akan terangsang. berurutan, dan kegagalan sarkoplasma untuk mengambil kembali
ion-ion ini dengan segera.
Gambaran penting lainnya dari sumasi serabut multipel adalah
bahwa berbagai unit motorik dirangsang secara tidak sinkron oleh Tonus Otot Rangka. Bahkan bila otot berada dalam keadaan
medula spinalis, sehingga terjadi kontraksiyang saling bergantian di istirahat, biasanya sejumlah tegangan masih tetap ada. Tegangan ini
antara satu unit motorik dan unit motorik lainnya, sehingga disebut tonus otot. Oleh karena serabut otot rangka normal tidak
menimbulkan kontraksi yang halus bahkan pada frekuensi sinyal saraf akan berkontraksi jika tidak ada potensial aksi yang merangsang
yang rendah. serabut tersebut, tonus otot rangka secara keseluruhan dihasilkan
Frekuensi Sumasi dan Tetanisasi. Gambar 6-14 dari impuls saraf berkecepatan rendah yang berasal dari medula
memperlihatkan prinsip-prinsip frekuensi sumasi dan tetanisasi. Ke spinalis. Impuls saraf ini, sebaliknya, diatur sebagian oleh sinyal yang
arah kiri terlihat masing-masing kontraksi kedutan yang terjadi satu dijalarkan dari otak ke motoneuron anterior medula spinalis yang
persatu pada frekuensi perangsangan yang rendah. Kemudian, ketika sesuai, dan sebagian lagi oleh sinyal yang berasal dari gelendong otot
frekuensi meningkat, sampailah pada suatu titik ketika kontraksi yang yang terdapat di dalam otot itu sendiri. Kedua hal ini akan
baru timbul sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai didiskusikan di Bab 54 dalam hubungannya dengan fungsi medula
akibatnya, sebagian kontraksi yang kedua akan ditambahkan pada spinalis dan gelendong otot.
kontraksi yang pertama, sehingga kekuatan kontraksi total meningkat Kelelahan Otot. Kontraksi otot yang kuat dan lama
secara progresif bersama dengan peningkatan frekuensi. Bila frekuensi mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot.
mencapai titik kritis, terjadinya kontraksi berikutnya akhirnya Penelitian pada atlet menunjukkan bahwa kelelahan otot meningkat
menjadi begitu cepat hampir berbanding langsung dengan kecepatan pengurangan

80
Bab 6 Kontraksi Otot Rangka

glikogen otot. Oleh karena itu, kelelahan terutama disebabkan Posisi masing-masing bagian tubuh yang terpisah, seperti satu
ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut otot untuk terus lengan atau satu tungkai, ditentukan oleh derajat kontraksi relatif
memberikan hasil kerja yang sama. Tapi, percobaan-percobaan juga telah dari serangkaian otot agonis dan antagonis. Contoh, mari kita
menunjukkan bahwa transmisi sinyal saraf inelalui taut saraf otot, yang asumsikan bahwa satu lengan atau satu tungkai ditempatkan
dibicarakan di Bab 7, dapat berkurang setidaknya dalam jumlah kecil setelah pada posisi tengah. Untuk mencapai hal ini, otot-otot agonis dan
aktivitas otot yang lama dan intensif, sehingga mengurangi kontraksi otot antagonis tereksitasi kira-kira sama kuat. ingatlah bahwa otot

II
lebih lanjut. Hambatan aliran darah yang menuju otot yang sedang yang lebih panjang akan berkontraksi dengan kekuatan yang
berkontraksi menyebabkan kelelahan otot hampir sempurna dalam satu atau lebih besar daripada otot yang pendek, yang diperlihatkan pada
2 menit karena kehilangan suplai makanan, terutama kehilangan oksigen Gambar 6-10, nampak bahwa terdapat kekuatan kontraksi
maksimum pada panjang otot fungsional yang lengkap, dan
Sistem Pengungkit Tubuh. Otot bekerja dengan memberikan hampir tidak ada kekuatan kontraksi apa pun pada setengah
tegangan pada tempat-tempat insersi di dalam tulang, dan tulang-tulang
panjang normal. Oleh karena itu, otot-otot panjang pada satu sisi
kemudian membentuk berbagai jenis sistem pengungkit. Gambar 6-15
sendi dapat berkontraksi dengan kekuatan yang jauh lebih besar
melukiskan sistem pengungkit yang diaktifkan oleh otot biseps untuk
daripada otot yang lebih pendek pada sisi yang berlawanan.
mengangkat lengan bawah. Bila kita menganggap bahwa sebuah otot biseps
Ketika sebuah lengan atau tungkai bergerak ke arah posisi tengah,
yang besar meinpunyai luas potongan melintang sebesar 6 inci persegi, maka
kekuatan otot yang lebih panjang akan berkurang, sementara
kekuatan kontraksi maksimal adalah sekitar 300 pon. Bila lengan bawah
kekuatan otot yang lebih pendek akan meningkat sampai kedua
berada tepat pada sudut siku-siku dengan lengan atas, perlekatan tendo
kekuatan setara satu sama lain. Pada tahap ini, pergerakan lengan
biseps kira-kira 2 inci di sebelah anterior dari fulkrum sendi siku, dan
atau tungkai akan berhenti. Jadi, dengan melakukan variasi
panjang seluruh pengungkit lengan bawah kira-kira 14 inci. Oleh karena itu,
perbandingan derajat aktivasi otot-otot agonis dan antagonis,
jumlah daya angkat biseps pada tangan hanya satu per tujuh dari 300 pon
sistem saraf inenentukan posisi lengan atau tungkai.
kekuatan otot, atau kira-kira 43 pon Bila lengan dalam keadaan ekstensi
penuh, perlekatan biseps akan lebih pendek dari 2 inci di sebelah anterior Kita akan mengetahui di Sab 54 bahwa sistem saraf motorik
fulkrum, dan kekuatan yang dapat menggerakkan tangan ke depan juga lebih memiliki mekanisme penting tambahan untuk mengompensasi
kecil dari 43 pon. berbagai beban otot ketika mengarahkan proses penempatan posisi
ini.
Secara singkat, suatu analisis mengenai sistem pengungkit tubuh
bergantung pada pengetahuan tentang (1) tempat-tempat insersi otot, (2) Remodeling Otot untuk Penyesuaian Fungsi
jaraknya dari fulkrum pengungkit, (3) panjang lengan pengungkit, dan (4) Semua otot tubuh secara terus-menerus dibentuk kembali
posisi pengungkit. Tubuh membutuhkan banyak jenis pergerakan, dan (remodeled) untuk menyesuaikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan
beberapa di antaranya membutuhkan kekuatan yang besar serta beberapa mereka. Diameternya diubah, panjangnya diubah, kekuatannya
yang lain membutuhkan jarak pergerakan yang jauh. Oleh karena itu, ada diubah, suplai pembuluh darahnya diubah, dan bahkan tipe serabut
bermacam-macam otot; beberapa otot ukurannya panjang dan berkontraksi ototnya diubah setidaknya hanya sedikit. Proses pengubahan
lama, dan beberapa yang lain ukurannya pendek tetapi mempunyai luas bentuk ini (remodeling) sering kali berlangsung cepat, dalam waktu
potongan melintang yang besar dan dapat menghasilkan kekuatan beberapa minggu. Ternyata, percobaan pada hewan telah
kontraksi yang ekstrem pada jarak yang pendek. Penelitian mengenai menunjukkan bahwa protein kontraktil otot pada otot yang lebih
berbagai jenis otot, sistem pengungkit, dan pengerakannya disebut kecil dan aktif dapat diganti sesingkat 2 minggu.
kinesiologi dan merupakan komponen ilmu pengetahuan yang sangat
penting pada fisioanatomi manusia. Hipertrofi Otot dan Atrofi Otot. Bila massa total suatu otot
meningkat, peritiwa ini disebut hipertrofi otot. Bila massanya
"Sikap Posisi suatu Bagian Tubuh Akibat Kontraksi Otot inenurun, proses ini disebut atrofi otot.
Agonis dan Antagonis pada Sisi Sendi yang Berlawanan Sebenarnya, semua hipertrofi otot adalah akibat dari suatu
—"Koaktivasi" Otot Antagonis. Hampir semua gerakan tubuh peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap
disebabkan oleh kontraksi otot agonis dan antagonis pada sisi sendi yang serabut otot, menyebabkan pembesaran masing- masing serabut
berlawanan yang berlangsung bersama-sama. Keadaan ini disebut koaktivasi otot; hal ini secara sederhana disebut hipertrofi serabut.
otot agonis dan antagonis, dan dikendalikan oleh pusat kontrol motorik otak Hipertrofi yang sangat luas dapat terjadi bila otot-otot diberikan
dan medula spinalis. beban selama proses kontraksi. Untuk menghasilkan hipertrofi
hampir maksimum dalam waktu 6 sampai 10 minggu, hanya
dibutuhkan sedikit kontraksi kuat setiap harinya.
Bagaimana kontraksi yang sangat kuat ini dapat menimbulkan
hipertrofi masih belum diketahui. Namun, telah diketahui bahwa
selama terjadi hipertrofi, sintesis protein kontraktil otot
berlangsung jauh lebih cepat, sehingga juga menghasilkan jumlah
filamen aktin dan miosin yang bertambah banyak secara progresif
di dalam miofibril, yang sering kali meningkat sampai 50 persen.
Kemudian, telah diamati bahwa beberapa miofibril itu sendiri akan
memecah di dalam otot yang mengalami hipertrofi untuk
membentuk miofibril yang baru, namun kepentingan hal ini pada
hipertrofi otot biasa belum diketahui.
Bersama dengan peningkatan ukuran miofibril, sistem enzim
yang menyediakan energi juga bertambah. Hal ini terutama
terjadi pada enzim-enzim yang dipakai untuk glikolisis, yang
memungkinkan terjadinya penyediaan energi yang cepat selama
Gambar 6-15 Sistem pengungkit yang diaktifkan oleh otot biseps. kontraksi otot yang kuat dan singkat.

81
Unit ll Fisiologi Membran, Saraf, dan Otot

Bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu- minggu, hari atau dengan menggunakan alat-alat yang mempertahankan
kecepatan penghancuran protein kontraktil akan berlangsung lebih otot-otot agar tetap teregang selama proses atrofi berlangsung.
cepat daripada kecepatan penggantiannya. Oleh karena itu, terjadi atrofi
otot. Jalur yang muncul untuk menjelaskan sebagian besar degradasi Pemulihan Kontraksi Otot pada Poliomielitis Pembentukan
protein pada otot yang mengalami atrofi adalah jalur ATP-dependent
Unit Makromotor. Bila beberapa namun tak semua serabut saraf yang
ubiquitin-proteasome. Proteasome adalah kompleks protein besar yang menuju otot mengalami kerusakan, seperti yang umumnya terjadi pada
poliomielitis, serabut saraf yang tersisa akan bercabang untuk
mendegradasi protein rusak atau protein yang tidak dibutuhkan dengan
membentuk akson-baru yang kemudian mempersarafi banyak serabut
cara proteolisis, reaksi kimia yang memecah ikatan peptida. Ubiquitin
otot yang paralisis. Peristiwa ini akan menghasilkan unit motorik yang
adalah protein pengatur yang pada dasarnya menandai sel mana yang
besar, yang disebut unit makromotor, yang dapat mengandung serabut
akan menjadi target degradasi proteosomal.
otot sebanyak lima kali jumlah normal untuk setiap motoneuron yang
berasal dari medula spinalis. Hal ini akan mengurangi kehalusan
Penyesuaian Panjang Otot. Bila otot diregangkan hingga pengaturan yang kita miliki di seluruh otot tetapi memungkinkan otot-
panjangnya melebihi normal, dapat terjadi jenis hipertrofi yang otot memperoleh kekuatannya dengan derajat kekuatan yang bervariasi.
lain. Peristiwa ini menyebabkan bertambahnya sarkomer baru
Rigor Mortis
pada ujung serabut otot, tempat otot melekat pada tendon. Beberapa jam setelah kematian, semua otot tubuh masuk dalam keadaan
Bahkan, sarkomer dapat ditambahkan dengan kecepatan kontraktur yang disebut "rigor mortis"; yaitu, otot-otot berkontraksi dan
beberapa sarkomer per menit pada otot yang baru ber- menjadi kaku, meskipun tidak terdapat potensial aksi. Kekakuan ini
kembang, yang melukiskan kecepatan jenis hipertrofi ini berasal dari kehilangan semua ATP, yang dibutuhkan untuk
Sebaliknya, bila suatu otot secara terus-menerus tetap menyebabkan pemisahan jembatan silang dari filamen aktin selama proses
memendek hingga kurang dari panjang normalnya, sarkomer- relaksasi. Otot tetap berada dalam keadaan kaku sampai protein otot
mengalami kerusakan setelah 15 sampai 25 jam kemudian, yang
sarkomer pada ujung-ujung serabut otot dapat benar-benar
diasumsikan terjadi akibat autolisis oleh enzim-enzim yang dikeluarkan
menghilang. Melalui proses inilah otot secara kontinu dari lisosom. Seluruh proses ini berlangsung lebih cepat pada suhu yang
dibentuk kembali untuk mencapai panjang yang sesuai bagi lebih tinggi.
kontraksi otot tertentu
Daftar Pustaka
Hiperplasia Serabut Otot. Pada kondisi yang jarang, yaitu Allen DG, Lamb GD, Westerblad H: Skeletal muscle fatigue: cellular mecha-
pada pembentukan kekuatan ototyangekstrem, selain proses nisms, Physiol Rev 88:287, 2008.
hipertrofi serabut, telah diamati pula terjadinya peningkatan Berchtold MW, Brinkmeier H, Muntener M: Calcium ion in skeletal muscle:
jumlah serabut otot yang sesungguhnya (tetapi hanya beberapa its crucial role for muscle function, plasticity, and disease, Physiol Rev
persen saja). Peningkatan jumlah serabut ini disebut hiperplasia 80:1215, 2000.
Cheng H, Lederer WJ: Calcium sparks, Physiol Rev 88:1491, 2008. Clanton TL,
serabut. Bila hal ini terjadi, mekanismenya adalah penguraian
Levine S: Respiratory muscle fiber remodeling in chronic
yang linear dari serabut yang telah membesar sebelumnya. hyperinflation: dysfunction or adaptation? J Appl Physiol 107:324,
Pengaruh Denervasi Otot. Bila suatu otot kehilangan 2009.
suplai sarafnya, otot tersebut tidak lagi menerima sinyal Clausen T: Na+-K+ pump regulation and skeletal muscle contractility,
kontraksi yang dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran Physiol Rev 83:1269, 2003.
Dirksen RT: Checking your SOCCs and feet: the molecular mechanisms of
otot yang normal. Oleh karena itu, atrofi otot hampir segera Ca2+ entry in skeletal muscle, J Physiol 587:3139, 2009.
terjadi. Setelah sekitar dua bulan, perubahan degeneratif juga Fitts RH: The cross-bridge cycle and skeletal muscle fatigue, J Appl Physiol
mulai tampak pada serabut otot itu sendiri. Jika inervasi saraf 104:551, 2008.
dalam otot tersebut tumbuh kembali dengan cepat, Glass DJ: Signalling pathways that mediate skeletal muscle hypertrophy
pengembalian seluruh fungsi otot secara sempurna dapat terjadi and atrophy, Nat Cell Biol 5:87, 2003.
Gordon AM, Regnier M, Homsher E: Skeletal and cardiac muscle contractile
dalam waktu sekurang-kurangnya 3 bulan, namun bila lebih activation: tropomyosin “rocks and rolls”, News Physiol Sci 16:49, 2001. Gunning
dari waktu tersebut (3 bulan), kemampuan fungsional otot P, O’Neill G, Hardeman E: Tropomyosin-based regulation of the
menjadi semakin berkurang, dan setelah 1 sampai 2 tahun tidak actin cytoskeleton in time and space, Physiol Rev 88:1, 2008.
lagi terjadi pengembalian fungsi lebih lanjut. Huxley AF, Gordon AM: Striation patterns in active and passive shortening
of muscle, Nature (Lond) 193:280, 1962.
Pada tahap akhir atrofi akibat denervasi, sebagian besar Kjær M: Role of extracellular matrix in adaptation of tendon and skeletal
serabut otot akan rusak dan digantikan oleh jaringan fibrosa dan muscle to mechanical loading, Physiol Rev 84:649, 2004.
jaringan lemak. Serabut-serabut yang tersisa hanya terdiri atas Lynch GS, Ryall JG: Role of beta-adrenoceptor signaling in skeletal muscle:
membran sel panjang dengan barisan inti sel otot tetapi dengan implications for muscle wasting and disease, Physiol Rev 88:729, 2008.
MacIntosh BR: Role of calcium sensitivity modulation in skeletal muscle
beberapa atau tanpa disertai sifat kontraksi dan sedikit atau
performance, News Physiol Sci 18:222, 2003.
tanpa kemampuan untuk membentuk kembali miofibril jika Phillips SM, Glover EI, Rennie MJ: Alterations of protein turnover underlying
saraf tumbuh kembali disuse atrophy in human skeletal muscle, J Appl Physiol 107:645, 2009. Powers
SK, Jackson MJ: Exercise-induced oxidative stress: cellular mech-
Jaringan fibrosa yang menggantikan serabut-serabut otot
anisms and impact on muscle force production, Physiol Rev 88:1243,
selama atrofi akibat denervasi juga memiliki kecenderungan 2008.
untuk terus memendek selama berbulan-bulan, yang disebut Sandri M: Signaling in muscle atrophy and hypertrophy, Physiology
kontraktur. Oleh karena itu, satu masalah yang paling penting (Bethesda) 160, 2008.
dalam melakukan terapi fisik adalah mempertahankan otot Sieck GC, Regnier M: Plasticity and energetic demands of contraction in
yang sedang mengalami atrofi ini agar tidak mengalami skeletal and cardiac muscle, J Appl Physiol 90:1158, 2001.
Treves S, Vukcevic M, Maj M, et al: Minor sarcoplasmic reticulum mem-
kelemahan (debilitating) dan kontraktur yang merusak bentuk. brane components that modulate excitation-contraction coupling in striated
Hal ini dicapai dengan melakukan peregangan otot-otot setiap muscles, J Physiol 587:3071, 2009.

82

Anda mungkin juga menyukai